Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN

(LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI)

Disusun untuk memenuhi mata kuliah: Kurikulum pendidikan

Dosen Pengampu: Husnu maab

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK

1. LAILI MARDIANA

2. SITI ARIYAH ULFA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH(STIT)

DARUSSALIMIN NW PRAYA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “(LANDASAN PENGEMBANGAN
KURIKILUM PAI)”. Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi dengan harapan semoga materi
ini menambah wawasan.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama pada dosen mata kuliah Kurikulum pendidikan yang telah
memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran
dari teman-teman demi perbaikan makalah ini .

Akhir kata semoga makalah karya ilmiah ini, dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman
dan pembaca.

Wassalamualikum wr. wb.

Batukliang, 10 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I ............................................................................................................... 1

A. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................. 3

B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Landasan ....................................................................... 3

B. Landasan Pengembangn Kurikulum PAI ........................................ 5

C.Landasan Teologis .......................................................................... 11

D. Landasan Filosofis………………………………………………....

E.Landasan Psikologis………………………………………………..

F.Landasan Sosiologis………………………………………………...

G.Landasan Teologis…………………………………………………. 12

BAB III .......................................................................................................... 14

C. PENUTUP ................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ..................................................................................... 15

B. Saran ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

      A .  Latar  Belakang

Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah yang bukan hanya meliputi semua
kegiatan yang direncanakan, melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi dibawah
pengawasan sekolah. Semua itu digunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Sejalan
dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada
kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar
1945.
Kurikulum dewasa ini seiring berkembangnya zaman maka semakin berkembang pula
kurikulumnya. William B. Ragan, sebagai dikutip S. Nasution, berpendapat bahwa kurikulum
meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. S. Nasution menyatakan, ada beberapa
penafsiran lain tentang kurikulum. Di antaranya : pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai
hasil pengambangan kurikulum), kedua, sebagai program (alat yang dilakukan sekolah untuk
mencapai tujuan), ketiga , kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa
(sikap, keterampilan tertentu), dan keempat, kurikulum sebagai pengalaman siswa.

Mengingat pentingnya kurikulum, maka dalam pengembanganya diperlukan landasan


atau asas yang kuat, melalui pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dalam makalah ini,
kami akan mencoba mengupas sedikit tentang landasan atau asas pengembangan kurikulum

B. Rumusan Masalah

1.Apa hakekat kurikulum PAI?

2.Apa pengertian landasan kurikulum PAI?


C.Tujuan masalah

1.Untuk mengetahui hakekat kurikulim PAI


2.Untuk mengetahui pengertiann landasan kurikulum PAI
3.Untuk landasan perkembangan kurikulum PA
BAB II

.PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN LANDASAN

Menurut Hornby dalam buku” Kurikulum dan Pembelajaran” Landasan adalah suatu


gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari. Contohnya:
seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak.
Secara bahasa landasan berarti tumpuan, dasar ataupun alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak maupun dasar pijakan. Atau dapat pula diartikan
sebagai asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak.
Landasan itu sama dengan dasar-dasar. Seringkali istilah pembinaan dan pengembangan
dalam pemakaiannya menyatu dan kabur. Pembinaan menunjukkan pengertian bahwa suatu
upaya atau kegiatan mempertahankan, penyempurnaan dan perbaikan yang telah ada dianggap
baik berdasarkan suatu ukuran/kriteria tertentu mencapai sasaran yang
diharapkan. Sedangkan Pengembangan di sini menunjukkan pada kegiatan yang menghasilkan
alat, sistem atau cara baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan
penyempurnaan atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pengembangan tersebut.
Dengan demikian landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan,
suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum
B.  Landasan Pengembangan Kurikulum PAI

