Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
Menyetujui :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik IKM dengan judul“UPAYA
PERBAIKAN KUALITAS AIR BERSIH, PENINGKATAN PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI, SERTA PENURUNAN ANGKA PEROKOK SECARA
TEPAT PADA RT 006/RW 014 KELURAHAN SIMOKERTO, SURABAYA”
dengan baik. Kegiatan yang kami laksanakan merupakan upaya untuk
memahami proses manajemen Puskesmas secara langsung. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Kami menyadari bahwa Laporan UKM yang kami susun masih jauh
dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga
laporan UKM ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskemas
2.1.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -
tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat
(Depkes, 2014).
c. Kemandirian masyarakat
4. Kesehatan lingkungan
2. Pelaksana SMD
3. Pengolahan SMD
3. Pelaksanaan
4. Tindak lanjut
5. Pengolahan data
b. Prioritas masalah
4. Dokumentasi
2.4 Kemuning
2.4.1 Deskripsi
Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan India,
Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning bersosok perdu dengan tinggi
mencapai 8 meter. Selain tumbuh liar di semak belukar, kemuning juga
ditanam orang sebagai tanaman hias. Tempat tumbuhnya dari dataran
rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 400 meter di atas
permukaan laut .
2.4.2 Klasifikasi
Sistematika tumbuhan kemuning adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Murraya
2.5.2 Klasifikasi
Asam Jawa (Tamarindus indica L.) termasuk kedalam suku
Fabaceae (Leguminose). Spesies ini adalah satu-satunya anggota marga
Tamarindus. Secara taksonomi, penggolongan tanaman Asam Jawa
menurut (Judd – Campbell – Kellog – Sclecens – Donoghue, 2007), adalah
sebagai berikut:
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Asam lemak bebas (free fatty acids, FFA) yang juga disebut
unesterified fatty acids (UFA) atau nonsteroid fatty acids (NEFA) adalah
asam lemak yang berada dalam keadaan tidak teresterifikasi. Di plasma
FFA rantai-panjang berkaitan dengan albumin, dan di sel asam-asam ini
melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya
asam-asam lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak
rantai pendek lebih larut air dan terdapat dalam bentuk asam tak-
terionisasi atau sebagai anion asam lemak (Murray, et al, 2006).
2.6.2 Lipoprotein
Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk
digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut didalam air, masalah cara
pengangkutan lipid dalam plasma yang berbahan dasar air, dipecahkan
dengan cara menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester
kolesterol) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein
untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat becampur dengan air (Murray,
et al, 2006).
HDL disintesis dan disekresikan dari hati dan usus. Namun, apo C
dan apo E disintesis dihati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus
ketika HDL usus ini memasuki plasma. Fungsi utama HDL adalah sebagai
tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam
metabolisme kilomikron dan VLDL. HDL nascent terdiri dari lapis-ganda
fosfolipid diskoid yang mengandung apo A dan kolesterol bebas.
Lipoprotein ini serupa dengan partikel yang ditemukan yang ditemukan di
dalam plasma pasien dengan defisiensi enzim plasma lesitin kolesterol
asiltransferase (LCAT) dan didalam plasma pasien ikterus obstruktif. LCAT
dan activator LCAT apo A-1- berikatan dengan partikel diskoid, dan
fosfolipid permukaan serta kolesterol bebas diubah menjadi ester
kolesterol dan lisolesitin. Ester kolesterol nonpolar bergerak menuju bagian
interior hidrofobik dari lapis-ganda, sementara lisolesitin dipindahkan ke
albumin plasma. Oleh karena itu, terbentuk bagian inti yang nonpolar, yang
membentuk HDL pseudomisel sferis yang dibungkus oleh lapisan
permukaan lipid polar dan apolipoprotein. Hal ini mempermudah
pengeluaran kelebihan kolesterol yang tidak teresterifikasi dari lipoprotein
dan jaringan (Murray, et al, 2006).
2.6.3 Kolesterol
Kolesterol terdapat di jaringan plasma sebagai kolesterol bebas
atau dalam bentuk simpanan, yang berkaitan dengan asam lemak rantai-
panjang sebagai ester kolesterol. Didalam plasma, kedua bentuk tersebut
diangkut dalam lipoprotein. Kolesterol adalah lipid amfipatik dan
merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar
lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-
KoA dan merupakan prekusor semua steroid lain ditubuh, termasuk
kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D. sebagai produk
tipikal metabolisme hewan, kolesterol terdapat dalam makan yang berasal
dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati dan otak (Murray, et al,
2006).
