Anda di halaman 1dari 62

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Aan Sanita Sinaga 180204041


2. Aldri Elieser Tarigan 180204049
3. Ayu Ashari Saruksuk 180204043
4. Febi Syahfitri Hasibuan 180204005
5. May Sarah 180204034
6. Melly Tresia Br Bangun 180204048
7. Sesiana Rahmawati 180204025
8. Sonya Dharma Putri Waruwu 180204121

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

10. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSEPSI SENSORI..................................................2
11. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSYARAFAN..........................................................27
12. PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA27
13. PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN PASCA PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC DAN LABORATORIUM 28
14. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DIABETES MELLITUS (DM)
.............................................................................................................................................. 31
15. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : TB PARU......42
16. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : HIPERTENSI49
17. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : REMATOID ARTHRITIS
.............................................................................................................................................. 56
18. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : STROKE......61
19. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DEMAM TYPOID 69
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 79
10. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSEPSI SENSORI

10. PROSEDUR SENSORI PERSEPSI (MATA)


Pengertian

Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien terutama
kemampuan penglihatan klien.
Tujuan

Memperoleh data subyektif klien tentang daya penglihatannya.


Memperoleh data obyektif klien tentang daya penglihatannya.
Menentukan rencana keperawatan klien berikutnya.

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SENSORI-PERSEPSI


(PENGLIHATAN)
No Aspek Yang Dinilai
.
Fase Pra Interaksi

1 Cek perencanaan keperawatan klien

2 Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien

3 Persiapan alat :

- Snellen Chart

- Penlight

- Pensil

Fase Orientasi

4 Perawat cuci tangan

5 Tanyakan kondisi kesiapan klien saat ini.

Fase kerja
Visual Aquity :
6
Bantu klien melepas alat bantu lihat (kacamata, lena kontak) apabila mengenakan.

7 Minta klien berdiri 20 kaki (6 meter) dari Snellen Chart.

8 Minta klien untuk membaca huruf terkecil yang mungkin bias terbaca.
9 Mulai dari kedua mata kemudian lakukan bergantian antara mata kanan dan kiri.

10 Minta klien memakai lensa koreksi

Catat kemampuan klien membaca huruf terkecil dengan tepat tanpa kesalahan dalam dua
11
kali percobaan, dengan atau tanpa lensa koreksi.

12 Minta klien duduk dan melihat lurus kedepan.

13 Arahkan penlight dari sisi klien hingga cahaya mengenai pupil.

14 Observasi reaksi pupil ; normalnya cepat berkonraksi.

15 Ulangi prosedur pada sisi mata lainnya.

16 Pegang pensil dan arahkan 10- 15 cm dari hidung klien.

Minta klien memperhatikan pensil, kemudian arahkan pensil menjauh dan kembalikan ke tempat
17
semula.

18 Perhatikan reaksi pupil ; normalnya berkontraksi ketika dekat.

19 Arahkan pensil mendekati hidung.

20 Perhatikan reaksi pupil ; normalnya akan tampak juling.

Extracular movement :
21
Minta pasien duduk/ berdiri dua kaki di depan perawat.

22 Minta klien tidak menggerakkan kepala ketika matanya mengikuti gerakan pensil atau penlight.

Gerakkan jari/ penlight perlahan ke atas dan kebawah, ke kanan dan ke kiri, diagonal naik turun
23
kekiri, diagonal naik turun ke kanan.

Fase terminasi.

24 Komunikasi selama prosedur dilakukan.

25 Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya bila perlu.

26 Posisikan klien dengan nyaman.

27 Cuci tangan. Dokumentasi.

PEMERIKSAAN SENSORI PERSEPSI (TELINGA)

Pengertian
Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien.
Tujuan

1. Memperoleh data subyektif klien tentang sistem sarafnya.


2. Memperoleh data obyektif klien tentang sistem sarafnya.
3. Menentukan rencana keperawatan klien berikuntnya.

PEMERIKSAAN FISIK SENSORI- PERSEPSI

(PENDENGARAN)

NO Askep Yang dinilai

Fase Pra Interaksi

1 Cek perencanaan keperawatan klien.

2 Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.

3 Persiapan alat :

- Tuning fork (garpu tala)

- Otoscope

- Speculum

Fase Orientasi

4 Perawat cuci tangan.


5 Tanyakan kondisi klien saat ini.

Fase Kerja

6 Kaji telinga bagian luar : bentuk, ukuran, dan lesi. Permukaan seharusnya mulus, ukuran dan

bentuk seharusnya simetris dan proporsional dengan kepala.

7 Palpasi telinga luar. Kaji adanya nyeri, edema dan lesi.

8 Minta klien untuk duduk.

9 Inspeksi kanal telingan dan membrane timpani.

10 Pasang speculum yang paling pas dengan telinga klien, hubungkan dengan otoscope.

11 Masukkan speculum otoscope pada klien dengan kepala sedikit menjauh dari pemeriksa.

12 Kaji lilin, haluaran, dan benda asing yang ditemukan; kanal seharusnya mulus dan merah muda,

membrane timpani seharusnya intact, transparan, berkilau, dan keabu-abuan.


Kaji kemampuan mendengar klien dengan menutup salah satu telinga. Gunakan detik jam atau
13
bisikan. Hindari area visual klien untuk menghindari lip-reading.

Weber’s Test :
14
Pegang garpu tala, kemudian getarkan dengan tangan.

15 Letakkan dasar garpu tala di tengah-tengah kepala klien.

16 Tanyakan pada klien, dimana suara terdengar lebih jelas.

Rinne’s Test :
17
Getarkan garpu tala seperti di contohkan Weber’s test.
Pegang dasar garpu tala berlawanan dengan proses mastoid pasien dan minta pasien mengatakan
18
dimana suara tak lagi terdengar.
Segera letakkan garpu tala yang masih bergetar di dekat kanal telinga luar dan tanyakkan apakah
19
klien masih mendengar suara; normalnya masih terdengar.

20 Ulangi prosedur pada telinga lainnya.

Fase Terminasi

21 Komunikasi selama prosedur dilakukan.

22 Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya bila perlu.


23 Posisikan klien dengan nyaman.

24 Cuci tangan. Dokumentasi.

MODUL SENSORI PERSEPSI (HIDUNG)


Pengertian
Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien terutama

pada kemampuan peciuman klien.

Tujuan

1. Memperoleh data subyektif klien tentang daya penciumannya.


2. Memperoleh data obyektif klien tentang daya penciumamnya.
3. Menentukan rencana keperawatan klien berikutnya.

PEMERIKSAAN FISIK SENSORI –PERSEPSI

(PENCIUMAN)

N
Aspek Yang Dinilai
O
Fase Pra Interaksi

1 Cek perencanaan keperawatan klien.

2 Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.

3 Persiapan alat :

- Otoscope
- Aneka jenis bahan makanan beraroma khas : kopi, vanilla, mint, pasta gigi, jeruk, atau

sabun mandi.

Fase Orientasi

Tanyakan kondisi klien saat ini, persilahkan apabila klien hendak membersihkan rongga hidung
4
terlebih dahulu.
5 Jaga privasi klien

Fase Kerja
6 Periksa kepatenan jalan nafas.

7 Minta klien untuk menutup mata. Gunakan kain penutup mata, bila perlu.

8 Minta klien menutup salah satu rongga hidung, kemudian hirup udara.

9 Berikan rangsangan aroma yang berbeda pada kedua hidung secara bergantian.

10 Tanyakan pada klien nama masing-masing aroma yang diberikan.

Fase Terminasi

11 Jelaskan bahwa prosedur telah selesai dilakukan.

12 Posisikan pasien dengan nyaman. Buat kontrak baru bila perlu.

13 Rapikan alat. Cuci tangan. Dokumentasi.

PEMBERIAN OBAT TETES HIDUNG


PENGERTIAN
Pemberian obat tetes hidung adalah memberikan obat tetes melalui hidung
TUJUAN

1. Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung.


