Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.

2, November 2010

PENGEMBANGAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENINGKATAN PROFESIONALISME


APARATUR PELAYANAN PUBLIK

Avela Dewi
Dosen Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: Vitvet_gmz@yahoo.com.

Abstract

Public service is an instrument that is very important in organizing goverment because the productivity of public service
can be a criterion to determine huge number of support from people to government. In order to actualize about those
things, it is highly expected to embody all state apparatus whose have esprit of professionalism as a mental attitude
which motivate themselves to become professional officers who have competence in a certain skill to run the wheel of
state administration with final goal to bring into an excellent public service.
Keywords: public service, professionalism, state administration

Abstrak

Pelayanan publik merupakan suatu alat yang sangat penting dalam menjalankan pemerintahan karena produktivitas
dari pelayanan publik dapat menjadi sebuah kriteria untuk memperoleh dukungan yang sangat besar dari masyarakat
terhadap pemerintah. Untuk mencapai hal tersebut, sangat diharapkan untuk mewujudkan semangat profesionalisme
seluruh aparatur negara sebagaii perilaku mental yang memotivasi mereka untuk menjadi pegawai yang profesional yang
mempunyai kemampuan tertentu untuk menjalankan roda administrasi negara dengan tujuan utama yaitu memberikan
pelayanan publik yang prima.
Kata kunci: pelayanan publik, profesionalime, administrasi negara

PENDAHULUAN menyeluruh. Birokrasi telah menjadi kelas


tersendiri dalam masyarakat, dan kenyataan ini
Setiap negara, apapun sistem politik menjadikan organisasi publik tidak mampu lagi
dan ideologinya birokrasi pemerintah memang merespon kepentingan publik dan cenderung
telah tumbuh dengan pesat ibarat raksasa lebih merespon kepentingan penguasa dan
(Savas dalam Abdul Wahab, 1999), Lingkup dirinya sendiri. Selain itu pula selama ini tidak
aktivitas birokrasi pemerintah pun menjadi terdapat pembangunan organisasi publik
sangat luas, sehingga sering di juluki “ yang sebenarnya, karena organisasi publik
public administration is everywhere, touching tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk
you,touching me” (Nachmias & Rosenbloom membangun dirinya sendiri.
dalam Djumara,ed.1994) yang dengan kondisi S ebagai sebuah lembaga yang
demikian menjadikan alokasi pelayanan publik berkepentingan terhadap permasalahan publik,
akan sepenuhnya dibawah kontrol instansi disamping masih terdapat kecen-derungan
pemerintah. monopoli birokrasi ternyata ketidakpekaannya terhadap ling-kungan, yang
telah menyebabkan manajemen pelayanan pada akhirnya tidak mampu merespon setiap
publik dinegara manapun termasuk Indonesia perubahan (Dwijowijoto,2000).
amat tidak kompetitif dan tidak sensitif Sikap aparatur terutama di negara-
pada persoalan perbaikan kualitas secara negara berkembang dalam banyak hal
52 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

