PENDAHULUAN
1
memungkinkan melahirkan secara premature. Beberapa penelitian dampak
Covid-19 pada ibu hamil berisiko mengalami keguguran, gawat janin,
persalinan premature, ketuban pecah dini, dan gangguan pertumbuhan janin
(Xu, 2020). Datadari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)
dalam berita yag disampaikan kepada media pertanggal 02 Juli 2021 terdapat
536 ibu hamil terkonfirmasi Covid-19 dengan angga kematian sebesar 3%,
Sampai saat ini, informasi menganai kasus covid-19 pada ibu hamil masih
terbatas, hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk menghindari penularan
covid19 selain menjaga jarak tertentu, mencuci tangan, dan menggunakan
masker, peningkatan pengetahuan tentang covid-19 harus dimiliki oleh ibu
hamil (Burhan et al, 2020; Ganing, 2020) Pengetahuan tentang covid-19 yang
dimiliki ibu hamil dapat memberikan kemampuan untuk menerima,
mempertahankan, dan menngunakan informasi yang benar , sehingga akan
menimbulkan sikap sebagai respon atau reaksi yang memberikan
kencenderungan untuk bertindak atau berperilaku.
Sesuai himbauan pemerintah melalui surat edaran HK.02.01/11 200'1-
12021 tentang Vaksinasi Covid-19 Bagi Ibu Hamil Dan Penyesuaian Skrining
Dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bahwasanya mulai tanggal 2 Agustus
2021 dapat dimulai pemberian vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil dengan
prioritas pada daerah risiko tinggi. Maka dari itu penulis ingin mengetahui
tentang tingkat pengetahuan para ibu hamil di Puskesmas Air Tawar mengenai
Vaksinasi Covid-19
2
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar
tentang Covid-19
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Air Tawar
tentang Vaksinasi Covid-19
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dari pengindraan
manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2012).
4
4. Analisa (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi
rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang
berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk
susunan berarti.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali
bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan
yang mengandung arti tertentu.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal
yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya,
sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang
hal yang sedang dinilainya.
5
kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,
ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam kulkas tersebut timbul
kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.
3. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa
yang dikemukakannya adalah benar.
4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
5. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
6. Cara Akal Sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang
tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,
6
atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah
merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan
anak.
7. Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”
atau lebih popular disebut metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2010)
7
5. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah buruk, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun.
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh utama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berpikir seseorang (Notoatmodjo, 2010).
2.2. Covid-19
2.2.1 Definisi Covid-19
Nama coronavirus berasal dari bahasa Latin corona, yang berarti
"mahkota" atau "halo", yang mengacu pada penampilan karakteristik yang
mengingatkan kita pada matahari korona di sekitar virion (partikel virus)
bila dilihat di bawah dua dimensi oleh mikroskop elektron transmisi.
8
Corona virus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
corona virus yang baru ditemukan. (Chen et al.,2020).
Coronavirus adalah sekelompok virus terkait yang menyebabkan
penyakit pada mamalia dan burung-burung. Pada manusia, coronavirus
menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang bisa ringan, seperti
beberapa kasus flu biasa (di antara kemungkinan penyebab
lainnya,terutama rhinovirus), dan lainnya yang dapat mematikan, seperti
SARS, MERS, dan COVID-19 (Gao et al., 2020).
9
2.2.3 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam, batuk dan sesak
nafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak nafas yang memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala pernafasan lainnya.
Setengah dari pasien mengalami sesak dalam satu minggu. Pada kasus
yang berat, perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik dan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang muncul jika
terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini adalah kondisi teringan. Gejala yang muncul
merupakan gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap
muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri
tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia
dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi
tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus tidak
disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi
ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan
sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-
anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau
takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat. Definisi
takipnea pada anak:
10
< 2 bulan : ≥ 60x/menit
2-11 bulan : ≥ 50x/menit
1-5 tahun : ≥ 40x/menit.
c. Pneumonia berat
Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis
dilakukan dengan diagnosis klinis, yang mungkin didapatkan
hasil penunjang yang tidak menunjukkan komplikasi. Pada
pasien dewasa:
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi
saluran napas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >
30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen
pasien < 300 mmHg.
Sianosis central atau SpO2
Distress napas berat (retraksi dada berat)
Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau
minum; letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah
diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS
berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan
tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi
(FIO₂) kurang dari< 300 mmHg.
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah pencitraan
toraks seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada
pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral,
tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru
atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan
pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk
mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak
ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk
11
melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat
keparahan ARDS serta terapi.
Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa:
ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
(dengan PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg
dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga
ARDS (termasuk pasien tanpa ventilasi)
Anak:
Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full
wajah : PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index
(OI) < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤
oxygenation index using SpO2 (OSI) < 12.3
ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.3
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh
terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan
disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan
status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat,
saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan
darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium
koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau
hiperbilirubinemia.
Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) dapat
digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24
12
dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia
melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi
(trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular
(hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung
dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang
atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor
Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥
2 poin. Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau
terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory
Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu
abnormal atau hitung leukosit.
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi
volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2
mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan
tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata
tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-
3 kondisi berikut :
Perubahan status mental
Bradikardia atau takikardia
Pada balita: frekuensi nadi 160x/menit
Pada anak-anak: frekuensi nadi 150x/menit26
Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi
hangat dengan bounding pulse
Takipnea
Kulit mottled atau petekia atau purpura
Peningkatan laktat
Oliguria
Hipertemia atau hipotermia
13
2.3 Vaksinasi Covid-19
14
Namun, jika suatu saat anak tersebut keluar dari wilayah dengan
cakupan tinggi tadi, anak tersebut akan memiliki risiko untuk tertular
penyakit karena pada dasarnya ia belum memiliki kekebalan spesifik yang
didapat dari imunisasi
Vaksinasi tidak hanya bertujuan untuk memutus rantai penularan
penyakit dan menghentikan wabah saja, tetapi juga dalam jangka panjang
untuk mengeliminasi bahkan mengeradikasi (memusnahkan/
menghilangkan) penyakit itu sendiri. v Indonesia punya sejarah panjang
dalam upaya penanggulangan penyakit menular dengan vaksinasi atau
imunisasi. Indonesia juga berkontribusi terhadap penanggulangan penyakit
di muka bumi ini melalui pemberian vaksinasi.
Sebagai contoh sejak pertama kali imunisasi cacar dicanangkan
pada tahun 1956, akhirnya penyakit cacar bisa dieradikasi yaitu
dimusnahkan atau dihilangkan di seluruh dunia pada tahun 1974 sehingga
pelaksanaan imunisasi campak distop pada tahun 1980. Pun demikian
dengan polio, sejak imunisasi polio dicanangkan pertama kali tahun 1972,
Indonesia akhirnya mencapai bebas polio tahun 2014. Saat ini dunia,
termasuk Indonesia sedang dalam proses menuju eradikasi polio yang
ditargetkan pada tahun 2023. Contoh lain Indonesia dengan upaya gencar
pemberian imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil, Indonesia akhirnya
mencapai status eliminasi tetanus maternal dan neonatal tahun 2016.
15
merupakan sasaran vaksinasi. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai
dengan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata.
16
Gambar 1. Update Vaksin Covid-19
17
dosis vaksin juga sudah dikirim Sinovac untuk diproduksi oleh PT Bio
Farma.
18
Uji Klinis Vaksin Sinovac
Setidaknya membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan untuk
mengembangkan vaksin baru hingga dapat diproduksi massal.
Perkembangan vaksin hingga dapat digunakan secara massal harus
melewati setidaknya 3 fase. Fase awal adalah uji coba pra-klinis
(Preclinical Testing) yang diujikan kepada hewan seperti monyet atau
tikus untuk melihat respon kekebalan tubuh penerima. Setelahnya
beranjak ke fase pertama (Phase I: Safety Trials), vaksin diberikan
kepada sejumlah pasien untuk menguji keamanan, ketepatan dosis,
dan memastikan rangsangan terhadap sistem imun tubuh penerima. Fase
kedua (Phase II: Expanded Trials), vaksin yang telah lolos uji fase pertama
diujikan kepada ratusan orang yang dikelompokkan berdasarkan usia
untuk melihat keterikatan usia pada pengaruh vaksin. Uji coba ini
kemudian diuji keamanan dan kemampuan vaksin untuk merangsang
kekebalan tubuh pada masing-masing usia. Fase ketiga (Phase III:
Efficacy Trials), vaksin diujikan kembali kepada ribuan orang dan melihat
seberapa banyak yang terinfeksi dibandingkan dengan sukarelawan
placebo (pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu).
