Dalam Buku Panduan P2A Greja Kristen Jawi Wetan yang diterbitkan pada
Bulan Agustus 2017 oleh Pokja P2A MA, pada Halaman 12 huruf B bahwa
tahapan program P2A pertahun difokuskan pada :
1. Tahap I (tahun 2016), Sosialisasi PHD/PHMJ/KPARD/KPARJ dan
stakeholder lainnya melalu pendataan dan diskusi;
2. Tahap II (tahun 2017), melaksanakan pembinaan dan pelatihan;
3. Tahap III (tahun 2018), pelaksanaan dan Evaluasi;
4. Tahap IV (tahun 2019), semua jemaat memiliki Crisis Center;
Pokja P2A GKJW yang telah terbentuk di Majelis Jemaat, Majelis Daerah dan
Majelis Agung merupakan modal yang besar bagi pengembangan Gereja
Ramah Anak di GKJW, dalam pengembangannya ke depan Pokja P2A tidak
lagi berperan sendirian dalam Sistem Perlindungan Anak di Gereja.
Jika selama ini Pokja P2A diarahkan untuk membentuk Crisis Center, dalam
pengembangannya ke depan Pokja P2A tidak hanya menyiapkan Crisis
Center saja, namun juga berupaya mengembangkan program pemenuhan
hak anak melalui Gereja Ramah Anak di Majelis Jemaat, Majelis Daerah dan
Majelis Agung.
Berdasarkan hal tersebut Pokja P2A tidak lagi hanya fokus dengan dengan
Crisis Center untuk penanganan kasus-kasus yang muncul di jemaat namun
juga diarahkan menjadi agen yang memastikan bahwa jemaat melalui Majelis
jemaat memiliki kepedulian terhadap program-program jemaat yang
responsif terhadap pemenuhan hak anak dan perlindungan anak.
bagaimana hak anak dapat dipenuhi, tidak hanya oleh Pokja P2A saja namun
juga melibatkan program dan kegiatan di jemaat yang responsif terhadap hak
anak
Gambar 1.
Continum Care Pemenuhan hak anak dan Perlindungan Anak
Gambar 2.
Skema Indonesia Layak Anak (IDOLA)
Gambar 3.
Pola Pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan Anak Negara
Gambar.4
Continum of Care Pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan Anak di
Gereja Ramah Anak
Sehingga dalam hal ini GKJW melalui para Pimpinan Gereja untuk
menyepakati perlu menyusun sistem Pemenuhan Hak Anak dan
Perlindungan Anak di dalam Gereja untuk yang mampu menggerakkan
semua aspek dan unsur Gereja, sehingga alih-alih menjadi tanggung jawab
langsung pokja P2A, namun harus menjadi target dan tanggung jawab
seluruh perangkat Gereja dan bersama jemaat.
Gambar. 5
Pola Perlindungan Anak Berbasis Gereja Ramah Anak
Didalam ilustrasi tersebut tampak bahwa GKJW sebagai Gereja Ramah Anak
akan mendorong segenap unsur dalam Gereja memiliki peran yang penting
dalam pemenuhan hak anak dan perlindungan anak. Gereja yang ramah
terhadap anak harus berupaya memperhatikan Wilayah/Kluster yang terkait
dengan Pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan Anak sebagaimana
ditunjukkan dalam Tabel .1 yaitu :
Tabel. 1
Contoh Peran Unsur Gereja yang terkait dalam Kegiatan/Program
Pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan Anak di Gereja
2. Setiap Anak
tercatat dalam
kewargaan gereja 3. PHMA/MDMJ/Komperlitbang
3. Anak diberikan
kesempatan
menyampaikan
aspirasi untuk
penyusunan
program gereja
melalui Forum
Anak Gereja
3 Lingkungan 1. Kegiatan 1. Bidang Persekutuan di
Keluarga & sosialisasi kepada MA/MD/MJ
Pengasuhan orang tua/wanita
Alternatif Pengetahuan ttg
KHA dan
Parenting
2. Gereja 2. PHMA/MD/MJ + Komisi
