Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


COVID-19 adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus
corona baru, yang baru ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019.
Penyakitnya disebut Coronavirus Disease 19. Virus penyebab penyakit ini
disebut dengan 2019 Novel Corona Virus atau nama lainnya adalah SARS
Coronavirus 2.(IDAI,2020) . Secara global, total kasus konfirmasi COVID-19
per tanggal 4 September 2021 adalah 219 juta kasus dengan 4,55 juta
kematian 215 Negara Terjangkit. Di Indonesia, total kasus konfirmasi
COVID-19 yaitu 4,12 juta dengan 135 ribu kematian. (Kemkes RI,2020).
Menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia
membawa risiko untuk sejumlah besar infeksi dan penyebaran virus yang
tinggi. Oleh karena itu saat ini pemerintah sangat giat menggalakkan upaya
pencegahan yang menyeluruh dan terpadu meliputi aspek pencegahan dengan
penerapan protokol kesehatan: menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun
dan memakai masker (3M), vaksinasi COVID-19, dan 3T (Tes, Telusur,
Tindak lanjut).
Vaksinasi COVID-19 adalah bagian penting dari upaya penanganan
pandemi COVID-19. Tujuan utama vaksinasi COVID-19 adalah mengurangi
transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd
imunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif
secara sosial dan ekonomi.
Perubahan sistem imuntas yang terjadi pada kehamilan dapat membuat
ibu hamil lebih rentan terhadap gangguan kesehatan salah satunya paparan
coronavirus (Nurdianto, 2020). Pada kehamilan trimester pertama infeksi
coronavirus dapat mempengaruhi janin. Semakin dini kasus infeksi, semakin
besar pula risiko mengalami keguguran (Briet, 2020). Studi pada 8549 wanita
yang dilakukan oleh WHO (2020) wanita hamil dengan covid-19 lebih

1
memungkinkan melahirkan secara premature. Beberapa penelitian dampak
Covid-19 pada ibu hamil berisiko mengalami keguguran, gawat janin,
persalinan premature, ketuban pecah dini, dan gangguan pertumbuhan janin
(Xu, 2020). Datadari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)
dalam berita yag disampaikan kepada media pertanggal 02 Juli 2021 terdapat
536 ibu hamil terkonfirmasi Covid-19 dengan angga kematian sebesar 3%,
Sampai saat ini, informasi menganai kasus covid-19 pada ibu hamil masih
terbatas, hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk menghindari penularan
covid19 selain menjaga jarak tertentu, mencuci tangan, dan menggunakan
masker, peningkatan pengetahuan tentang covid-19 harus dimiliki oleh ibu
hamil (Burhan et al, 2020; Ganing, 2020) Pengetahuan tentang covid-19 yang
dimiliki ibu hamil dapat memberikan kemampuan untuk menerima,
mempertahankan, dan menngunakan informasi yang benar , sehingga akan
menimbulkan sikap sebagai respon atau reaksi yang memberikan
kencenderungan untuk bertindak atau berperilaku.
Sesuai himbauan pemerintah melalui surat edaran HK.02.01/11 200'1-
12021 tentang Vaksinasi Covid-19 Bagi Ibu Hamil Dan Penyesuaian Skrining
Dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bahwasanya mulai tanggal 2 Agustus
2021 dapat dimulai pemberian vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil dengan
prioritas pada daerah risiko tinggi. Maka dari itu penulis ingin mengetahui
tentang tingkat pengetahuan para ibu hamil di Puskesmas Air Tawar mengenai
Vaksinasi Covid-19

1.2. Rumusah Masalah


Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar tentang
Vaksinasi Covid-19?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar
tentang Vaksinasi Covid-19

2
1.3.2. Tujuan Khusus
 Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar
tentang Covid-19
 Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar
tentang Vaksinasi Covid-19

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
 Bagi peneliti
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar
tentang Vaksinasi Covid-19
 Bagi masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya Vaksinasi
Covid-19
 Bagi pelayanan kesehatan
Untuk mengevaluasi pemberian layanan berupa Vaksinasi Covid-19
 Bagi peneliti lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber data untuk kepentingan
penelitian lebih lanjut

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dari pengindraan
manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2012).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa
adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan
mengenali atau mengingat kembali halhal atau keterangan yang
pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).
2. Memahami (comprehension)
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding)
tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal
yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi
meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini
misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan,
menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.
3. Menerapkan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang
sudah di pahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4
4. Analisa (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi
rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang
berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk
susunan berarti.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali
bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan
yang mengandung arti tertentu.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal
yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya,
sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang
hal yang sedang dinilainya.