Dalam pengembangan kurikulum PAI diperlukan landasan atau asas yang kuat. Apabila
proses pengembanganya secara acak-acakan dan tidak memiliki landasan yang kuat, maka output
pendidikan yang dihasilkan tidak akan terjamin kualitasnya. Landasan Pengembangan kurikulum
PAI, pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh
para pengembang kurikulum ketika hendak mengembangkan atau merencanakan  suatu
kurikulum lembaga pendidikan.
Asas-asas utama dalam pengembangan kurikulum PAI yaitu asas teologis, filosofis,
psikologis, sosiokultural, ilmu pengetahuan dan teknologi
.  
C. Landasan Teologis
Dasar teologis, adalah dasar yang ditetapkan nialai-nilai ilahi yang terdapat pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan nilai yang kebenarannya mutlak dan universal.
Prinsip dalam pendidikan Islam tentang penyusunan kurikulum menghendaki
keterkaitannya dengan sumber pokok agama yaitu al-Qur’an dan Hadis. Prinsip yang ditetapkan
Allah dan diperintahkan Rasulullah berikut ini dapat dijadikan pegangan dasar kurikulum
tersebut:
1.    Carilah segala apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu mengenai kehidupan di akhirat
dan janganlah kamu melupakan nasib hidupmu di dunia dan berbuatlah kebaikan sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu. (Al-Qisas : 77)
2.   Sabda Rasulullah : Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai
ilmunya dan barang siapa menghendaki akhirat (kebahagiaan hidup di akhirat) hendaklah ia
menguasai ilmunya, dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka hendaklah ia menguasai
ilmu keduanya. (Hadist Nabi)
Dari dasar-dasar kurikulum tersebut diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan formal
yang terdapat pada kurikulum pendidikan agama Islam. Merujuk kurikulum pendidikan formal
yang terdapat di sekolah dan madrasah di Indonesia, maka batasan atau konsep kurikulum
mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional
.
Dasar kurikulum secara umum dapat ditarik secara khusus ke dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam yang tentunya al-Qur’an sebagai dasar pokoknya.

Dalam mengembangkan kurikulum sebaiknya berlandaskan pada Pancasila terutama


sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Di Indonesia menyatakan bahwa kepercayaan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing individu. Dalam kehidupan, dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda,
sehingga dapat terbina kehidupan yang rukun dan damai.

D. Landasan Filosofis

1.  Pengertian filsafat
Seorang pengembang kuriulum dalam mengambil keputusan mengenai kurikulum harus
memperhatikan falsafah, baik falsafah pengembangan, falsafah lembaga pendidikan dan falsafah
pendidik. secara etimologis filsafat berasal dari dua kata yaitu philare yang berarti cinta
dan shophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan.

Pengertian umum filsafat adalah cara berfikir radikal, menyeluruh dan mendalam atau
berfikir yang mengupas sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Adapun yang dimaksud dengan
filsafat sebagai landasan kurikulum adalah supaya dalam pengembangan kurikulum didapatan
dari hasil secara mendalam, analitis, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum
baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana(tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk
pelaksanaan di sekolah/madrasah
.
2. Filsafat  dan  Tujuan Pendidikan
Pandangan filsafat sangat erat dibutuhkan dalam pendidikan, tetutama dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Pandangan yang dianut oleh suatau bangsa/ kelompok
masyarakat tertentu atau perseorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin
dicapai, sedangkan pendidkan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif
mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan pendidikan memuat pertanyaan-petanyaan
mengenai berbagai kemanpuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik selaras dengan
sistem nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demimkian suatu komunitas akan memiliki
keterkaitan sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya.
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai dan cita-cita masyarakat, sehingga ketika
filsafat itu menjadi landasan pendidikan maka akan tergambarkan manusia ideal yang
diharapkan, karena filsafat pendidikan itu merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat
pendidikan dipengaruhi oleh dua hal, yakni: cita-cita masyarakat dan kebutuhan peserta didik.

Berkaitan dengan tujuan pendidikan, terdapat beberapa pendapat yang bisa dijadikan
sebagai sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan. Herbert Spencer menggungkapkan lima
kajian dalam merumuskan tujuan pendidikan, yakni:

1)   Self Preservation, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kelangsungan hidup, individu


harus dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan sehat, mencegah penyakit, dan hidup secara
teratur.
2)   Securing the necessities of life, yaitu individu harus sanggup mencari nafkah dan memenuhi
kebutuhaan hidup dengan melakuakan suatu pekerjaan.
3)   Rearing of family, yiatu individu harus mampu bertanggung jawab atas pendidikan anak dan
kesejahtreraan keluarganya.
4)  Maintaining proper sosial end political relatioships, yaitu setiap individu adalah makhluk
sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan negara, dalam artian harus bisa memelihara
hubungan baik dan memenuhi kewajiban.
5)   Enjoiying leisure time, yaitu individu harus sanggup memanfaatkan waktu senggangnya
dengan memilih kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan menambah kenikmatan dan gairah
hidup.
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada pandangan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu pancasila. Hal ini memiliki arti bahwa pendidikan
di Indonesia harus dapat membawa peserta didik agar menjadi manusia yang ber-Pancasila.
Maksudnya bahwa landasan dan arah yang ingin diwujudkan adalah yang sesuai
dengan  Pancasila itu sendiri. Rumusan tujuan  nasional ini tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikan Pancasila yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


kehidupan berbangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Pasal 2 dan 3). Rumusan tujuan tersebut merupakan keinginan luhur yang harus menjadi
inspirasi dan sumber bagi para guru, kepala sekolah, para pengawas pendidikan, dan para
pembuat kebijaksanaan dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan
kurikulum senantiasa konsekuen dan konsisten merefleksikan nilai-nilai tersebut. Adanya itu
akan diharapkan manusia menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu,dan beramal dalam
kondisi yang serasi, selaras, dan seimbang