mengembangkan Penatalayanan (KPPL)
fasilitas /Area
Ramah Anak
3. Sosialisasi 3. Bidang Persekutuan di
Pencegahan MA/MD/MJ
Perkawinan Usia
Dini;
4. Gereja 4. Bidang Persekutuan di
menyediakan MA/MD/MJ
program
pembekalan
kepada
Jemaat/orang tua
tentang PHA dan
PA;
4 Kesehatan 1. Gereja berperan 1. PHMA/MD/MJ + Komisi
Dasar dan dalam upaya Penatalayanan + KPP + Yakes
Kesejahteraan penurunan GKJW
Stunting pada
anak jemaat/
warga; 2. PHMA/MD/MJ + Komisi
2. Gereja turut Penatalayanan + KPP + Yakes
berpartisipasi GKJW
dalam penurunan
Tingkat Kematian
Bayi dan Ibu di
Jemaat;
3. Tersedianya 3. PHMA/MD/MJ + Komisi
pelayanan Penatalayanan + KPP + Yakes
kesehatan GKJW
promotif dan
preventif bagi
anak di jemaat
4. Gereja
menyediakan
MATERI SEKOLAH PAMONG GKJW TANGGAL 26
ARTIANTYO WIRJO
NOVEMBER 2021
MATERI SEKOLAH PAMONG GKJW TANGGAL 26 NOVEMBER 2021
kasus yang
terjadi pada anak
sebagai korban,
saksi dan atau
pelaku;
2. Gereja memiliki
jejaring dengan
institusi untuk 2. PHMA/MD/MJ/ +
kebutuhan DPAR/KPARMD/MJ + Pokja P2A
rujukan kasus ----- Rujukan
jika terjadi kasus
yang dialami oleh
anak jemaat
Keputusan sidang tentang Gerakan Gereja Ramah Anak di GKJW ini dapat
dikatakan menjadi salah satu keputusan yang penting ditengah-tengah
kehidupan berjemaat di GKJW karena bukan hanya karena mengangkat isu
dan topik tentang anak, namun karena isu Gereja Ramah Anak secara
faktual baru muncul sebagai wacana dan topik diskusi sejak bulan Februari
2020 dalam Raker DPAR-P2AMA bersama KPARD-P2AMD.
Yang menjadi pertanyaan apakah selama ini Greja Kristen Jawi Wetan baik
di tingkat Majelis Agung, Majelis Daerah dan Majelis Jemaat tidak ramah
kepada anak-anak, atau mungkin belum ramah pada anak-anak? Tentu hal
ini akan mengundang pertanyaan dari banyak pihak, baik dari unsur
pimpinan gereja maupun jemaat.
Apakah itu Gereja Ramah Anak?, secara definisi dapat dikatakan bahwa
Gereja Ramah Anak adalah Gereja yang memiliki sistem perlindungan anak
dan memastikan gereja menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
GKJW sejatinya telah memberikan perhatian kepada anak dan remaja secara
khusus melalui bidang persekutuan yaitu oleh Dewan Pembinaan Anak dan
Remaja di tingkat Majelis Agung dan di Majelis Daerah serta Majelis Jemaat,
yang sampai saat ini terus bertumbuh dan menunjukkan perkembangan
yang sangat luar biasa melalui program-program yang disusun dan
dijalankan khususnya untuk memberikan perhatian kepada pelayanan anak
dan remaja.
Sejak ditetapkannya kebijakan oleh Majelis Agung Greja Kristen Jawi Wetan
(GKJW) pada Sidang ke 113/2016 tentang Pokja Pendampingan dan
Perlindungan Anak (P2A) GKJW, dan sebagaimana tercantum pada Buku
Panduan P2A Greja Kristen Jawi Wetan yang diterbitkan oleh Pokja P2A
Majelis Agung pada Bulan Agustus 2017, pada Halaman 2 baris ke 18
menyebutkan tujuan Kegiatan Pokja P2A adalah pertama, menjamin
terpenuhinya Hak - Hak Anak, dan yang kedua bertugas untuk merumuskan
program kegiatan yang berkenaan dengan pendampingan dan perlindungan
anak, agar anak-anak mendapatkan haknya dan orang dewasa melakukan
apa yang menjadi kewajibannya kepada anak-anak.
Siapakah orang dewasa yang dimaksud dalam tujuan kegiatan Pokja P2A
tersebut?
