Disusun oleh :
Kelompok 2
10. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSEPSI SENSORI..................................................2
11. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSYARAFAN..........................................................27
12. PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA27
13. PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN PASCA PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC DAN LABORATORIUM 28
14. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DIABETES MELLITUS (DM)
.............................................................................................................................................. 31
15. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : TB PARU......42
16. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : HIPERTENSI49
17. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : REMATOID ARTHRITIS
.............................................................................................................................................. 56
18. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : STROKE......61
19. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DEMAM TYPOID 69
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 79
10. OBSERVASI DAN REFLEKSI TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERSEPSI SENSORI
Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien terutama
kemampuan penglihatan klien.
Tujuan
2 Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
3 Persiapan alat :
- Snellen Chart
- Penlight
- Pensil
Fase Orientasi
Fase kerja
Visual Aquity :
6
Bantu klien melepas alat bantu lihat (kacamata, lena kontak) apabila mengenakan.
8 Minta klien untuk membaca huruf terkecil yang mungkin bias terbaca.
9 Mulai dari kedua mata kemudian lakukan bergantian antara mata kanan dan kiri.
Catat kemampuan klien membaca huruf terkecil dengan tepat tanpa kesalahan dalam dua
11
kali percobaan, dengan atau tanpa lensa koreksi.
Minta klien memperhatikan pensil, kemudian arahkan pensil menjauh dan kembalikan ke tempat
17
semula.
Extracular movement :
21
Minta pasien duduk/ berdiri dua kaki di depan perawat.
22 Minta klien tidak menggerakkan kepala ketika matanya mengikuti gerakan pensil atau penlight.
Gerakkan jari/ penlight perlahan ke atas dan kebawah, ke kanan dan ke kiri, diagonal naik turun
23
kekiri, diagonal naik turun ke kanan.
Fase terminasi.
Pengertian
Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien.
Tujuan
(PENDENGARAN)
2 Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
3 Persiapan alat :
- Otoscope
- Speculum
Fase Orientasi
Fase Kerja
6 Kaji telinga bagian luar : bentuk, ukuran, dan lesi. Permukaan seharusnya mulus, ukuran dan
10 Pasang speculum yang paling pas dengan telinga klien, hubungkan dengan otoscope.
11 Masukkan speculum otoscope pada klien dengan kepala sedikit menjauh dari pemeriksa.
12 Kaji lilin, haluaran, dan benda asing yang ditemukan; kanal seharusnya mulus dan merah muda,
Weber’s Test :
14
Pegang garpu tala, kemudian getarkan dengan tangan.
Rinne’s Test :
17
Getarkan garpu tala seperti di contohkan Weber’s test.
Pegang dasar garpu tala berlawanan dengan proses mastoid pasien dan minta pasien mengatakan
18
dimana suara tak lagi terdengar.
Segera letakkan garpu tala yang masih bergetar di dekat kanal telinga luar dan tanyakkan apakah
19
klien masih mendengar suara; normalnya masih terdengar.
Fase Terminasi
Tujuan
(PENCIUMAN)
N
Aspek Yang Dinilai
O
Fase Pra Interaksi
2 Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
3 Persiapan alat :
- Otoscope
- Aneka jenis bahan makanan beraroma khas : kopi, vanilla, mint, pasta gigi, jeruk, atau
sabun mandi.
Fase Orientasi
Tanyakan kondisi klien saat ini, persilahkan apabila klien hendak membersihkan rongga hidung
4
terlebih dahulu.
5 Jaga privasi klien
Fase Kerja
6 Periksa kepatenan jalan nafas.
7 Minta klien untuk menutup mata. Gunakan kain penutup mata, bila perlu.
8 Minta klien menutup salah satu rongga hidung, kemudian hirup udara.
9 Berikan rangsangan aroma yang berbeda pada kedua hidung secara bergantian.
Fase Terminasi
PROSEDUR KERJA
Pemberian Obat Tetes Hidung
No PROSEDUR
2 Menyiapkan alat:
5 c. bengkok
6 d. kapas/ tissue
Fase Kerja
7 Jelaskan tindakan kepada klien
8 Perawat cuci tangan
9 Pasien diberi sikap berbaring tengadah dengan kepala lebih rendah dari bahu
10 Bahu diganjal bantal
11 Dorsal recumbent
12 Kepala tergantung di pinggir tempat tidur dan disokong oleh satu tangan perawat
13 Mengisi pipet dengan obat yang sudah ditentukan
14 Menetesi hidung
15 Menetesi obat ke dalam lubang hidung sesuai dengan dosis yang ditentukan
16 Pasien di anjurkan tengadah berbaring 5-10 menit supaya obat tidak mengalir keluar
17 Membersihkan tetesan obat dengan kapas/ tissue
18 Merapikan dan mengembalikkan alat pada tempatnya
19 Perawat cuci tangan
Fase terminasi
20 Komunikasi sebelum, selama dan sesduah tindakan
21 Dokumentasi setiap keluhan, kelainan yang ditemukan
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGERTIAN
Pemberian obat mata adalah member obat kedalam mata berupa cairan dan salep.