Uji coba ini bertujuan untuk menentukan kemampuan vaksin
melindungi terhadap virus korona. Tahap berikutnya adalah approval atau
persetujuan, yakni vaksin yang telah melalui berbagai tahap sebelumnya
ditinjau oleh pemerintah tiap negara (regulator approval) untuk
memutuskan vaksin akan disetujui atau tidak. Selama pandemi, vaksin
dapat hak untuk penggunaan darurat sebelum disetujui secara resmi. Jika
19
kondisi darurat, dapat pula dengan menggabungkan beberapa fase
sehingga akan lebih cepat dikarenakan kebutuhan seperti yang
ditunjukkan. Data pada tanggal 19 Juni 2020 menunjukkan jumlah vaksin
di dunia yang sedang dikembangkan sejumlah lebih dari 140 vaksin untuk
melawan Covid-19.
Dari keseluruhan penelitian vaksin, belum ada yang disepakati
untuk diproduksi massal, terdapat lebih dari 125 vaksin yang terdapat pada
tahap pra-klinis, 10 vaksin yang sedang uji coba fase pertama, 8 vaksin
pada fase kedua, dan hanya 2 vaksin yang diujikan pada fase ketiga (The
New York Times, 2020).
Berdasarkan uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di Indonesia, orang
yang diberikan vaksin Sinovac memiliki risiko hampir 3x lebih rendah
untuk mengalami Covid-19 bergejala dengan efikasi yaitu 65,3% yang
berarti orang yang mendapatkan vaksin Sinovac, risiko terinfeksi Covid-
19 berkurang 65,3% dibandingkan orang yang tidak tervaksinasi. Sampai
saat ini belum ada bukti dapat melindungi seseorang dari terinfeksi Covid-
19
Uji Klinis Fase 2 pada 600 subjek sehat di China menunjukkan
pada 2 kelompok intervensi (vaksinasi pada hari 0-14; dan 0-28) tidak ada
perbedaan bermakna serokonversi pada 2 kelompok intervensi. Titer
neutralizing antibody & IgG pada kelompok Day 0-28 meningkat
signifikan dalam 28 hari setelah vaksinasi kedua, dibandingkan dengan
dengan kelompok Day 0-14. Antibodi bertahan/meningkat sampai 28 hari
setelah vaksinasi kedua. Lebih dari itu belum ada evaluasinya. Titer
neutralizing antibody berkurang sebanding dengan pertambahan usia lebih
tinggi pada subjek usia muda. Uji klinis fase 3 di Indonesia per Maret
2021 membuktikan 99,23% memiliki antibody hingga 3 bulan pasca
penyuntikan.
Komisi Fatwa MUI Pusat sudah menetapkan vaksin COVID-19
produksi Sinovac Lifescience Co yang sertifikasinya diajukan oleh PT
Biofarma sebagai produsen vaksin yang akan memproduksi vaksin
COVID-19, konsorsium dengan Sinovac, suci dan halal.
20
Untuk vaksin COVID-19 lainnya, Pemerintah dan produsen
farmasi di Indonesia terus melibatkan Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal (BPJPH), Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOMUI) dan Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia dalam proses pengujian aspek kehalalan vaksin
COVID-19 yang akan dikembangkan dan dihadirkan. Para produsen
vaksin COVID-19 berkomitmen untuk memenuhi standar halal dan
mengikuti mekanisme sertifikasi halal yang berlaku.
21
perekonomian lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan
ketersediaan vaksin.
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin
dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian dari Komite
Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory
Group)
22
dahulu. Mereka yang memiliki penyakit komorbid harus dalam
kondisi terkontrol untuk mendapat persetujuan vaksinasi dari
dokter yang merawat.
23
Petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima vaksin untuk
minum lebih banyak, menggunakan pakaian yang nyaman, kompres atau
mandi air hangat, dan meminum obat paracetamol sesuai dosis. Untuk
mengantisipasi terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius,
sasaran diminta untuk tetap tinggal di tempat pelayanan vaksinasi selama
30 menit sesudah vaksinasi dan petugas harus tetap berada di tempat
pelayanan minimal 30 menit setelah sasaran terakhir divaksinasi.
Untuk pemantauan dan penanggulangan KIPI, Menteri Kesehatan
membentuk Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI, serta
Gubernur membentuk Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan
KIPI. Berdasarkan laporan yang masuk, sebagian besar kasus KIPI yang
terjadi adalah KIPI ringan atau koinsiden (tidak berhubungan dengan
pemberian imunisasi. Apabila terjadi KIPI, baik KIPI ringan maupun KIPI
serius, masyarakat harus melaporkan kepada petugas kesehatan yang ada
di fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan layanan vaksinasi atau
ke puskesmas terdekat.
24
Vaksinasi Covid-19 Bagi Ibu Hamil Dan Penyesuaian Skrining Dalam
Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bahwasanya mulai tanggal 2 Agustus
2021 dapat dimulai pemberian vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil
dengan prioritas pada daerah risiko tinggi. Vaksin yang dapat digunakan
untuk ibu hamil ini adalah vaksin COVID-19 platform mRNA Pfizer dan
Moderna, dan vaksin platform inactivated Sinovac, sesuai ketersediaan.
Pemberian dosis ke-1 vaksinasi COVID-19 tersebut dimulai pada trimester
kedua kehamilan, dan untuk pemberian dosis ke-2 dilakukan sesuai
dengan interval dari jenis vaksin
25
BAB III
METODE PENELITIAN
· Populasi target pada penelitian ini adalah para ibu hamil di Indonesia
· Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah para ibu hamil di
Puskesmas Air Tawar
3.3.2. Sampel
26
dipilih karena merupakan salah satu metode yang efektif untuk dapat
merepresentasikan seluruh populasi dengan durasi penelitian yang singkat.
N
n=
1+ N (d ²)
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
N = Besar populasi
d = Batas toleransi kesalahan (ditentukan sebesar 0.15)
N 97
n= = =30,48 ⋍ 30 Dari hasil tersebut didapatkan
1+ N ( 0.2²) 1+97 (0.15²)
jumlah sampel minimum sejumlah 30 sampel.
27
1. Sampel memiliki keterbatasan fisik dan tidak mampu melakukan
pengisian kuesioner
2. Sampel tidak bersedia mengisi kuesioner online
28
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar
BAB IV
29
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
30
20
18
16
14
12
10 Belum Vaksin
8 Sudah Vaksin
6
4
2
0
Baik Cukup Kurang
20
18
16
14
12
10 Usia >30
8 Usia 20-30
6
4
2
0
Baik Cukup Kurang
31
kategori yaitu 20-30 tahun berjumlah 30 orang dan kategori >30
berjumlah 5 orang.
Dari kategori 20-30 tahun, terdapat 15 orang (50%) dengan tingkat
pengetahuan baik dan 15 orang dengan pengetahuan cukup (50%).
Kategori >30 terdapat 2 orang (40%) dengan tingkat pengetahuan baik
dan 3 orang (60%) dengan tingkat pengetahuan cukup.
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 4.
BAB V
32
KESIMPULAN DAN SARAN
11.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat pengetahuan para Ibu hamil di Wilayah KerJa Puskesmas Air
Tawar terhadap Vaksinasi Covid-19 terbilang baik dengan angka 49%
dan cukup dengan angka 51%.
2. Tidak derdapat tingkat pengetahuan kurang pada ibu hamil di
Puskesmas Air Tawar terhadap Vaksinasi Covid-19
3. Pada distribusi frekuensi berdasarkan usia didapatkan tingkat
pengetahuan baik paling banyak pada kategori usia 20-30 tahun yaitu
50% sedangkan >30 hanya 40%
4. Pada distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan
tingkat pengetahuan baik paling banyak didapatkan pada tingkat
pendidikan S1 yaitu 60%, sedangkan Sarjana Muda sebanyak 45%,
SMA/SLTA sebanyak 21%.
11.2. Saran
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkhusus ibu hamil secara
menyeluruh terhadap Vaksinasi Covid-19 melalui media online berupa
poster/leaflet agar angka keberhasilan vaksin di Indonesia meningkat
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Direktorat Jenderal
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
2. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Paket
Advokasi Vaksinasi Covid-19 “Lindungi Diri, Lindungi Negeri”.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Buku
Saku Info Vaksin. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Asik Surya, dr. MPPM. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.
Program Imunisasi Nasional Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
5. https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/juknis-
pelayanan-imunisasi-pada-masa-pandemi-covid-19.pdf?
sfvrsn=cf2391f2_2. Diakses pada 20 April 2021.
6. Rahmi Yuningsih. Uji Klinik Coronavac Dan Rencana Vaksinasi Covid-
19 Massal Di Indonesia. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
7. Kuntjoro Harimurti. Penapisan Untuk Vaksinasi Covid-19. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
8. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia
Kesehatan. Buku Ajar Imunisasi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
9. Marwan. Peran Vaksin Dalam Penanganan Pandemi C19. SMF
Pulmonologi Dan Kedokteran Respirasi Laboratorium Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman – Rsu A.W
Sjahranie Samarinda.
10. Syamaidzar. Review Vaksin Secara Umum Dan Spesifik Covid-19.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. I Dewa Agung Panji Dwipayana. Gambaran Keamanan Vaksin COVID-
19 dan Ulasan Vaksin dalam Uji Klinis Fase 3. Tokyo Institute of
Technology.
12. Iris Rengganis. Vaksinasi COVID-19. Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
34