2. Untuk mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus.
INDIKASI :

1. Untuk iritasi ringan pada hidung


2. Untuk member kelembapan.
KONTRA INDIKASI :

1. Pemakaian yang berlebihan menyebabkan alergi


2. Apabila tidak cocok dapat menyebabkan alergi
HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN:
Lebih baik menggunakan resep dokter

PROSEDUR KERJA
Pemberian Obat Tetes Hidung

No PROSEDUR

Fase Pra Interaksi

1 Pastikan kebutuhan klien

2 Menyiapkan alat:

3 a. Obat yang sudah ditentukan


4 b. k/p pipet

5 c. bengkok

6 d. kapas/ tissue

Fase Kerja
7 Jelaskan tindakan kepada klien
8 Perawat cuci tangan
9 Pasien diberi sikap berbaring tengadah dengan kepala lebih rendah dari bahu
10 Bahu diganjal bantal
11 Dorsal recumbent
12 Kepala tergantung di pinggir tempat tidur dan disokong oleh satu tangan perawat
13 Mengisi pipet dengan obat yang sudah ditentukan
14 Menetesi hidung
15 Menetesi obat ke dalam lubang hidung sesuai dengan dosis yang ditentukan
16 Pasien di anjurkan tengadah berbaring 5-10 menit supaya obat tidak mengalir keluar
17 Membersihkan tetesan obat dengan kapas/ tissue
18 Merapikan dan mengembalikkan alat pada tempatnya
19 Perawat cuci tangan

Fase terminasi
20 Komunikasi sebelum, selama dan sesduah tindakan
21 Dokumentasi setiap keluhan, kelainan yang ditemukan
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN OBAT MATA

PENGERTIAN
Pemberian obat mata adalah member obat kedalam mata berupa cairan dan salep.

TUJUAN

- untuk mengobati gangguan pada mata


- untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
- untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
- untuk mencegah ke keringan pada mata
INDIKASI

- Untuk iritasi mata


- Untuk member kelembapan
KONTRA INDIKASI

- Pemakaian yang berlebihan menyebabkan alergi


- Apabila tidak cocok dapat menyebabkan alergi
PROSEDUR KERJA

No PROSEDUR

Fase Pra Interaksi

1 Pastikan kebutuhan klien

2 Menyiapkan alat:

3 a. Kapas basah

4 b. Obat

5 c. Gelas

6 d. Plester

7 e. Bangkok

Fase Kerja

8 Jelaskan tindakan kepada klien


Pemberian Obat Tetes Mata dan Membalut mata
9 Perawat cuci tangan

10 Obat yang digunakan cek terlebih dahulu

11 Mata dibersihkan dengan kapas basah

12 Palpebra bawah/ atas dibuka

13 Teteskan obat pada formic inferior/superior sambil melihat keatas atau kebawah

14 Pasien dianjurkan untuk mengedipkan matanya

15 Tutup mata dengan kassa dan beri plester

16 Alat-alat dirapikan

17 Perawat mencuci tangan

Fase Terminasi

18 Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan

19 Dokumentasi setiap keluhan, kelainan yang ditemukan


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN OBAT TELINGA

PENGERTIAN

Pemberian obat tetes telinga adalah Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal,
dalam bentuk cair.

TUJUAN

- Untuk memberikan effek local (mengurangi peradangan, membunuh organism penyebab


infeksi pada kanal telinga eksternal)
- Untuk menghilangkan nyeri
- Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil

KONTRA INDIKASI

- Pemakaian yang berlebihan menyebabkan alergi


- Apabila tidak cocok dapat menyebabkan alergi

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

- Lebih baik menggunakan resep dokter


Pemberian Obat Tetes Telinga

No PROSEDUR

Fase Pra Interaksi

1 Pastikan kebutuhan klien

2 Menyiapkan alat :

3 a. Handuk

4 b. Kapas bulat

5 c. Obat tetes yang sudah ditentukan

6 d. Kapas lidi steril

7 e. Bangkok

Fase Kerja

Jelaskan tindakan klien

8 Perawat cuci tangan

9 Membantu pasien dalam posisi miring, telinga yang sakit mengarah ke atas

10 Meletakkan handuk dibawah bahu pasien

11 Membersihkan liang telinga dengan lidi kapas

12 Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan

13 Menarik daun telinga pasien dan diangkat ke atas dengan hati-hati

14 Menetaskan obat melalui sisi atau liang telinga sesuai dosis yang ditentukan

15 Membersihkan bekas cairan obat dengan kapas bulat

16 Merapikan pasien dan lingkungannya

17 Membersihkan dan membereskan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya

18 Perawat mencuci tangan

Fase Terminasi

19 Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan

20 Dokumentasi setiap keluhan, kelainan yang di temukan


PEMERIKSAAN SENSORI PERSEPSI PERABAAN

PENGERTIAN
Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien terutama
kemampuan perasa dan perabaan klien.

Tujuan

1. Memperoleh data subyektif klien tentang daya perasa dan peraba klien.
2. Memperoleh data obyektif klien tentang daya perasa dan peraba klien.
3. Menentukan rencana keperawatan.
PEMERIKSAAN FISIK SENSORI-PERSEPSI

(PERABA-PERASA)

No Aspek Yang Dinilai

Fase Pra Interaksi

Cek perencanaan keperawatan klien.

Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.

Persiapan alat :

- Makanan/ minuman dengan rasa manis, asin, asam, pahit.

- Penlight

- Kapas

- Spatel lidah

Fase Orientasi

Tanyakan kondisi kesiapan klien saat ini.

Jaga privasi klien.

Fase Kerja

Minta klien untuk menggigit atau membuka rahangnya. Observasi kesimetrisan wajah.

Minta klien menutup mata.

Arahkan cahaya penlight ke area mandibular dan maksilaris, minta klien mendeteksi arah sinar
tanpa membuka mata.

Minta klien membuka mata.

Sentuhkan kapas perlahan ke area kornea dari samping. Perhatikan reflex cornel dan kedipan
klien.
Minta klien untuk tersenyum, menggembungkan pipi atau menaikkan alis.

Perhatikan kesimtrisan ekspresi.


Pada anterior dua pertiga lidah, minta klien untuk mengidentifikasi manis dan asin; tempatkan

setiap rasa pada bagian anterior dan samping lidah yang dijulurkan.

Hasil yang diharapkan : klien menarik lidahnya dan terlarut ke bagian posterior.

Minta klien menjulurkan lidah. Stimulasi dengan menempelkan spatel lidah.

Hasil yang diharapkan : ada reflek muntah, uvula bergerak ke atas dan pasien reflek menguap

atau mengucapkan “aah”.


Gesel spatel ke salah satu sisi lidah, minta klien untuk menggerakkannya..

Pada posterior sepertiga lidah, minta klien untuk mengidentifikasi asam dan pahit.

Minta klien menggerakkan lidah ke semua arah lalu julurkan lidah sejauh mungkin. Perhatikan

adanya penyimpangan garis tengah.

Fase Terminasi

Komunikasi selama prosedur dilakukan.

Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya bila perlu.

Posisikan klien dengan nyaman.

Cuci tangan. Dokumentasi.


11. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSYARAFAN

1.Pengertian Pengkajian system persarafan merupakan salah satu aspek yang


sangat penting untukdilakukan dalam rangka menentukan diagnosa
keperawatan tepat dan melakukan tindakanperawatan yang sesuai.
Pada akhirnya perawat dapat mempertahankan dan
meningkatkanstatus kesehatan klien.

2.Tujuan Tujuan Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan


fisik lainnya danbertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien
secara umum dan juga menilai apakah adaindikasi penyakit lainnya
selain kelainan neurologis

3. Kebijakan SPO/YANMED/RS/009
4.Referensi STANDAR PROSEDUROPERASIONAL Tanggal Terbit
03 November 2014Ditetapkan DitetapkanDirektur
dr.R.M. Byar Sabardiman
5.Alat dan bahan Persiapan alat :
1. Refleks hammer
2. Garputala
3. Kapas dan lidi
4. Penlight atau senter kecil
5. Opthalmoskop
6. Jarum steril
7. Spatel tongue
8. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin
9. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
10. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum
11. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam,
gula, atau cuka
12. Baju periksa
13. Sarung tangan
6.Prosedur/ 1.4Prosedur Pemeriksaan Fisik Persyarafan
langkah-langkah Atur posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi tempat tidur.
Amati cara berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan
kemampuan bicara, intonasi, keraslembut, pemilihan kata dan
kemudahan berespon terhadap pertanyaan. Nilai kesadara
denganmenggunakan patokan Glasgow Coma Scale (GCS). Tanyakan
waktu, tanggal, tempat danalasan berkunjung, kaji kemampuan klien
dalam berhitung dan mulailah dengan perhitunganyang sederhana.
Kaji kemampuan klien untuk berfikir abstrak.