.
3. Aliran-aliran Fisafat Pendidikan

Pengembangan kurikulum membutuhkan fisafat sebagai acuan atau landasan berfikir.


Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalah-permasalahan
berkisar: (1) Bagiaman seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan, (2) isi atau materi
pendidikan yang bagaimana seharusnya diajarkan kepada siswa, (3) metode pendidikan apa yang
seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik. Menurut Redja Mudyaharjo, terdapat tiga
sitem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada
umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu Idealisme, Realisme dan
Pragmatisme.
Apabila aliran idealis yang dianut, maka perancang kurikulum harus meyakini
sepenuhnya bahwa manusia memiliki pemikiran benar yakni adalah akal (a reality of the mind),
kebenaran merupakan ide ( truth as ideas), dan nilai bersumber pada dunia( values from the
ideas world). Atas dasar ini, aliran ini memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik.
Kebaikan itu bersumber dari Tuhan dan alam semesta.  Filsafat ini umumnya diterapkan
disekolah yang berorientasi religius, hampir semua agama menganut filsafat ini. Disamping
mempercayai wahyu dari tuhan sebagai kebenaran mutlak, filsafat ini juga sangat mengutamakan
pendidikan intelektual dengan menentukan standar mutu yang tinggi.

Apabila Aliran realisme yang dianut, maka perancang kurikulum harus meyakini
sepenuhnya bahwa realitas yang sesungguhnya benda (a reality of things), kebenaran ini
diperoleh melalui observasi (truth throught observation) dan nilai bersumber dari alam
semesta(values of natural). Atas dasar ini, aliran ini memandang bahwa pada dasarnya manusia
itu adalah makhluk yang tidak mengerti apa-apa, manusia akan mengetahui kebenaran dan nilai
setelah mempelajari realitas dunia melalui berbagai percobaan. Sekolah yang menganut aliran ini
mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap hasil dari penelitian ilmiah yang dituangkan
secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu, dimulai dengan teori, prinsip yang fundamental
kemudian praktik dan aplikasinya. Pelajaran-pelajaran yang bukan merupakan pengetahuan
esensial seperti keterampilan dan seni dianggap tidak perlu. Minat anak didik tidak diperhatikan,
justru peserta didik diharapkan bisa menaruh perhatiannya terhadap pelajaran akademis dari
semua disiplin ilmu, karena penguasaan tentang semua itu adalah persiapan yang sebaik-baiknya
bagi kelanjutan studi dan kehidupan di masyarakat.

Apabila Aliran pragmatisme yang dianut, maka perancang kurikulum harus meyakini
sepenuhnya bahwa pada dasarnya realitas yang sesungguhnya adalah dunia
pengalaman (anexperiental reality), kebenaran merupakan sesuatu yang  dialami ( truth as what
works), dan nilai bersumber dari masyarakat ( values from sosiety). Atas adasar ini manusia
adalah netral, dalam arti tidak baik dan tidak bodoh. Adapun kebaikan dan keahliannya
merupakan hasil dari pengalaman hidupnya. Kebaikan adalah sesuatu yang baik bagi
masyarakat, tujuan hidup adalah mengabdi kepada masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan
manusia.[19] Aliran ini disebut juga sebagai aliran instrumentalisme, yang berpendapat bahwa
kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalaman. Kebenaran adalah tentatif dan dapat
berubah. Tugas guru bukan menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi kesempatan pada
peserta didik melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah, dengan dasar bahwa
belajar itu hanya bisa dilakukan oleh anak sendiri, bukan diajarkan. Dalam perencanaan
kurikulum, orang tua dan masyarakat akan dilibatkan dengan tujuan agar dapat memadukan
sumber pendidikan formal dengan suber sosial, politik dan ekonomi guna memperbaiki hidup
manusia, dan sekolah dianggap sebagai komunitas masyarakat kecil.