TUJUAN
No PROSEDUR
2 Menyiapkan alat:
3 a. Kapas basah
4 b. Obat
5 c. Gelas
6 d. Plester
7 e. Bangkok
Fase Kerja
13 Teteskan obat pada formic inferior/superior sambil melihat keatas atau kebawah
16 Alat-alat dirapikan
Fase Terminasi
PENGERTIAN
Pemberian obat tetes telinga adalah Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal,
dalam bentuk cair.
TUJUAN
KONTRA INDIKASI
No PROSEDUR
2 Menyiapkan alat :
3 a. Handuk
4 b. Kapas bulat
7 e. Bangkok
Fase Kerja
9 Membantu pasien dalam posisi miring, telinga yang sakit mengarah ke atas
14 Menetaskan obat melalui sisi atau liang telinga sesuai dosis yang ditentukan
Fase Terminasi
PENGERTIAN
Adalah suatu tindakan untuk mengkaji keadaan saraf sensori dan persepsi klien terutama
kemampuan perasa dan perabaan klien.
Tujuan
1. Memperoleh data subyektif klien tentang daya perasa dan peraba klien.
2. Memperoleh data obyektif klien tentang daya perasa dan peraba klien.
3. Menentukan rencana keperawatan.
PEMERIKSAAN FISIK SENSORI-PERSEPSI
(PERABA-PERASA)
Buat kontrak dan jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
Persiapan alat :
- Penlight
- Kapas
- Spatel lidah
Fase Orientasi
Fase Kerja
Minta klien untuk menggigit atau membuka rahangnya. Observasi kesimetrisan wajah.
Arahkan cahaya penlight ke area mandibular dan maksilaris, minta klien mendeteksi arah sinar
tanpa membuka mata.
Sentuhkan kapas perlahan ke area kornea dari samping. Perhatikan reflex cornel dan kedipan
klien.
Minta klien untuk tersenyum, menggembungkan pipi atau menaikkan alis.
setiap rasa pada bagian anterior dan samping lidah yang dijulurkan.
Hasil yang diharapkan : klien menarik lidahnya dan terlarut ke bagian posterior.
Hasil yang diharapkan : ada reflek muntah, uvula bergerak ke atas dan pasien reflek menguap
Pada posterior sepertiga lidah, minta klien untuk mengidentifikasi asam dan pahit.
Minta klien menggerakkan lidah ke semua arah lalu julurkan lidah sejauh mungkin. Perhatikan
Fase Terminasi
3. Kebijakan SPO/YANMED/RS/009
4.Referensi STANDAR PROSEDUROPERASIONAL Tanggal Terbit
03 November 2014Ditetapkan DitetapkanDirektur
dr.R.M. Byar Sabardiman
5.Alat dan bahan Persiapan alat :
1. Refleks hammer
2. Garputala
3. Kapas dan lidi
4. Penlight atau senter kecil
5. Opthalmoskop
6. Jarum steril
7. Spatel tongue
8. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin
9. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
10. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum
11. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam,
gula, atau cuka
12. Baju periksa
13. Sarung tangan
6.Prosedur/ 1.4Prosedur Pemeriksaan Fisik Persyarafan
langkah-langkah Atur posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi tempat tidur.
Amati cara berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan
kemampuan bicara, intonasi, keraslembut, pemilihan kata dan
kemudahan berespon terhadap pertanyaan. Nilai kesadara
denganmenggunakan patokan Glasgow Coma Scale (GCS). Tanyakan
waktu, tanggal, tempat danalasan berkunjung, kaji kemampuan klien
dalam berhitung dan mulailah dengan perhitunganyang sederhana.
Kaji kemampuan klien untuk berfikir abstrak.
7.Unit Terkait Unit kerja terkait Poliklinik, UGD, Ruang Rawat Inap, ICU
12. PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA
No. Kriteria Jawab Pembenaran
1 P Ya Dalam jurnal ini, populasi atau problem yang ditemukan yaitu
pasien yang terdiagnosa akut appendiksitis (AA).
2 I Ya • Intervensi yang diberikan pada pasien dengan AA (akut
appendiksitis) adalah laparascopic appendectomy (LA). Dimana LA
adalah teknik pilihan pengobatan AA dalam hal keuntungan klinis
dan costeffectiveness.
• LA dilakukan di bawah anastesi umum. Dosis A dari profilaksis
klavulanat-amoksisilin (2 g-200 mg) 30 menit sebelum operasi.
Bidang bedah dioleskan dengan larutan yodium. Buka laparaskopi
langsung di bawah pusar dan trocar 5 mm di setiap fossa iliaca.
Jika ditemukan cairan bebas, kemudian diambil sampel. Jika
ditemukan kultur bakteriologi, maka sisanya benar-benar disedot.
Setelah identifikasi usus buntu, mesoapendix itu digumpalkan dan
dipotong dengan cara kauter monopolar, khususnya arteri
appendikularis. Usus buntu diligasi dengan cara jahitan
transfixive di dasar dengan 2/0 diserap jahitan dan specimen itu
kemudian dipotong dan diekstraksi. Akhirnya purse string jahitan
ditempatkan pada sekum untuk invaginasi appendiks dan rongga
itu, kemudian dengan lembut irigasi dengan setidaknya 2 liter air
hangat (38◦C) normal salin dan disedot, dengan focus pada fossa
iliaca kanan, douglas kantong, sayap kanan dan ruang
perihepatik. Pada kasus peradangan luas, dilakukan menguras
penrose adalah ditempatkan pada fossa iliaca kanan. Trocars
kemudian dihapus, lubang pusar itu ditutup dengan
menggunakan jahitan dan kulit yang dijahit dengan staples bedah.
Open Appendictcomy (OA) membutuhkan persiapan yang sama dan
profilaksis. Sayatan dapat bervariasi tergantung pada criteria dokter
bedah dan karakteristik. Mesoappendix diligasi dengan
menggunakan 2/0 sutra dan tas-string jahitan dari bahan yang
sama ditempatkan pada sekum untuk invaginasi appendiks. Lavage
dengan larutan salin hangat dan diikuti penutupan kulit dengan
cara staples bedah.
3 C Ya Hasil metode perbandingan dalam penanganan AA adalah : bahwa
LA jauh lebih unggul dibandingkan OA dalam hal komplikasi yang
timbul di kasus AA. Keuntungan utama dari LA adalah dalam hal
LOS dan komplikasi. Selain itu, teknik LA ini lebih efisien, efisien
dan hemat biaya dibandingkan dengan teknik OA.
6. KOLONOSKOPI
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk
mendeteksi adanya kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll
7. CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih
dalam dan terlokalisir serta khusus. Contoh : organ dalam
tengkorak dan organ dalam abdomen
8. EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak
(melihat kelainan pada gel. Otak) Indikasi : epilepsy, trauma
capitis Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepal klien.
9. EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi
dari jantung indikasi : MCI, Angina fektoris, gagal jantung
14. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DIABETES
MELLITUS (DM)
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
DIABETES MELLITUS
5. Mengetahui Gaya Hidup Sehat dan Nutrisi yang tepat pada penderita Diabetes
Mellitus
V. Media
1. Power point
2. Leaflet
VI. Evaluasi
1. Masyarakat dapat menjelaskan Pengertian Diabetes melitus .
2. Masyarakat dapat menyebutkan faktor penyebab Diabetes Mellitus.
3. Masyarakat dapat menyebutkan komplikasi dari Diabetes Mellitus..
4. Masyarakat dapat mengerti pencegahan dari komplikasi Diabetes Mellitus.
5. Masyarakat dapat mengetahui dan menjalankan Gaya Hidup Sehat dan Nutrisi yang
tepat pada penderita Diabetes Mellitus..
MATERI
A. Definisi
C. Etiologi
Diabetes tipe 1
2. Kegemukan ( Obesitas )
Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda dari
orang normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada keadaan
puasa kadar glucose darah yang normal adalah 70 – 90/100 ml. Pada diabetes yang
berat angka tersebut dapat mencapai 400 mg/100 ml atau lebih. Sintesa asam lemak
pada penderita DM akan menurun, sebaliknya oksidasi akan meningkat. Hasil
metabolisme asam lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar acetone heta
hydroxylic acid dan acetoacetic acid yang selanjutnya menimbulkan keadaan yang
dikenal sebagai acidosis. Sebagai akibat ketidak normalan metabolisme hidrat arang,
protein akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses
deaminasi asam amino. Pemecahan protein tersebut akan menyebabkan peningkatan
glucosa darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap.
2. Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih
10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 – 70%
total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Anjuran
persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid,
dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar lipid
normal dan dapat mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat
dianjurkan tidak lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10%
energy dari lemak jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia
adalah 20 – 25% energi. Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama,
dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari
lemaj jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan kandungan
kolesterol 200 mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan
masalah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain
menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan
sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan < 10% masing
energi masing-masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan
asupan karbohidrat lebih rendah.
5. Sukrosa.
6. Pemanis.
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat
lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai
pengaruh laxatif.
7. Serat.
8. Natrium.
1. DM tipe 1 (IDDM)
Diet pada DM tipe 1 dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah, yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Makan 5 – 6 kali setiap hari pada waktu yang kurang lebih sama dengan interval sekitar 3
jam dan terdiri atas 3 kali makanan pokok serta 3 kali camilan. Saat makan harus
disesuaikan dengan saat penyuntikan insulin hingga kadar puncak insulin dengan
plasma sama dengan kadar gula darah tertinggi sesudah makan.
b) Usahakan minum minuman yang bebas gula dan kaya serat, seperti agar-agar, rumput
laut, gelatin, kolang-kaling.
c) Pilihlah camilan yang rendah lemak dan rendah indeks glikemknya tetapi dengan indeks
kekenyangan yang cukup tinggi seperti sayuran rebus serta buah segar yang berserat dan
tidak begitu manis, pisang rebus, roti bekatul, kacang hijau serta kacang kacangan
lainnya, cracker dan makanan camilan tanpa kalori seperti agar-agar, kolang-kaling,
rumput laut dll.
d) Biasakan memakan sereal tinggi serat seperti havermut sebagai sarapan (> 6 gram) setiap
pagi: hindari makan sereal yanaag banyak mengandung gula.
e) Biasakan makan buah-buahan segar, khususnya buah yang biasa dimakan bersama
kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu, tomat.
f) Hindari kebiasan makan buah-buahan kaleng atau manisan yang direndam dalam sirup.
g) Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu krim, susu kedelai sebagai pengganti susu
fullcream untuk mengurangi asupaan lemak.
h) Lakukan olahraga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Olahraga tidak boleh
dilakukan bila kadar gula darah tidak terkontrol (>250 mg%) atau bila terdapat keton
bodies dalam urine ( karena bahaya ketoasidosis).
i) Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari. Riset membuktikan
bahwa pengendalian gula darah dengan melakukan diet, olahraga yang teratur dan terafi
insulin serta pemantauan gula darah di rumah akan mengurangi perawatan di rumah
sakit bagi penyandang DM tipe 1.
2. DM Tipe 2 (NIDDM)
Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau mengendalikan berat
badan di samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol yang mencakup:
a) Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval waktu sekitar
3 jam.
b) Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan indeks
kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar, rumput laut, pisang
rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah kalori dan buah-
buahan yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta alpukat.
c) Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari dan
gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok sayuran yang rendah kalori
seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang sudah direbus.
d) Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan glukosa
darah dlam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang dan beberapa
sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap dapat membantu
mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan seratnya.
e) Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau, jagung
rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
f) Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras merah/beras tumbuk),
kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung. Jangan
menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk mi goring dan
perkedel kentang ( karena ketiganya memiliki indeks glisemik yang tinggi).
g) Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan sereal.
h) Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia di pasaran. Penyandang
diabetes yang gemar memasak dapat membuat kue-kue basah seperti wafel yang terdiri
atas tepung gandum utuh, havermout, putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan
dengan aroma yang mengundang selera misalnya pisang, stroberi, nanas.
j) Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih setengah sendok makan
untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus, memepes,
memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng makanan dengan
banyak minyak.
l) Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti dengan
dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak diganti dengan
saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan kecap diet dalam jumlah
terbatas.
1. Rencana diet, Dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi setiap hari. Rencana diet harus didapakan dengan berkonsultasi
dahulu dengan ahli gizi yang terdaftar dan berdasarkan pada riwayat diet pasien,
makanan yang disukai, gaya hidup, latar belakang budaya, dan aktivitas fisik.
Pada konsensus PERKENI telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan
adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa KH 60-70%, protein 10-
15%, dan lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan
ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hari, jumlah kandungan serat ± 25
gr/hari diutamakan jenis serat larut konsumsi garam dibatasi bila terdapat
hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
2. Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik. Dianjurkan latihan jasmani teratur
3-4x tiap minggu selama ±0.5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat
dijadikan pilihan adalah jalan kala, jogging, lari, renang, bersepeda, dan
mendayung
6. Stop merokok
11. Pakai alas kaki untuk menghindari luka karena akan beresiko
menimbulkan luka ulkus
12. Berpuasa
DAFTAR PUSTAKA
5. Hari/Tanggal :
6. Latar Belakang
TB Paru (Tuberculosis Paru ) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal
dari negara berkembang salah satunya Indonesia. Di Indonesia, tuberculosis
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dengan jumlah menempati urutan
ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total
jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien
dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari
keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan
mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan
kuman tersebut akan menyebar dan angka kematian akan semakin bertambah.
Dari latar belakang tersebut maka saya mahasiswa D3 Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar, memilih untuk melakukan penyuluhan mengenai penyakit TB
Paru.
• Kontrak waktu
12. Media
Leaflet
Power point
14. Materi
Materi (terlampir) :
1. Pengertian TB Paru
2. Penyebab TB Paru
3. Tanda dan gejala TB Paru
4. Cara penularan TB Paru
5. Cara pencegahan penularan TB Paru
6. Cara pengobatan pada penderita TB Paru
7. Cara perawatan penderita TB Paru di rumah
Kriteria Evaluasi
15. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi penyaji.
b. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2) Evaluasi Proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan Masyarakat
antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya.
b. Dari 130 undangan yang disebar hanya 100 orang saja yang dapat menghadiri
undangan ini.
3) Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Dari 100 undangan yang menghadiri penyuluhan 70% yang sudah mengerti, 5%
belum mengerti, 10% yang bertanya dan 5% berbicara disaat penyuluhan
berlangsung, 10% meninggalkan tempat penyuluhan.
TB Paru
(Tuberkulosis Paru)
2) Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun, spiritus, dan buang di
lubang wc atau lunag tanah
c. Memeriksakan anggota keluarga yang lain
d. Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin )
e. Istirahat cukup
f. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien
g. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi & pencahayaan baik, hindari rokok
h. Berikan Imunisasi BCG pada bayi
a. Sebaiknya satu papan obat (blister) diminum sekaligus setelah makan pagi/malam hari
sebelum tidur .
b. Jika sulit minum obat boleh ditelan satu persatu akan tetapi harus dalam waktu 2
jam.
c. Minum obat harus didampingi oleh PMO (pengawas minum obat)
d. Jangan selesai minum obat /putus obat sebelum pada waktu yang ditentukan Akibat
bila minum obat tidak teratur / putus obat :
a. Tidak sembuh/ menjadi lebih berat penyakitnya bahkan bisa meninggal.
b. Sukar diobati karena kemungkinan kuman menjadi kebal sehingga diperlikan obat
yang lebih ampuh/mahal harganya.
c. Dapat menularkan kepada anggota keluarga atau orang lain.
a. Siapkan tempat dahak dalam keadaan terbuka (tempat dahak harus tertutup)
b. Klien menarik nafas melalui hidung dan tahan selama kuranglebih 3 detik
kemudiandihembuskan melalui mulut (lakukan 3x)
c. Segera batukan keluar dari dada bukan dari tenggorokan
d. Tampung dahak pada wadah yang telah diberikan larutan sabun, Lysol atau bayclin
kemudian ditutup atau bisa menggunakan pasir..
REFERENSI
1. KementrianKesehatan,RI.2016.Tuberkulosis,(online),
2. (http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinTB.pdf,
diaksespadatanggal 07 Mei 2018).
3. Smeltzer, C.S. 2011. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC
4. Sudoyodkk. 2010. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.
16. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : HIPERTENSI
HIPERTENSI
Masalah :Hipertensi
PokokPembahasan :Hipertensi
Waktu : 20Menit
Tempat :-
Pemateri : Mahasiswa
A. LatarBelakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah
vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3 Milyar orng di Dunia
menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di Dunia terdiagnosis menderita
Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi mengalami kenaikan jika di
bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8% menjadi 34,1%.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Klien dan keluarga klien mampu
memahami dan mengerti tentang Hipertensi.
C. TujuanKhusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Hipertensi, diharapkan klien dan
Keluarga klien dapat:
1. Menjelaskanpengertian
2. Menyebutkanpenyebab
3. Menyebutkan tanda dangejala
4. Menyebutkan upayapencegahan
5. Menjelaskan kenapa hipertensi harus dicegah
D. Materi
Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatanpenyuluhan
5. Menjelaskan upaya
pencegahan
3. Melakukanevaluasi 2. Mendengar
4. Menyampaikan 3. Memperhatikan
kesimpulanmateri
4. Menjawab salam
5. Mengakhiri pertemuan
dan
Mengucapkansalam
H. Evaluasi
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &
Hardhi2015)
B. Penyebab
a. Hipertensi primer(esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Factor yang
mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis system rennin.
Antigiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensisekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
D. Faktorresiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak DapatDikontrol:
a. Jeniskelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan
bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi
pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,
sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Aisyah, 2009).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua
cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Suzanne & Brenda,
2001).
c. Keturunan(Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang
tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan
70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Aisyah,2009).
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat.Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
(Aisyah, 2009)
b. KebiasaanMerokok
c. Mengkonsumsi garamberlebih
Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi) kita di wajibkan untuk membatasi
asupan natrium ( garam) hanya 2/3 sendok teh atau setara dengan 1500 mg natrium
d. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Menurut Aisyah (2009) mengatakan stresakan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristikpersonal.
e. Penyakitjasmani
E. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. HindariKegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitasfisik
6. Batasi pemakaiangaram
7. Istirahatcukup
F. DietHipertensi
1. Pengertianiet
Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan untuk
membatu menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk menurunkan
factor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan berlebih, tinggi kolestrol dan
Asam Urat dalam darah.
3. Syarat- SyaratDiet.
1. Cukup energy, Protein, Mineral danVitamin
2. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaanpenyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannyaHipertensi
4. Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi:
1. Pisang
2. Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo danbijinya
3. Buah- buahan kecuali buahdurian
4. Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendahlemak
5. SusuSkim
6. Oatmeal
7. Ikan
Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di peroleh bahan – bahan nya:
RHEUMATOID ARTHRITIS
Waktu : 30 menit
Tempat :-
Pelaksana : Mahasiswa
1. TUJUAN UMUM
2. TUJUAN KHUSUS
3. MATERI (LAMPIRAN)
1. Ceramah
2. Tanya jawab
6. MEDIA
1. Media SAP
2. Leaflet
7. EVALUASI
LAMPIRAN
RHEUMATOID ARTHRITIS
A. Pengertian
B. Penyebab
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
2. Faktor genetika.
3. Merokok.
4. Jenis kelamin. Pria lebih jarang terkena penyakit rheumatoid arthritis, jika dibandingkan
dengan wanita.
Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American Reumatism Assosiation)
untuk menegakkan diagnosa adalah:
1. Adanya rasa kaku pada pagi hari, penderita merasa kaku dari bangun tidur sampai
sekurang-kurangnya 2 jam bahkan kadang-kadang sampai jam 11 rasa kaku tersebut mulai
berkurang.
3. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang - kurangnya pada satu
sendi.
4. Sering penderita mengeluh rasa sakit dan pembengkakkan pada sendi-sendi kecil (jari
tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan bengkak yang khas pada
pergelangan tangan bagian dorsal.
D. Bagaimana mengatasinya
Untuk menghindari makanan berkadar purin tinggi, dan mengurangi minuman tinggi gula
serta minuman beralkohol.
1. Melakukan pengobatan :
Pengobatan yang hanya untuk mengurangi tanda dan gejala, biasanya mengurangi rasa sakit.
Obat yang sering dipakai adalah simple analgesik, anti inflamasi nonsteroisd, anti inflamasi
golongan steroid.
Sebuah penelitian yang digagas oleh University of Maryland menunjukkan bahwa penderita
rheumatoid arthritis harus mengonsumsi banyak buah dengan kandungan antioksidan yang
tinggi. Beri menjadi contoh buah-buahan yang kaya antioksidan. Beri dengan warna gelap
mengandung flavonoid yang disebut dengan anthocyanin. Nama yang terakhir ini mampu
mengatasi peradangan dan keram.
Dengan minum air mineral minimal delapan gelas per hari, zat yang tak terpakai dalam tubuh
akan terangkut keluar. Beberapa ahli juga percaya bahwa minum air mineral turut membantu
melancarkan pembuangan yang menumpuk dalam tubuh.
4. Olahraga teratur
1. Jeroan
Jeroan adalah bagian dalam hewan yang diolah menjadi makanan dan biasa kamu kenal
sebagai olahan usus, hati, ampela, jantung, otak dan lainnya. Jeroan memang gurih dan lezat,
enak disop, digoreng, dibakar, atau dimasak dengan menggunakan santan. Akan tetapi, jeroan
merupakan makanan pantangan buat pengidap rematik. Mengonsumsi jenis makanan ini
dapat memicu kambuh dan nyeri sakit di bagian yang terserang. Selain dapat memicu
rematik, jeroan juga menyebabkan penyakit lain, seperti jantung, hipertensi, obesitas, dan
komplikasi penyakit lainnya.
2. Santan
Makanan pantangan rematik lainnya yang harus dihindari adalah santan. Memang,
penambahan santan pada olahan makanan akan memberikan rasa nikmat dan gurih. Akan
tetapi, santan mengandung zat purin yang bisa memicu sendi menjadi sakit bagi pengidap
rematik.
3. Seafood
Siapa yang tidak suka santapan seafood? Udang, sotong, kepiting, yang hanya dengan direbus
saja rasanya sudah menggoyang lidah. Sayangnya, bagi pengidap penyakit rematik, seafood
dapat memicu munculnya gejala rematik dan membuat kambuh. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh American College of Rheumatology, mengonsumsi daging merah dan
seafood dapat menempatkan seseorang pada risiko penyakit rematik.
Sayuran memang sangat menyehatkan untuk tubuh, di dalam sayuran banyak sekali jenis
vitamin dan mineral yang bagus jika dikonsumsi tubuh. Tahukah kamu, kalau beberapa jenis
sayuran tertentu ternyata menjadi pantangan buat pengidap rematik. Tidak lain dikarenakan
dalam jenis sayuran tertentu mengandung kadar purin yang tinggi. Beberapa jenis sayuran
tersebut adalah bayam, jamur, kembang kol, kangkung, dan sawi.
5. Daging Kambing
Daging kambing memiliki aroma yang merangsang selera makan, bahkan bila hanya dibakar
dengan perasan jeruk nipis dan taburan garam. Namun, di balik sensasi nikmati dari gigitan
daging kambing tersebut, jenis daging ini adalah pantangan buat pengidap rematik.
Salah satu obat tradisional untuk penderita rheumatoid arthritis yaitu : Rendam kaki
mengunakan air hangat di tambah sedikit garam
3. Tuang rebusan ke dalam baskom, tunggu hingga suhu menjadi hangat tanpa campuran air
dingin
5. Rendam bagian telapak kaki dan pada bagian sendi atas gunakan waslap atau handuk kecil
untuk mengompresnya.
6. Tempelkan pada area yang sakit hingga kehangatan washlap atau handuk kecil terasa
berkurang
A. Latar Belakang
Penyakit yang berhubungan dengan saraf sangat banyak terjadi di jaman sekarang ini,
seperti stroke. Stroke sudah di kenal sejak lama, penyakit ini terjadi bisa diakibatkan
karena hipertensi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lumpuh baik sebagian
maupun semuanya. Namun sekarang stroke tidak hanya menyerang anggota badan
namun sudah menyerang otak yaitu stroke hemoragik. Stroke hemoragik menyerang
otak sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan di otak.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama ±30 menit, diharapkan keluarga mampu
memahami tentang penyakit stroke.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ±30 menit diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian Stroke
2. Jenis Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Komplikasi Stroke
6. Pencegahan Stroke
D. Metode
Ceramah dan diskusi
E. Media
Leaflet
F. Proses pelaksaaan
2 b. Penyajian
1. Menjelaskan definisi stroke 1. Mendengarkan 20 Ceramah,
dan jenis stroke 2. Mengajukan menit Tanya
2. Menjelaskan tentang pertanyaan seputar jawab
penyebab stroke materi dan video
3. Menyebutkan tanda dan
gejala terjadinya stroke
4. Menyebutkan komplikasi
stroke
5. Menjelaskan pencegahan
stroke
3 c. Penutup - Menyampaikan
1. Membuka waktu untuk jawaban 5 ceramah
diskusi Mendengarkan menit
2. Mengevaluasi hasil Menjawab salam
penyuluhan
3. Memberikan umpan balik
4. Salam penutup
G. Setting Tempat
Duduk berhadapan
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta diharapkan duduk menghadap ke arah penyaji
b. Peserta turut serta dalam kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta tidak meninggalkan tempat selama kegiatan
b. Peserta berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian stroke
b. Keluarga dapat mengetahui penyebab stroke
c. Keluarga dapat memahami tanda dan gejala stroke
d. Keluarga mampu memahami pencegahan stroke
I. Referensi
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta:Media
Aesculapius FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta: EGC.