2.7 Tumpeng
2.7.1 Sejarah
Tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau
Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan
dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai
permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan
pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan
sebelumnya digelar pengajian Al Quran. Menurut tradisi Islam Jawa,
"Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen metu kudu sing
mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada
satu unit makanan lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan; akronim dari:
yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-
sungguh) Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka
7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat
akronim itu, berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra' ayat 80: "Ya
Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan
keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-
Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan". Menurut beberapa
ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW waktu akan hijrah keluar
dari kota Mekah menuju kota Madinah. Maka bila seseorang berhajatan
dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan
kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan
terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan
pertolongan. Dan itu semua akan kita dapatkan bila kita mau berusaha
dengan sungguh-sungguh.
Faktor demografi
Gaya hidup
Autoimun
Idiopatik
DNA mitokondria
Pankreatitis
tumor/pankreatektomi
pankreatopati fibrokalkulus
d) Endokrinopati
akromegali
sindrom Cushing
feokromositoma
hipertiroidisme
f) Infeksi
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai
oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Keturunan
Obesitas / Kegemukan
Hipertensi
Penyakit kronis
Kurang gizi.
Inkretin
Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian sel beta
pancreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses
autoimun, meski rinciannya masih samar. Pertama, harus ada kerentanan
genetik terhadap penyakit ini. Kedua, keadaan lingkungan biasanya
memulai proses ini pada individu dengan kerentanan genetik. Infeksi virus
diyakini merupakan satu mekanisme pemicu tetapi agen non infeksius juga
dapat terlibat. Ketiga, dalam rangkaian respon peradangan pankreas,
disebut insulitis. Sel yang mengifiltrasi sel beta adalah monosit atau
makrofag dan limfosit T teraktivasi. Keempat, adalah perubahan atau
transformasi sel beta sehingga tidak dikenali sebagai sel sendiri, tetapi
dilihat oleh sistem imun sebagai sel. Kelima, perkembangan respon imun
karena dianggap sel asing terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja
bersama-sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah
perusakan sel beta dan penampakan diabetes.
Faktor keturunan.
Baik pada DM tipe 1 atau 2, jika kadar glukosa dalam darah melebihi
ambang batas ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urine.
Pada DM tipe II, jumlah insulin normal atau mungkin jumlahnya banyak,
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat dalam permukaan sel
berkurang. Akibatnya glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2002).
Glukagon meningkat
DM TIPE I DM TIPE II
DIAGNOSA
Hiperglikemi
>150 mg%
Glicogenesis Insulin
Hepar (terutama) Otak
tidak mampu Otot + jaringan
lemak (reseptor
DM Tipe I
Genetik,kerusa
kan pancreas
Obat minum ( obat DM Oral)
Oral kombinasi
Insulin
Oral + Insulin
2.8.7 Manifestasi Klinis (FKUI, 2007)
Gejala Kronik
Poliuria.
Polidipsia.
Polifagia.
Kesemutan.
Keputihan.
Penglihatan terganggu.
Cepat lelah.
Komplikasi Lemas
Mual
Sakit kepala
Kronik Akut Berdebar
Tremor
Lapar
Keringat dingin
Pembuluh Darah lebih
Bingung
Sel
darah asam Ngantuk
saraf Sulit bicara
Koma
Neurop Koma-DKA
-Otak 2x
ati asidosis
-Jantung laktat
2x
Impoten 50-
-Ginjal 7x
70 % pria DM
-Mata
25x
Amputasi Baal
kaki 5x
2.8.8 DIAGNOSIS (Taufik, 2010)
GD Sewaktu ( 2 jam PP) > 200 mg% ditambah Gejala klinis khas
( poliuri,polidipsi,polifagi)
Bila GD Puasa > 126 mg% atau dan GD Sewaktu > 200mg% ( 2 jam PP)
tanpa gejala klinik yang khas, maka :
Cek Ulang GD
1) Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL atau lebih ditambah gejala
khas diabetes.
2) Glukosa darah puasa 126 mg/dL atau lebih pada dua kali
pemeriksaan pada saat berbeda.
Bila ada keraguan, perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) atau
yang populer disebut OGTT (Oral Glukose Tolerance Test) dengan
mengukur kadar glukosa puasa dan 2 jam setelah minum 75 g glukosa
(Suyono, 2002).
GD puasa diperiksa
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara
reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat
dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan, terutama untuk
memantau kadar glukosa darah. Secara berkala, hasil pemantauan
dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional.
