Prihandoko
PENGANTAR PADA
TEORI GRUP DAN TEORI RING
Disusun oleh :
Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D
e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id
Staf Pengajar Pada
Program Studi Sistem Informasi (PSSI) &
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah dan kasih-
Nya, telah berhasil disusun sebuah buku pegangan untuk mata kuliah Aljabar
Abstrak / Struktur Aljabar dengan judul Pengantar pada Teori Grup dan Teori
Ring.
Untuk dapat mempelajari materi-materi inti yang disajikan dalam hand-
out ini, diharapkan mahasiswa sudah menguasai konsep tentang himpunan dan
fungsi. Oleh karenanya sebagai apersepsi maka pada bab I disajikan sekilas ten-
tang konsep himpunan dan fungsi.
Secara umum konsep-konsep struktur aljabar yang disajikan dalam buku ini
banyak dituangkan dalam bentuk definisi dan teorema. Sebagian besar teorema
disajikan tanpa disertai pembuktian dan hanya pada beberapa teorema diberikan
langkah-langkah pembuktiannya. Hal ini dimaksudkan agar selain memahami
suatu teorema, mahasiswa juga dapat berlatih untuk membuktikannya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan handout ini. Dan diharapkan agar handout ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya para mahasiswa yang menempuh
matakuliah Aljabar Abstrak. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan
untuk lebih sempurnanya penyusunan handout ini.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi iv
2 GRUP 12
2.1 Pengertian Grup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.2 Sifat-sifat Dasar Grup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.3 Ordo Grup dan Elemen Grup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.4 Subgrup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
3 GRUP SIKLIK 23
3.1 Konsep dan Beberapa Sifat Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.2 Subgrup dari Grup Siklik Hingga . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
4 GRUP PERMUTASI 30
4.1 Permutasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
4.2 Orbit dan Cycle . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
ii
5.2 Teorema Lagrange . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
6 HOMOMORPHISMA GRUP 43
6.1 Homomorphisma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
6.2 Isomorphisma dan Teorema Cayley . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
7 GRUP FAKTOR 52
7.1 Pembentukan Grup Faktor oleh Homomorfisma . . . . . . . . . . 52
7.2 Pembentukan Grup Faktor oleh Subgrup Normal . . . . . . . . . 53
7.3 Teorema Homomorfisma Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
9 INTEGRAL DOMAIN 62
9.1 Pembagi Nol . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
9.2 Integral Domain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
9.3 Karakteristik Ring . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
9.4 Soal Latihan Integral Domain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
iii
12 RING POLINOMIAL 74
12.1 Polinomial dalam Sebuah Indeterminasi . . . . . . . . . . . . . . . 74
12.2 Homomorfisma Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
12.3 Algoritma Pembagian dalam F [x] . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
12.4 Soal Latihan Ring Polinomial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
13 HOMOMORPHISMA RING 78
13.1 Homomorfisma Ring dan Sifat-sifatnya . . . . . . . . . . . . . . . 78
13.2 Kernel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
13.3 Isomorfisma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
13.4 Soal Latihan Homomorfisma Ring . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
iv
Bab 1
1.1 Himpunan
Tidak semua konsep dalam matematika dapat didefinisikan secara tepat, sehingga
adakalanya suatu konsep dapat dipahami dengan mengidentifikasi sifat-sifatnya.
Hal serupa juga terjadi pada konsep himpunan. Seandainya himpunan didefin-
isikan sebagai ”kumpulan dari obyek-obyek tertentu”, maka akan timbul per-
tanyaan tentang apa pengertian dari kata kumpulan dalam definisi ini. Kemu-
dian seandainya kumpulan didefinisikan sebagai ”sebuah kesatuan dari benda-
benda”, maka akan timbul pertanyaan tentang apa pengertian dari kata kesat-
uan dalam definisi ini. Demikian seterusnya pertanyaan berantai ini tidak akan
berhenti, atau kalau tidak memaksa kita untuk mengulang kata-kata dalam defin-
isi sebelumnya. Oleh karenanya dalam bab ini, pengertian himpunan tidak akan
didefinisikan, tetapi akan diidentifikasi dengan menampilkan beberapa karakter-
istik yang berhubungan dengannya.
1
Bab I. Himpunan dan Fungsi antonius cp 2
Secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan himpunan dapat dise-
butkan sebagai berikut.
2. Ada tepat satu himpunan yang tidak memiliki elemen, yang disebut sebagai
himpunan kosong, dan dinotasikan sebagai φ.
Definisi 1.1 Sebuah himpunan B dikatakan merupakan sebuah subset dari him-
punan A dan dinotasikan ”B ⊆ A” atau ”A ⊇ B”, jika setiap elemen B meru-
pakan elemen A.
Contoh : {{a, b}, {c}} merupakan salah satu bentuk partisi terhadap himpunan
S = {a, b, c}.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka untuk menunjukkan bahwa se-
buah keluarga himpunan {A1 , A2 , A3 , ..., An } merupakan partisi dari himpunan
A, harus dibuktikan bahwa :
2. ∪ni=1 Ai = A
Contoh :
Konsep lain yang erat kaitannya dengan partisi adalah relasi ekuivalensi. Mak-
sudnya, jika sebuah himpunan dipartisi maka akan ada relasi ekuivalensi yang da-
pat ditemukan pada himpunan tersebut. Demikian pula sebaliknya, apabila pada
suatu himpunan didefinisikan sebuah relasi ekuivalensi, maka himpunan semua
kelas ekuivalensi akan merupakan sebuah partisi untuk himpunan tersebut.