Selain aliran tersebut yang diperhatikan, khususnya di Indonesia harus sesuai dengan
filsafat Pancasila sebagai falsafah pengembangan kurikulum. Hal ini yang sejalan dengan UU
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, khususnya Bab II Pasal 3. Untuk
mengembangkan peserta didik di atas, maka para perancang kurikulum harus memperhatikan 5
kelompok pelajaran yakni adalah: (a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;(b)
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;(c) kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi;(d) kelompok mata pelajaran etestika, serta (e) kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
.
4. Manfaat Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dalam pemikiran untuk


memecahkan permasalahan pendidikan. adapun manfaatnya :

1.  Dapat menentukan arah akan dibawa kemana siswa melalui pendidikan. di madrasah/sekolah,
yakni kearah yang di cita-citakan oleh siswa yang berdampak pada agama, nusa dan bangsa.
2.   Dengan adanya tujuan dari pendidikan yang diwarnai filsafat yang dianut, kita akan mendapat
gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
3.   dapat ditentukan secara jelas cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan
tersebut.
4. memberikan kebulatan usaha dalam pendidikan, sehingga terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak.
5. memberi petunjuk apa yang harus dinilai dan sampai mana tujuan itu telah tercapai.
6. memberi motivasi dalam proses belajar mengajar, karena sudah diketahui dengan jelas
apa yang ingin dan harus dicapai.

E.     Landasan Psikologis
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia, dalam proses pendidikan itu
terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru, dan lingkungannya. Diharapkan pendidikan
mampu membawa perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan. Yang dimaksud dengan
landasan psikologi supaya memperhatikan dari sisi perkembangan  jiwa manusia. Sementara itu
psikologi adalah ilmu yang memepelajari tingkah laku manusia, sedangkan kurikulum adalah
suatu upaya menentukan program pendidikan untuk merubah perilaku manusia.

Dasar psikologi ini dipahami bahwa dalam mengembangkan kurikulum diperlukan


pertimbangan yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik (basic human needs). Pada
landasan psikologi dibagi menjadi 2 cabang psikologi: (a) Psikologi perkembangan , (b)
psikologi pembelajaran
.
a. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu


berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum.

Psikologi ini diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan
kepada siswa, baik  tingkat kedalaman dan keluasan materi, kesulitan dan kelayakan serta
kebermafaatan materi senantiasa  disesuaikan dengan  taraf perkembangan peserta didik.

Dalam kurikulum implikasi psikologi mempunyai arti terhadap proses pembelajaran itu
sendiri:
      Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional akan selalu berpusat pada
perubahan tingkah laku siswa.
      Bahan atau materi yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian
siswa, bahan tersebut mudah dterima siswa.
      Srategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
      Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat siswa.

Tokoh pertama yang sangat menekankan perhatian terhadap pendidikan anak adalah J.J.
Rousseu (1712-1778), ia menegaskan bahwa seorang anak tidak bisa diperlakukan sebagaimana
orang dewasa. Dalam bukunya yang terkenal Emile ia menguraikan fase-fase perkembangan
anak dari kecil sampai dewasa, perubahan-perubahan yang terjadi pada anak yang menuntut
perlakuan sesuai dengan sifat perkembangannya.

Perkembangan anak baik fisik, emosional, sosial, dan mental intelektual adalah faktor
yang sangat penting untuk diperhitungkan dalam pengembangan kurikulum. Berdasarkan
berbagai penelitian, diperoleh sejumlah kesimpulan antara lain:

- anak berkembang melalui tahap-tahap tertentu, masa bayi, masa kanak-kanak, dan seterusnya,
yang pada setiap taraf menunjukkan sifat dan kebutuhan tertentu, dan antara tiap taraf itu tidak
ada batas yang tegas karena berkembang secara berangsur
.
- kecepatan perkembangan tidak merata, ada saat cepat, tenang, dan kadang seolah tidak ada
perubahan, serta kadang juga lambat. Terdapat hubungan antara perkembangan satu aspek
dengan yang lain, contohnya perkembangan fisik yang cepat berpengaruh terhadap asspek sosial
dan emosional, karena ketika seorang anak lebih cepat besar dan tinggi dari teman sekelasnya
yang hal itu dapat mengganggu hubungannya dengan murid yang lain, menimbulkan ketegangan
dan kegelisahan
- ada perbedaan pola perkembangan anak, ada yang pada mulanya lamban belajar, tetapi pada
usia lebih lanjut seolah mekar dan menunjukkan prestasi. Karena adanya perbedaan ini maka
kurikulum harus memperhatikan perbedaan individual, bukan didasarkan asumsi bahwa
perkembangan anak semua sama. Namun ada pola umum dalam perkembangan anak yang
memungkinkan pengembangan kurikulum untuk memperkirakan bahan yang sesuai dengan
kelompok usia tertentu.