2.1.3. Cara-cara Memperoleh Pengetahuan


Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Cara Coba-Salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba)
and error (gagal atau salah) atau metode cobasalah (coba-coba).
2. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan
enzim urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summers
sedang bekerja dengan ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin
bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam

5
kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,
ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam kulkas tersebut timbul
kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.
3. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa
yang dikemukakannya adalah benar.
4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
5. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
6. Cara Akal Sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang
tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,

6
atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah
merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan
anak.
7. Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”
atau lebih popular disebut metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2010)

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1. Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
2. Informasi
Seorang yang mempunyai informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih banyak pula.
3. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
4. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik
dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan
dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang
akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi
cara itu.

7
5. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah buruk, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun.
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh utama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berpikir seseorang (Notoatmodjo, 2010).

2.1.5. Pengukuran Pengetahuan


Menurut Arikunto (2006) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatannya. Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Baik: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari
seluruh pertanyaan
2. Cukup: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari
seluruh pertanyaan
3. Kurang: Bila subyek mampu menjawab dengan benar < 56% dari
seluruh pertanyaan

2.2. Covid-19
2.2.1 Definisi Covid-19
Nama coronavirus berasal dari bahasa Latin corona, yang berarti
"mahkota" atau "halo", yang mengacu pada penampilan karakteristik yang
mengingatkan kita pada matahari korona di sekitar virion (partikel virus)
bila dilihat di bawah dua dimensi oleh mikroskop elektron transmisi.

8
Corona virus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
corona virus yang baru ditemukan. (Chen et al.,2020).
Coronavirus adalah sekelompok virus terkait yang menyebabkan
penyakit pada mamalia dan burung-burung. Pada manusia, coronavirus
menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang bisa ringan, seperti
beberapa kasus flu biasa (di antara kemungkinan penyebab
lainnya,terutama rhinovirus), dan lainnya yang dapat mematikan, seperti
SARS, MERS, dan COVID-19 (Gao et al., 2020).

2.2.2 Epidemiologi Covid-19

Sejak kasus pertama di Wuhan, kasus COVID-19 di China terus


meningkat setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Awalnya laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,
kemudian meningkat hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China.
Pada 30 Januari 2020, China telah mengonfirmasi 7.736 kasus COVID-19,
dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,
Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada,
Finlandia, Prancis, dan Jerman. COVID-19 pertama dilaporkan di
Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah dua kasus dan data
per 31 Maret 2020 menunjukkan 1.528 kasus yang terkonfirmasi dan 136
kasus kematian.
Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada Maret 2020, terdapat
693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika
Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan lebih banyak kasus
dan kematian daripada China. Amerika Serikat menempati ururtan pertama
dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020, diikuti oleh Spanyol
dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di
dunia, yaitu 11,3%. (Susilo et al.,2020).

9
2.2.3 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam, batuk dan sesak
nafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak nafas yang memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala pernafasan lainnya.
Setengah dari pasien mengalami sesak dalam satu minggu. Pada kasus
yang berat, perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik dan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang muncul jika
terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini adalah kondisi teringan. Gejala yang muncul
merupakan gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap
muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri
tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia
dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi
tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus tidak
disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi
ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan
sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-
anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau
takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat. Definisi
takipnea pada anak:

10
 < 2 bulan : ≥ 60x/menit
 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40x/menit.
c. Pneumonia berat
Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis
dilakukan dengan diagnosis klinis, yang mungkin didapatkan
hasil penunjang yang tidak menunjukkan komplikasi. Pada
pasien dewasa:
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi
saluran napas
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >
30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen
pasien < 300 mmHg.
 Sianosis central atau SpO2
 Distress napas berat (retraksi dada berat)
 Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau
minum; letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah
diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS
berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan
tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi
(FIO₂) kurang dari< 300 mmHg.
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah pencitraan
toraks seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada
pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral,
tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru
atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan
pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk
mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak
ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk

11
melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat
keparahan ARDS serta terapi.
Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa:
 ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
(dengan PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
 ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg
dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
 Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga
ARDS (termasuk pasien tanpa ventilasi)
Anak:
 Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full
wajah : PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
 ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index
(OI) < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
 ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤
oxygenation index using SpO2 (OSI) < 12.3
 ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.3
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh
terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan
disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan
status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat,
saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan
darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium
koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau
hiperbilirubinemia.
Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) dapat
digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24

12
dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia
melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi
(trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular
(hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung
dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang
atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor
Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥
2 poin. Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau
terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory
Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu
abnormal atau hitung leukosit.
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi
volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2
mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan
tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata
tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-
3 kondisi berikut :
 Perubahan status mental
 Bradikardia atau takikardia
 Pada balita: frekuensi nadi 160x/menit
 Pada anak-anak: frekuensi nadi 150x/menit26
 Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi
hangat dengan bounding pulse
 Takipnea
 Kulit mottled atau petekia atau purpura
 Peningkatan laktat
 Oliguria
 Hipertemia atau hipotermia

