KEBUTUHAN ELIMINASI
Disusun Oleh :
NIM : 1907036
Tahun 2020/2021
KONSEP DASAR TEORI
1. Definisi Eliminasi
Eliminasi merupakan kebutahan dasar manusia yang esensial dan berperanpenting dalam
menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi adalahpelepasan sisa-sisa metabolisme
tubuh. Secara umum sisa-sisa metabolismedibagi menjadi dua yaitu eliminasi fekal ( buang air
besar/defekasi) daneliminasi urine (buang air kecil/BAK) (Haryono, 2012).
2. Etiologi
a. Intake cairanJumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi output
urine atau defekasi. Seperti protein dan sodiummempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya outputurine lebih
banyak.
d.Infeksi
e.Kehamilan
i. umur
j. Penggunaan obat-obatan
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.Cukupnya selulosa, serat
pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan
pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makanyang teratur mempengaruhi
defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi.
b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat
ataupun pengeluaran (cth: urine,muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkanuntuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.Dampaknya
chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkanfeses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan caira nmemperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal,
sehinggameningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit tertentu termasuk
diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui
juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik
dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas intestinal,
yang berdampak pada konstipasi
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat
menyebabkan melambatnya feses menuju rectumdalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi
cairan feses sehingga fesesmengeras
e.Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruhterhadap eliminasi yang normal.
Beberapa menyebabkan diare; yanglain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikutidengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkankonstipasi. Beberapa
obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas
usus danmemudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,mempermudah
defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclominehydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare
f. Usia; Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-
anak tidak mampu mengontrol eliminasinyasampai sistem neuromuskular berkembang,
biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga mengalami perubahan pengalaman yang
dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung.
g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan
tumor.Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkanstimulus sensori
untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasikemampuan klien untuk merespon
terhadap keinginan defekasi ketikadia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan.
Akibatnya,klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal
inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkterani.
3. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi
cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit
dan dapat terjadi asidosis metabolik. Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif
akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan
intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit
dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas
intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Hipoglikemia
a.Retensi Urin
b.Inkontinensia urin
a.Konstipasi
b.Impaction
2). anoreksia
3). Kembung/kram
4). nyeri rektum
c.Diare
1). BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
2). Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
3). Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkanmeningkatkan sekresi
mukosa
4). feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol danmenahan BAB.
d.Inkontinensia Fekal
3). Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinalcord dan tumor
spingter anal eksternal
e.Flatulens
2). Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
3). Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f.Hemoroid
4). nyeri.
Eliminasi Urine
1.Diet dan intake : jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2.Respon keinginan awal untuk berkemih : beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang
mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi
lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih.
3.Gaya hidup : banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi.
5.Tingkat aktivitas : aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan
eksternal.
7.Kondisi patologis : saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini
disebabkan oleh keinginan untukminum sedikit.
Eliminasi Fekal
1. Tingkat perkembangan : pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan pada
lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah
organ.
2. Diet : bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagai
contoh, makanan berserat akan mempercepat produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya
makanan yang masuk kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi.
3. Asupan Cairan : asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena
jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat.
4. Tonos Otot : tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup akan
membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak disepanjang
kolon.
5. Faktor psikologis : perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas
usus sehingga dapat menyebabkan diare.
6. Pengobatan : obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama,
kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsif
terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain:
analgesik narkotik,opiat, dan anti kolinergik.
8.Gaya hidup : aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak, atau
kebiasaan menahan buang air besar.
9.Aktivitas fisik : orang yang banyak bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
10. Posisi selama defekasi : posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi
tersebut memungkinkan individu mengerahkan tekanan yang terabdomen dan mengerutkan
otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
11.Kehamilan : konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan .
seiring bertambahnya usiakehamilan , ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang akan
menghambat pengeluaran feses .Akibatnya , ibu hamil sering kali mengalami hemoroid
permanen karena seringnya mengedan saat defekasi.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
a.Ginjal
Ginjal merupakan organ seperti buncis yang berwarna cokelat kemerah-merahan dan berbada
dikedua sisi kolumna vertebral posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung
bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis kedua belas sampai vertebra
lumbalisketiga.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsul.
b. Ureter
Urin meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang akan mentranspor urin ke
pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urin. Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25
sampai 30 cmdan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi
retroperitoneumuntuk memasuki kandung kemih di dalam rongga pelvis pada sambungan
ureterovesikalis. Urinyang keluar dari ureter ke kandung kemih umumnya steril. Gerakan
peristaltik uretermenyebabkan urin masuk ke kandung kemih dalam bentuk semburan. Ureter
masuk ke dalamdinding posterior kandung kemih dengan posisi miring agar mencegah refluks
urin dari kandung kemih ke ureter.
c. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas
jaringan otot serta merupakan wadah tempat urin dan merupakan organ ekskresi.
Apabilakosong, kandung kemih berada dalam rongga panggul di belakang simfisis pubis. Pada
pria,kandung kemih terletak pada rectum bagian posterior dan pada wanita terletak pada
dindinganterior uterus dan vagina. Kandung kemih dapat menampung sekitar 600 ml urin,
walaupun pengeluaran urin normal sekitar 300 ml.
d. Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus
uretra.Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulensi membuat urin bebas dari
bakteri.Merman mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir ke dalam
saluran uretra.Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk
menecegahmasuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelili uretra
PENGKAJIAN
Tanggal Masuk:
Jam:
No. CM:
Tanggal Pengkajian:
Jam:
Diagnosa Medis:
1.BIODATA
a.Identitas klien
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Agama:Pendidikan:
Pekerjan:
Suku / Bangsa:
Status:
No. CM:
Alamat:
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Agama:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Suku / Bangsa:
Status:
1.Alamat:
Hub.dg klien:
2.RIWAYATKESEHATAN
a.Keluhan utama : keluhan utama yang biasanya muncul adalahBAB lebih dari 3 x,
konstipasi, impaksi, diare dan sebagainya.
b. Riwayat penyakit sekarang: perlu dikasi warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau),
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Tentukan konsistensinya (encer,padat), tentukan
frekuensinya (> 3 kali sehari).Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7 hari
( diare berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat penyakit dahulu : perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami diare
sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e.Riwayat kesehatan lingkungan klien : perlu dikaji penyimpanan makanan, apakah pada suhu
kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
1)Pertumbuhan
Kenaikanlinkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 –16 buah
2)Perkembangan
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3
tahun :
g.Genogram : adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari
atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan
keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal
dunia serta pasien yang sakit.
3.POLAFUNGSIKESEHATAN (GORDON)
1)Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan selam sakit
2)Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan selam sakit
0: Mandiri
1: Di bantu sebagian
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik tangga √
Ditanyakan :
2)Sonambolisme
Ditanyakan :
e.Pola Eliminasi
2)Nyeri
3)Kuantitas
1)Gambaran diri
2)Identitas diri
3)Peran diri
4)Ideal diri
5)Harga diri
h.Pola Koping
2)Dukungan keluarga
1)Persepsi keyakinan
2)Tindakan berdasarkan keyakinan
4.PEMERIKSAAN FISIK
b.Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.Tekanan darah
mmHg, suhu tubuh ...◦C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=..
M=...Vapasia. BB ( sakit) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ;tidak diketahui, hasil
pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).
c.Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
e.Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.Sistem Pernafasan: dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi
otot pernafasan)
g.Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun >2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i.Sistem perkemihan :
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurangdari
sebelum sakit.
Perlu dikaji :
3–5 tahun600–700 ml
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa,
maka perlu lapor.
j.Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
5.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Laboratorium :
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
6. TERAPI
a.obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mgklorpromazine 0,5–1 mg /
kg BB/hari
b.onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang
3.Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap
diare
C.PERENCANAAN (INTERVENSI)
3 Setelah dilakukan tindakan Stelah dilakukan tindakan Monitor suhu tubuh setiap
keperawatan selama...x24 perawatan selama 3x 24 jam 2 jam
jam diharapkan pasien tidak terjadi peningkatan
Berikan kompres hangat
denganresiko peningkatan suhu tubuh
suhu tubuhdapat Kolaborasi pemberian
melakukan aktivitasnya antipiretik
dengan criteria hasil :
Keterangan :
1 : Tidak memerlukan
bantuan.
2 : Membutuhkan bantuan
orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan
oarang lain.
4 : Membutuhkan bantuan
alat.
5 : Mandiri
penuh.antipirektik
4 Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindaka Diskusikan dan jelaskan
keperawatan selama...x24 keperawtan selama di rumah pentingnya menjaga
jam diharapkan pasien sakit integritas kulit tidak tempat tidur
denganresiko gangguan terganggu
Demontrasikan serta
integritas kulit
libatkan keluarga dalam
perianaldapat melakukan
merawat perianal (bila
aktivitasnya dengan criteria
basah dan mengganti
hasil :
pakaian bawah serta
- Tidak terjadi iritasi : alasnya)
kemerahan, lecet,
Atur posisi tidur atau duduk
kebersihan terjaga
dengan selang waktu 2-3
- Keluarga mampu jam
mendemontrasikan
perawatan perianal dengan
baik dan benarKeterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah
menunjukkan
5 : Tidak pernah
menunjukkan