Dari sisi psikologi perkembangan, seorang anak dipandang dari berbagai aspek, seorang
nak dianggap sebagai keseluruhan artinya bukan hanya aspek intelektual saja yang
diperhitungkan, tetapi segi pendidikan yang lain juga diperhatikan, misalnya kepandaian bergaul,
minat terhadap kesenian dan olah raga.

Anak juga dipandang sebagai pribadi tersendiri, tidak ada dua orang yang sama dalam
segala hal di dunia ini karena pengaruh pembawaan dan lingkungan, baik jasmani, rohani,
emosional dan sosial, begitu juga taraf intelijensinya. Tetapi perbedaan individual itu tidak
berarti bahwa semua pelajaran harus berbeda, ada hal-hal yang termasuk pengetahuan umum
yang harus dimiliki oleh setiap anak.

Kebutuhan anak juga harus dipertimbangkan dalam kurikulum, baik itu kebutuhan
jasmani, setiap anak ingin bergerak, berlari, melompat dan sebagainya. Pendidikan jasmani
bertujuan membentuk manusia yang sehat dan kuat. Kebutuhan pribadi, setiap anak mempunyai
dorongan untuk mengetahui sesuatu, menyatakan pikiran dan perasaannya melalui bahasa,
lukisan, suaraatau gerak, ingin merasakan kepuasan atas hasil yang dicapai. Kebutuhan sosial,
seorang manusia harus hidup dalam hubungan yang erat dengan manusia lain, membimbing anak
agar menjadi mahluk sosial adalah salah satu fungsi sekolah yang amat penting.

b. Psikologi  Belajar

Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta
berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar. Belajar dapat
diartikan sebagai perubahan perilaku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik
dan terjadi karena proses pengalaman yang dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar.
Mengetahui psikologi belajar merupakan bekal yang sangat penting  bagi guru dalam proses
pembelajaran. Psikologi ini dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yakni: Behaviorisme,
Pikologi daya, Perkembangan kognitif, Teori lapangan (Gestalt), dan Teori kepribadian.

Teori behavioris memandang pelajar sebagai organisme yang merespon terhadap


stimulus dari dunia sekitarnya. Peranan guru adalah menyajikan stimulus (S) tertentu yang
membangkitkan respon (R) tertentu yang merupakan hasil belajar yang diinginkan. Guru
menganalisa bahan pelajaran, membaginya dalam bagian-bagian kecil, menyajikan satu persatu,
sambil memberi umpan balik berupa pujian bila benar dan ada kalanya hukuman bila salah.
Tokoh utama dari teori behaviorisme ini adalah B.F. Skinner.

Teori psikologi daya mengungkapkan bahwa belajar adalah mendisiplinkan dan


menguatkan daya mental, terutama daya fikir. Teori ini beranggapan bahwa otak  atau mental
manusia terdiri dari beberapa daya, seperti daya ingat, daya pikir, daya tanggap, daya fantasi dan
lain-lain. Tujuan pendidikan adalah memperkuat daya-daya tersebut dengan latihan untuk
mendisiplinkannya. Teori ini didasarkan atas anggapan bahwa manusia terdiri atas dua bagian
yaitu rohaniah atau  mind  dan jasmaniah atau body. Tetapi belakangan teori ini banyak mendapat
kritik dan dibantah kebenarannya secara ilmiah. Latihan daya mental daalam suatu bidang tidak
dengan sendirinya meningkatkan kemampuan dalam bidan lain.

Teori pengembangan kognitif mengemukakan bahwa kematangan mental berkembang


secara berangsur pada individu berkat interaksi pelajar dengan lingkungan. Anak harus
dibimbing dengan bahan pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya.
Dengan bertambahnya usia, proses kognitif direstruktur secara kontinu agar mencapai tingkat
pemikiran yang lebih kompleks dan matang. Tokoh utama teori ini adalah John Dewey dan Jean
Piaget.

