Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dan saling membutuhkan

satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, sudah semestinya saling berbagi, menolong,

peduli, dan empati dengan orang lain atau disebut dengan perilaku prososial

(Caprara dkk, 2005). Perintah untuk berperilaku prososial juga terdapat di dalam

Al-qur’an surat Ali-Imran ayat 104, dalam ayat tersebut manusia diperintahkan

untuk melakukan kebajikan terhadap sesama (Al-qur’an dan terjemahannya,

2012). Banyak manfaat yang didapat apabila seseorang melakukan perilaku

tersebut, diantaranya pelaku akan merasakan perasaan positif sehingga

menumbuhkan sikap yang psositif (Putra & Rustika, 2015).

Perilaku prososial merupakan perilaku positif yang dilakukan dengan

sukarela berdasarkan keinginan calon penolong dan tanpa mengharap imbalan dari

perilaku tersebut (Caprara dkk, 2014). Perilaku ini juga dilakukan oleh

mahasiswa, contohnya mahasiswa di universitas “X” yang gemar melakukan hal-

hal yang menunjukan kepedulian sosial. Seperti yang dilakukan sekelompok

mahasiswa membuka stand Infaq, dan Shodaqoh sebagai media untuk

menyalurkan keinginan mahasiswa lain dalam berbagi. Contoh lainnya,

mahasiswa menjadi relawan untuk mengajar di desa-desa binaan universitas. Hal

tersebut menunjukan bahwa mahasiswa telah menunjukan kepeduliannya terhadap

masyarakat sosial.
2

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu mahasiswa menjadi

peribadi yang individual, mementingkan kepentingan pribadi dan sering

mengabaikan hak-hak orang lain (Fatimah, 2015). Kemudian tidak sedikit

dijumpai ada mahasiswa yang tidak menunjukan perilaku prososial dengan tidak

menolong apabila melihat orang lain mengalami kesusahan (Sari, 2015).

Contohnya, ketika ada mahasiswa lain, atau dosen yang kesusahan mengeluarkan

motor dari tempat parkir, mahasiswa yang melihat kejadian tersebut tidak

membantu. Akan tetapi, di tempat lain dijumpai mahasiswa yang membantu

mengeluarkan motor. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa respon

perilaku mahasiswa terhadap stimulus itu berbeda-beda, sehingga perilaku

prososial mahasiswa dapat berbeda.

Perbedaan perilaku prososial yang dilakukan mahasiswa dapat terjadi

karena adanya perbedaan nilai-nilai yang diajarkan (Sari, 2015). Hal ini

disebabkan oleh adanya proses internalisasi dari nilai-nilai masing-masing

fakultas jurusan (Bashori, 2017). Penelitian ini menggunakan responden

mahasiswa jurusan Teknik Lingkungan, Farmasi, dan Psikologi. Dengan demikian

proses internalisasi yang terjadi pada mahasiswa Teknik Lingkungan adalah

berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh jurusan Teknik lingkungan. Contohnya,

pada jurusan ini mahasiswa dituntut untuk dapat berkarir dengan profesional di

bidang teknik dan lingkungan, sehingga matakuliah yang diajarkan lebih banyak

mengasah kemampuan mengolah dan mengatasi limbah, air, dan udara

(Environmental.uiiac.id). Berdasarkan materi yang diajarkan tersebut dapat


3

dikatakan bahwa mahasiswa Teknik Lingkungan berinteraksi dengan benda mati

selama belajar.

Selanjutnya adalah mahasiswa dari jurusan Farmasi, pada jurusan Farmasi

mahasiswa dituntut untuk profesional meningkatkan layanan kefarmasian dan

kreatif untuk menciptakan lapangan kerja kefarmasian, serta mampu berkompetisi

di pasar Global. Berdasarkan tuntutan tersebut mahasiswa jurusan Farmasi dilatih

melalui matakuliah dan praktikum yang melibatkan senyawa kimia, hewan, dan

tumbuhan. Meskipun matakuliah yang diajarkan lebih banyak berinteraksi dengan

benda mati, mahasiswa jurusan Farmasi juga dituntut agar mampu melayani setiap

klien dengan baik. Sehingga dalam perkuliahan mahasiswa diajarkan tentang ilmu

konseling sebagai bekal ilmu interaksi dengan sesama manusia (Buku panduan

akademik Farmasi).

Terakhir adalah mahasiswa jurusan Psikologi yang tergolong ke dalam

Ilmu Sosial. Mahasiswa Psikologi dituntut untuk Profesional, memiliki kepekaan,

dan ketrampilan sosial dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan di masyarakat,

dengan demikian mahasiswa jurusan Psikologi dilatih dengan matakuliah yang

mengajarkan tentang interaksi dengan orang lain, empati kepada orang lain, dan

perihal yang berkaitan dengan tuntutan akademik. Hal tersebut yang membuat

mahasiswa Psikologi terbiasa dalam berinteraksi dengan orangl lain. Berdasarkan

perbedaan dari internalisasi yang dialami oleh mahasiswa masing-masing jurusan

di atas maka penelitian ini dilakukan untuk meninjau lebih jauh perbedaan

perilaku prososial dari prosi Teknik Lingkungan, Farmasi dan Psikologi.


4

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik

perbandingan perilaku prososial pada mahasiswa prodi Teknik lingkungan,

Farmasi, dan Psikologi.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

di bidang ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikologi sosial dalam

perbandingan perilaku prososial pada mahasiswa prodi Teknik lingkungan,

Farmasi, dan Psikologi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

secara khusus terkait perilaku prososial pada mahasiswa dan mahasiswi di

prodi Teknik lingkungan, Farmasi, dan Psikologi, sekaligus menjadi masukan

bagi mahasiswa dan mahasiswi agar senantiasa melakukan perilaku prososial.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait perilaku prososial dilakukan oleh Caprara, Steca, Zelli,

dan Capanna, pada tahun 2005 di Italia dengan judul A new scale for measuring

adults prosocialness. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan

perilaku prososial orang dewasa dan menguji pengukuranya dengan menggunakan

teori respon item (IRT), responden yang digunakan sebanyak 2.574 orang dewasa.
5

Hasil penelitian ini adalah analisis IRT yang digunakan sangat mendukung

pengukuran efektifitas dan sensitivitas 16 aitem prososial.

Penelitian lainnya terkait perilaku prososial juga di teliti oleh Konrath,

Falk, Forbis, Liu, Swain, Tolman, Chuningman, dan Walton, pada tahun 2015

dengan judul Can text message increase empathy and prosocial behaviour? The

Development and initial validation of text to connect. Subjek penelitian berjumlah

90 siswa, dengan tujuan penelitian untuk menjelaskan perkembangan dan validasi

dari program pesan searah yang di desain untuk meningkatkan hubungan empati

hasil dari remaja dan untuk lebih memahami sifat multifaset empati.

Hasilnya dalam studi tersebut di temukan bahwa siswa menggunakan program

tersebut untuk meningkatkan perilaku prososial dan motivasi empati.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fatimah tahun 2015 di universitas

Muhammadiyah Surakarta dengan judul Hubungan antara empati dengan

perilaku altruisme pada mahasiswa Psikologi di universitas Muhammadiyah

Surakarta. Penelitian tersebut menggunakan responden sebanyak 75 mahasiswa

Psikologi angkatan 2011-2013 dengan menggunakan skala empati dan perilaku

altruisme. Hasil penelitian tersebut adalah ada hubungan positif antara empati dan

perilaku altruisme pada mahasiswa Psikologi. Hasil lainnya adalah tingkat empati

dan perilaku altruisme tergolong pada kategori tinggi.

Keaslian penelitian yang dilakukan peneliti dibandingkan dengan beberapa

penelitian di atas terletak pada :


6

1. Keaslian Topik

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Caprara, Steca, Zelli, dan Capanna,

Pada tahun 2005 di Italia dengan judul A new scale for measuring adults

prosocialness, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

Perilaku prososial pada mahasiswa di universitas “X”, Yogyakarta. Apabila

dilihat dari segi topik, penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dari

penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan topik Perilaku prososial

pada mahasiswa universitas “X”.

2. Keaslian Responden

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif

Universitas “X”.

3. Keaslian Metode

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif dengan

satu variabel dan melakukan perbandingan terhadap tiga kelompok

responden.

Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan peneliti mengenai

perilaku prososial pada mahasiswa di Universitas “X”, Yogyakarta dikatakan

orisinil. Hal ini karena penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian

sebelumnya jika dilihat dari keaslian topik, keaslian responden, dan keaslian

metode.

Anda mungkin juga menyukai