7.Unit Terkait Unit kerja terkait Poliklinik, UGD, Ruang Rawat Inap, ICU
12. PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA
No. Kriteria Jawab Pembenaran
1 P Ya Dalam jurnal ini, populasi atau problem yang ditemukan yaitu
pasien yang terdiagnosa akut appendiksitis (AA).
2 I Ya • Intervensi yang diberikan pada pasien dengan AA (akut
appendiksitis) adalah laparascopic appendectomy (LA). Dimana LA
adalah teknik pilihan pengobatan AA dalam hal keuntungan klinis
dan costeffectiveness.
• LA dilakukan di bawah anastesi umum. Dosis A dari profilaksis
klavulanat-amoksisilin (2 g-200 mg) 30 menit sebelum operasi.
Bidang bedah dioleskan dengan larutan yodium. Buka laparaskopi
langsung di bawah pusar dan trocar 5 mm di setiap fossa iliaca.
Jika ditemukan cairan bebas, kemudian diambil sampel. Jika
ditemukan kultur bakteriologi, maka sisanya benar-benar disedot.
Setelah identifikasi usus buntu, mesoapendix itu digumpalkan dan
dipotong dengan cara kauter monopolar, khususnya arteri
appendikularis. Usus buntu diligasi dengan cara jahitan
transfixive di dasar dengan 2/0 diserap jahitan dan specimen itu
kemudian dipotong dan diekstraksi. Akhirnya purse string jahitan
ditempatkan pada sekum untuk invaginasi appendiks dan rongga
itu, kemudian dengan lembut irigasi dengan setidaknya 2 liter air
hangat (38◦C) normal salin dan disedot, dengan focus pada fossa
iliaca kanan, douglas kantong, sayap kanan dan ruang
perihepatik. Pada kasus peradangan luas, dilakukan menguras
penrose adalah ditempatkan pada fossa iliaca kanan. Trocars
kemudian dihapus, lubang pusar itu ditutup dengan
menggunakan jahitan dan kulit yang dijahit dengan staples bedah.
Open Appendictcomy (OA) membutuhkan persiapan yang sama dan
profilaksis. Sayatan dapat bervariasi tergantung pada criteria dokter
bedah dan karakteristik. Mesoappendix diligasi dengan
menggunakan 2/0 sutra dan tas-string jahitan dari bahan yang
sama ditempatkan pada sekum untuk invaginasi appendiks. Lavage
dengan larutan salin hangat dan diikuti penutupan kulit dengan
cara staples bedah.
3 C Ya Hasil metode perbandingan dalam penanganan AA adalah : bahwa
LA jauh lebih unggul dibandingkan OA dalam hal komplikasi yang
timbul di kasus AA. Keuntungan utama dari LA adalah dalam hal
LOS dan komplikasi. Selain itu, teknik LA ini lebih efisien, efisien
dan hemat biaya dibandingkan dengan teknik OA.

4 O Ya Dari 142 kasus yang disertakan, 99 pasien menjalami OA dan 43


pasien yang menjalani LA. Rata-rata bagi pasien yang lama tinggal
di rumah sakit untuk kelompok LA adalah 2,6 hari & 3,8 hari untuk
OA. Sementara biaya rata-rata tinggal untuk OA adalah 1,799 euro
dan 1,081 euro untuk LA. Angka kesakitan global, 5 % untuk LA
dan 20% untuk OA.
Kesimpulan :
LA (laparascopic appendectomy) adalah teknik pilihan yang efektif dalam pengobatan AA.
Karena teknik ini lebih aman, efisien dan hemat biaya dibandingkan dengan OA (Open
Appendictcomy).

13. PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN PASCA PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC DAN


LABORATORIUM
No. SOP PASCA PEMERIKSAAN DIASNOSTIC DAN LABORATORIUM
1. Pengertian Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau
sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah,
sputum ( dahak ), atau sample dari hasil biopsy.
2. Tujuan Tujuan dari pemeriksaan laboratorium
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat
menyamarkan gejala klinis
3. PRA Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara
INSTRUMENTASI petugas, pasien dan dokter. Yang termasuk dalam tahapan pra
instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sample
5. Penanganan awal sample (termasuk pengawetan) dan
transportasi
4. Persiapan a. Puasa
penderita b. Obat
c. Waktu Pengambilan
d. Posisi pengambilan
5. Persiapan alat yang 1. Persiapan Alat
akan dipakai 2. Pengambilan Darah
3. Penampungan Urin
4. Penampung khusus
5. Cara pengambilan sample
6. Penanganan Awal Sampel dan Transportasi
6. Persiapan 1. Ultrasonografi ( USG )
pemeriksaan USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas
diasnostic permukaan kulit/ di rongga tubuh menghasilkan suatu
ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk
melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai
kelainan pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
Lakukan informed consent
Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam
sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu,
hepar, limpa dan pankreas.
Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan
dilakukan USG
Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke
belakang diatas permukaan kulit.
Lakukan antara 10-30 menit
Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan
gelisah
Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk
mencegah masuknya udara.
Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis
dan ginjal pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat
kandung kemih kosong.
Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara
perlahan- lahan
Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher
dan jepit rambut dari kepala.
2. RONTGEN
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan
yang memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan
mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
Lakukan informed consent
Tidak ada pembatasan makanan / cairan
Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior)
dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga
dilakukan.
Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada
wakru pengambilan foto sinar x.
Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung.
Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain,
pasien tidur terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta
testis harus dilindungi.
Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus
dlepaskan sebelum pelaksanaan foto.
Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa
dan immobilisasi pada daerah fraktur.
3. PAP SMEAR (Papanicolaou Smear)
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan
untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker,
mengkaji efek pemberian hormon seks serta mengkaji respons
terhadap kemoterapi dan radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
Lakukan informed consent
Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina
( pembersihan vagina dengan zat lain ) memasukan obat melalui
vagina atau melakukan hubungan seks sekurang- kurangnya 24
jam
Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir
dimasukan ke vagina .
Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian
pindahkan ke kaca mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan
fiksasi.
Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan
4. MAMMOGRAFI
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan
pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor
dan menilai payudara secara periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
Lakukan informed consent
Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per
satu diatas meja kaset sinar x.
Lalu lakukan pemeriksaan
5. ENDOSKOPI
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk
mendeteksi adanya kelainan pada saluran cerna. Contoh : varises,
esophagus, neoplasma, peptic ulcer

6. KOLONOSKOPI
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk
mendeteksi adanya kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll

7. CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih
dalam dan terlokalisir serta khusus. Contoh : organ dalam
tengkorak dan organ dalam abdomen

8. EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak
(melihat kelainan pada gel. Otak) Indikasi : epilepsy, trauma
capitis Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepal klien.

9. EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi
dari jantung indikasi : MCI, Angina fektoris, gagal jantung
14. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DIABETES
MELLITUS (DM)
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

DIABETES MELLITUS

Topik : Diabetes Melitus

Pokok Bahasan : Gizi Diabetes Melitus

Sasaran : Masyarakat Yang Tinggal Di Setia Luhur

Tempat : Kapten Muslim, Setia Luhur

Hari/tanggal : Minggu, 29 Oktober 2021

Waktu : 11.00-11.40 WIB.

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentangdiabetes melitus, diharapkan


masyarakat mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam
kehidupan sehari-hari.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan peserta didik mampu:

1. Memahami pengertian Diabetes Melitus.

2. Memahami faktor penyebab Diabetes Mellitus.

3. Mengetahui komplikasi dari Diabetes Mellitus.

4. Mengetahui pencegahan dari komplikasi Diabetes Mellitus.

5. Mengetahui Gaya Hidup Sehat dan Nutrisi yang tepat pada penderita Diabetes
Mellitus

III. Materi Penyuluhan


1. Pengertian Diabetes melitus.
2. Faktor penyebab Diabetes Mellitus.
3. Komplikasi dari Diabetes Mellitus.
4. Pencegahan dari komplikasi Diabetes Mellitus.
5. Gaya Hidup Sehat dan Nutrisi yang tepat pada penderita Diabetes Mellitus
IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab

V. Media
1. Power point
2. Leaflet

VI. Evaluasi
1. Masyarakat dapat menjelaskan Pengertian Diabetes melitus .
2. Masyarakat dapat menyebutkan faktor penyebab Diabetes Mellitus.
3. Masyarakat dapat menyebutkan komplikasi dari Diabetes Mellitus..
4. Masyarakat dapat mengerti pencegahan dari komplikasi Diabetes Mellitus.
5. Masyarakat dapat mengetahui dan menjalankan Gaya Hidup Sehat dan Nutrisi yang
tepat pada penderita Diabetes Mellitus..

VIII. Kegiatan penyuluhan      

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Masyarakat


1 5 Pembukaan:
menit - Mengucapkan salam Menjawab salam
-. Memperkenalkan diri Mendengarkan
- Menjelaskan topik dan tujuan pendidikan Mendengarkan
kesehatan
- Menanyakan kesiapan Warga Menjawab
2 20 Pelaksanaan:
menit Penyampaian materi
- Pengertian Diabetes Mellitus. Mendengarkan
- Penyebab Diabetes Mellitus.
- Komplikasi dari Diabetes Mellitus.
-Pencegahan komplikasi dari Diabetes
Mellitus.
-Menjelaskan tentang Gaya Hidup Sehat
dan Nutrisi yang tepat.