J. Piaget menemukan empat tahap utama dalam perkembangan kognitif-intelektual


yaitu: tahap senso-motoris (sejak lahir – 2 tahun), tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap
operasional konkrit (7 – 11 tahun), dan tahap operasional formal (± 11 tahun). Menurut John
Dewey ada tiga tujuan pendidikan yaitu: mengajarkan kerjasama, penyesuaian sosial, demokrasi
dan kewarganegaraan aktif.

Teori lapangan (field theory) menggunakan konsep behaviorisme dan perkembangan


kognitif dengan memasukkan unsur “O” (=organisme, individu) dalam rumus S-R (stimulus-
respons). Dalam teori ini individu seorang pelajar sangat diutamakan dan dianggap sentral dalam
proses belajar. Proses belajar bukan sekedar akumulasi pengetahuan tetapi anak dipandang
sebagai suatu keseluruhan, perubahan pada satu aspek akan berpengaruh pada keseluruhan
pribadi anak. Teori ini cenderung menganjurkan pendidikan humanistik dengan memupuk
konsep diri yang positif pada pelajar karen konsep diri yang positif akan berpengaruh baik begitu
pula sebaliknya.

Teori kepribadian dikembangkan oleh Peck dan Havighurst pada tahun 1950. Teori ini


sering dipandang sebagai teori motivasi ditinjau dari segi psiko-sosial. Dalam teori ini
dikemukakan 5 tipe watak yang mempengaruhi pola motivasi individu, yakni: a-moral  (anak
sepenuhnya egosentris, memuaskan diri tanpa menghiraukan orang lain), expedient (anak agak
egosentris, patuh tanpa memiliki sistem moral), konformis (berusaha memenuhi tuntutan external
karena takut tidak mendapat perhatian, irrational conscientious (anak memiliki sistem moral
internal tentang baik buruk, tetapi pelaksanaannya sangat ketat dan kaku), altruistik
rasional (anak telah sangat berkembang, menyadari kebutuhan orang lain, sensitif dan rela
berkorban).
F.  Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang


berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Pendidikan
adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Pendidikan
merupakan proses sosialisasi dan pewarisan budaya dari generasi ke generasi selanjutnya dalam
upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik sebagai individu, kelompok masyarakat,
maupun dalam konteks yang lebih luas yaitu budaya bangsa. Oleh karena itu anak didik
dihadapkan pada budaya, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya.

Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan daya
cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban manusia yang lebih luas dan tinggi, yaitu
manusia yang berbudaya. Semakin meningkatnya perkembangan sosial budaya manusia, akan
menjadikan tuntutan hidup manusia semakin tinggi pula, untuk itu diperlukan kesiapan lembaga
pendidikan dalam menjawab segala tantangan yang diakibatkan perkembangan kebudayaan
tersebut. Oleh karena itu, sebagai antisipasinya lembaga pendidikan harus menyiapkan anak
didik untuk hidup secara wajar sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakatnya, untuk
itu diperlukan inovasi-inovasi pendidikan terutama menyangkut kurikulum.

Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini, dan
bahkan harus dipersiapkan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi, dan hal ini
juga menjadi tugas dari seorang guru untuk dapat membina dan melaksanakan kurikulum, agar
apa yang diberikan kepada anak didiknya berguna dan relevan dengan kehidupan dalam
masyarakat.

Mendidik anak dengan baik hanya mungkin dilakukan jika kita memahami masyarakat
tempat ia hidup, karena itu setiap pembina kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan,
perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat. Salah satu ciri masyarakat adalah
perubahannya yang sangat cepat seiring perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan-perubahan
itu secara otomatis memberikan tugas yang lebih luas dan berat kepada lembaga pendidikan,
karena anak yang saat ini memasuki sekolah dasar (SD) akan menghadapi dunia yang sangat
berbeda dengan masyarakat 15 atau 20 tahun kedepan saat anak tersebut menyelesaikan studinya
di universitas misalnya. Perubahan masyarakat mengharuskan kurikulum untuk senantiasa
ditinjau kembali. Kurikulum yang baik pada suatu saat, bisa jadi sudah tidak lagi sesuai dalam
keadaan yang sudah berubah. Sebagai contoh, dalam kehidupan bermayarakat, anak harus
dididik untuk menghargai jasa orang lain, karena di zaman yang semakin maju manusia tidak
bisa hidup tanpa bantuan orang lain, begitu pula dalam kehidupan berbangsa, setiap negara tidak
bisa lepas dari ketergantungan dengan negara lain, untuk itu anak harus dididik dalam hubungan
manusia dengan dunia internasional.