Definisi 1.3 Suatu relasi ”∼” pada sebuah himpunan A disebut relasi ekuivalensi
jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat berikut:
Bab I. Himpunan dan Fungsi antonius cp 4
1. Refleksif; yakni ∀x ∈ A, x ∼ x;
Contoh :
1. Relasi ”kesamaan” pada himpunan bilangan riil, <, merupakan sebuah re-
lasi ekuivalensi.
Definisi 1.4 Misalkan ”∼” merupakan relasi ekuivalensi pada himpunan A, dan
x adalah suatu elemen dalam A. Himpunan semua elemen yang ekuivalen dengan
x disebut kelas ekuivalensi dari x, dan dinotasikan dengan [x]. Dengan kata
lain [x] = {a ∈ A|a ∼ x}.
Coba anda buktikan teorema di atas dengan memanfatkan konsep kesamaan dua
buah himpunan, yakni harus ditunjukkan bahwa [x] ⊆ [y] dan [y] ⊆ [x].
Teorema 1.2 Jika ”∼” merupakan suatu relasi ekuivalensi pada A, maka him-
punan semua kelas ekuivalensi, yakni {[x]|x ∈ A} merupakan partisi pada A.
Bab I. Himpunan dan Fungsi antonius cp 5
Teorema ini menyatakan bahwa jika didefinisikan sebuah relasi ekuivalensi pada
A maka setiap elemen dalam A akan menjadi elemen pada salah satu kelas ekuiv-
alensi yang terjadi, sehingga akan didapatkan sebuah partisi utnuk A. Dengan
demikian oleh sebuah relasi ekuivalensi, A akan dipartisi ke dalam kelas-kelas
ekuivalensi.
Untuk setiap n ∈ Z + ada suatu relasi ekuivalensi yang penting pada Z yang
disebut sebagai kongruensi modulo n.
Definisi 1.5 Misalkan a dan b adalah dua bilangan bulat pada Z dan n adalah
sebarang bilangan bulat positif. Maka dikatakan bahwa a kongruen terhadap b
modulo n, dan dinotasikan a ≡ b (mod n), jika a − b dapat dibagi habis oleh n,
yakni a − b = nk, untuk suatu k ∈ Z. Kelas-kelas ekuivalensi untuk kongruensi
modulo n disebut kelas-kelas residu modulo n.
1.3 Fungsi
Definisi 1.6 Suatu fungsi atau pemetaan φ dari himpunan A ke himpunan B
adalah suatu aturan yang memasangkan setiap elemen dari A dengan tepat satu
elemen dari B.
Dengan demikian teknis untuk menunjukkan kedua predikat fungsi tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan riil (<), pada
himpunan bilangan bulat (Z), pada himpunan bilangan kompleks (C), atau
pada himpunan bilangan rasional (Q) merupakan suatu operasi biner.
3. Operasi penjumlahan juga bukan merupakan operasi biner pada <∗ = < −
{0}. Mengapa?
Bab I. Himpunan dan Fungsi antonius cp 7
Berikut ini beberapa predikat khusus yang dikenakan pada operasi biner tertentu.
Definisi 1.9 Operasi biner ∗ pada himpunan S dikatakan komutatif jika dan
hanya jika a ∗ b = b ∗ a, ∀a, b ∈ S; dan dikatakan asosiatif jika dan hanya jika
(a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗ c), ∀a, b, c ∈ S.
Dari beberapa uraian dan contoh di atas, dapatlah digarisbawahi bahwa sebuah
operasi biner memiliki 2 ciri utama : tunggal hasil dan tertutup, artinya jika
∗ merupakan operasi biner pada S, maka untuk setiap pasangan terurut (a, b)
dalam S, ada tepat satu elemen c dalam S sedemikian hingga a ∗ b = c.
2. Buktikan bahwa:
(c) A ⊂ (A ∪ B)
(e) (A ∩ B) ⊂ A
(g) (A − B) ⊂ A
(h) (A − B) ∩ B = φ
(a) {x ∈ <|x2 = 3}
Bab I. Himpunan dan Fungsi antonius cp 8
(b) {a ∈ Z|a2 = 3}
(c) g = f −1
12. Nyatakan apakah operator biner ∗ berikut bersifat komutatif atau asosiatif.
14. Nyatakan apakah operasi ∗ berikut merupakan operasi biner. Jika tidak
sebutkan aksioma mana yang tidak terpenuhi.
(d) Suatu operasi biner ∗ pada himpunan S dikatakan komutatif jika ada
a, b ∈ S, sedemikianhingga a ∗ b = b ∗ a.
(e) Setiap operasi biner yang didefinisikan pada suatu himpunan yang
memiliki tepat 1 elemen adalah komutatif dan asosiatif.