Para Pamong yang ada di GKJW dan Jemaat dewasa serta para orang tua di
GKJW memiliki peran yang sangat penting di dalam upaya pemenuhan hak
anak dan perlindungan anak.
Bagaimanakah para pamong di KPAR GKJW dapat berperan dalam upaya
pemenuhan hak anak dan perlindungan anak di Gereja yang ramah anak?
Pamong memiliki peran yang sentral dan besar untuk mendorong dan
memastikan upaya pemenuhan hak anak yang dibinanya saat bertemu di
kegiatan disekolah minggu maupun saat kegiatan gereja yang melibatkan
anak-anak.
Salah satu indikator dari Gereja Ramah Anak adalah para Pamong KPAR
perlu mendapatkan kompetensi atau pembekalan tentang Teologi Anak dan
Konvensi Hak Anak (KHA). Sehingga Pamong sebagai orang dewasa yang
terlibat dengan anak di Gereja memiliki pandangan atau perspektif yang
tepat tentang anak, anak bukan lagi dipandang sebagai obyek, namun lebih
dari itu kedudukan anak sebagai manusia yang utuh di dalam gereja yang
memiliki hak serta mendapatkan hak-haknya.
Apabila boleh kita renungkan apakah yang dimaksud dengan berkat dari
Tuhan yang melekat dan menjadi hak anak dapat dijelaskan melalui sudut
pandang Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
Indonesia.
Hak memperoleh Air Susu Ibu (ASI) merupakan contoh Hak Hidup anak yang
perlu diperhatikan oleh para Pamong. Memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada para calon ibu yang sedang ada di dalam masa
kehamilan juga perlu menjadi perhatian para pamong, Upaya ini diarahkan
juga pada peningkatan harapan hidup, mengurangi angka kematian bayi dan
anak, menghapus serangan penyakit menular dan pemulihan-perawatan
kesehatan, penyediaan nutrisi makanan dan air bersih.
Disisi lain orang dewasa didalamnya juga pamong perlu memastikan turut
serta untuk menghindarkan anak-anak dari perkawinan dan perjodohan
anak usia dini, pelibatan anak dalam konflik orang dewasa, pembunuhan
demi kehormatan anak (keluarga), kecelakaan lalu lintas, bentuk-bentuk
kegiatan budaya yang membahayakan, bunuh diri dan lainya.
Orang tua dan pengasuh serta pamong sebagai orang dewasa bersama-sama
perlu memastikan bahwa anak-anak perlu mendapatkan kesempatan kepada
anak untuk dapat tumbuh secara fisik dan berkembang secara
mental/psikologis dengan baik sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Dengan demikian secara khusus Pamong memiliki peran yang besar dalam
upaya Perlindungan khusus Anak, melalui upaya untuk memastikan bahwa
anak memperoleh hak-haknya untuk mendapatkan perlindungan dan
terhidar dari kekerasan dalam bentuk penyalahgunaan, eksploitasi,
pengabaian, dan kekerasan.
kategori tersendiri yang dibuat untuk mengatasi ancaman bagi anak yang
membutuhkan perlindungan, dalam hal ini termasuk kekerasan kelompok
(gang violence), mengganggu atau mengejek (bullying) dan pelecehan.
Pamong memilik peran yang sangat penting di tiga area tersebut baik di area
Promotif, Intervensi dini bahkan di area rehabilitatif baik yang dilakukan
secara klasikal saat kegiatan-kegiatan bersama anak-anak di setiap
tingkatan maupun secara individual saat berinteraksi saat kegiatan di gereja
Sehingga dalam hal ini perlu disepakati untuk menyusun sistem pemenuhan
Hak Anak dan Perlindungan Anak di dalam Gereja untuk yang mampu
menggerakkan semua aspek dan unsur Gereja, sehingga alih-alih menjadi
tanggung jawab langsung pokja P2A, namun menjadi target dan tanggung
jawab perangkat Gereja, termasuk didalamnya peran para Pamong di Komisi
Pembinaan Anak dan Remaja GKJW.
Oleh karena itu peran strategis Pamong sebagai tokoh yang memiliki
pengaruh dalam proses pendidikan dan pengembangan diri dan karakter
anak GKJW perlu mendapatkan perhatian secara lebih kuat khususnya