Alasan lain mengapa kurikulum harus berlandaskan sosial budaya adalah bahwa
pengajaran akan mencapai hasil sebaik-baiknya bila didasarkan atas interaksi murid dengan
sekitarnya. Apa yang dipelajari anak hendaknya hal-hal yang juga terdapat dalam masyarakat,
karena itu berguna bagi kehidupan anak sehari-hari. Kurikulum itu seharusnya merupakan
sesuatu yang hidup dan dinamis, mengikuti dan turut serta menentukan perkembangan
masyarakat di lingkungan sekolah. Dan karena keadaan masyarakat di tiap daerah itu berbeda,
maka hendaknya setiap sekolah di daerah diberi kebebasan pada batas tertentu untuk menentukan
kurikulum sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, dengan pertimbangan hal
berikut:

1.      Keadaan fisis lingkungan (iklim, mata pencaharian, luas daerah, topografi daerah, keadaan
tanah dan kekayaan alam

2.      Penduduk (jumlahnya, mata pencahariannya, susunan penduduknya, dan latar belakang


pendidikannya)

3.      Organisasi-organisasi masyarakat, manusia tidak hidup sendiri, tetapi membentuk kelompok


dan organisasi yang mempunyai tujuan dan problem masing-masing.

 Adapun cara menggunakan masyarakat dalam pelajaran adalah dengan hal-hal berikut:

1.      Karyawisata. murid-murid dapat dibawa ke luar kelas untuk mempeajari berbagai hal
.
2.      Menggunakan orang sebagai sumber. dalam tiap masyarakat betapapun kecilnya pasti
terdapat orang-orang yang mempunyai pengalaman, kecakapan atau pengetahuan yang khusus.

3.      Pengabdian masyarakat. murid diharapkan tidak hanya memperhatikan dan mempelajari,


tetapi juga turut serta dalam usaha-usaha memperbaiki keadaan masyarakat.

4.      Pengalaman kerja dalam masyarakat.

Sedangkan tugas yang harus dihadapi oleh para pengembang kurikulum adalah:
1.      Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti dirumuskan dalam undang-
undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan sebagainya.

2.      Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada


.
3.      Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.

4.      Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat.

Pada ahirnya keputusan yang akan diambil tentang kurikulum akan bergantung pada
bagaimana para pengembang kurikulum memandang dunia tempat ia hidup, bereaksi terhadap
berbagai kebutuhan yang dikemukakan oleh berbagai golongan masyarakat, dan juga oleh
falsafah hidup dan pendidikannya.
G.   Landasan Teknologis

Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan (technology is


application of science). Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan budaya
manusia. Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.
Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien, dan sinergis terhadap
pola perilaku manusia. Produk teknologi tidak selalu berbentuk fisik, seperti komputer, televisi,
radio, dan lain sebagainya, tetapi ada juga non fisik, seperti prosedur pembelajaran, sistem
evaluasi, teknik mengajar dan sebagainya. Produk teknologi tersebut banyak digunakan dalam
pendidikan sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap proses dan hasil
pendidikan.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan baru dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, kurikulum seharusnya arahnya tidak hanya bersifat untuk sekarang tetapi untuk masa
depan dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta
didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kepentingan bersama, kepentingan sendiri dan kelangsungan hidup manusia.

Tidak setiap kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membawa keuntungan
dan kebahagiaan bagi umat manusia, bahkan sering justru membawa masalah-masalah yang
lebih pelik lagi. Demikian pula, tidak setiap perubahan atau pembaharuan berarti kemajuan.
Hanya saja, kita sering terlambat mengenal akibat-akibat perkembangan itu. Pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup luas, meliputi semua aspek kehidupan,
politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Pendidikan, juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi.
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial, sebab pendidikan merupakan
salah satu aspek sosial. Pendidikan tidak terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga
pendidikan nonformal, sebab pendidikan meliputi segala usaha sendiri atau usaha pihak luar
untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, memperoleh keterampilan dan membentuk
sikap-sikap tertentu. Kemajuan di bidang komunikasi massa juga sangat berpengaruh terhadap
pendidikan. Sebab media massa juga merupakan media pendidikan. Dengan kata lain, melalui
media massa, dapat berlangsung proses pendidikan. Baik tayangan-tayangan yang berbentuk
informasi ataupun tayangan yang bersifat hiburan juga mempunyai nilai-nilai pendidikan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung
menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan isi, materi, atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan.
Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan
perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menimbulkan problema-problema
baru yang menuntut pemecahan masalah dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
baru yang dikembangkan dalam pendidikan.