16. Tunjukkan bahwa jika ∗ adalah operasi biner komutatif dan asosiatif pada
himpunan S, maka (a ∗ b) ∗ (c ∗ d) = [(d ∗ c) ∗ a] ∗ b, ∀a, b, c, d ∈ S.
(a) Setiap operasi biner pada suatu himpunan yang memiliki sebuah ele-
men, bersifat komutatif dan asosiatif.
Bab I. Himpunan dan Fungsi antonius cp 11
(b) Setiap operasi biner komutatif pada suatu himpunan yang memiliki
tepat 2 elemen, bersifat asosiatif.
(c) Jika F himpunan semua fungsi riil, maka komposisi fungsi pada F
bersifat komutatif.
(d) Jika F himpunan semua fungsi riil, maka komposisi fungsi pada F
bersifat asosiatif.
(e) Jika F himpunan semua fungsi riil, maka penjumlahan fungsi pada F
bersifat asosiatif.
(f) Jika ∗ dan ∗0 sebarang dua operasi biner pada himpunan S, maka
a ∗ (b ∗0 c) = (a ∗ b) ∗0 (a ∗ c), ∀a, b, c ∈ S
Bab 2
GRUP
Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkulia-
han Aljabar Abstrak. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup,
sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep tentang
subgrup.
Definisi 2.1 Suatu himpunan tak kosong G dengan sebuah operasi ∗ (dinotasikan
(G, ∗)), dapat membentuk Grup jika dan hanya jika memenuhi empat aksioma
berikut.
12
Bab II. Grup antonius cp 13
1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil op-
erasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.
Atau secara simbolis: (∀a, b ∈ G), (∃!c ∈ G), a ∗ b = c
4. Tiap-tiap elemen dalam G memiliki invers, yakni (∀a ∈ G), (∃a−1 ∈ G),
a ∗ a−1 = a−1 ∗ a = e, dimana e adalah elemen identitas terhadap operasi ∗.
Contoh :
1. Himpunan bilangan riil < terhadap operasi penjumlahan bilangan riil mem-
bentuk sebuah grup.
Definisi 2.2 Sebuah grup (G, ∗) dikatakan sebagai grup komutatif apabila (∀a, b ∈
G), a ∗ b = b ∗ a.
Teorema 2.2 Invers dari setiap elemen dalam suatu grup adalah tunggal.
Teorema 2.3 Jika G adalah grup dengan operasi biner ∗, maka dalam G berlaku
hokum kanselasi kiri dan hokum kanselasi kanan. Yakni, a ∗ b = a ∗ c berimplikasi
b = c, dan a ∗ b = c ∗ b berimplikasi a = c, ∀a, b, c ∈ G.
Teorema 2.5 Jika G adalah grup maka untuk sebarang elemen a dalam G berlaku
(a−1 )−1 = a.
Teorema 2.7 Jika suatu himpunan tak kosong G terhadap operasi ∗ memenuhi
aksioma: tertutup, asosiatif, dan persamaan a ∗ x = b dan y ∗ a = b mempunyai
penyelesaian untuk setiap a, b ∈ G, maka (G, ∗) merupakan grup.
Bab II. Grup antonius cp 15
Teorema 2.8 Jika m bilangan bulat positif maka a−m = (a−1 )m = (am )−1
Contoh :
Definisi 2.4 Ordo (atau order) dari suatu grup berhingga G adalah banyaknya
elemen dari G. Sedangkan jika banyaknya elemen G tak berhingga, maka ordo
dari G adalah tak berhingga. Ordo dari G dinotasikan |G|.
Definisi 2.5 Misalkan a adalah suatu elemen dari grup G. Ordo (atau or-
der) dari a adalah n jika hanya jika n merupakan bilangan bulat positif terkecil
sedemikian hingga an = e, dimana e adalah elemen identitas pada grup G. Sedan-
gkan jika tidak ada bilangan bulat positif yang demikian maka dikatakan bahwa
ordo dari a tak berhingga. Ordo dari a dinotasikan O(a).
Bab II. Grup antonius cp 16
Contoh :
Teorema 2.10 Misalkan a adalah elemen suatu grup G. Jika a berordo berhingga
n maka ada n variasi hasil perpangkatan dari a dalam G, yakni: a1 , a2 , a3 , · · · , an−1 , an
Perlu diketahui bahwa pengertian dari hasil perpangkatan disini tidak selalu
dikaitkan dengan operasi perkalian bilangan riil, tetapi tergantung dari operasi
biner yang berlaku dalam suatu grup. Misalnya, dalam (G, ∗), maka an = a ∗ a ∗
a ∗ · · · ∗ a sebanyak n faktor; atau dalam (<, +), maka an = a + a + a + · · · + a
sebanyak n faktor; seperti juga halnya dalam grup bilangan rasional Q terhadap
operasi perkalian, maka an = a × a × a × · · · × a sebanyak n faktor.
Contoh :
Teorema 2.11 Jika a berordo tak berhingga maka semua hasil perpangkatan dari
a berbeda, yakni jika r 6= s maka ar 6= as .
Contoh : Dalam (Z, +), O(2) tak berhingga, sehingga setiap hasil perpangkatan
dari 2 berbeda.
Buktikan dua teorema berikut dan berikanlah contohnya masing-masing!
