Agatha Christie - Saksi Bisu
Agatha Christie - Saksi Bisu
DUMB WITNESS
by Agatha Christie
Untuk
PETER
anjingku
sahabat dan sumber inspirasiku
Theresa berseru,
"Halo, Rex!"
Ia menggelayut pada lengan laki-laki itu. Lalu
mereka berdua pergi.
BAB 2
KELUARGA
Charles berlari ke loteng dan mengetuk pintu
kamar tidur adiknya. Jawaban, "Masuk",
terdengar seketika. Dan Charles pun masuk.
Charles meringis.
Charles tersenyum.
"Maksudmu?"
Theresa mengangguk.
Charles bangkit.
"Selamat berjuang. Mudah-mudahan kau
berhasil. Tapi aku tak yakin."
Charles mendekatinya.
"Apa maksudmu?"
Donaldson berkata,
Tanios menimpali,
BAB 3
KECELAKAAN
Hari jumat.
"Mary Fox,"
BAB 5
Aku tertawa.
M. Hercule Poirot.
Dengan hormat,
Poirot tersenyum.
"Tanggalnya?"
Poirot manggut-manggut.
"Sekarang kau tahu, kan? Ini sungguh-sungguh
mencurigakan."
BAB 6
PURI HIJAU
"Persis," ujarku.
"Ya, Non?"
"Sayang."
"Boleh dilihat?"
BAB 7
UNTUK MENGENANG
JOHN LAVERTON ARUNDELL
JENDERAL RESIMEN SIKH KE-24
YANG BERISTIRAHAT DALAM KRISTUS
PADA
19 MEI 1888
DALAM USIA 69 TAHUN
'PERJUANGKAN PERJUANGAN YANG BAIK
DENGAN IMAN DAN HATI NURANI YANG
MURNI'.
JUGA
JUGA
BAB 8
DI PURI HIJAU
Sekeluar dari halaman gereja, langkah kami
pasti menuju Puri Hijau. Kupikir Poirot akan
tetap berperan sebagai calon pembeli. Poirot
mendorong pintu gerbangnya, dan langsung
menuju ke pintu depan.
"Memang, Tuan."
"Sendirian?"
Poirot mengangguk.
"Tapi ditolak?"
"Nona Arundell bukan orang bodoh," Ellen
berkata lagi. "Bukan berarti Nona Arundell tidak
menganggap permainan itu tidak
menyenangkan, Tuan. Nona senang. Tapi Nona
tak pernah percaya. Sering Nona mengatakan.
'Coba yakinkan aku!' -tapi tak jarang juga Nona
mengelus dada sambil berkata, 'Minnie, Minnie
- betapa bodohnya kau percaya yang begituan."
"Ya, Tuan."
Ia kembali berdiri.
"Bob rupanya memang sembrono kalau begitu,"
ujar Poirot menyelidik.
"Seringkah begitu?"
Poirot mengangguk-angguk.
"Benar, Tuan."
BAB 9
REKONSTRUKSI KECELAKAAN NONA ARUNDELL
Poirot menggeleng.
"Teruskan!"
Poirot menyangkal.
"Bukan cuma dugaanku, Kawan. Kata-kata Nona
Arundell sendiri - dalam igau-nya sebelum ia
meninggal. Ia menyebut sesuatu tentang bola
Bob dan lukisan pada toples. Kau mengerti
maksudnya, bukan?"
"Maksudmu?"
Poirot bangkit.
"Sungguh?"
"Tentu saja sungguh."
"Tidak."
"Ya."
Poirot bergumam,
"Bella?"
Poirot berdehem.
"Benar, Madame."
"Begitulah manusia."
"Dan adiknya?"
"Theresa?" Nona Peabody menggeleng-geleng.
Perlahan ia berkata. Aku tidak tahu. Orangnya
sangat eksotis. Tidak seperti orang biasa.
Tunangan dengan Dokter Donaldson, kudengar.
Huh, laki-laki pendiam dan sentimental....
Emmm, sudah ketemu Donaldson?"
Poirot bergumam.
"Yang mana?"
"Mau menemuinya?"
BAB 11
"Nona Lawson."
Poirot berdehem.
Ia mengerling saudaranya.
BAB 12
"Bagus."
"Persis sekali."
"Apakah data-datamu bertambah dengan
mendengarkan ocehan kakak beradik Tripp
barusan?"
"Mengapa begitu?"
Poirot tersenyum.
BAB 13
THERESA ARUNDELL
Theresa mengangguk.
"Komplotannya Scotland Yard. Betul, bukan?"
Poirot diam.
"Kembalilah!"
Poirot menurut. Ia duduk kembali dan
memandangnya penuh tanda tanya.
"Oh, pengacara..."
"Ya. Tentu saja," selanya. "Pengacara memang
bisa melakukannya - asal kita ketemu pengacara
yang tepat. Pengacara yang saya kenal
semuanya orang-orang terhormat. Mereka
bilang surat itu sudah sah. Mereka menasihati
supaya saya tidak mencoba-coba
menyangkalnya. Percuma, katanya. Cuma
menghabiskan biaya saja."
"Bagus sekali."
"Ya."
"Tentu saja."
CHARLES ARUNDELL
"Menawarkan jasa?"
Charles berkata,
"Betul."
"Kapan kejadiannya?"
"Ya."
"Ya."
"Ya."
Bicaranya ringan seperti semula. Hanya saja ada
sesuatu dalam suaranya yang kedengaran
kurang wajar.
"Oh, ya?"
"dan suaminya?"
"Kau bodoh!"
BAB 15
NONA LAWSON
"Kelihatannya."
"Apa hubungannya?"
"Hm," gumamku.
"Benar, Hastings."
"Oh, ya?"
Poirot melanjutkan,
"Dan Charles?"
"Mengancam?"
"Ya."
"Apa katanya?"
"Ya."
"Lalu apa komentar bibinya?" "Nona Arundell
mengatakan, 'Aku bisa menjaga diriku sendiri,
Charles.' "
Poirot menyela,
"Benar!"
Poirot berunya,
"Siapa pengacaranya?"
"Tuan Purvis."
"Setelah Nona Arundell meninggal, apakah Tuan
Purvis datang ke Puri Hijau memeriksa surat-
suratnya?"
"Ya."
BAB 16
NYONYA TANIOS
Poirot mengangguk.
"Ya?"
"Nona Arundell," lanjut Poirot, "mengganti isi
surat wasiatnya tak lama sebelum Beliau
meninggal. Surat wasiat barunya menyatakan
bahwa segala sesuatu miliknya diwariskan
kepada Nona Wilhelmi-na Lawson. Yang ingin
saya tanyakan, Nyonya, apakah Anda ingin
bergabung dengan sepupu Anda - Nona Theresa
dan Tuan Charles Arundell? Mereka ingin
berusaha menggugat surat wasiat itu."
"Memang mahal."
"Ya."
"Ya," jawabnya.
Aku yakin Poirot mempunyai perasaan yang
sama denganku bahwa wanita itu berbohong.
BAB 17
DOKTER TANIOS
Terus terang aku terkejut waktu pertama kali
memandang Dokter Tanios. Dalam benakku,
selama ini terbayang berbagai sikap dan sifat
yang jelek mengenai lelaki yang satu ini. Aku
membayangkan dia berkulit hitam dan
berjanggut lebat, dengan mata tajam
berpandangan sinis dan mengerikan.
"Tentu, M. Poirot!"
"Dan Theresa?"
"Ya, Nyonya?"
"Penting sekali - sangat penting. Begini..."
Nyonya Tanios berhenti bicara. Dokter Tanios
dan kedua anak mereka baru saja keluar ke
lobby. Mereka datang menghampiri kami.
"Mengapa?"
BAB 18
'YANG TERSELUBUNG'
"Nah, Hastings?"
"Misalnya?"
"Tepat."
Katanya,
"Ah."
"Atau kedua Nona Tripp:1 Tak mungkin. Itu, aku
tidak percaya. Orang-orang macam mereka
sama sekali bebas dari niat dan perbuatan
jahat."
Poirot mengangguk.
TUAN PURVIS
"Harapannya tipis?"
"Yang pasti, sulit mengubah pikirannya... Purvis
menganggap Lawson merupakan ahli waris yang
sah!"
Charles meringis.
"Ya."
"Sayangnya, yang terjadi diluar rencana saya
semula. Bibi Emily dengan keras mengatakan
bahwa setiap usaha yang bertujuan
memisahkan dia dengan uangnya pasti tidak
berhasil. Saya tidak marah. Saya cuma bilang,
'Oh, Bibi Emily - kalau cara Bibi menangani
segala sesuatu tetap seperti ini, percayalah Bibi
akan dibunuh orang!' Bibi Emily menanyakan
apa maksud saya dengan agak kaku. 'Cuma itu,'
jawab saya. "Di sini berkumpul semua kawan
dan sanak keluarga Bibi - mereka semuanya
kelaparan seperti tikus gereja, dan mereka
cuma bisa berharap. Lalu apa yang Bibi lakukan?
Tinggal duduk di atas tumpukan uang Bibi, tak
mau berpisah sama sekali dengan yang Bibi
miliki. Itu sikap orang yang kepingin dirinya
dibunuh. Percayalah, Bibi Emily -kalau sampai
Bibi dibunuh orang, yang salah Bibi
"Begitulah ceriteranya."
"Maksud Anda?"
"Nona Lawson."
"Kelihatannya tidak!"
"Baiklah."
Poirot memulai,
"Jawabnya?"
"Dia bertanya apakah uangnya boleh
dipergunakan sekehendak hatinya. Dan saya
katakan, bahwa tentu saja dia bebas
menggunakan uangnya sesuka hatinya. 'Kalau
begitu, tidak ada masalah,' katanya. Saya
ingatkan dia bahwa dia belum lama mengenal
Nona Lawson. Saya tanyakan apakah dia benar-
benar yakin bahwa ketidakadilan yang
dilakukannya kepada darah dagingnya sendiri
itu tidak akan disesalkannya. Dan jawabnya,
'Sobat, aku tahu apa yang kulakukan ini."
Nadanya kaku.
BAB 20
Poirot tersenyum.
Kuakui kebenarannya.
"Bob," panggilku.
"Mengenai tanaman?"
"Maksudmu..."
"Semula dia hendak mengatakan 'menaburkan
arsenik pada sup* - tapi dia tidak jadi mengata-
Aku menggeleng-geleng.
"Sangat mujarab!"
"Kalau tak salah Nona Arundell biasa
meminumnya. Nona Emily Arundell."
Poirot mengangguk.
Poirot menggeleng.
"Sangat mungkin."
Poirot menggeleng.
Poirot berkata,
Poirot mengangguk.
"Mengapa?"
BAB 22
"Yang mana?"
Tersenyum, kukatakan,
"Ya - sudah."
"Aku percaya -Anda bukan orang bodoh!"
"Kecelakaannya?"
"Ya. Sengaja"
"Mungkin."
"Mudah-mudahan tidak."
BAB 23
"Apa maksudmu?"
"Kalau aku tahu. aku tak akan bertanya,
Hastings."
"Ya, ya."
"Bagaimanapun, cahaya lampu itu terlalu
lemah. Aku tidak mengerti bagaimana Nona
Lawson bisa begitu yakin."
"Ah?"
"Sungguh?"
"Oh."
"Anak-anak dibawanya."
"Oh."
Tanios berdiri.
BAB 24
SANGKALAN THERESA
"Bola Bob!"
"Hati-hati, Mademoiselle"
"Pembohong!"
"Kapan itu?"
"Tidak."
"Sweaternya?"
Theresa menyela,
Poirot bertanya,
Poirot bangkit.
MEMBAYANGKAN KEMBALI
"Ya"
"Ya"
"Eh bien?"
"Tapi, katanya..."
BAB 26
Sikapnya bersungguh-sungguh.
"Separah itu?"
"Terima kasih."
"Saya takut..."
"Ya."
"Tapi Anda tidak tahu apa persis yang dilaku-
""Tidak."
"Ya."
"Saya mengerti."
"Sangat sederhana!"
"Ya."
"Baiklah. Akan saya sampaikan pesan Anda"
Poirot bertanya dengan matanya. Dan aku
mengangguk.
BAB 28
KORBAN KEDUA
"Sudah kuduga."
Suaranya tersendat.
"Apakah Anda Nona Lawson?" tanyaku. "Ya, ya,
sesuatu yang tidak diharapkan terjadi!"
Kugenggam gagang telepon erat-erat.
"Nyonya Tanios..."
Poirot mengacungkan tangannya.
Poirot bangkit.
Poirot mengangguk-angguk.
"Ya."
"Klien Anda?"
Kemudian lanjutnya,
BAB 30
PENUTUP
Ia pergi.
Kudengar bunyi 'Guk' di belakangku.
"Ayo, Bob!"
Ia memandangku.
"Kuturuti perintahmu, Tuan." Kutarik napas
panjang.
-End-