bukanlah sebagai aparat penyelenggara layanan (Moenir, 1995). Pelayanan Publik yang
negara dan kesejahteraan sosial yang kurang memuaskan yang dirasakan oleh
melayani kepentingan masyarakat, akan masyarakat akibat utamanya adalah dilakukan
tetapi sebaliknya. Kedudukan lebih dirasakan oleh aparatur itu sendiri, terutama mereka yang
sebagai suatu privilege ketimbang dalam kaitan berada di garis depan dalam memberikan
dengan tugasnya sebagai suatu kewajiban pelayanan dan ber-hadapan langsung dengan
sebab itu dalam tugasnya mereka bukan masyarakat. Pelayanan merupakan tugas
bersikap melayani, tetapi minta dilayani. utama yang hakiki dari sosok aparatur sebagai
Dalam arus perkembangan pembangunan dan abdi negara dan abdi masyarakat. Ruang
globalisasi yang semakin pesat, setiap aparatur lingkup pelayanan dan jasa-jasa publik (public
harus mampu mengantisipasi munculnya service) meliputi segenap aspek kehidupan
kebutuhan-kebutuhan baru dihari mendatang masyarakat yang sangat luas.
sebagai konsekuensi dari kencederungan Adanya latar belakang fenomena
perkembangan obyektif hari ini atau sebagai demikian perlu adanya kesadaran baik secara
konsekuensi dari suatu kebijakan yang akan individu maupun organisasi secara keseluruhan,
direalisasikan. apalagi saat ini kita telah memasuki era public
Pentingnya sikap penuh respon service friendly, menyusul disahkannya
terhadap lingkungan adalah sangat perlu undang-undang No.25/2009 tentang pelayanan
dimiliki oleh setiap aparatur guna lebih tanggap publik juga berupaya mengarahkan pola pikiran
dalam mengantisipasi segala tuntutan-tuntutan pelayanan publik. Pelayanan publik harus maju
yang ada dan yang akan terjadi. Tuntutan menjadi soko guru. Pelayanan publik yang
masyarakat terhadap peningkatan pelayanan diinginkan bukan lagi pelayanan yang asal-
publik dari waktu ke waktu semakin mencuat asalan yang hanya sekedar menggugurkan
terutama di daerah perkotaan yang mudah kewajiban peme-rintahan terhadap warga
dijangkau oleh perkembangan teknologi, negaranya tapi adalah pelayanan yang benar-
informasi dan meningkatnya jenjang pen- benar memuaskan masyarakat.
didikan masyarakat. Disamping itu terdapat Peningkatan kepercayaan masyarakat
pula harapan masyarakat agar pelayanan (Public trust) terhadap pemerintah, peningkatan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesejahteraan masyarakat, perkembangan
kebutuhan, keinginan, aspirasi masyarakat dan administrasi negara dewasa ini, baik dinegara
berupaya untuk memenuhinya. Permintaan maju maupun dinegara sedang berkembang,
pelayanan publik akan selalu meningkat lebih mengarah pada peningkatan efesiensi
seiring dengan bertambahnya jumlah dan profesionalisasi fungsi pelayanan
penduduk, adanya kesadaran masyarakat, publik. Untuk mewujudkan hal tersebut,
kemajuan pendidikan, meningkatnya kesejah- sangat diharapkan sekali segenap aparatur
teraan, perbaikan kesehatan dan perubahan peme-rintah memiliki jiwa profesionalisme
lingkungan yang terus berkembang. Namun yakni sikap mental yang mendorong dirinya
ternyata pelayanan publik yang dilaksanakan untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas
oleh aparatur terasa belum memenuhi harapan profesional, karena pada dasarnya pelayanan
semua pihak, masih ditemui kelemahan- publik adalah merupakan satu kumpulan
kelemahan pelayanan publik yang dampaknya profesional. Satuan-satuan administratif telah
sering merugikan masyarakat sebagai penerima disiapkan secara profesional baik struktur,

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 53


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

fungsi, mekanisme dan personalianya. Untuk Diantara segala sumber daya yang
mengoperasikan satuan-satuan administratif tersedia, sumber daya manusia adalah yang
dengan fungsi seperti itu diperlukan tenaga- paling penting. Manusialah yang merupakan
tenaga dan metode kerja yang handal dan unsur pemberi kehidupan dalam organisasi .
profesional, disamping juga dalam rangka Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan
mencermati tuntutan-tuntutan masyarakat ekonomi tanpa aspek manusia sulit kiranya
yang menginginkan pelayanan yang cepat , tujuan organisasi akan tercapai (The man
profesional dan praktis. Sebagai mana yang behind the guns ). Selanjutnya, bagaimana
dikatakan Kotler yang dikutip Saragih(1994) cara mengelola aspek manusia dalam
bahwa konsumen masa depan menginginkan organisasi, (Notoadmodjo, 1992) memberikan
proses yang lebih cepat, profesional dan defenisi manajemen Sumber Daya Manusia
praktis, dan lebih daripada itu keunggulan “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
kompetitif untuk menjadi pemimpin pasar dan pengawasan atas pengadaan, pengem-
sekarang ini lebih banyak ditentukan oleh bangan, pemberian kompensasi, peng-
mutu pelayanan terhadap konsumen atau integrasian, pemeliharaan dan pemutusan
masyarakat pada umumnya. hubungan kerja“ dengan maksud untuk
Daripada konteks diatas, dimana membantu mencapai tujuan organisasi,
beragam tuntutan tersebut harus diemban individu dan masyarakat.
untuk dilaksanakan segenap aparatur, pada P ada beberapa organisasi telah
dasarnya juga memiliki konsekuensi penting melihat bahwa fungsi manajemen sumber
dengan munculnya pertanyaan bagaimana daya manusia merupakan kontributor utama
dengan kondisi aparatur itu sendiri, bagaimana terhadap pencapaian misi organisasi dan
dengan Pegawai Negeri Sipil kita. Bukankah sumber keunggulan bersaing. Peningkatan
dalam salah satu aspek pelayanan yang kualitas SDM pada umumnya harus di-
prima sebagaimana dikemukakan oleh dahulukan di kalangan birokrat, karena
Hardjosoekanto (2000) disebutkan bahwa mereka dalam masyarakat merupakan agen
pelayanan publik yang prima harus dipusatkan utama dari kemajuan, pembaharuan dan
pada manusia-manusia pelaku pelayanan modernisasi, tuntutan sumber daya apapun
dalam setiap tingkatannya. Oleh karena yang berkualitas tinggi tidak hanya dibutuhkan
nya yang menjadi tantangan utama adalah pada strata atas tetapi juga harus sampai
bagaimana membangun pelayanan publik tingkatan bawah yang berhadapan langsung
yang sebaik-baiknya. Hal ini relevan dengan dengan masyarakat. Guna mencapai harapan
pandangan bahwa: service comes from people demikian, maka pada saat ini sangat di
… not companies. Jadi membangun pelayanan butuhkan sekali sumberdaya aparatur yang
publik yang sebaik-baiknya apalagi yang prima dinamis,proaktif, memiliki visi, inovatif dan
harus dimulai dengan pem-bangunan manusia- peka terhadap perubahan dan segala tuntutan.
manusia yang bertugas untuk melayani itu Hal ini di mungkinkan sebagian menurut Kaho
sendiri . (1997) karena faktor manusia adalah faktor
PEMBAHASAN yang essensial dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
Faktor Manusia Dalam Pengembangan kepada masyarakat selanjutnya yang dimaksud
Pelayanan Prima manusia pelaksana yang baik meliputi:

54 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

1. Mentalitas atau moralnya baik dalam peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan
pengertian jujur, memiliki rasa tanggung ekonomi, keberanian mengambil resiko dalam
jawab yang besar terhadap pekerjaan, memanfaatkan peluang dan kemampuan
dapat bersikap sebagai abdi masyarakat. untuk menggeser alokasi sumber dari kegiatan
2. Memiliki kemampuan yang tinggi untuk yang berproduktivitas rendah. Kualitas kedua,
melaksanakan tugas-tugasnya adalah mission driven profesionalism yang
D alam pengembangan sumber merupakan kemampuan empowering sehingga
daya aparatur yang profesional, kapabilitas, mampu untuk membuat keputusan dan
integritas, dan kreativitas yang dimiliki setiap langkah-langkah yang perlu yang mengacu
aparatur, relatif akan lebih mudah memahami pada misi yang ingin dicapai, dan kualitas
realitas yang dihadapinya serta memahami akar profesional yang ketiga adalah kemampuan
setiap masalah yang menantang tugasnnya. dalam environmental scanning, yang terkait
Hal ini sejalan bagaimana yang dinyatakan dengan kemampuan mengidentifikasikan
Said (1996) bahwa sumber daya aparatur subyek-subyek yang memiliki potensi untuk
yang berkualitas bercirikan dengan sikap-sikap memberikan berbagai masukan dan sumber
seperti berikut ini: 1) bekerja secara profesional, bagi proses pembangunan. Keberhasilan
2) bekerja secara produktif, 3) bekerja dengan pelaksanaan pembangunan, pemerintahan
mengutamakan kualitas, 4)memiliki dedikasi dan pelayanan kemampuan dari seluruh
dan kejujuran terhadap pekerjaan yang tinggi, pelaksanaannya, dan inisiatif untuk meng-
5)memiliki loyalitas terhadap pekerjaan, upayakan tersedianya aparatur profesional,
6) memiliki perhatian pada masyarakat, 7) baik dalam arti kapabilitas, integritas, moralitas
memiliki kemampuan yang bias diandalkan. dan etika yang tinggi sudah menjadi suatu
Sedangkan pengembangan sumberdaya keharusan. Kebijakan tersebut setidak-
aparatur dapat dilakukan dengan cara-cara tidaknya mencerminkan dua aspek utama
berikut: 1) struktur organisasi pemerintahan yakni aspek substansial, yang merupakan
perlu disesuaikan dengan kebutuhan, dan kebijakan penyiapan sumber daya aparatur
bila perlu dilakukan suatu restrukturisasi yang profesional merupakan defenisi yang jelas
terhadap lembaga-lembaga yang tidak perlu tentang kualifikasi profesionalisme yang ingin
adanya, 2) meningkatkan kemampuan individu dicapai pada berbagai bidang tugas. Dengan
dengan mengadakan program pendidikan dan dasar tersebut kemudian ditetapkan kualifikasi
pelatihan yang intensif guna mengembangkan aparatur yang dibutuhkan dalam mendukung
wawasan dan kemampuan aparatur yang kewenangan tugas-tugas. Berkenaan dengan
bersangkutan dalam kerjanya di pemerintahan, pengaturan tentang diklat PNS telah diatur
3) sarana dan fasilitas kerja lebih di tingkatkan dalam pasal 31 UU No 43 Tahun 1999 yang
secara kualitas dan kuantitas agar menunjang menekankan bahwa untuk mencapai daya
pekerjaan sehari-hari. guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya
Pengembangan sumber daya apa-ratur diadakan pengaturan dan penyelenggaraan
pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai
kualitas profesionalisme aparatur. Kualitas Negeri Sipil disamping peraturan lainnya
profesionalisme aparatur yang pertama adalah mengenai Diklat PNS yakni PP No.101 tahun
entrepreneurial profesionalism, yang kualitas 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
ini di tandai oleh kemampuan untuk melihat Jabatan PNS