Memberikan kesempatan keluarga untuk Bertanya


bertanya mengenai materi yang
disampaikan
3 5 Evaluasi:
menit -Menanyakan kembali hal-hal yang sudah Menjawab
dijelaskan mengenai Diabetes Mellitus
-
4 5 Penutup:
menit - Menutup pertemuan dengan Mendengarkan
menyimpulkan materi yang telah
dibahas
- Memberikan salam penutup Menjawab salam
- Pemeriksaan GDS

MATERI

PENYULUHAN KESEHATAN DIABETES MELLITUS

A. Definisi

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

B.     Tipe diabetes

1. Tipe I : diabetes melitus tergantung insulin (insulin-dependentdiabetes melitus


[IDDM]).

2. Tipe II : diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent


diabetes melitus [NIDDM]).

C.    Etiologi

Insulin Dependen Diabetik Melitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung


Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel beta, Sedangkan Non insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) Disebabkan kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pancreas
mengalami desensititas terhadap glukosa. Adapun menurut tipenya :

Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pangkreas. Kombinasi


faktor genetik, imunologi dan mungkun pula lingkungan
Dibetes tipe II

Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe


II. Faktor-faktor ini adalah : usia, obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik.

D.    Faktor Resiko

1. Usia di atas 40 tahun

2. Kegemukan ( Obesitas )

3. Hipertensi ( TD : >140/90 mmhg )

4. Adanya riwayat keluarga dengan diabetes mellitus

5. Riwayat kadar gula abnormal

6. Riwayat penyakit jantung koroner

E.     Manifestasi klinis

Diagnosa DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia,


poliuria, polidipsi, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin
dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.

F. Gizi Diabetes Mellitus

METABOLISME ZAT-ZAT GIZI PADA DIABETES MELLITUS.

Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda dari
orang normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada keadaan
puasa kadar glucose darah yang normal adalah 70 – 90/100 ml. Pada diabetes yang
berat angka tersebut dapat mencapai 400 mg/100 ml atau lebih. Sintesa asam lemak
pada penderita DM akan menurun, sebaliknya oksidasi akan meningkat. Hasil
metabolisme asam lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar acetone heta
hydroxylic acid dan acetoacetic acid yang selanjutnya menimbulkan keadaan yang
dikenal sebagai acidosis. Sebagai akibat ketidak normalan metabolisme hidrat arang,
protein akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses
deaminasi asam amino. Pemecahan protein tersebut akan menyebabkan peningkatan
glucosa darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap.

KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS


1. Protein.

ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20%


energi dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia
kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10–15% energi. Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya
bernilai biologi tinggi.

2. Total Lemak.

Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih
10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 – 70%
total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Anjuran
persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid,
dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar lipid
normal dan dapat mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat
dianjurkan tidak lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10%
energy dari lemak jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia
adalah 20 – 25% energi. Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama,
dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari
lemaj jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan kandungan
kolesterol 200 mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan
masalah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain
menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan
sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan < 10% masing
energi masing-masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan
asupan karbohidrat lebih rendah.

3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.

Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah


untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10%
asupan energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan
kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.

4. Karbohidrat dan Pemanis.

Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total


karbohidrat dari pada jenisnya. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai
respon glikemik menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-
tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih
pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia
adalah 60 – 70% energi.

5. Sukrosa.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian


dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada
individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang
mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat
makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan
makan.

6. Pemanis.

a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa


dan kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa
dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes.
Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20%
energi) yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak
seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan
diabetes.

b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat
lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai
pengaruh laxatif.

c. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat


diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

7. Serat.

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan


untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 gr serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya
adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.

8. Natrium.

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk


biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi
ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
Nutrisi Pada Pasien DM Tipe 1 (IDDM) dan DM Tipe 2 (NIDDM)

1. DM tipe 1 (IDDM)

Diet pada DM tipe 1 dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah, yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Makan 5 – 6 kali setiap hari pada waktu yang kurang lebih sama dengan interval sekitar 3
jam dan terdiri atas 3 kali makanan pokok serta 3 kali camilan. Saat makan harus
disesuaikan dengan saat penyuntikan insulin hingga kadar puncak insulin dengan
plasma sama dengan kadar gula darah tertinggi sesudah makan.

b) Usahakan minum minuman yang bebas gula dan kaya serat, seperti agar-agar, rumput
laut, gelatin, kolang-kaling.

c) Pilihlah camilan yang rendah lemak dan rendah indeks glikemknya tetapi dengan indeks
kekenyangan yang cukup tinggi seperti sayuran rebus serta buah segar yang berserat dan
tidak begitu manis, pisang rebus, roti bekatul, kacang hijau serta kacang kacangan
lainnya, cracker dan makanan camilan tanpa kalori seperti agar-agar, kolang-kaling,
rumput laut dll.

d) Biasakan memakan sereal tinggi serat seperti havermut sebagai sarapan (> 6 gram) setiap
pagi: hindari makan sereal yanaag banyak mengandung gula.

e) Biasakan makan buah-buahan segar, khususnya buah yang biasa dimakan bersama
kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu, tomat.

f) Hindari kebiasan makan buah-buahan kaleng atau manisan yang direndam dalam sirup.

g) Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu krim, susu kedelai sebagai pengganti susu
fullcream untuk mengurangi asupaan lemak.

h) Lakukan olahraga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Olahraga tidak boleh
dilakukan bila kadar gula darah tidak terkontrol (>250 mg%) atau bila terdapat keton
bodies dalam urine ( karena bahaya ketoasidosis).

i) Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari. Riset membuktikan
bahwa pengendalian gula darah dengan melakukan diet, olahraga yang teratur dan terafi
insulin serta pemantauan gula darah di rumah akan mengurangi perawatan di rumah
sakit bagi penyandang DM tipe 1.

2. DM Tipe 2 (NIDDM)

Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau mengendalikan berat
badan di samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol yang mencakup:

a) Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval waktu sekitar
3 jam.

b) Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan indeks
kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar, rumput laut, pisang
rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah kalori dan buah-
buahan yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta alpukat.

c) Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari dan
gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok sayuran yang rendah kalori
seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang sudah direbus.

d) Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan glukosa
darah dlam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang dan beberapa
sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap dapat membantu
mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan seratnya.

e) Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau, jagung
rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.

f) Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras merah/beras tumbuk),
kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung. Jangan
menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk mi goring dan
perkedel kentang ( karena ketiganya memiliki indeks glisemik yang tinggi).

g) Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan sereal.

h) Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia di pasaran. Penyandang
diabetes yang gemar memasak dapat membuat kue-kue basah seperti wafel yang terdiri
atas tepung gandum utuh, havermout, putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan
dengan aroma yang mengundang selera misalnya pisang, stroberi, nanas.

i) Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi konsumsi


daging merah yang dapat diganti dengan daging putih seperti daging ayam atau ikan.

j) Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih setengah sendok makan
untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus, memepes,
memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng makanan dengan
banyak  minyak.

k) Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam.

l) Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti dengan
dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak diganti dengan
saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan kecap diet dalam jumlah
terbatas.

m) Nasihat diet lainnya dapt dimintakan dari ahli gizi/diet.

n) Biasakan berjalan sedikitnya 3 kali seminggu selama >30 menit.

G. Manajemen Diabetes Mellitus Dengan Gaya Hidup Sehat

1. Rencana diet, Dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi setiap hari. Rencana diet harus didapakan dengan berkonsultasi
dahulu dengan ahli gizi yang terdaftar dan berdasarkan pada riwayat diet pasien,
makanan yang disukai, gaya hidup, latar belakang budaya, dan aktivitas fisik.
Pada konsensus PERKENI telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan
adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa KH 60-70%, protein 10-
15%, dan lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan
ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hari, jumlah kandungan serat ± 25
gr/hari diutamakan jenis serat larut konsumsi garam dibatasi bila terdapat
hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.

2. Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik. Dianjurkan latihan jasmani teratur
3-4x tiap minggu selama ±0.5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat
dijadikan pilihan adalah jalan kala, jogging, lari, renang, bersepeda, dan
mendayung

3. Batasi gula dalam setiap makanan

4. Utamakan yang tinggi lemak tak jenuh tunggal (kacang-kacangan, alpukat),


cegah dislipidemia

5. Batasi makanan tingi purin (asam urat)

6. Stop merokok

7. Cegah kegemukan: IMT <25

8. Tidur min 6 jam sehari


9. Stop minum alkohol

10. Check up teratur terutama untuk usia >40 tahun

11. Pakai alas kaki untuk menghindari luka karena akan beresiko
menimbulkan luka ulkus

12. Berpuasa

13. Pengawasan glukosa di rumah

14. Pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah


penyakit kronik dan pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar bagaimana
menyesuaikan agar tercapai kontrol metabolik yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner &Suddart, 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah, Edisi 8 Volume 2


.EGC: Jakarta.
2. Nurarif, Amin Huda, dkk.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Mediaction
3. Sidarwan, S, 2002, PetunjukPraktisPengelolaan DM Perkeni 2002, FKUI-RSU pnCipto
Jakarta.

15. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : TB PARU


SATUAN ACARA PENYULUHAN
TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)

1. Pokok Bahasan : Penyakit TB Paru

2. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian TB Paru
b. Penyebab TB Paru
c. Tanda dan gejala TB Paru
d. Cara Penularan TB Paru
e. Cara Pencegahan Penularan TB Paru
f. Cara Pengobatan Pada Penderita TB Paru
g. Cara Perawatan Penderita TB Paru di rumah
3. Waktu :
4. Tempat :

5. Hari/Tanggal :
6. Latar Belakang
TB Paru (Tuberculosis Paru ) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal
dari negara berkembang salah satunya Indonesia. Di Indonesia, tuberculosis
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dengan jumlah menempati urutan
ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total
jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien
dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari
keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan
mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan
kuman tersebut akan menyebar dan angka kematian akan semakin bertambah.
Dari latar belakang tersebut maka saya mahasiswa D3 Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar, memilih untuk melakukan penyuluhan mengenai penyakit TB
Paru.

7. Tujuan Instruksional Umum.


Setelah dilakukan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang TB Paru maka
masyarakat mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal
perawatan pasien TB Paru untuk mencegah terjadinya penularan dan komplikasi lebih
lanjut

8. Tujuan Instruk sional Khusus.


Setelah mengikuti penyuluhan pendidikan kesehatan tentang TB Paru selama 1
x 50 menit pada masyarakat , mereka mampu:
1. Mengetahui pengertian TB Paru
2. Mengetahui penyebab TB Paru
3. Mengetahui tanda dan gejala TB Paru
4. Mengetahui cara penularan TB Paru
5. Mengetahui cara pencegahan penularan TB Paru
6. Mengetahui cara pengobatan pada penderita TB Paru
7. Mengetahui cara perawatan penderita TB Paru di rumah

9. Sasaran dan Target


Sasaran ditujukan pada keluarga pasien TB Paru serta masyarakat yang lain Target
ditujukan pada pasien TB Paru
10. Metode
Ceramah dan diskusi

11. Strategi Pelaksanaan.


no keterangan waktu Subjek penyuluhan
1 Pendahuluan 5 menit • Menjawab salam

• Memberi salam • Mendengarkan dan


terapeutik memperhatikan

• Menjelaskan tujuan • Menyetujui


kontrak waktu

• Kontrak waktu

2 Penyajian 35 menit  Memperhatikan


 Bertanya
• Melakukan
penyuluhan tentang
pengertian TB Paru
• Melakukan
penyuluhan tentang
penyebab TB Paru
• Melakukan
penyuluhan tentang
tanda dan gejala TB Paru
• Melakukan
penyuluhan tentang cara
penularan TB Paru
• Melakukan
penyuluhan tentang cara
pencegahan penularan
TB Paru
• Melakukan
penyuluhan tentang cara
pengobatan pada
penderita TB Paru
• Melakukan
penyuluhan tentang cara
perawatan penderita TB
Paru di rumah.
3 Penutup 10 menit  Memperhatikan
• Menyimpulkan materi  Menjawab
pendidikan kesehatan  Menjawab salam
bersama masyarakat
baik pasien maupun
keluarganya
• Memberikan evaluasi
secara lisan
• Memberikan salam
4 Penutup

12. Media
 Leaflet
 Power point

13. Alat dan Bahan


 Kursi, 1 sound, cuk roll, mic

14. Materi

Materi (terlampir) :

1. Pengertian TB Paru
2. Penyebab TB Paru
3. Tanda dan gejala TB Paru
4. Cara penularan TB Paru
5. Cara pencegahan penularan TB Paru
6. Cara pengobatan pada penderita TB Paru
7. Cara perawatan penderita TB Paru di rumah

Kriteria Evaluasi

1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian TB Paru

2. Peserta dapat menyebutkan penyebab TB Paru

3. Peserta dapat menyebutkan minimal 3 tanda dan gejala TB Paru


4. Peserta dapat menjelaskan salah satu cara penularan TB Paru

5. Peserta dapat menjelaskan minimal 3 cara pencegahan penularan TB Paru

6. Peserta dapat mendemonstrasikan tekhnik batuk efektif bagi penderita TB Paru.

15. Evaluasi

1) Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi penyaji.
b. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2) Evaluasi Proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan Masyarakat
antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya.
b. Dari 130 undangan yang disebar hanya 100 orang saja yang dapat menghadiri
undangan ini.
3) Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Dari 100 undangan yang menghadiri penyuluhan 70% yang sudah mengerti, 5%
belum mengerti, 10% yang bertanya dan 5% berbicara disaat penyuluhan
berlangsung, 10% meninggalkan tempat penyuluhan.
TB Paru
(Tuberkulosis Paru)

1. Pengertian dan Penyebab TB Paru


Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru
(KemenKes RI, 2016).

2. Tanda dan Gejala

a. Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih


b. Dahak bercampur darah, batuk darah
c. Sesak nafas, badan lemas, malaise (rasa tidak enak badan)
d. Nafsu makan menurun, berat badan menurun
e. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Pada TB ekstra paru, gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB Pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

3. Cara Penularan TB Paru

a. Melalui dahak penderita yang mengandung TBC


b. Melalui udara, bila penderita batuk atau bersin, kuman yang ada di dalam paru akan
menyebar ke udara
c. Bekas alat makan dan minum penderita

4. Cara Pencegahan Penularan

a. Bagi penderita, tutup mulut bila batuk


b. Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu:
1) Menimbun dahak dengan pasir

2) Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun, spiritus, dan buang di
lubang wc atau lunag tanah
c. Memeriksakan anggota keluarga yang lain
d. Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin )
e. Istirahat cukup
f. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien
g. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi & pencahayaan baik, hindari rokok
h. Berikan Imunisasi BCG pada bayi

5. Pengobatan Pada Penderia TB Paru


Cara pengobatan TB Paru yaitu dengan obat anti TB (OAT) yang didapatkan di
pelayanan kesehatan secara gratis, yang harus diminum secara teratur tidak boleh putus
selama 6-8 bulan dan dosis yang diminum sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.
Saat minum obat perlu adanya orang yang mengawasi atau PMO (pengawas minum obat).
Cara minum obat yang benar :

a. Sebaiknya satu papan obat (blister) diminum sekaligus setelah makan pagi/malam hari
sebelum tidur .
b. Jika sulit minum obat boleh ditelan satu persatu akan tetapi harus dalam waktu 2
jam.
c. Minum obat harus didampingi oleh PMO (pengawas minum obat)
d. Jangan selesai minum obat /putus obat sebelum pada waktu yang ditentukan Akibat
bila minum obat tidak teratur / putus obat :
a. Tidak sembuh/ menjadi lebih berat penyakitnya bahkan bisa meninggal.
b. Sukar diobati karena kemungkinan kuman menjadi kebal sehingga diperlikan obat
yang lebih ampuh/mahal harganya.
c. Dapat menularkan kepada anggota keluarga atau orang lain.

6. Perawatan Penderita TB Paru di Rumah (Melalui Tekhnik Batuk Efektif)

a. Siapkan tempat dahak dalam keadaan terbuka (tempat dahak harus tertutup)
b. Klien menarik nafas melalui hidung dan tahan selama kuranglebih 3 detik
kemudiandihembuskan melalui mulut (lakukan 3x)
c. Segera batukan keluar dari dada bukan dari tenggorokan
d. Tampung dahak pada wadah yang telah diberikan larutan sabun, Lysol atau bayclin
kemudian ditutup atau bisa menggunakan pasir..

REFERENSI
1. KementrianKesehatan,RI.2016.Tuberkulosis,(online),
2. (http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinTB.pdf,
diaksespadatanggal 07 Mei 2018).
3. Smeltzer, C.S. 2011. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC
4. Sudoyodkk. 2010. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.
16. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : HIPERTENSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI

Masalah :Hipertensi

PokokPembahasan :Hipertensi

Sasaran : Klien dan keluara klien

Waktu : 20Menit

Tanggal : 27 September 2021

Tempat :-

Pemateri : Mahasiswa

A. LatarBelakang

Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah
vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras untuk memompa darah.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3 Milyar orng di Dunia
menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di Dunia terdiagnosis menderita
Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi mengalami kenaikan jika di
bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8% menjadi 34,1%.

B. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Klien dan keluarga klien mampu
memahami dan mengerti tentang Hipertensi.

C. TujuanKhusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Hipertensi, diharapkan klien dan
Keluarga klien dapat:

1. Menjelaskanpengertian
2. Menyebutkanpenyebab
3. Menyebutkan tanda dangejala
4. Menyebutkan upayapencegahan
5. Menjelaskan kenapa hipertensi harus dicegah

D. Materi

Penyuluhan

Terlampir

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatanpenyuluhan

N Tahap Wakt Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


o u
Kegiatan

1. Pembukaan 3 1. Mengucapkansalam 1. Menjawab salam Kata-


Menit kata/
2. Memperkenalkandiri 2. Mendengarkan kalima
danmenyimak t
3. Menyampaikan
tentang tujuan pokok 3. Bertanya
materi mengenai
perkenalan dan
4. Meyampakaikan tujuan jika ada
pokokpembahasan yang kurang
Jelas
5. Kontrakwaktu
Penyampaian Materi
2. Pelaksanaa 12 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan Leaflet
n Menit pengertian danmenyimak

2. Menjelaskan penyebab 2. Bertanya


mengenai
3. Menjelaskan tanda hal- hal
dangejala yang belum jelas
dan
4. Menjelaskan faktor dimengerti
resiko

5. Menjelaskan upaya
pencegahan

3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Sasaran Kata-


menit dapat kata/
2. Memberikan menjawab kalima
kesempatan tentang t
padaPeserta untuk pertanyaan
bertanya yangdiajukan

3. Melakukanevaluasi 2. Mendengar

4. Menyampaikan 3. Memperhatikan
kesimpulanmateri
4. Menjawab salam
5. Mengakhiri pertemuan
dan
Mengucapkansalam

H. Evaluasi

Diharapkan keluarga mampu :


1. Menjelaskan pengertianHipertensi
2. Menyebutkan penyebabHipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejalaHipertensi
4. Menyebutkan cara pencegahan /PengobatanHipertensi
5. Menjelaskan Kenapa hipertensi harus dicegah

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &
Hardhi2015)

B. Penyebab

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.

a. Hipertensi primer(esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Factor yang
mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis system rennin.
Antigiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.

b. Hipertensisekunder

Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.

C. Tanda dan gejala

Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :

1. Gejala ringan seperti pusing atau sakitkepala


2. Seringgelisah
3. Wajahmerah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang/ penglihatankabur
12. Mimisan ( keluar darah darihidung).

D. Faktorresiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak DapatDikontrol:
a. Jeniskelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan
bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi
pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,
sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Aisyah, 2009).

b. Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua
cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Suzanne & Brenda,
2001).

c. Keturunan(Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang
tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan
70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Aisyah,2009).

2. Faktor Resiko Yang DapatDikontrol:


a. Obesitas

Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat.Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
(Aisyah, 2009)

b. KebiasaanMerokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok berat dapat dihubungkan dengan


peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis.Merokok menyebabkan hipertensi karena nikotin yg terkandung di
dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang
dapat menyebabkan plak.Plak menyempitkan pembuluh darah.Nikotin juga memiliki
kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin
yang menyebabkan pembuluh darah mengerut (Aisyah,2009).

c. Mengkonsumsi garamberlebih

Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi) kita di wajibkan untuk membatasi
asupan natrium ( garam) hanya 2/3 sendok teh atau setara dengan 1500 mg natrium

d. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Menurut Aisyah (2009) mengatakan stresakan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristikpersonal.

e. Penyakitjasmani

Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan meningkatkan hipertensi


yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat
menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyumbat aliran darah ke
jantung sehingga jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan
demikian tekanan darah akan meningkat (Suzanne & Brenda, 2001).

E. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. HindariKegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitasfisik
6. Batasi pemakaiangaram
7. Istirahatcukup

F. DietHipertensi
1. Pengertianiet
Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan untuk
membatu menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk menurunkan
factor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan berlebih, tinggi kolestrol dan
Asam Urat dalam darah.

2. Tujuanembantu Menghilangkan Nutrisi garam / mengurangi air dalam jaringan


tubuh dan menurunkan tekaan darah pada hipertensi.

3. Syarat- SyaratDiet.
1. Cukup energy, Protein, Mineral danVitamin
2. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaanpenyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannyaHipertensi
4. Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi:

1. Pisang
2. Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo danbijinya
3. Buah- buahan kecuali buahdurian
4. Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendahlemak
5. SusuSkim
6. Oatmeal
7. Ikan

4. Makanan yang di Hindari/Dibatasi


1. Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepat saji, makanan kemasan.
2. Makanan yang banyak mengandungGula
3. MakananBerlemak
4. Makanan dan Minuman mengandungAlkohol

Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di peroleh bahan – bahan nya:

1. Jus Apel danSeledri


buah apel ukuran sedang di tambah 2-3 sendok irisan seledri
2. Jus belimbing danTimun
3- 4 iris belimbing buah di tambah 5-7 iris mentimun segar bisa di tambah perasan
jeruk nipis sesuai selera
3. Jus timunSeledri
5-7 iris mentimun segar ditambah 2-3 sendok irisan seledri.

17. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : REMATOID


ARTHRITIS
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RHEUMATOID ARTHRITIS

Pokok Bahasan : Rheumatoid Arthritis


Sub Pokok Bahasan :

- Pengertian rheumatoid arthritis

- Penyebab rheumatoid arthritis

- Tanda dan gejala rheumatoid arthritis

- Bagaimana mengatasi rheumatoid arthritis

- Makanan yang harus dihindari penderita rheumatoid arthritis

- Obat tradisional rheumatoid arthritis

Sasaran : Klien dan Keluarga klien

Waktu : 30 menit

Tanggal : 27 September 2021

Tempat :-

Pelaksana : Mahasiswa

1. TUJUAN UMUM

Setelah diberikan penyuluhan klien dapat memahami mengenai Rheumatoid Arthritis.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Menyebutkan pengertian rheumatoid arthritis

b. Menyebutkan penyebab rheumatoid arthritis

c. Menyebutkan tanda dan gejala rheumatoid arthritis

d. Menyebutkan bagaimana mengatasi rheumatoid arthritis

e. Menyebutkan makanan yang harus dihindari untuk penderita rheumatoid

f. Menyebutkan obat tradisional untuk mengurangi nyeri

3. MATERI (LAMPIRAN)

a. Pengertian rheumatoid arthritis

b. Penyebab rheumatoid arthritis

c. Tanda dan gejala rheumatoid arthritis

d. Bagaimana mengatasi rheumatoid arthritis

e. Makanan yang harus dihindari untuk penderita rheumatoid arthritis

f. Obat tradisional untuk mengurangi nyeri


4. KEGIATAN PENYULUHAN

Tabel Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan: 1. Memberi salam 1. Menjawab salam 5 menit
a. Salam 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
b. Perkenalan 3. Menjelaskan tujuan penyuluhan memperhatikan
c. Tujuan 4. Menyebutkan materi atau pokok
penyuluhan bahasan
d. Materi atau pokok
bahasan
2. Kegiatan Inti: 1. Menjelaskan pengertian rheumatoid 1. Menyimak 15
a. Pengertian arthritis 2. Memperhatikan dan menit
rheumatoid 2. Menjelaskan penyebab rheumatoid 3. Mendengarkan
b. Penyebab rheumatoid 3. Menjelaskan tanda dan gejala
c. Tanda dan gejala rheumatoid
d. Mengatasi rheumatoid 4. Menjelaskan bagaimana mengatasi
e. Makanan yang harus 5. Menjelaskan makanan yang harus
dihindari dihindari penderita rheumatoid
f. Obat tradisional untuk 6. Menjelaskan obat tradisional untuk
mengurangi nyeri mengurangi nyeri
rheumatoid
3. Penutup : 1. Memberikan kesempatan kepada 1. Bertanya dengan 10
a. Tanya jawab klien untuk bertanya aktif hal - hal yang menit
b. Evaluasi 2. Berikan pertanyaan kepada klien masih belum di
c. Salam 3. Mengucapkan salam mengerti
2. Menjawab
pertanyaan
3. Menjawab salam
5. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

6. MEDIA

1. Media SAP

2. Leaflet

7. EVALUASI

Diharapkan audiens mampu :

a. Menjelaskan tentang pengertian rheumatoid arthritis

b. Menjelaskan penyebab rheumatoid arthritis

c. Menjelaskan tanda dan gejala rheumatoid arthritis

d. Menjelaskan bagaimana mengatasi rheumatoid arthritis


e. Menjelaskan makanan yang harus dihindari penderita rheumatoid

f. Menjelaskan obat tradisional untuk mengurangi rasa nyeri

LAMPIRAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

A. Pengertian

Rheumatoid arthritis merupakan peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan


rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian, seperti otot, ligamen dan tendon. Radang
sendi ini bisa menghancurkan jaringan persendian yang dapat membatasi aktivitas sehari-
hari. Rheumatoid arthritis akan paling sering mengenai bagian kaki dan tangan, namun
penyakit tersebut bisa mengenai bagian tubuh lainnya seperti mata, paru-paru, pembuluh
darah dan kulit. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

B. Penyebab

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Usia, khususnya usia 40 tahun ke atas.