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam


rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Di sisi lain,
perkembangan IPTEK itu sendiri berlangsung semakin cepat, bersamaan dengan persaingan
antar bangsa semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan
pengembangan IPTEK. Dalam hal ini, implikasi IPTEK dalam pengembangan kurikulum, antara
lain:

1.     Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan


berpikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan
perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.

2.      Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali
dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.

3.     Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya


mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media
pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi
.
Dalam setiap perkembangan atau kemajuan, pasti selalu ada dampak yang timbul, baik
itu dampak positif maupun negatif. Begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan dampak terhadap pengembangan kurikulum.

a.      Dampak Positif

1.      Pembelajaran Jarak Jauh. Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk


teknologi dalam pendidikan. Internet merupakan salah satu bentuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat membantu kehidupan manusia. Dengan kemajuan teknologi, proses
pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru secara langsung, siswa sudah bisa
mendapatkan materi tanpa harus bertemu langsung dengan guru. Ini akan mempermudah
penyampaian materi serta kurikulum menjadi mudah dilaksanakan
.
2.      Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Misalnya saja seperti penggunaan LCD dalam pembelajaran.
Penyampaian materi dengan metode ceramah, yang kemudian dibantu juga dengan LCD, akan
membuat siswa lebih memperhatikan materi pembelajaran dan tidak merasa bosan.

3.      Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi
bagian manapun melalui Internet. Siswa dapat menggunakan internet untuk mendapatkan semua
informasi tambahan yang mereka butuhkan untuk meningkatkan basis pengetahuan mereka.
4.      Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif pada proses
pembelajaran. Presentasi Power Point dan perangkat lunak animasi dapat digunakan untuk
memberikan informasi kepada siswa secara interaktif. Efek visual yang diberikan membuat siswa
lebih tertarik untuk belajar

b.      Dampak Negatif

1.      Penyalahgunaan teknologi pengetahuan untuk melakukan tindak kriminal. Seperti yang


diketahui bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi yang berpengetahuan
tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah
.
2.      Menurunnya motivasi dan prestasi belajar serta berkurangnya jumlah jam belajar para remaja
rela membolos saat jam sekolah demi bermain game di warnet.

3.      TV merupakan salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menampilkan
informasi, hiburan, serta banyak hal-hal menarik lainnya. Namun, segi negatif yang lain dari
media TV untuk pendidikan anak adalah, kecenderungan anak untuk mengadakan peniruan dan
identifikasi.

Untuk mencapai tujuan yang baik dalam perkembangan IPTEK, ada hal-hal yang harus
diperhatikan, yakni:

1.      Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan
pembinaan sumber daya manusia.

2.      Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas kesejahteraan bangsa


.
3.      Pembangunan IPTEK harus selaras dengan nilai-nilai agama, sosial budaya, dan lingkungan
hidup.

4.      pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatan yang dapat memberikan nilai
tambah, danpemecahan masalah konkret dalam pembangunan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Landasan Kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi, atau
prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.

Ada  empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan


kurikulum, yaitu:

1.      Landasan Filosofis, yaitu asumsi–asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Kajian-kajian filosofis kurikulum menjawab permasalah-permasalahan berkisar:

(1) Bagiamana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan,


(2) isi atau materi pendidikan yang bagaimana seharusnya diajarkan kepada siswa,
(3) metode pendidikan apa yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik
.
Tiga sitem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu Idealisme,
Realisme dan Pragmatisme

2.      Landasan Psikologis, adalah asumsi–asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan
titik tolak dalam mengembaangkan kurikulum. dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan (Karakteristik perilaku / pola-pola
perkembangan untuk menyesuaikan apa yang dididik dan bagaimana cara mendidik), dan (2)
psikologi belajar (Perkembangan belajar melalui proses peniruan, pengingatan, latihan,
pembiasaan, pemahaman, penerapan, pemecahan masalah). Teori-teori dalam psikologi belajar
antara lain: Behaviorisme, Psikologi Daya, Perkembangan Kognitif, Teori Lapangan (Gestalt)
dan Teori Kepribadian
.
3.      Landasan sosiologis adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi
yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Tugas para pengembang kurikulum
adalah
:
         Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti dirumuskan dalam undang-
undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan sebagainya.
         Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada.
         Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.
         Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat
.
4.      Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi – asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset
atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA

http:/pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/landasan-pengembangan-kurikulum_24.html?=1

https://zahranaa.blogspot.com/2017/08/landasan-pengembangan-kurikulum-pai.html?=1

Anda mungkin juga menyukai