2.4 Subgrup
Definisi 2.6 Misalkan (G, ∗)adalah sebuah grup dan H suatu subset tak kosong
dari G. H dikatakan merupakan subgrup dari G jika hanya jika (H, ∗) mem-
bentuk sebuah grup.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa agar menjadi se-
buah subgrup dari grup G maka H haruslah merupakan sebuah grup dalam grup
G, yang berarti H harus memenuhi semua aksioma grup terhadap operasi biner
yang sama dengan G. Selanjutnya mengingat H merupakan subset dari G maka
ada aksioma yang sudah secara otomatis akan diwariskan dari G ke H, yakni
aksioma asosiatif, sehingga dapat diturunkan teorema berikut.
Teorema 2.14 Misalkan (G, ∗)adalah sebuah grup dan H suatu subset tak kosong
dari G. H dikatakan merupakan subgrup dari G jika memenuhi tiga aksioma
berikut.
Selanjutnya dapat dianalisa bahwa jika aksioma tertutup dan invers sudah dipenuhi
oleh H maka aksioma identitas juga akan terpenuhi. Sehingga aksioma pada teo-
rema di atas dapat direduksi dan menghasilkan teorema berikut.
Teorema 2.15 Misalkan (G, ∗)adalah sebuah grup dan H suatu subset tak kosong
dari G. H dikatakan merupakan subgrup dari G jika memenuhi dua aksioma
berikut.
Akhirnya dua aksioma pada teorema di atas dapat digabungkan dan meng-
hasilkan teorema berikut.
Teorema 2.16 Misalkan (G, ∗)adalah sebuah grup dan H suatu subset tak kosong
dari G. H dikatakan merupakan subgrup dari G jika (∀c, d ∈ H), c ∗ d−1 ∈ H.
Contoh: {0, 3} dan {0, 2, 4} keduanya merupakan subgrup pada Z 6 , +). Tun-
jukkan kebenaran akan hal ini!
Definisi 2.7 Misalkan (G, ∗) grup. H dan K keduanya subset dalam G. Maka
H ∗ K = {a ∈ G|a = h ∗ k, h ∈ H ∧ k ∈ K}
dan
H −1 = {a ∈ G|a = h−1 , h ∈ H}
Teorema 2.17 Jika (H, ∗) subgrup pada (G, ∗), maka H ∗H = H dan H −1 = H.
Teorema 2.18 Jika H dan K keduanya subgrup pada (G, ∗), maka H ∗ K meru-
pakan subgrup jika hanya jika H ∗ K = K ∗ H.
Teorema 2.19 Jika H dan K keduanya subgrup pada (G, ∗), maka H ∩ K juga
merupakan subgrup pada (G, ∗).
Teorema 2.20 Misal G grup dan a ∈ G. Jika H adalah himpunan dari semua
hasil perpangkatan dari a dalam G, maka H merupakan subgrup dari G.
(m) Himpunan semua bilangan bulat yang habis dibagi lima dengan operasi
penjumlahan.
(n) Himpunan semua vector dalam <2 yang berbentuk (x, 3x) dengan op-
erasi penjumlahan vector.
(o) Himpunan semua vector dalam <2 yang berbentuk (0, y) atau (x, 0)
dengan operasi penjumlahan vector.
3. Jika G adalah grup dengan operasi biner ∗, maka tunjukkan bahwa ∀a, b ∈
G, (a ∗ b)−1 = b−1 ∗ a−1 !
4. Nyatakan benar atau salah pada setiap pernyataan berikut dan berikan
alasannya.
(a) Sebuah grup dapat memiliki lebih dari satu elemen identitas.
(c) Setiap grup berhingga yang memiliki paling banyak tiga elemen meru-
pakan grup abelian.
10. Nyatakan benar atau salah setiap pernyataan berikut dan berikan alasan-
nya!
(e) Setiap himpunan bilangan yang merupakan grup terhadap operasi pen-
jumlahan, juga merupakan grup terhadap operasi perkalian.
(f) Setiap subset dari setiap grup merupakan subgrup terhadap operasi
biner yang sama.
11. Jika H dan K keduanya merupakan subgrup pada grup abelian G, maka
tunjukkan bahwa HK = {hk|h ∈ H, k ∈ K} juga merupakan subgrup pada
G.
12. Buktikan bahwa suatu subset tak kosong H pada grup G merupakan sub-
grup pada G jika hanya jika ab−1 ∈ H, ∀a, b ∈ H!
13. Buktikan bahwa jika G adalah grup abelian dengan elemen identitas e,
maka semua elemen x ∈ G yang memenuhi persamaan x2 = e membentuk
subgrup H pada G!
14. Misalkan G adalah grup dan a merupakan elemen tertentu dalam G. Tun-
jukkan bahwa Ha = {x ∈ G|xa = ax} merupakan subgrup pada G!
Bab II. Grup antonius cp 22
GRUP SIKLIK
Definisi 3.1 Suatu grup G dikatakan grup siklik jika ada elemen a ∈ G sedemikian
23
Bab III. Grup Siklik antonius cp 24
Dari definisi di atas dan beberapa uraian sebelumnya dapat diturunkan beberapa
sifat dari grup siklik berikut ini.
a = bq + r
dimana 0 ≤ r < b.