2. Faktor genetika.

3. Merokok.

4. Jenis kelamin. Pria lebih jarang terkena penyakit rheumatoid arthritis, jika dibandingkan
dengan wanita.

C. Tanda dan gejala

Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American Reumatism Assosiation)
untuk menegakkan diagnosa adalah:

1. Adanya rasa kaku pada pagi hari, penderita merasa kaku dari bangun tidur sampai
sekurang-kurangnya 2 jam bahkan kadang-kadang sampai jam 11 rasa kaku tersebut mulai
berkurang.

2. Pembangkakan pada jaringan lunak bukan pembesaran tulang berlangsung sekurang-


kurangnya 6 minggu.

3. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang - kurangnya pada satu
sendi.

4. Sering penderita mengeluh rasa sakit dan pembengkakkan pada sendi-sendi kecil (jari
tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan bengkak yang khas pada
pergelangan tangan bagian dorsal.
D. Bagaimana mengatasinya

Untuk menghindari makanan berkadar purin tinggi, dan mengurangi minuman tinggi gula
serta minuman beralkohol.

1. Melakukan pengobatan :

Pengobatan yang hanya untuk mengurangi tanda dan gejala, biasanya mengurangi rasa sakit.
Obat yang sering dipakai adalah simple analgesik, anti inflamasi nonsteroisd, anti inflamasi
golongan steroid.

2. Konsumsi buah dan sayur

Sebuah penelitian yang digagas oleh University of Maryland menunjukkan bahwa penderita
rheumatoid arthritis harus mengonsumsi banyak buah dengan kandungan antioksidan yang
tinggi. Beri menjadi contoh buah-buahan yang kaya antioksidan. Beri dengan warna gelap
mengandung flavonoid yang disebut dengan anthocyanin. Nama yang terakhir ini mampu
mengatasi peradangan dan keram.

3. Minum air mineral

Dengan minum air mineral minimal delapan gelas per hari, zat yang tak terpakai dalam tubuh
akan terangkut keluar. Beberapa ahli juga percaya bahwa minum air mineral turut membantu
melancarkan pembuangan yang menumpuk dalam tubuh.

4. Olahraga teratur

5. Olahraga teratur dapat meningkatkan fleksibilitas

E. Makanan yang harus dihindari penderita rheumatoid arthritis

1. Jeroan

Jeroan adalah bagian dalam hewan yang diolah menjadi makanan dan biasa kamu kenal
sebagai olahan usus, hati, ampela, jantung, otak dan lainnya. Jeroan memang gurih dan lezat,
enak disop, digoreng, dibakar, atau dimasak dengan menggunakan santan. Akan tetapi, jeroan
merupakan makanan pantangan buat pengidap rematik. Mengonsumsi jenis makanan ini
dapat memicu kambuh dan nyeri sakit di bagian yang terserang. Selain dapat memicu
rematik, jeroan juga menyebabkan penyakit lain, seperti jantung, hipertensi, obesitas, dan
komplikasi penyakit lainnya.

2. Santan

Makanan pantangan rematik lainnya yang harus dihindari adalah santan. Memang,
penambahan santan pada olahan makanan akan memberikan rasa nikmat dan gurih. Akan
tetapi, santan mengandung zat purin yang bisa memicu sendi menjadi sakit bagi pengidap
rematik.

3. Seafood
Siapa yang tidak suka santapan seafood? Udang, sotong, kepiting, yang hanya dengan direbus
saja rasanya sudah menggoyang lidah. Sayangnya, bagi pengidap penyakit rematik, seafood
dapat memicu munculnya gejala rematik dan membuat kambuh. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh American College of Rheumatology, mengonsumsi daging merah dan
seafood dapat menempatkan seseorang pada risiko penyakit rematik.

4. Jenis Sayuran Tertentu

Sayuran memang sangat menyehatkan untuk tubuh, di dalam sayuran banyak sekali jenis
vitamin dan mineral yang bagus jika dikonsumsi tubuh. Tahukah kamu, kalau beberapa jenis
sayuran tertentu ternyata menjadi pantangan buat pengidap rematik. Tidak lain dikarenakan
dalam jenis sayuran tertentu mengandung kadar purin yang tinggi. Beberapa jenis sayuran
tersebut adalah bayam, jamur, kembang kol, kangkung, dan sawi.

5. Daging Kambing

Daging kambing memiliki aroma yang merangsang selera makan, bahkan bila hanya dibakar
dengan perasan jeruk nipis dan taburan garam. Namun, di balik sensasi nikmati dari gigitan
daging kambing tersebut, jenis daging ini adalah pantangan buat pengidap rematik.

F. Obat tradisional untuk mengurangi nyeri

Salah satu obat tradisional untuk penderita rheumatoid arthritis yaitu : Rendam kaki
mengunakan air hangat di tambah sedikit garam

Cara Pembuatan Air Rendaman

1. Rebus air secukupnya atau 1 liter

2. Masukkan garam ke dalam 1 liter air

3. Tuang rebusan ke dalam baskom, tunggu hingga suhu menjadi hangat tanpa campuran air
dingin

4. Masukkan washlap atau handuk kecil ke dalam baskom

5. Rendam bagian telapak kaki dan pada bagian sendi atas gunakan waslap atau handuk kecil
untuk mengompresnya.

6. Tempelkan pada area yang sakit hingga kehangatan washlap atau handuk kecil terasa
berkurang

7. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 hingga ±15 menit

18. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : STROKE


SATUAN ACARA PENYULUHAN
STROKE

Pokok Bahasan : Stroke


Sub Pokok Bahasan :1. Pengertian Stroke
2. Jenis Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan Gejala Stroke
5. Akibat Stroke
6. Pencegahan Stroke
Sasaran : Keluarga Tn.S
Hari/ Tanggal : Selasa, 05 Juni 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Tn.S

A. Latar Belakang
Penyakit yang berhubungan dengan saraf sangat banyak terjadi di jaman sekarang ini,
seperti stroke. Stroke sudah di kenal sejak lama, penyakit ini terjadi bisa diakibatkan
karena hipertensi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lumpuh baik sebagian
maupun semuanya. Namun sekarang stroke tidak hanya menyerang anggota badan
namun sudah menyerang otak yaitu stroke hemoragik. Stroke hemoragik menyerang
otak sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan di otak.

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama ±30 menit, diharapkan keluarga mampu
memahami tentang penyakit stroke.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ±30 menit diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian Stroke
2. Jenis Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Komplikasi Stroke
6. Pencegahan Stroke

D. Metode
Ceramah dan diskusi

E. Media
Leaflet

F. Proses pelaksaaan

No Kegiatan Respon peserta waktu Metode


&
media
1 a. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri 1. Menjawab salam 5 menit Ceramah
2. Menyampaikan tujuan dan 2. Memperbaiki dan dan
topik dilaksanakannya menjawab pertanyaan Tanya
penyuluhan jawab
3. Menggali pengetahuan
sasaran

2 b. Penyajian
1. Menjelaskan definisi stroke 1. Mendengarkan 20 Ceramah,
dan jenis stroke 2. Mengajukan menit Tanya
2. Menjelaskan tentang pertanyaan seputar jawab
penyebab stroke materi dan video
3. Menyebutkan tanda dan
gejala terjadinya stroke
4. Menyebutkan komplikasi
stroke
5. Menjelaskan pencegahan
stroke
3 c. Penutup - Menyampaikan
1. Membuka waktu untuk jawaban 5 ceramah
diskusi  Mendengarkan menit
2. Mengevaluasi hasil  Menjawab salam
penyuluhan
3. Memberikan umpan balik
4. Salam penutup

G. Setting Tempat
Duduk berhadapan

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta diharapkan duduk menghadap ke arah penyaji
b. Peserta turut serta dalam kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta tidak meninggalkan tempat selama kegiatan
b. Peserta berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian stroke
b. Keluarga dapat mengetahui penyebab stroke
c. Keluarga dapat memahami tanda dan gejala stroke
d. Keluarga mampu memahami pencegahan stroke

I. Referensi
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta:Media
Aesculapius FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta: EGC.
Lampiran Materi

MENGENAL STROKE

A. Definisi
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.

B. Jenis Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu: (Muttaqin,
2008)
1. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

C. Etilogi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di
bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
1) Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan
arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
2) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara.
b. Faktor risiko
1) Usia
Pada umumnya resiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun
2) Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar terkena stroke dibanding
perempuan
3) Ras/suku bangsa
4) Genetik
5) Hipertensi
6) Diabetes melitus
7) Kolesterol tinggi
8) Obesitas
9) Minuman alkohol