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 55


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

Peranan pertama adalah birokrasi sebagai


Profesionalitas Birokrasi penyedia pelayanan kepada masyarakat.
P ada dasarnya birokrasi adalah Dalam peran ini birokrasi dihadapkan pada
suatu jenis organisasi. Max Weber dengan keharusan untuk dapat mendorong ter-
tipe ideal birokrasinya, menganggap birokrasi wujudnya kehidupan masyarakat yang lebih
merupakan organisasi yang paling cocok untuk layak dan lebih bermatabat. Peranan kedua,
masyarakat modern, karena memiliki pengaruh berkaitan dengan masalah pengaturan.
yang signifikan dalam meningkatkan efesiensi Melalui peran ini birokrasi banyak terlibat
administrasi (Blau, 2000). Alasan lainnya selain dengan pengarahan atau pembatasan
menjamin terwujudnya efesiensi, birokrasi perilaku masyarakat. Peran lainnya adalah
merupakan organisasi yang didasarkan berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.
pada kekuasaan yang bersifat legal-rasional, Peran ini sesungguhnya merupakan peran
terutama dalam bentuk tidak diskriminatif strategis birokrasi untuk memampukan
dan obyektif dengan alasan itu pula birokrasi masyarakat sebagai warga Negara, dan
biasanya dipahami menampil-kan karakteristik peran ini biasanya dikaitkan pula dengan
berupa hierarki yang terumuskan dengan peran yang di-hubungkan dengan fungsi
baik, sistem aturan dan prosedur, hubungan pembangunan pada umumnya. Selain peran-
impersonalitas dan kompetensi tehnis sebagai peran tersebut, birokrasi juga sangat berperan
dasar seleksi dan promosi. sebagai ‘pendidik’ masyarakat, melalui
Dalam prakteknya, birokrasi, kegiatan-kegiatan pelayanan, pengaturan
terutama birokrasi pemerintahan dinilai dan pemberdayaan. Banyak jenis peranan
memiliki karakteristik yang sebaliknya, sebagai yang disertai pula dengan ruang lingkup yang
organisasi yang berskala besar, birokrasi luas, pada sisi lain, merupakan peluang untuk
terkesan lamban, bertele-tele dan tidak pengembangan kualitas bagi para birokrat
profesional. Gambaran ini pula yang biasanya pemerintah. Setiap aparatur dituntut untuk
memberikan kesan kepada aparaturnya. Namun secara terus-menerus menemukan cara-cara
walaupun kenyataan yang nampak adalah baru pelaksanaan tugas agar mampu dan
setumpuk penilaian negatif tentang birokrasi, semakin mudah melaksanakan tugas. Dalam
dan apapun pemahamannya, birokrasi adalah kaitannya dengan pengembangan kualitas
suatu kebutuhan yang tak dapat dihindari. aparatur, tuntutan seluruh masyarakat atas
Walaupun berdasarkan pengertian Harfiah kualitas moral birokrasi pemerintah merupakan
birokrasi itu merupakan “pelayanan“ (Moeliono adalah hal yang sangat penting terutama
dalam Djumara,Ed,1994) yang umumnya yang berhubungan erat dengan pertanggung-
dianggap suatu status yang kurang terhormat jawaban aparatur dalam melaksanakan
dipandang rendah, namun karena birokrasi layanan publik.
merupakan suatu profesi yang disertai F e n o m e n a p e m b a h a r u a n d a n
dengan suatu kekuasaaan pemerintahan maka penyempurnaan birokrasi bukan hanya menjadi
masalahnya menjadi lain. monopoli negara industri baru ataupun negara-
Menurut Ismaryati, (dalam Djumara, negara berkembang lainnya, karena ternyata
Ed.1994) sebagai penyelenggara aktivitas di negara-negara yang sudah majupun mulai
pemerintahan, birokrasi pemerintahan merasakan kurang pasnya peran birokrasi
diharapkan untuk berperan dalam banyak hal. mereka, sehingga berupaya mencari identitas
baru bagi peran birokrasinya (Kristiadi, 1994).
56 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