Definisi 3.2 Misalkan r dan s adalah dua bilangan bulat positif. Generator posi-
tif dari grup siklik
G = {nr + ms|n, m ∈ Z}
untuk suatu bilangan bulat n dan m. Dapat ditunjukkan bahwa setiap bilangan
bulat yang membagi habis r dan s juga akan membagi habis d. Sehingga d
pastilah bulangan terbesar yang membagi habis baik r maupun s.
Teorema 3.4 Jika G =< a > berordo tak prima n, maka setiap subgrup se-
jatinya (proper subgrup) dihasilkan oleh am dengan m merupakan pembagi sejati
dari n, artinya (m 6= 1) ∧ (m 6= n) sedemikian hingga m|n. Sebaliknya apabila
m merupakan pembagi sejati dari n maka G pasti memiliki subgrup sejati yang
dibangun oleh am .
1. Jika G berordo tak hingga, maka semua hasil perpangkatan dari a adalah
berbeda. Hal ini berarti tidak ada dua bilangan bulat yang berbeda, h dan
k, dengan h > k, yang memberikan ah = ak dalam G. Buktikan!
Bab III. Grup Siklik antonius cp 26
2. Jika G berordo hingga, misalkan |G| = n, maka hanya ada n hasil per-
pangkatan dari a yang berbeda (mengapa?). Sehingga akan ada dua bilan-
gan bulat yang berbeda, h dan k, yang memberikan ah = ak dalam G.
Definisi 3.3 Misalkan n adalah sebuah bilangan bulat tertentu, dan misalkan
h dan k sebarang bilangan bulat. Maka hasil jumlah dari h dan k modulo n
(dinotasikan h + k (mod n)) adalah sisa apabila h + k dibagi n.
Teorema 3.8 Misalkan G =< a > dan |G| = n. Jika b ∈ G dan b = as , maka
n
b membangun subgrup siklik H dari G yang memuat d
elemen, dimana d adalah
FPB dari n dan s.
Teorema 3.9 Jika G =< a > dan |G| = n maka generator-generator yang lain
untuk G berbentuk ar , dimana r relatif prima terhadap n.
Contoh : Kita tahu bahwa Z 12 =< 1 >. Maka generator yang lain untuk Z 12
adalah 5 = 5 · 1, 7 = 7 · 1, dan 11 = 11 · 1.
2. Tunjukkan bahwa sebuah grup tanpa subgrup proper non trivial merupakan
grup siklik!
Bab III. Grup Siklik antonius cp 27
3. Tentukan faktor persekutuan terbesar dari 32 dan 24, 48 dan 88, 360 dan
420.
6. Tentukan banyaknya elemen suatu subgrup siklik dari grup Z 30 yang diban-
gun oleh 25.
9. Untuk setiap pernyataan berikut, tentukan benar atau salah, dan berikan
alasannya.
(f) Paling tidak ada satu grup abelian untuk setiap ordo hingga yang lebih
besar dari 0.
(g) Semua generator dari Z 20 adalah bilangan prima. Setiap grup siklik
yang berordo > 2 memiliki paling tidak dua generator yang berbeda.
11. Jika G =< a > dan o(a) = n, maka buktikan bahwa |G| = n.
12. Jika G =< a >, buktikan bahwa juga G =< a−1 >.
13. Jika suatu grup berhingga berordo n memuat elemen yang juga berordo n,
buktikan grup tersebut siklik.
14. Dalam grup siklik yang berordo n, buktikan ada elemen yang berordo k,
dimana k merupakan faktor dari n.
15. Tunjukkan bahwa suatu grup yang hanya memeiliki sejumlah hingga sub-
grup, pastilah merupakan grup hingga.
18. Tunjukkan bahwa pada sebuah grup siklik hingga Gyang berordo n, per-
samaan xm = e memiliki tepat m penyelesaian x dalam G untuk setiap
bilangan bulat positif m yang membagi n.
19. Tunjukkan bahwa Z p tidak memiliki subgrup proper jika p merupakan bi-
langan prima.
20. Jika suatu grup hingga berordo n dan memuat elemen yang juga berordo
n, maka buktikan bahwa grup tersebut adalah siklik!
Bab III. Grup Siklik antonius cp 29
21. Dalam grup siklik yang berordo n, buktikan ada elemen berordo k, dimana
k merupakan faktor dari n!
22. Buktikan ordo dari setiap grup siklik sama dengan ordo dari elemen pem-
bangunnya!
23. Ada berapa generator dalam grup siklik yang berordo 10?
Bab 4
GRUP PERMUTASI
Pada bab ini dibahas tentang suatu grup yang beranggotakan permutasi-
permutasi yang didefinisikan dalam sebuah himpunan. Grup semacam
ini perlu mendapatkan pembahasan tersendiri sebab memiliki suatu
karakteristik yang khusus. Diawali dengan penyajian pengertian per-
mutasi pada suatu himpunan, pembahasan akan sampai pada suatu
teorema yang menyatakan bahwa himpunan semua permutasi terse-
but dapat membentuk sebuah grup.
4.1 Permutasi
Definisi 4.1 Permutasi pada sebuah himpunan A dimaksudkan sebagai fungsi
dari A ke A yang bersifat satu-satu dan onto.
Contoh:
30
Bab IV. Grup Permutasi antonius cp 31
dan
1 2 3 4 5
β=
4 1 2 5 3
maka perkalian permutasi (= komposisi fungsi) φβ adalah:
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
φβ = =
1 2 5 3 4 4 1 2 5 3 3 1 2 4 5
Teorema 4.1 Misalkan A himpunan tak kosong dan SA adalah himpunan se-
mua permutasi pada A. Maka SA merupakan grup terhadap operasi perkalian
permutasi.
Definisi 4.2 Grup Simetrik. Misalkan A = {1, 2, 3, · · · , n}, maka grup dari
semua permutasi pada A disebut grup simetrik pada n angka, dan dinotasikan
sebagai Sn .
sama jika hanya jika b = σ n (a), untuk suatu n ∈ Z. Dengan kata lain dapat
ditunjukkan bahwa relasi ∼ dengan ketentuan a ∼ b ⇔ b = σ n (a) merupakan
sebuah relasi ekuivalensi.
a ∼ b ⇔ b = σ n (a)
1 −→ 8 −→ 2 −→ 1
3 −→ 6 −→ 4 −→ 3
5 −→ 7 −→ 5
Bila diperhatikan maka setiap orbit pada contoh di atas akan dapat menen-
tukan sebuah permutasi baru dalam S8 dengan ketentuan bahwa elemen yang
menjadi anggota orbit akan ditransformasikan sedangkan elemen-elemen lainnya
tetap. Misalkan saja orbit yang pertama {1, 2, 8} dengan alur
1 −→ 8 −→ 2 −→ 1
Bab IV. Grup Permutasi antonius cp 33
µ = (1, 8, 2)
Ingat, bahwa tidak seperti pada orbit, maka urutan elemen pada penulisan se-
buah cycle akan menentukan alur permutasinya. Perhatikan bahwa (1, 8, 2) =
(8, 2, 1) = (2, 1, 8) tetapi (1, 8, 2) 6= (1, 2, 8).
Sebagaimana telah diketahui bahwa himpunan orbit sebuah permutasi meru-
pakan partisi pada Sn , sehingga orbit-orbit sebuah permutasi merupakan himpunan-
himpunan yang saling asing. Selanjutnya, karena sebuah orbit dapat membentuk
sebuah permutasi baru yang merupakan sebuah cycle, maka dapatlah diturunkan
teorema berikut ini.
Contoh :
1 2 3 4 5 6 7 8
σ= = (1, 8, 2)(3, 6, 4)(5, 7)
8 1 6 3 7 4 5 2
Bab IV. Grup Permutasi antonius cp 34
Akibatnya, setiap permutasi pada suatu himpunan hingga dengan elemen paling
sedikit dua, merupakan hasil perkalian dari transposisi-transposisi.
Definisi 4.6 Sebuah permutasi pada himpunan hingga dikatakan ganjil bila da-
pat dinyatakan sebagai hasil perkalian sejumlah ganjil transposisi; dan dikatakan
genap bila dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian sejumlah genap transposisi.
1 2 3 4 5 6 7 8
2. µ =
8 1 3 4 5 6 7 2
(c) Setiap fungsi onto dari suatu himpunan hingga kepada dirinya sendiri
haruslah satu-satu.
5.1 Koset
Teorema 5.1 Misalkan H subgrup dari grup G, maka relasi ∼L dengan aturan
a ∼L b ⇔ a−1 b ∈ H
a ∼R b ⇔ ab−1 ∈ H
37
Bab V. Koset dan Teorema Lagrange antonius cp 38
Definisi 5.1 Misalkan G grup dan H subgrup pada G. Untuk sebarang elemen
a ∈ G; aH = {x ∈ G|x = ah, h ∈ H} disebut koset kiri dari H yang memuat a;
dan Ha = {y ∈ G|y = ha, h ∈ H} disebut koset kanan dari H yang memuat a.
Bisa ditunjukkan bahwa {3Z, 1 + 3Z, 2 + 3Z} merupakan sebuah partisi untuk
Z.
Sebenarnya tidak ada perbedaan apakah kita menggunakan koset kiri atau
koset kanan, asalkan kita selalu konsisten. Dalam pembahasan selanjutnya kita
akan menggunakan koset kiri, dan akan disebut saja dengan koset. Berikut akan
disajikan beberapa teorema yang berkaitan dengan koset.
Teorema 5.3 Misal G grup dan H subgrup pada G. Keluarga himpunan dari
semua koset H merupakan partisi dari G.
Teorema 5.4 Jika aH merupakan koset dari subgrup H, maka H dan aH dapat
dikorespondensikan satu-satu.
Bab V. Koset dan Teorema Lagrange antonius cp 39
Teorema 5.5 Teorema Lagrange. Jika G grup berhingga dan H subgrup pada
G, maka ordo dari H merupakan faktor dari ordo G.
Contoh:
Berikut ini beberapa teorema sebagai konsekwensi dari teorema Lagrange terse-
but di atas.
Teorema 5.6 Jika G grup berordo prima maka G merupakan grup siklik dan
setiap elemen yang bukan elemen identitas merupakan generator.
Teorema 5.7 Ordo dari setiap elemen dari suatu grup hingga merupakan faktor
dari ordo grup tersebut.
Definisi 5.2 Jika G grup dan H subgrup pada G maka indeks dari H dimaksud-
kan sebagai banyaknya koset dari H dalam G, dan dinotasikan sebagai (G : H).
Bab V. Koset dan Teorema Lagrange antonius cp 40
|G|
(G : H) =
|H|
3. Tentukan benar atau salah setiap pernyataan berikut ini dan berikan alasan-
nya.
(b) Banyaknya koset dari suatu subgrup pada grup hingga membagi habis
ordo dari grup tersebut.
(e) Hanya subgrup dari dari grup hingga saja yang memiliki koset.
Bab V. Koset dan Teorema Lagrange antonius cp 41
6. Untuk setiap pernyataan berikut ini, buktikan jika benar atau berikan
counter-example jika salah.
7. Jika G merupakan sebuah grup berordo pq, dimana p dan q bilangan prima,
tunjukkan bahwa setiap subgrup proper dari G adalah siklik!
8. Tunjukkan bahwa sebuah grup dengan paling sedikit dua elemen tetapi
tidak memiliki subgrup proper non trivial, pastilah merupakan grup hingga
dan berordo prima!
10. Tunjukkan bahwa jika sebuah grup G dengan elemen identitas e dan berordo
hingga, n, maka an = e, ∀a ∈ G!
11. Misalkan H dan K merupakan dua buah subgrup pada grup G. Didefin-
isikan relasi ∼ pada G dengan aturan a ∼ b jika hanya jika a = hbk, untuk
suatu h ∈ H dan k ∈ K.
Bab V. Koset dan Teorema Lagrange antonius cp 42
HOMOMORPHISMA GRUP
Bab ini merupakan awal dari bagian kedua materi perkuliahan Al-
jabar Abstrak. Setelah pada bagian pertama dibahas tentang grup,
sifat-sifat dan macamnya, maka pada bagian kedua ini dibahas ten-
tang fungsi yang akan menghubungkan sebuah grup dengan grup lain-
nya. Pada bab ini disajikan pengertian homomorfisma, sifat-sifat dan
macamnya.
6.1 Homomorphisma
Pada bab-bab terdahulu telah dibahas tentang suatu struktur aljabar yang dise-
but sebagai grup, sifat-sifat dan macamnya. Pada bab ini akan dibahas mengenai
pemetaan antar grup. Misalkan G dan G0 adalah grup, maka pemetaan yang
dimaksudkan adalah φ : G → G0 yang menghubungkan struktur grup G dengan
struktur grup G0 . Dari sini akan nampak jelas bahwa struktur grup sangat di-
tentukan oleh operasi biner yang didefinisikan di dalamnya. Pemetaan φ perlu
didefinisikan sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan bagaimana operasi
biner pada G dan G0 akan dihubungkan oleh pemetaan tersebut.
Definisi 6.1 Suatu pemetaan φ dari grup (G, ∗) ke grup (G0 , #) disebut homo-
morphisma jika
φ(a ∗ b) = φ(a)#φ(b)
43
Bab VI. Homomorphisma Grup antonius cp 44
Persamaan pada definisi di atas menunjukkan suatu hubungan antara dua operasi
biner ∗ dan #, dan juga dengan demikian hubungan antara dua struktur grup G
dan G0 .
Catatan : Selanjutnya, untuk menyederhanakan penulisan maka notasi untuk
operasi biner dalam suatu grup tidak dituliskan, jadi misalnya G suatu grup dan
a, b ∈ G maka operasi a dan b dituliskan sebagai ab.
Untuk setiap grup G dan G0 , paling tidak ada sebuah homomorphisma φ :
G → G0 yang disebut sebagai homomorphisma trivial dengan aturan φ(g) = e0
untuk setiap g ∈ G dimana e0 adalah elemen identitas pada G0 .
Contoh 1: Misalkan α : Z → Z n didefinisikan dengan α(m) = r, dimana r
adalah sisa bila m dibagi n. Maka α merupakan suatu homomorphisma.
Contoh 2: Misalkan Sn adalah grup simetrik pada n huruf, dan misalkan φ :
Sn → Z 2 dengan ketentuan
0 jika ρ adalah permutasi genap,
φ(ρ) =
1 jika ρ adalah permutasi ganjil
1. Jika e adalah elemen identitas dalam G, maka φ(e) adalah elemen identitas
e0 dalam G0 ;
Bab VI. Homomorphisma Grup antonius cp 45
4. Jika S 0 adalah subgrup pada R0 , maka φ−1 (G0 ) adalah subgrup pada G;
Buktikan!
adalah koset kiri aH dan juga koset kanan Ha. Sebagai konsekwensinya maka
partisi G baik dari koset kiri maupun koset kanan dari H adalah sama.
Buktikan !
Langkah-langkah untuk menunjukkan dua buah grup G dan G0 adalah iso-
morfis :
Teorema 6.4 Setiap grup siklik tak hingga, G, isomorfis dengan grup bilangan
bulat, Z, di bawah operasi penjumlahan.