Lampiran Materi
MENGENAL STROKE
A. Definisi
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
B. Jenis Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu: (Muttaqin,
2008)
1. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
C. Etilogi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di
bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
1) Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan
arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
2) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara.
b. Faktor risiko
1) Usia
Pada umumnya resiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun
2) Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar terkena stroke dibanding
perempuan
3) Ras/suku bangsa
4) Genetik
5) Hipertensi
6) Diabetes melitus
7) Kolesterol tinggi
8) Obesitas
9) Minuman alkohol
D. Manifestasi Klinik
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
E. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
F. Pencegahan Stroke
1. Konsumsi makanan sehat
Konsumsi makanan dengan tinggi serat. Makanan tinggi serat akan membantu
dalam pencegahan penyakit stroke ini dan juga turut andil mengendalikan lemak
dalam darah
2. Kurangi kolesterol jahat
3. Kurangi konsumsi garam
4. Hindari kebiasaan buruk seperti :
a. Merokok dan minum alkhohol
Merokok dapat mrusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah,
serta mempercepat penyumbatan di pembuluh darah dan akan membuat darah
menggumpal sehingga meningkatkan resiko stroke
b. Hidup aktif dan olahraga yang teratur
Orang yang berlebihan berat badan memiliki resiko hipertesni, kolesterol tinggi,
diabetes dan stroke. Olahraga dapat mengurangi berat badan sehingga
mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut
c. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan berolahraga termasuk dalam
salah satu tips dan cara dalam membantu menurunkan tensi darah dan
menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah
d. Perbanyak konsumsi serat dan banyak minum air putih
19. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA BERBAGAI KASUS PASIEN DEWASA : DEMAM
TYPOID
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Demam Thypiod
I. Latar Belakang
Angka kejadian demam Thypoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara
yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam Thypoid atau
tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam Thypoid
masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam
Thypoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam Thypoid di
seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam
Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun
dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam Thypoid, walaupun gejala
yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi
demam Thypoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.
Oleh karena itu dalam praktek Pendidikan Kesehatan, akan melakukan penyuluhan
mengenai demam Thypoid yang ditujukan pada keluarga Tn. B di RT II RW VII Dusun
Mulyorejo, Desa Limbung Kec. Sungai Raya Kab. Kubu Raya.
II. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Tn. B dan keluarga dapat
mengetahui dan memahami tentang penyakit Thypoid dan mengetahui hal yang harus
dilakukan jika terkena Thypoid serta cara mengatasi masalah tersebut.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan lansia mengetahui :
1. Menyebutkan pengertian Demam Thypoid
2. Menyebutkan penyebab Demam Thypoid
3. Menyebutkan tanda Demam Thypoid
4. Menyebutkan cara pencegahan Demam Thypoid
5. Menjelaskan perawatan dan pengobatan Demam Thypoid
III. Materi (terlampir)
IV. Metoda
Ceramah dan tanya jawab
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi Proses
Klien dan keluarga berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga mampu menyebutkan :
a. Pengertian Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
b. Tanda dan gejala Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
c. Penyebab Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
d. Cara pencegahan Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
e. Cara pengobatan Demam Thypiod dengan bahasa sendiri
L L L
Keterangan : L L
P = Penyaji
L = klien dan keluarga
LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID
1. Pengertian Demam Thypoid
Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear
dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Terjadinya penularan salmonella typhi
sebagian besar melalui makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal
dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja
(melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal).
b. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena
ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat
diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
c. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksazol
4) Ampisillin dan Amoksisilin
5) Sefalosporin generasi ketiga
6) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).
2) Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
3) Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan
kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
5. Pencegahan Demam Thypoid
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat
tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program
pencegahan yakni:
a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid.
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.
c. Perlindungan dini agar tidak tertular.
Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal
harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau
sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala macam. Lewat
tangan kita bisa memindahkan kuman.
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid:
a. Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan
demam Thypoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air
(diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau
mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih
tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.
b. Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik
Thypoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian
luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa
menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat
gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.
c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada
yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah
buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah
dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang
tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air
untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.
d. Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.
Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan
makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari
penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.
Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam
Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:
Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi IV;Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Brunner & Suddath, Buku ajar keperawatan medical bedah, Buku 3, Edisi 4 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Tahun 2002.
Doenges, Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun
2000.
Mansjoer Arif, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000, Jakarta.
Smeltzer, Zusanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
ed.8 Vol. 2. EGC. Jakarta
Sylvia, Patofisiologi, Buku 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I, Tahun
1995.
Waspadji dkk, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK-UI Jakarta,
Tahun 1999.
Wilkinson Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC ed.9. EGC. Jakarta