13
2.3 Vaksinasi Covid-19

2.3.1 Definisi Vaksin


Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah
diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu.
2.3.2 Definisi Vaksinasi
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi
kebal atau terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan, biasanya dengan pemberian vaksin.
2.3.4 Tujuan Vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik
terhadap suatu penyakit tertentu sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan. Tentu, apabila seseorang tidak menjalani vaksinasi maka ia
tidak akan memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian vaksinasi tersebut.
Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di suatu daerah maka
akan terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan
kelompok inilah yang menyebabkan proteksi silang, dimana anak tetap
sehat meskipun tidak diimunisasi karena anak-anak lainnya di lingkungan
tempat tinggalnya sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, sehingga
anak yang tidak diimunisasi ini mendapatkan manfaat perlindungan
melalui kekebalan kelompok yang ditimbulkan dari cakupan imunisasi
yang tinggi tadi. Anak yang tidak diimunisasi tersebut dilindungi oleh
orangorang disekitarnya yang telah kebal terhadap penyakit tertentu
sehingga risiko tertular penyakit dari orang sekitarnya menjadi kecil. Hal
ini menunjukan bahwa imunisasi dengan cakupan yang tinggi dan merata
sangatlah penting.

14
Namun, jika suatu saat anak tersebut keluar dari wilayah dengan
cakupan tinggi tadi, anak tersebut akan memiliki risiko untuk tertular
penyakit karena pada dasarnya ia belum memiliki kekebalan spesifik yang
didapat dari imunisasi
Vaksinasi tidak hanya bertujuan untuk memutus rantai penularan
penyakit dan menghentikan wabah saja, tetapi juga dalam jangka panjang
untuk mengeliminasi bahkan mengeradikasi (memusnahkan/
menghilangkan) penyakit itu sendiri. v Indonesia punya sejarah panjang
dalam upaya penanggulangan penyakit menular dengan vaksinasi atau
imunisasi. Indonesia juga berkontribusi terhadap penanggulangan penyakit
di muka bumi ini melalui pemberian vaksinasi.
Sebagai contoh sejak pertama kali imunisasi cacar dicanangkan
pada tahun 1956, akhirnya penyakit cacar bisa dieradikasi yaitu
dimusnahkan atau dihilangkan di seluruh dunia pada tahun 1974 sehingga
pelaksanaan imunisasi campak distop pada tahun 1980. Pun demikian
dengan polio, sejak imunisasi polio dicanangkan pertama kali tahun 1972,
Indonesia akhirnya mencapai bebas polio tahun 2014. Saat ini dunia,
termasuk Indonesia sedang dalam proses menuju eradikasi polio yang
ditargetkan pada tahun 2023. Contoh lain Indonesia dengan upaya gencar
pemberian imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil, Indonesia akhirnya
mencapai status eliminasi tetanus maternal dan neonatal tahun 2016.

2.3.5 Cara Kerja Vaksin


Vaksin adalah produk biologi yang diberikan kepada seseorang
untuk melindunginya dari penyakit yang melemahkan, bahkan mengancam
jiwa. Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit
tertentu pada tubuh seseorang. Tubuh akan mengingat virus atau bakteri
pembawa penyakit, mengenali dan tahu cara melawannya.
Kekebalan kelompok atau herd Immunity merupakan situasi
dimana sebagian besar masyarakat terlindung/kebal terhadap penyakit
tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect),
yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dan bukan

15
merupakan sasaran vaksinasi. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai
dengan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata.

2.3.6 Tujuan Vaksinasi Covid-19


Adapun tujuan dari Vaksinasi Covid-19 adalah untuk menurunkan
kesakitan & kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok
(herd immunity) untuk mencegah penularan dan melindungi kesehatan
masyrakat, melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara
menyeluruh serta menjaga produktifitas dan meminimalisasi dampak
sosial dan ekonomi
2.3.7 Jenis-jenis Vaksin Covid-19
Kebutuhan mengembangkan vaksin secara cepat untuk
melawan virus SARS-CoV-2 sangat tinggi beberapa bulan belakangan.
Seluruh peneliti di berbagai dunia dalam segala bidang yang berkaitan
seperti ahli genomik dan struktur biologi saling bahu-membahu untuk
mengembangkan vaksin ini. Para peneliti telah bekerja keras dalam
mengembangkan vaksin berbagai macam virus setidaknya 20 tahun
belakangan dikarenakan munculnya berbagai virus baru yang
menggemparkan dunia, di antaranya virus H1N1, ebola, zika, SARS,
MERS, hingga saat ini Covid-19.
Terdapat beberapa instansi peneliti yang telah melakukan
penelitian dan didanai oleh organisasi pemerintah maupun swasta di
berbagai negara, salah satunya adalah Coalition for Epidemic Preparedness
Innovation (CEPI) yang merupakan organisasi swasta dalam penanganan
epideimi yang didanai oleh Welcome Trust, Bill and Melinda gates
Foundation, European Commission, dan delapan negara lain yang
mendukung pengembangan vaksin melawan patogen epidemik yang
masuk dalam prioritas World Health Organization (WHO) (Lurie et al,
2020). Selain itu terdapat pula instansi lainnya seperti Moderna,
BioNTech, Imperial College London, InoVio, AstraZeneca, Merck, dan
masih banyak lagi yang lainnya.

16
Gambar 1. Update Vaksin Covid-19

2.3.8 Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/9860/2020 menetapkan vaksin yang akan dipakai
dalam program vaksinasi nasional ialah: vaksin corona buatan PT Bio
Farma; vaksin corona buatan Sinovac; vaksin corona buatan AstraZeneca;
vaksin corona buatan Sinopharm; vaksin Moderna; dan vaksin corona
buatan Pfizer-Biontech.
Pemerintah telah memulai program vaksinasi Covid-19 pada 13
Januari 2021, dengan Presiden Joko Widodo sebagai penerima suntikan
pertama. Pemerintah menargetkan vaksinasi Covid-19 mencakup 181,5
juta warga berusia di atas 18 tahun, dan berlangsung hingga Maret 2022.
Program yang bertujuan membentuk kekebalan kelompok (herd immunity)
terhadap virus corona itu, membutuhkan setidaknya 426 juta dosis vaksin.
Pada tahap awal, vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin corona buatan
Sinovac Life Science, perusahaan farmasi asal Cina. Vaksin Sinovac telah
mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Hingga 15 Januari 2021, baru vaksin Sinovac yang
sudah tersedia di Indonesia. Sinovac mengirim 3 juta dosis vaksin jadi
pada awal dan akhir Desember 2020. Kemudian, bahan baku setera 15 juta

17
dosis vaksin juga sudah dikirim Sinovac untuk diproduksi oleh PT Bio
Farma.

2.3.9 Vaksin Sinovac


Vaksin corona yang bernama CoronaVac diproduksi oleh Sinovac
Life Science, perusahaan farmasi yang berbasis di Beijing, China. Harga
vaksin Sinovac diperkirakan sekitar Rp200 ribu perdosis, sesuai
keterangan Dirut PT Bio Farma Honesti Basyir pada pertengahan Oktober
2020 lalu. Dokumen persetujuan Emergency Use Authorization (EUA)
atau izin penggunaan pada kondisi darurat yang diterbitkan BPOM RI,
menyatakan vaksin Sinovac bisa digunakan buat orang usia 18-59 tahun.
Sejauh ini, selain Indonesia, sejumlah negara lain yang sudah memesan
vaksin ini di antaranya: Brasil, Turki, Singapura, Filipina, Ukraina,
Thailand, dan Cile.
CoronaVac dikembangkan dengan menggunakan platform
inactivated viruses, atau virus yang sudah dilemahkan. Jadi, vaksin
Sinovac bekerja dengan cara menggunakan partikel virus yang dimatikan
untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa risiko
respons penyakit serius.
Uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac sudah dilakukan di Brasil, Turki,
dan Indonesia. Kepala Badan POM, Penny Lukito sudah menyatakan
bahwa hasil klinis vaksin Sinovac di Bandung menyimpulkan ia memiliki
tingkat efikasi (kemanjuran) mencapai 65,3 persen.
BPOM juga mempertimbangkan hasil uji klinik 3 di Turki yang
menyimpulkan vaksin Sinovac punya efikasi 91,25 persen. Sementara
hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan efikasi vaksin Sinovac
sebesar 78 persen. Ini berarti efikasi vaksin ini jauh di atas batas minimal
menurut ketentuan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 50 persen.
Dosis dan cara pemberian harus sesuai dengan yang
direkomendasikan untuk setiap jenis vaksin COVID-19. Tabel di bawah
ini menjelaskan dosis pemberian untuk setiap jenis platform vaksin
COVID-19.

18
Uji Klinis Vaksin Sinovac
Setidaknya membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan untuk
mengembangkan vaksin baru hingga dapat diproduksi massal.
Perkembangan vaksin hingga dapat digunakan secara massal harus
melewati setidaknya 3 fase. Fase awal adalah uji coba pra-klinis
(Preclinical Testing) yang diujikan kepada hewan seperti monyet atau
tikus untuk melihat respon kekebalan tubuh penerima. Setelahnya
beranjak ke fase pertama (Phase I: Safety Trials), vaksin diberikan
kepada sejumlah pasien untuk menguji keamanan, ketepatan dosis,
dan memastikan rangsangan terhadap sistem imun tubuh penerima. Fase
kedua (Phase II: Expanded Trials), vaksin yang telah lolos uji fase pertama
diujikan kepada ratusan orang yang dikelompokkan berdasarkan usia
untuk melihat keterikatan usia pada pengaruh vaksin. Uji coba ini
kemudian diuji keamanan dan kemampuan vaksin untuk merangsang
kekebalan tubuh pada masing-masing usia. Fase ketiga (Phase III:
Efficacy Trials), vaksin diujikan kembali kepada ribuan orang dan melihat
seberapa banyak yang terinfeksi dibandingkan dengan sukarelawan
placebo (pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu).
Uji coba ini bertujuan untuk menentukan kemampuan vaksin
melindungi terhadap virus korona. Tahap berikutnya adalah approval atau
persetujuan, yakni vaksin yang telah melalui berbagai tahap sebelumnya
ditinjau oleh pemerintah tiap negara (regulator approval) untuk
memutuskan vaksin akan disetujui atau tidak. Selama pandemi, vaksin
dapat hak untuk penggunaan darurat sebelum disetujui secara resmi. Jika

19
kondisi darurat, dapat pula dengan menggabungkan beberapa fase
sehingga akan lebih cepat dikarenakan kebutuhan seperti yang
ditunjukkan. Data pada tanggal 19 Juni 2020 menunjukkan jumlah vaksin
di dunia yang sedang dikembangkan sejumlah lebih dari 140 vaksin untuk
melawan Covid-19.
Dari keseluruhan penelitian vaksin, belum ada yang disepakati
untuk diproduksi massal, terdapat lebih dari 125 vaksin yang terdapat pada
tahap pra-klinis, 10 vaksin yang sedang uji coba fase pertama, 8 vaksin
pada fase kedua, dan hanya 2 vaksin yang diujikan pada fase ketiga (The
New York Times, 2020).
Berdasarkan uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di Indonesia, orang
yang diberikan vaksin Sinovac memiliki risiko hampir 3x lebih rendah
untuk mengalami Covid-19 bergejala dengan efikasi yaitu 65,3% yang
berarti orang yang mendapatkan vaksin Sinovac, risiko terinfeksi Covid-
19 berkurang 65,3% dibandingkan orang yang tidak tervaksinasi. Sampai
saat ini belum ada bukti dapat melindungi seseorang dari terinfeksi Covid-
19
Uji Klinis Fase 2 pada 600 subjek sehat di China menunjukkan
pada 2 kelompok intervensi (vaksinasi pada hari 0-14; dan 0-28) tidak ada
perbedaan bermakna serokonversi pada 2 kelompok intervensi. Titer
neutralizing antibody & IgG pada kelompok Day 0-28 meningkat
signifikan dalam 28 hari setelah vaksinasi kedua, dibandingkan dengan
dengan kelompok Day 0-14. Antibodi bertahan/meningkat sampai 28 hari
setelah vaksinasi kedua. Lebih dari itu belum ada evaluasinya. Titer
neutralizing antibody berkurang sebanding dengan pertambahan usia lebih
tinggi pada subjek usia muda. Uji klinis fase 3 di Indonesia per Maret
2021 membuktikan 99,23% memiliki antibody hingga 3 bulan pasca
penyuntikan.
Komisi Fatwa MUI Pusat sudah menetapkan vaksin COVID-19
produksi Sinovac Lifescience Co yang sertifikasinya diajukan oleh PT
Biofarma sebagai produsen vaksin yang akan memproduksi vaksin
COVID-19, konsorsium dengan Sinovac, suci dan halal.

20
Untuk vaksin COVID-19 lainnya, Pemerintah dan produsen
farmasi di Indonesia terus melibatkan Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal (BPJPH), Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOMUI) dan Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia dalam proses pengujian aspek kehalalan vaksin
COVID-19 yang akan dikembangkan dan dihadirkan. Para produsen
vaksin COVID-19 berkomitmen untuk memenuhi standar halal dan
mengikuti mekanisme sertifikasi halal yang berlaku.

2.3.10 Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19


2.3.10.1 Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
Dilaksanakan dalam 4 tahapan dengan mempertimbangkan
ketersediaan, waktu kedatangan dan Tahapan pelaksanaan vaksinasi
COVID 19 dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tahap 1 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran
vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten
tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang
menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Tahap 2 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran
vaksinasi COVID19 tahap 2 adalah: a. Petugas pelayanan publik
yaitu Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik
Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya
yang meliputi petugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal,
perbankan, perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air
minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung
memberikan pelayanan kepada masyarakat. b. Kelompok usia
lanjut (≥ 60 tahun).
3. Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan
dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi.
4. Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022
Sasaran vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat dan pelaku

21
perekonomian lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan
ketersediaan vaksin.
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin
dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian dari Komite
Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory
Group)

2.3.10.2 Sasaran Vaksinasi Covid-19

SDM Kesehatan yang mendapatkan vaksinasi adalah dokter,


perawat, bidan, tenaga kesehatan lainnya (farmasi, gizi, kesmas, dsb),
asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang, koas, SDMK TNI/POLRI.
Selain petugas kesehatan, kelompok yang paling berisiko lainnya
(sebagai garda terdepan) adalah petugas pelayanan publik seperti anggota
TNI/POLRI, Satpol PP, petugas bandara, stasiun kereta api, pelabuhan,
pemadam kebakaran, PLN, PAM yang bertugas di lapangan dan
berhadapan langsung dengan masyarakat.
Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan secara bertahap setelah vaksin
mendapatkan izin dari BPOM berupa Emergency Use of Authorization
(EUA). Calon penerima vaksin COVID-19 akan mendapatkan SMS-Blast
untuk melakukan registrasi ulang dan memilih tempat dan waktu
pelayanan vaksinasi COVID-19.
Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat
atau bidan yang memiliki kompetensi.
Vaksin diberikan hanya untuk mereka yang sehat. Ada beberapa
kriteria individu atau kelompok yang tidak boleh di imunisasi Covid-19 :
a. Orang yang sedang sakit Orang yang sedang sakit, tidak boleh
menjalani vaksinasi. Jika sedang sakit, peserta harus sembuh
terlebih dahulu sebelum divaksin.
b. Memiliki penyakit penyerta. Orang dengan penyakit penyerta
yang tidak terkontrol seperti diabetes atau hipertensi disarankan
tidak menerima vaksin. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan
vaksinasi, semua orang akan dicek kondisi tubuhnya terlebih

22
dahulu. Mereka yang memiliki penyakit komorbid harus dalam
kondisi terkontrol untuk mendapat persetujuan vaksinasi dari
dokter yang merawat.

2.3.11 KIPI Vaksinasi Covid-19


KIPI merupakan semua kejadian medik yang diduga berhubungan
dengan imunisasi. Dalam rangka pemantauan dan penanggulangan KIPI,
dilakukan upaya surveilans KIPI serta pengkajian oleh komite independen
yaitu Komite Nasional dan Komite Daerah Pengkajian dan
Penanggulangan KIPI (KOMNAS dan KOMDA PP KIPI). Berdasarkan
laporan yang masuk, sebagian besar klasifikasi KIPI adalah koinsiden
(kejadian kebetulan, tidak berhubungan dengan produk vaksin maupun
prosedur vaksinasi).
Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam, pada
umumnya ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta
bergantung pada kondisi tubuh. Efek simpang ringan seperti demam dan
nyeri otot atau ruamruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar
namun tetap perlu dimonitor. Melalui tahapan pengembangan dan
pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat terlebih
dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin
jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak
divaksin. v Apabila nanti terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI),
kita sudah ada Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI
maupun komite di setiap daerah untuk memantau dan menanggulangi
KIPI.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir
sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain:
1. Reaksi lokal, seperti nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat
suntikan dan reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
2. Reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh
(myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan lemah, dan sakit kepala.
3. Reaksi lain, seperti alergi misalnya urtikaria, oedem, reaksi
anafilaksis, dan syncope (pingsan)

23
Petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima vaksin untuk
minum lebih banyak, menggunakan pakaian yang nyaman, kompres atau
mandi air hangat, dan meminum obat paracetamol sesuai dosis. Untuk
mengantisipasi terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius,
sasaran diminta untuk tetap tinggal di tempat pelayanan vaksinasi selama
30 menit sesudah vaksinasi dan petugas harus tetap berada di tempat
pelayanan minimal 30 menit setelah sasaran terakhir divaksinasi.
Untuk pemantauan dan penanggulangan KIPI, Menteri Kesehatan
membentuk Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI, serta
Gubernur membentuk Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan
KIPI. Berdasarkan laporan yang masuk, sebagian besar kasus KIPI yang
terjadi adalah KIPI ringan atau koinsiden (tidak berhubungan dengan
pemberian imunisasi. Apabila terjadi KIPI, baik KIPI ringan maupun KIPI
serius, masyarakat harus melaporkan kepada petugas kesehatan yang ada
di fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan layanan vaksinasi atau
ke puskesmas terdekat.

2.3.12 Vaksinasi Covid-19 untuk Ibu Hamil


Perkembangan kasus COVID-19 menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan kasus ibu hamil terkonfirmasi COVID-19 di sejumlah kota
besar di Indonesia dalam keadaan berat (severe case). Wanita hamil
memiliki peningkatan risiko menjadi berat apabila terinfeksi COVID-19,
khususnya pada wanita hamil dengan kondisi medis tertentu . Dengan
mempertimbangkan semakin tingginya jumlah ibu hamil yang terinfeksi
COVID-19 dan tingginya risiko bagi ibu hamil apabila terinfeksi COVID-
19 menjadi berat dan berdampak pada kehamilan dan bayinya , maka
diperlukan upaya untuk memberikan vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil.
Upaya pemberian vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil tersebut juga telah
direkomendasikan oleh Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional
(ITAGI)
Berdasarkan surat edaran Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia melalui surat edaran HK.02.01/11 200'1- 12021 tentang

24
Vaksinasi Covid-19 Bagi Ibu Hamil Dan Penyesuaian Skrining Dalam
Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bahwasanya mulai tanggal 2 Agustus
2021 dapat dimulai pemberian vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil
dengan prioritas pada daerah risiko tinggi. Vaksin yang dapat digunakan
untuk ibu hamil ini adalah vaksin COVID-19 platform mRNA Pfizer dan
Moderna, dan vaksin platform inactivated Sinovac, sesuai ketersediaan.
Pemberian dosis ke-1 vaksinasi COVID-19 tersebut dimulai pada trimester
kedua kehamilan, dan untuk pemberian dosis ke-2 dilakukan sesuai
dengan interval dari jenis vaksin

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan
cross-sectional yang bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan para ibu
hamil di Puskesmas Air Tawar mengenai Vaksinasi Covid-19 dengan cara
pemberian kuesioner terhadap sample penelitian.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar melalui
kuesioner yang diberikan pada ibu hamil yang menjalankan ANC dengan
pengambilan data menggunakan kuesioner online (google-form) yang
dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2021

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

· Populasi target pada penelitian ini adalah para ibu hamil di Indonesia
· Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah para ibu hamil di
Puskesmas Air Tawar

3.3.2. Sampel

· Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi


dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi serta terpilih dengan
mekanisme convenience sampling.

3.3.2.1. Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience
sampling melalui grup Whatsapp kepada seluruh ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Air Tawar dan kuesioner langsung kepada ibu hamil yang
melakukan ANC di Poli Ibu Hamil Puskesmas Air Tawar. Metode ini

26
dipilih karena merupakan salah satu metode yang efektif untuk dapat
merepresentasikan seluruh populasi dengan durasi penelitian yang singkat.

3.3.2.2. Besar Sampel

Sampel penelitian yang diambil merupakan subjek dari populasi


sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Besar sampel
pada penelitian ini diambil dengan rumus Slovin, yaitu:

N
n=
1+ N (d ²)

Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
N = Besar populasi
d = Batas toleransi kesalahan (ditentukan sebesar 0.15)

maka perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

N 97
n= = =30,48 ⋍ 30 Dari hasil tersebut didapatkan
1+ N ( 0.2²) 1+97 (0.15²)
jumlah sampel minimum sejumlah 30 sampel.

3.3.2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.3.2.3.1. Kriteria Inklusi
1. Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar tentang Vaksinasi
Covid-19 baik yang belum maupun sudah diberikan vaksinasi
Covid-19
2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan informed consent
melalui pengisian kuesioner online google form

3.3.2.3.2. Kriteria Eksklusi

27
1. Sampel memiliki keterbatasan fisik dan tidak mampu melakukan
pengisian kuesioner
2. Sampel tidak bersedia mengisi kuesioner online

3.4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Peneliti menggunakan metode kuesioner secara online melalui
googleform yang disebarkan melalui Whatsapp dan pemberian kuesioner
langsung yang berisi petanyaan-pertanyaan untuk mengukur tingkat
pengetahuan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar tentang Vaksinasi Covid-19
Penilaian dilakukan dengan cara persentase jawaban yang
diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut:
A. Pengetahuan baik (skor jawaban responden 76-100%)
B. Pengetahuan cukup (skor jawaban responden 56-75%)
C. Pengetahuan kurang (skor jawaban responden ≤56%)
Dari pengklasifikasian diatas, dapat diketahui bagaimana tingkat
pengetahuan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar tentang Vaksinasi Covid-19 dan akan disajikan dalam bentuk tabel

3.5. Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project

28
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar

Gambar 6. Alur Kerja Pelaksanaan Mini Project

BAB IV

29
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Air Tawar melalui media
online dan telah disetujui oleh pihak terkait dan pemberian kuesioner
secara langsung.. Data yang digunakan adalah data primer yang
mencakup 35 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
para ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Air Tawar terhadap Vaksinasi
Covid-19 yang dapat dilihat melalui nilai dari kuesioner yang dijawab
oleh masing-masing responden yang berjumlah 20 pertanyaan. Kemudian
hasil yang didapatkan dibagi dalam kategori baik, cukup, dan kurang.

Pengetahuan   Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik (76-100%)   17 49%


Cukup (36-75%) 18 51%
Kurang (<56%) 0 0%
Total    35 100%
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor

Berdasarkan tabel 1, tingkat pengetahuan para ibu hamil wilayah


kerja Puskesmas Air Tawar terhadap Vaksinasi Covid-19 dalam kategori
baik yaitu sebanyak 17 orang (49%), kategori cukup 18 orang (51%) dan
kurang bernilai 0 (0%).

Jumlah responden yang sudah maupun belum divaksin dosis ke-1


dapat dilihat dari Tabel 2.

30
20
18
16
14
12
10 Belum Vaksin
8 Sudah Vaksin
6
4
2
0
Baik Cukup Kurang

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sudah / Belum Divaksin

Bedasarkan Tabel 2, dapat dinilai dari 35 orang terdapat 1 orang


(3%) yang sudah divaksin, 34 orang (97%) belum divaksin. Diantara 34
orang yang belum vaksin memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16
orang dan 18 orang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sedangkan
terdapat 1 orang yang sudah divaksin memiliki tingkat pengetahuan baik
4.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden yang diamati adalah usia dan
tingkat pendidikan. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Usia
dapat diamati pada Tabel 3.

20
18
16
14
12
10 Usia >30
8 Usia 20-30
6
4
2
0
Baik Cukup Kurang

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Pada Tabel 3 dapat dinilai distribusi tingkat pengetahuan mengenai


Vaksinasi Covid-19 berdasarkan usia ibu hamil yang dibagi menjadi 2

31
kategori yaitu 20-30 tahun berjumlah 30 orang dan kategori >30
berjumlah 5 orang.
Dari kategori 20-30 tahun, terdapat 15 orang (50%) dengan tingkat
pengetahuan baik dan 15 orang dengan pengetahuan cukup (50%).
Kategori >30 terdapat 2 orang (40%) dengan tingkat pengetahuan baik
dan 3 orang (60%) dengan tingkat pengetahuan cukup.
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tingkat Tingkat Pengetahuan


Pendidika
n Baik % Cukup % Kurang % Total %
SMA /
3 21% 11 78% 0 0% 14 100%
SLTA
Sarjana
5 45% 6 54% 0 0% 11 100%
Muda
S1 6 60% 4 40% 0 0% 10 100%

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel 4 dapat dinilai bahwa tingkat pendidikan


terbagi menjadi SMA yang terdiri dari 14 orang, Sarjana Muda yang
terdiri dari 21 orang, S1 yang terdiri dari 10 orang. Pada tingkat
pendidikan SMA terdapat 3 orang (21%) dengan tingkat pengetahuan
baik dan 11 orang (78%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Pada tingkat
pendidikan Sarjana Muda terdapat 5 orang (45%) dengan tingkat
pengetahuan baik dan 6 orang (54%) dengan tingkat pengetahuan cukup.
Pada tingkat pendidikan S1 terdapat 6 orang (60%) dengan tingkat
pengetahuan baik dan 4 orang (40%) dengan tingkat pengetahuan cukup.

BAB V

32
KESIMPULAN DAN SARAN

11.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat pengetahuan para Ibu hamil di Wilayah KerJa Puskesmas Air
Tawar terhadap Vaksinasi Covid-19 terbilang baik dengan angka 49%
dan cukup dengan angka 51%.
2. Tidak derdapat tingkat pengetahuan kurang pada ibu hamil di
Puskesmas Air Tawar terhadap Vaksinasi Covid-19
3. Pada distribusi frekuensi berdasarkan usia didapatkan tingkat
pengetahuan baik paling banyak pada kategori usia 20-30 tahun yaitu
50% sedangkan >30 hanya 40%
4. Pada distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan
tingkat pengetahuan baik paling banyak didapatkan pada tingkat
pendidikan S1 yaitu 60%, sedangkan Sarjana Muda sebanyak 45%,
SMA/SLTA sebanyak 21%.

11.2. Saran
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkhusus ibu hamil secara
menyeluruh terhadap Vaksinasi Covid-19 melalui media online berupa
poster/leaflet agar angka keberhasilan vaksin di Indonesia meningkat

DAFTAR PUSTAKA

33
1. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Direktorat Jenderal
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
2. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Paket
Advokasi Vaksinasi Covid-19 “Lindungi Diri, Lindungi Negeri”.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Buku
Saku Info Vaksin. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Asik Surya, dr. MPPM. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.
Program Imunisasi Nasional Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
5. https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/juknis-
pelayanan-imunisasi-pada-masa-pandemi-covid-19.pdf?
sfvrsn=cf2391f2_2. Diakses pada 20 April 2021.
6. Rahmi Yuningsih. Uji Klinik Coronavac Dan Rencana Vaksinasi Covid-
19 Massal Di Indonesia. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
7. Kuntjoro Harimurti. Penapisan Untuk Vaksinasi Covid-19. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
8. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia
Kesehatan. Buku Ajar Imunisasi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
9. Marwan. Peran Vaksin Dalam Penanganan Pandemi C19. SMF
Pulmonologi Dan Kedokteran Respirasi Laboratorium Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman – Rsu A.W
Sjahranie Samarinda.
10. Syamaidzar. Review Vaksin Secara Umum Dan Spesifik Covid-19.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. I Dewa Agung Panji Dwipayana. Gambaran Keamanan Vaksin COVID-
19 dan Ulasan Vaksin dalam Uji Klinis Fase 3. Tokyo Institute of
Technology.
12. Iris Rengganis. Vaksinasi COVID-19. Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).

34

Anda mungkin juga menyukai