Hal ini dapat disimak dari berbagai program dalam berbagai bidang kegiatan yang semakin
pemerintah negara-negara maju yang secara membutuhkan pula tenaga-tenaga profesional.
serius memperhatikan penyempurnaan Seiring dengan berbagai kemajuan yang diraih
birokrasinya. Di Kanada sejak beberapa oleh masyarakat, kebutuhan akan pelayanan
tahun terakhir telah mencetuskan program juga semakin kompleks serta menuntut
penyempurnaan birokrasi yang diberi nama adanya kualitas pelayanan yang semakin
PS 2000 (Public service two thousand) yang baik pula. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut
berupaya untuk lebih memberikan desentralisasi , sangat diharapkan sekali segenap aparatur
pelayanan kepada negara-negara bagiannya pemerintah memiliki jiwa pro-fesionalisme
serta menyederhanakan proses administrasi yakni sikap mental yang mendorong dirinya
diberbagai sektor. Di Amerika Serikat juga telah untuk mewujudkan dirinya ke arah perwujudan
mengurangi jumlah pegawai negara di tingkat diri sebagai pendorong untuk mengembangkan
federal, bahkan pemerintahnya mulai tertarik dirinya kearah perwujudan diri sebagai aparatur
dengan pendapat David Osborne dan Ted yang benar-benar ideal.
Gaebler tentang Reinventing Government yang Profesionalisme adalah ciri utama
memfokuskan kembali pada penataan birokrasi administrasi dalam masyarakat industri dan
agar dapat merangsang pertumbuhan sektor masyarakat transisi ke arah industri. Birokrat
swasta dan masyarakat luas dan menyoroti negara dituntut untuk memiliki keahlian,
masalah birokrasi untuk dapat ditingkatkan kepiawaian dalam bidang spesialis tertentu
efesiensi, efektivitas dan produktivitasnya. dalam menjalankan roda administrasi negara
Kecenderungan akan perubahan-perubahan (Glasser, Abelson & Garrison dalam Djumara,
peran birokrasi telah memberikan nuansa Ed, 1994) dalam pandangan ini aktivitas
baru tidak hanya sebagaimana yang terjadi yang profesional ditandai oleh kemampuan
dimancanegara, namun demikian pula dengan menggunakan “instrumental problem solving
birokrasi kita sendiri sudah mulai dirasakan “. Technical rationality bersifat technical
adanya dinamika ke arah modernisasi. rule- bound yang artinya bertaat azas kepada
Dengan terjadinya fenomena baru aturan, prinsip yang berlaku dalam dunia ilmu
berupa perubahan-perubahan peran birokrasi dan berdasarkan kekuatan berpikir dalam
tersebut, dapat dilihat adanya paradigma menerapkan teori ilmiah berikut tehnik atau
baru yang memandang birokrasi sebagai cara-caranya. Dan profesionalisme yang
organisasi pemerintahan yang tidak lagi berdasarkan pada technical rationality lebih
semata-mata hanya melakukan tugas-tugas mementingkan pertimbangan menurut prinsip-
pemenuhan akan barang-barang public (public prinsip ilmiah supaya terhindar dari sikap bias.
goods) tetapi juga melakukan dorongan dan Sedangkan tipe berpikir dalam reflection-in
motivator bagi tumbuh kembangnya peran action ialah sikap kehati-hatian (prudence)
serta masyarakat. Derasnya arus lintas dalam mempertimbangkan penggunaan
modal semakin membutuhkan peningkatan informasi. Sikap ini didasari oleh pengalaman-
kualitas organisasi dan sumber daya manusia pengalaman sebelumnya dalam melihat data
dalam birokrasi. Perubahan ciri birokrasi atau informasi dengan memakai cara-cara
tradisional ke arah birokrasi modern menjadi baru. Menurut Islamy (1998) seiring dengan hal
suatu kenyataan yang bersifat imperatif. tersebut di atas, sebagai upaya terus-menerus
Masyarakat yang dinamis telah berkembang yang dilakukan untuk meningkatkan profesional

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 57


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

integrity yang bermanfaat bagi penyempurnaan maka para pemimpin diharapkan mampu
pelayanan kepada masyarakat, maka perlu untuk:
diarahkan elemen pokok integritas profesional 1. Mengenal dan memahami setiap anggota
pada empat hal penting; personil yang menjadi tanggungjawabnya.
1. Equality; yaitu perlakuan yang sama atas 2. Memberikan informasi-informasi yang
pelayanan yang diberikan. diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan
2. Equity; perlakuan yang sama kepada pengembangan diri.
masyarakat ,selain itu juga diperlukan 3. Memberikan kesempatan yang kondusif
perlakuan adil. Untuk masyarakat pluralistik bagi setiap personil agar dapat mengem-
kadang-kaadang diperlukan perlakuan bangkan dirinya dalam melaksanakan
yang adil tetapi tidak sama kepada orang tugasnya.
tertentu. 4. Membantu setiap personil dalam mengatasi
3. Loyality; kesetiaan yang diberikan kepada masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
institusi, hukum, pimpinan bawahan dan 5. Menilai keberhasilan setiap langkah
profesional rekan kerja. kegiatan yang telah dilaksanakan.
4. Responsibility; setiap aparat pelayanan Beranjak dari makna lainnya tentang
publik harus siap menerima tanggung- profesional yang berasal dari bahasa latin
jawab atas apapun yang dikerjakannya dan – profesus yakni yang harus dihubungkan
harus menghindarkan diri dari sindroma dengan sumpah atau janji yang bersifat
bekerja hanya untuk melaksanakan perintah religious, sehingga seseorang yang memiliki
atasan. kemampuan teknis dalam manajerial yang
Selain itu juga kualitas profesionalisme tinggi harus memiliki watak atau sikap mental
didukung oleh adanya lima kompetensi, yakni: yang berorientasi pada keinginan untuk
1. Keinginan untuk selalu menampilkan prilaku melakukan ataupun bahkan menghasilkan
yang mendekati standar ideal. sesuatu yang baik, dengan demikian
2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi. profesional harus menghasilkan sesuatu
3. Keinginan untuk senantiasa mengejar yang baik, Dengan demikian profesional harus
kesempatan pengembangan profesional selalu menyentuh aspek aparat yang beretika,
yang dapat meningkatkan dan mem-perbaiki bermoral, berkemampuan, jujur, disiplin,
kualitas pengetahuan dan keterampilannya. kreatif, dan tanggung jawab, dengan kata
4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam lain nurani rakyat berkata, berikanlah kepada
profesi. kami segala pelayanan terbaik dan terbanyak
5. Memiliki kebanggaan dalam profesinya, bukan sebaliknya. Harapan terwujudnya
yang ditunjukan dengan penghargaan aparatur yang dalam hal ini Pegawai Negeri
akan pengalamannya dimasa lalu, Sipil yang profesional dalam bidang tugasnya
berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya tidak akan pernah terlepas dari pentingnya
sekarang, dan meyakini potensi dirinya bagi pemahaman sekaligus mengaktualisasinya
perkembangan di masa yang akan datang. tentang bagaimana perilaku dalam melayani.
Dari uraian diatas, pimpinan tidak Salah satu ukuran keberhasilan
hanya berperan sebagai manajer tetapi juga menyajikan pelayanan prima adalah tergantung
berperan sebagai Pembina kepribadian. Dalam ditingkat kepuasan pelanggan dapat dicapai
peranannya sebagai Pembina kepribadian apabila terdapat kesesuaian antara aparatur

58 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

yang diharapkan oleh pelanggan dengan sumber daya profesional.


kenyataan yang didapatkan, bukankah Dengan demikian tidak dapat dipungkiri
pelanggan mengharapkan keinginannya lagi bahwa kaitan erat pertama dan utama
terpenuhi, namun mereka tidak ingin harga adalah faktor manusialah yang demikian krusial
dirinya terabaikan. Karena itu perlu instropeksi dalam membangun sebuah pelayanan yang
diri dari waktu ke waktu tentang bagaimana prima yang berlalu baik disetiap organisasi baik
perilaku dalam memberi pelayanan kepada organisasi bisnis apalagi pemerintah
masyarakat sebagai pelanggan, sebagaimana
dikemukakan coupet dalam Osborn dan
Gaebler (1992) bahwa kualitas ditentukan oleh KESIMPULAN
pelanggan.
Menurut Djumara (1996) faktor Keberhasilan setiap pelaksanaan
manusia dalam pemberian layanan pun pembangunan, pemerintahan dan pelayanan
sangatlah berpengaruh terhadap kepuasan memerlukan berbagai kemampuan diseluruh
total pelanggan. Untuk itu proses pemberian pelaksanaannya, sebagai konsekuensinya
layanan hendaknya mengacu pada: inisiatif untuk mengupayakan tersedianya
1. Kepuasan total pelanggan. aparatur yang profesional baik dalam arti
2. Menjadikan kualitas sebagai tujuan utama kapabilitas , integritas , moralitas dan etika
dalam pelayanan. yang tinggi sudah menjadi suatu keharusan.
3. Membangun kualitas dalam sebuah proses. Profesionalisme adalah ciri utama
4. Menerapkan filosofi berbicara berdasarkan administrasi dalam masyarakat industri
fakta. dan masyarakat transisi ke arah industri ,
5. Menjadi kemitraan baik secara internal aparatur negara di tuntut memiliki keahlian,
maupun eksternal. kepiawaian dalam bidang spesialis tertentu
Juga disisi lain Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan roda administrasi negara.
sebagai Aparatur Negara yang mendapat Profesionalisme merupakan motivasi intrinsic
kepercayaan untuk melayani masyarakat, sebagai pendorong untuk mengembangkan
baik secara langsung maupun tidak langsung dirinya kearah perwujudan diri sebagai aparatur
perlu menyadari diri bahwa dirinya sangat yang benar-benar ideal. Dalam artian ideal
diharapkan bahkan dituntut memahami bagi dirinya maupun ideal sebagai sosok yang
sebagai sosok aparatur pelayanan itu sendiri telah benar-benar memahami bagaimana yang
dapat memberikan pelayanan prima yaitu: bersangkutan berperilaku dalam memberikan
1. Sensitif dalam responsif terhadap peluang pelayanan bagi masyarakat
dan tantangan yang dihadapi sejalan
dengan rumusan bahwa faktor manusia
yang pada dasarnya opportunistie behavior.
2. Dapat mengembangkan fungsi instrumental REFERENSI
dan melakukan terobosan melalui pemikiran
yang motivatif dan kreatif. Common, Richard at. Al. (1993), Managing
3. Berwawasan futuris dan sistemik sehingga Public Service, Competition and
resiko yang bakal terjadi dapat dimini- Decentralization, Butterword –
malisir. Heinemann Ltd, Linacre House Jordan
4. Berkemampuan dalam mengoptimalkan
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 59
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

Hill Oxford OX2 8DP


Islami, Irfan (1998), Agenda Kebijakan
Reformasi Administrasi Negara,
Naskah Pidato Guru Besar Ilmu
Kebijakan Publik, FIA Universitas
Brawijaya Malang
Keban, Yeremias T, (2004) ,Enam Dimensi
Strategis Administrasi Publik, Konsep,
Teori dan Isu, Yogyakarta: Gava Media.
Kumotoro, Wahyudi (1999), Etika Administrasi
Negara, Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada
La Ode, Ida (2001), Pelayanan Publik Apa Kata
Warga, Balikpapan: PSPK.
Pasolong, Harbani , (2007) Teori Administrasi
Publik, Bandung: Alfabeta.
Robbin, Stephen (2006), Perilaku Organisasi.
Jakarta: P.T Indeks Gramedia.
Sedarmayanti (2000). Restrukturisasi dan
pemberdayaan organisasi, Bandung:
Mandar Maju.
Thoha, Miftah (2005), Manajemen Kepegawaian
Sipil di Indonesia. Edisi I, Jakarta:
Prenata Media.
Undang- undang No.43 Tahun 1999 Tentang
Pokok Kepegawaian

60 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN

Anda mungkin juga menyukai