Bukan Belum DM
DM pasti DM
Kadar glukosa darah
sewaktu <110 110-199 >200
plasma vena < 90 90 - 199 >200
darah kapiler
Kadar glukosa darah
puasa <110 110-125 >126
plasma vena < 90 90 - 109 >110
darah kapiler
* metoda enzimatik
Atau
* Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain,
kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat.
**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di klinik
OLAHRAGA
Waktu 30 – 60 menit
Curah jantung 5 – 6x
Glukagon
Hormon pertumbuhan
Katekolamin
Kortisol
Bila gerak badan lama (2 jam) utilisasi asam lemak bebas (free fatty
acid) di jaringan periferi.
Efek Metabolik
▫ Sensitivitas
▫ Enzim oudative
Efek Kardiovaskular
▫ HBAIC
▫ Trigliserida serum
▫ HDL cholesterol
▫ Transpotasi oxygen
▫ Cardiac dynamic
Latihan Jasmani :
Continuous
Rhytmical
Interval
Progressive
Endurance training
Contoh :
berat : Jogging
Kontraindikasi absolut :
. Retinopati proliferatif
Kontraindikasi relatif :
1) Obat Anti Diabetes (OAD) atau Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang
berfungsi untuk merangsang kerja pankreas untuk mensekresi
insulin.
b) Golongan Biguanid
e) Golongan Vildagliptin
Golongan Sulfonilurea*
Glimepirid** 1 mg 6 mg 1 kali
Golongan Biguanid
Ada berbagai cara kombinasi OHO dan insulin (OHO + insulin kerja
cepat 3 kali sehari, OHO + insulin kerja sedang pagi hari, OHO + insulin
kerja sedang malam hari). Yang banyak dipergunakan adalah kombinasi
OHO dan insulin malam hari mengingat walaupun dapat diperoleh
keadaan kendali glukosa darah yang sama, tetapi jumlah insulin yang
diperlukan paling sedikit pada kombinasi OHO dan insulin kerja sedang
malam hari.
Kurus / Malnutrisi
Kehamilan
Pembedahan
Pasien yang tidak bisa makan
Penyakit hati
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu
20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama
6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang
menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20
menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang.
Stress : 10 s/d 20 %
Diet – 20 s/d 30 %
Note : Peningkatan berat badan selama hamil tidak boleh lebih dari 12
kg
Komposisi makanan
60 % Karbohidrat
20% Protein
20% Lemak
Protein 10 - 15%
Lemak 20 - 25%
Untuk penentuan status gizi, dipakai Body Mass Index (BMI) = Indeks
Massa Tubuh (IMT).
BB (kg)
BMI = IMT =
{TB (m)}2
Status gizi :
Berat Badan kurang = < 90% BB idaman
b) Prinsip Diet
c) Syarat Diet
e) Macam diet
Energi
(kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein 50 55 60 65 70 80 85 90
(gr)
Lemak 30 35 40 45 50 55 65 65
(gr)
f) Standar diet
h) Pedoman diet
1. Komplikasi akut :
Symptom DM (poliuri,polifagi,polidipsi)
Hipotensi
Tachicardi
Respirasi Kussmaul
Penurunan kesadaran
2. Komplikasi kronis :
Microangiopathy
Macroangiopathy
1) Komplikasi Akut :
a) Reaksi Hipoglikemia
b) Koma diabetik
2) Komplikasi Kronis
a) Komplikasi mikrovaskuler
b) Komplikasi makrovaskuler
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.
A. Penyulit akut :
1) Ketoasidosis Diabetik
3) Hipoglikemia
B. Penyulit menahun
1) Makroangiopati :
2) Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
3) Neuropati
a. Definisi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bab I pasal I ayat 2, lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah,
2011).
b. Batasan Lansia
d. mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
meninggal atau pergi jauh dan atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah.
a. Tahu (Know)
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang memahami cara pemberantasan penyakit deman
berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M
(mengubur,menutup,dan menguras), tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya,
tempat- tempat penampungan air tersebut.
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
Menurut Wawan & Dewi (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dalam diri seseorang antara lain:
1) Faktor Internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
2) Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok.
b. Sosial Budaya
2.10.3 SIKAP
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
c. Menghargai (valuing)
a. Pengalaman Pribadi
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah.
d. Media Massa
f. Faktor Emosional
Menurut Wawan & Dewi (2010) bentuk perilaku terdiri dari 2 macam yaitu:
2.12 KESEHATAN
7. Jauhi asap rokok dan zat adiktif lainnya (tidak merokok, minuman
keras, ganja).