D. Manifestasi Klinik
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

E. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
F. Pencegahan Stroke
1. Konsumsi makanan sehat
Konsumsi makanan dengan tinggi serat. Makanan tinggi serat akan membantu
dalam pencegahan penyakit stroke ini dan juga turut andil mengendalikan lemak
dalam darah
2. Kurangi kolesterol jahat
3. Kurangi konsumsi garam
4. Hindari kebiasaan buruk seperti :
a. Merokok dan minum alkhohol
Merokok dapat mrusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah,
serta mempercepat penyumbatan di pembuluh darah dan akan membuat darah
menggumpal sehingga meningkatkan resiko stroke
b. Hidup aktif dan olahraga yang teratur
Orang yang berlebihan berat badan memiliki resiko hipertesni, kolesterol tinggi,
diabetes dan stroke. Olahraga dapat mengurangi berat badan sehingga
mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut
c. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan berolahraga termasuk dalam
salah satu tips dan cara dalam membantu menurunkan tensi darah dan
menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah
d. Perbanyak konsumsi serat dan banyak minum air putih
19. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DEMAM
TYPOID
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Demam Thypiod

Mata Ajar : Demam Thypiod


Pokok Bahasan : Gambaran Demam Thypiod
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Demam Thypiod
2. Tanda dan gejala Demam Thypiod
3. Penyebab Demam Thypiod
4. Cara pencegahan Demam Thypiod
5. Cara pengobatan Demam Thypiod
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal :
Tempat :
Sasaran : klien dan keluarga

I. Latar Belakang
Angka kejadian demam Thypoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara
yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam Thypoid atau
tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam Thypoid
masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam
Thypoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam Thypoid di
seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam
Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun
dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam Thypoid, walaupun gejala
yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi
demam Thypoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.
Oleh karena itu dalam praktek Pendidikan Kesehatan, akan melakukan penyuluhan
mengenai demam Thypoid yang ditujukan pada keluarga Tn. B di RT II RW VII Dusun
Mulyorejo, Desa Limbung Kec. Sungai Raya Kab. Kubu Raya.
II. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Tn. B dan keluarga dapat
mengetahui dan memahami tentang penyakit Thypoid dan mengetahui hal yang harus
dilakukan jika terkena Thypoid serta cara mengatasi masalah tersebut.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan lansia mengetahui :
1. Menyebutkan pengertian Demam Thypoid
2. Menyebutkan penyebab Demam Thypoid
3. Menyebutkan tanda Demam Thypoid
4. Menyebutkan cara pencegahan Demam Thypoid
5. Menjelaskan perawatan dan pengobatan Demam Thypoid
III. Materi (terlampir)

IV. Metoda
Ceramah dan tanya jawab

V. Alat dan Media


1. Leaflet
2. Flipchart
VI. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan klien dan


keluarga
1. 5 menit Pembukaan
- Memberi salam - Menjawab Salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan dan
- Menjelaskan kontrak, waktu, memperhatikan
topik dan tujuan penyuluhan - Mendengarkan dan
memperhatikan
2. 15 menit Pelaksanan
- Apersepsi - Mengemukakan
- Mengkaji pengetahuan klein dan pendapat
keluarga tentang Demam - Mengemukakan
Thypoid pendapat
- Memberi reinforcement positif - Mendengarkan dan
- Menjelaskan pengertian Demam memperhatikan
Thypoid - Mendengarkan dan
- Mengkaji pengetahuan klein dan memperhatikan
keluarga tentang Demam - Mengemukakan
Thypoid pendapat
- Memberi reinforcement positif - Mendengarkan dan
- Menjelaskan pengertian Demam memperhatikan
Thypoid - Mendengarkan dan
- Mengkaji pengetahuan klein dan memperhatikan
keluarga tentang tanda dan - Mengemukakan
gejala Demam Thypoid pendapat
- Memberi reinforcement positif
- Menjelaskan tentang tanda dan - Mendengarkan dan
gejala Demam Thypoid memperhatikan
- Mengkaji pengetahuan klein dan - Mendengarkan dan
keluarga tentang penyebab memperhatikan
Demam Thypoid - Mengemukakan
- Memberi reinforcement positif pendapat
- Menjelaskan tentang penyebab
Demam Thypoid - Mendengarkan dan
- Mengkaji pengetahuan klein dan memperhatikan
keluarga tentang cara - Mendengarkan dan
pencegahan Demam Thypoid memperhatikan
- memberi reinforcement positif - Mengungkapkan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan klien dan
keluarga
- Menjelaskan cara pencegahan pendapat
Demam Thypoid
- Mengkaji pengetahuan klein dan - Mendengarkan dan
keluarga tentang cara memperhatikan
pengobatan Demam Thypoid - Mendengarkan dan
- memberi reinforcement positif memperhatikan
- Menjelaskan cara pengobatan
Demam Thypoid
10 menit Bersama klien dan keluarga - Bersama klien dan
menyimpulkan materi penyuluhan keluarga
- Melakukan evaluasi menyimpulkan
- Menutup penyuluhan dan materi penyuluhan
memberikan salam - Menjawab
pertanyaan
- Menjawab salam

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi Proses
Klien dan keluarga berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga mampu menyebutkan :
a. Pengertian Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
b. Tanda dan gejala Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
c. Penyebab Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
d. Cara pencegahan Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
e. Cara pengobatan Demam Thypiod dengan bahasa sendiri

VIII. Setting Tempat

L L L

Keterangan : L L
P = Penyaji
L = klien dan keluarga
LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID
1. Pengertian Demam Thypoid
Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear
dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Terjadinya penularan salmonella typhi
sebagian besar melalui makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal
dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja
(melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal). 

2. Tanda dan Gejala


Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 – 14 hari. Gejala-gejala yang timbul
sangat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di
daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat
berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosis klinis demam
tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
akut pada umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-
gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor
ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.

3. Komplikasi Demam Typhoid


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu:
a.Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan perdarahan
usus pada 1 – 10% kasus dema Thypoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada
minggu ke-3 sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi
di dahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi.
Pada perforasi usus halus ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan
bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri yang menyelubung. Kemudian akan diikuti
muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defance muskulare, hilangnya keredupan
hepar dan tanda-tanda peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus
mempunyai manifestasi klinis yang tidak jelas.
b.Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar  bermanifestasi gangguan kesadaran,
disorientasi, delirium, obtundasi, stupor  bahkan koma. Beberapa penulis mengaitkan
manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk. Penyakit neurologi lain
adalah rombosis sereberal, afasia, ataksia sereberal akut, tuli, mielitis tranversal,
neuritis perifer maupun kranial, meningitis, ensefalomielitis, sindrom Guillain-Barre.
Dari berbagai penyakit neurologik yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang
permanen (sekuele).
c.Miokarditis.  Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-T
pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
d.Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam Thypoid ditandai
peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.
e.Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun kolesistitis
akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi pada penderita
setelah mengalami demam Thypoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan
fenomena pembawa kuman (karier).
f. Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam Thypoid.
g.Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat
bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai prognosis
buruk.
h.Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam Thypoid. Keadaan ini
dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai akibat
infeksi sekunder oleh kuman lain.
i. Penyulit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intrvaskular
diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di beberapa lokasi
sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,otak, hati, limpa, otot,
kelenjar ludah dan persendian.
4. Penatalaksanaan Pengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : Perawatan, Diet dan
Obat-obatan.
a. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari
bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.

b. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena
ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat
diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
c. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksazol
4) Ampisillin dan Amoksisilin
5) Sefalosporin generasi ketiga
6) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).
2) Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
3) Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan
kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
5. Pencegahan Demam Thypoid
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat
tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program
pencegahan yakni:
a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid.
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.
c. Perlindungan dini agar tidak tertular.
Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal
harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau
sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala macam. Lewat
tangan kita bisa memindahkan kuman.
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid:
a. Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan
demam Thypoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air
(diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau
mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih
tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.
b. Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik
Thypoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian
luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa
menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat
gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.
c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada
yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah
buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah
dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang
tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air
untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.
d. Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.
Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan
makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari
penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.

Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam
Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

1) Sering cuci tangan anda.


Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari
penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan
sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama
sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
2) Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali
sehari.
3) Hindari memegang makanan.
Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata
bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan
atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes
memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.
4) Gunakan barang pribadi yang terpisah.
Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci
dengan menggunakan air dan sabun.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi IV;Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Brunner & Suddath, Buku ajar keperawatan medical bedah, Buku 3, Edisi 4 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Tahun 2002.
Doenges, Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun
2000.
Mansjoer Arif, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000, Jakarta.
Smeltzer, Zusanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
ed.8 Vol. 2. EGC. Jakarta
Sylvia, Patofisiologi, Buku 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I, Tahun
1995.
Waspadji dkk, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK-UI Jakarta,
Tahun 1999.
Wilkinson Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC ed.9. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai