Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nina Maharani

Nim : 1902101204

1. Bagaiamana cara yang tepat untuk membangun kesadaran hukum pada anak-anak SD?

2. Jelaskan Peran PPKN sebagai pendidikan nilai!

3. Jelaskan Pentingnya PPkn Sebagai Pendidikan Bela Negara!

4. Bagaimana peran seorang guru dalam menanamkan pendidikan kebhinekaan kepada siswa!

5. Bagaimana strategi pembelajaran ppkn pada abad ke 21!

Jawab

1. Usaha untuk menerapkan pendidikan hukum bagi siswa memanglah diawali pada saat siswa berada
pada lingkungan keluarga terutama orang tua yakni melalui proses sosialisasi norma-norma dan
aturan-aturan hukum dalam keluarga siswa itu sendiri. Selanjutnya ketika siswa masuk ke dalam
lembaga pendidikan formal yakni sekolah, maka mulailah siswa diperkenalkan dan diajarkan sesuatu
yang baru yang tidak diajarkan dalam keluarga. Sekolah, sebagai tempat sosialisasi kedua setelah
keluarga serta tempat anak dihadapkan kepada kebiasaan dan cara hidup bersama yang lebih luas
lingkupnya serta ada kemungkinan berbeda dengan kebiasaan dan cara hidup dalam keluarganya,
sehingga berperan besar dalam menerapkan pendidikan hukum pada diri siswa untuk mematuhi
segala bentuk peraturan yang berlaku di lingkunganya tidak terkecuali peraturan yang berlaku di
sekolah tempat siswa menuntut ilmu yang disebut Tata Tertib Sekolah.

2. PKn SD merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran
yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nila-nilai pancasila/ budaya bangsa seperti yang
terdapat pada kurikulum PKn SD. PPKn pada dasarnya merupakan wahana pedagogis pembangunan
watak atau karakter. Secara makro PPKn juga merupakan wahana sosial-pedagogis pencerdasan
kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan konsepsi fungsi pendidikan nasional membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

3. Pendidikan Bela Negara di sekolah menjadi demikian penting didasarkan atas sejumlah alasan
berikut ini.

1. Pertama, Alasan yuridis didasarkan pada amanat UUD 1945 pasal 31 tentang hak dan kewajiban
warga negara dalam usaha pembelaan negara.

2. Kedua, Alasan sosiologis berkaitan erat dengan semakin kompleks dan derasnya hubungan antar
warga negara Indonesia dengan warga negara lain.
3. Alasan berikutnya adalah letak geografis negara Indonesia. Posisi Indonesia yang strategis diapit
oleh dua benua dan dua samudera diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda.

Mengacu pada ketiga alasan itu maka pendidikan bela negara di sekolah menjadi sangat penting dan
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mata pelajaran PPKn salah satunya adalah bidang studi yang perlu
mendapatkan penguatan dan pemberdayaan yang lebih dalam konteks pendidikan bela negara
tersebut. Selain dapat lebih dulu dilibatkan dalam proyek besar program bela negara secara nasional
maupun lokal, mereka juga harus diberikan akses dan kemudahan dalam koordinasi dan informasi
penumbuhan nilai-nilai karakter bangsa termasuk penyelenggaraan pendidikan bela negara tahap
lanjutan. Guru-guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sudah sepatutnya dijadikan fioneer
dalam kerangka besar implementasi pendidikan bela negara di sekolah.

4. Sosok guru sangat berperan dalam penerapan pendidikan kebinekaan kepada siswanya. Guru
mendidik para siswa dengan pola-pola pembiasaan tertentu, seperti menanamkan rasa saling
menghargai dan cinta damai baik sebagai mahluk Tuhan maupun warga negara. Dalam melakukan itu,
para guru juga menempuh cara yang tidak memicu konflik sosial maupun agama dan
memberikankesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mengekspresikan keyakinan mereka
asalkan menjunjung semangat toleransi.

Guru juga berusaha menanamkan nilai kebinekaan melalui contoh atau keteladanan tentang
bagaimana menghargai sebuah perbedaan. Selain itu juga dengan menjelaskan hal tersebut tidak
hanya di dalam kelas (pada saat jam pelajaran) tapi juga di luar kelas (nonmateri pelajaran), sehingga
siswa memiliki pemahaman yang utuh tentang pentingnya nilai kebinekaan dan menghargai
perbedaan. Guru juga mengajak siswa untuk berdiskusi tentang agama-agama lain, termasuk juga
mencari bahan ajar dari agama lain, sehingga siswa tidak hanya memahami agamanya sendiri tapi
juga memahami agama lain. Siswa diharapkan juga mampu berpikir dan bersikap objektif, termasuk
dalam memberikan penilaian terhadap agama lain.

Upaya lainnya adalah guru juga mendorong agar siswa aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga bisa
berinteraksi dan bergaul dengan siswa lain yang berbeda agama, suku dan etnis. Dengan demikian,
siswa tahu bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam sebuah perbedaan dan keragaman.

5. Strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kecakapan abad 21 harus
memenuhi kriteria sebagai berikut : kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif; menggunakan
pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran; pembelajaran berbasis projek atau
masalah; keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections); fokus pada
penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa; lingkungan pembelajaran kolaboratif;
visualisasi tingkat tinggi dan menggunakan media visual untuk meningkatkan pemahaman;
menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri sendiri.Kesempatan dan aktivitas belajar
yang variatif tidak monoton. Metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang hendak
dicapai. Penguasaan satu kompetensi ditempuh dengan berbagai macam metode yang dapat
mengakomodir gaya belajar siswa auditori, visual, dan kenestetik secara seimbang. Dengan demikian
masing-masing siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama.
Pemanfaatan teknologi, khususnya tekonologi informasi komunikasi, memfasilitasi siswa mengikuti
perkembangan teknologi, dan mendapatkan berbagai macam sumber dan media pembelajaran.
Sumber belajar yang semakin variatif memungkinkan siswa mengekplorasi materi ajar dengan
berbagai macam pendekatan sesuai dengan gaya dan minat belajar siswa.

Pembelajaran berbasis projek atau masalah, menghubungkan siswa dengan masalah yang dihadapai
dan yang dijumpai dalam kehidupam sehari-hari. Bertitik tolak dari masalah yang diinventarisis, dan
diakhiri dengan strategi pemecahan masalah tersebut, siswa secara berkesinambungan mempelajari
materi ajar dan kompetensi dengan terstruktur. Pada pembelajaran berbasis projek, pemecahan
masalah dituangkan dalam produk nyata yang dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan siswa.
Pada pembelajaran berbasis masalah/projek pembelajaran juga fokus pada penyelidikan/inkuiri dan
inventigasi yang dilakukan oleh siswa. Keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections),
atau kurikulum terintegrasi memungkinkan siswa menghubungkan antar materi dan kompetensi
pembelajaran, dengan demikian pembelajaran dapat lebih bermakna, dan teridentifikasi manfaat
mempelajari sesuatu. Pembelajaran ini didukung lingkungan pembelajaran kolaboratif, dapat
memaksimalkan potensi siswa. Didukung dengan visualisasi tingkat tinggi dan penggunaan media
visual dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Anda mungkin juga menyukai