• siklik;
Bab VI. Homomorphisma Grup antonius cp 47
• abelian;
• ordo grup;
Selain sifat struktural, ada sifat non-struktural yakni sifat yang tidak di-
awetkan oleh sebuah isomorfisma, sehingga perbedaan dua buah grup pada sifat
non-struktural ini tidak dapat dijadikan pedoman untuk menyatakan bahwa dua
buah grup tidak isomorfis. Beberapa contoh sifat non-struktural dapat dise-
butkan antara lain:
• grup memuat 5;
Teorema 6.5 Teorema Cayley. Setiap grup isomorfis dengan suatu grup per-
mutasi.
Bab VI. Homomorphisma Grup antonius cp 48
R4
(l) φ : F → R dengan φ(f ) = 0
f (x)dx, dimana F grup jumlahan semua
fungsi kontinu << ; < grup jumlahan bilangan riil.
(a) Z 2 × Z 3 kepada Z 6
(b) Z 2 × Z 5 kepada Z 10
16. Misalkan G adalah grup siklik. Buktikan bahwa siklik merupakan sifat
struktural dari G.
20. Misalkan [S, ∗] merupakan grup bilangan riil kecuali -1 dibawah operasi ∗
yang didefinisikan sebagai: a ∗ b = a + b + ab. Tunjukkan bahwa [S, ∗]
isomorphis terhadap [<∗ , ·], dimana <∗ = < − {0}.
Bab VI. Homomorphisma Grup antonius cp 51
21. Misalkan [S, ∗] grup bilangan riil kecuali -4. Didefinisikan pemetaan φ :
R∗ → S dengan aturan φ(x) = x − 4. Definisikan operasi biner ∗ pada S
agar φ isomorphisma.
22. Misalkan [S, ∗] grup bilangan riil kecuali -t. Didefinisikan pemetaan φ :
R∗ → S dengan aturan φ(x) = x − t. Definisikan operasi biner ∗ pada S
agar φ isomorphisma.
GRUP FAKTOR
(aH)(bH) = (ab)H
Dan pemetaan µ : G/H → φ(G) yang didefinisikan oleh µ(a ∗ H) = φ(a), meru-
pakan sebuah isomorphisma.
52
Bab VII. Grup Faktor antonius cp 53
(aH)(bH) = (ab)H
Definisi 7.1 Grup G/H seperti yang disebutkan dalam akibat di atas disebut
grup faktor (atau grup quotien) dari G modulo H
1. ghg −1 ∈ H, ∀g ∈ G dan h ∈ H.
2. gHg −1 = H, ∀g ∈ G.
3. gH = Hg, ∀g ∈ G.
Coba anda tunjukkan bagaimana ketiga kondisi tersebut diturunkan dari pengertian
subgrup normal! Untuk selanjutnya, guna menunjukkan sebuah subgrup meru-
pakan subgrup normal, maka dapat dipergunakan salah satu dari karakteristik di
atas.
(f) (Z 3 × Z 5 )/({0} × Z 5 )
(c) (2, 1)+ < (1, 1) > dalam (Z 3 × Z 6 )/ < (1, 1) >.
(d) (3, 1)+ < (1, 1) > dalam (Z 4 × Z 4 )/ < (1, 1) >.
Bab VII. Grup Faktor antonius cp 55
(e) (3, 1)+ < (0, 2) > dalam (Z 4 × Z 8 )/ < (0, 2) >.
(f) (3, 3)+ < (1, 2) > dalam (Z 4 × Z 8 )/ < (1, 2) >.
(g) (2, 0)+ < (4, 4) > dalam (Z 6 × Z 8 )/ < (4, 4) >.
3. Nyatakan benar atau salah setiap pernyataan berikut dan berikan alasan-
nya.
(a) Grup factor G/N dapat dibentuk jika hanya jika N merupakan sub-
grup normal pada grup G.
(f) Setiap grup factor dari grup non abelian adalah non abelian juga.
6. Tunjukkan bahwa jika sebuah grup hingga G memiliki tepat satu subgrup
H untuk suatu ordo tertentu, maka H merupakan subgrup normal pada G!
Bab ini merupakan awal dari bagian ketiga materi utama perkulia-
han Aljabar Abstrak. Pada bab ini disajikan tentang pengertian ring,
sifat-sifat dasar ring, konsep tentang subring, division ring dan field.
Konsep tentang homorfisma dan isomorfisma ring juga akan dibahas
secara singkat dalam bab ini karena konsep ini akan dipergunakan
dalam pembahasan beberapa konsep pada bagian ketiga buku ini,
seperti konsep field quotien dan ring polynomial. Sedangkan pemba-
hasan secara detail masalah homomorfisma dan isomorfisma ring ini
akan disajikan pada bagian keempat dalam buku ini.
Definisi 8.1 Ring. Sebuah ring [R, +, ·] adalah sebuah himpunan R dengan dua
operasi biner, penjumlahan, +, dan perkalian, ·, yang didefinisikan pada R, yang
∀a, b, c ∈ R memenuhi aksioma-aksioma berikut :
1. a + b ∈ R
2. a + (b + c) = (a + b) + c
3. ∃0 ∈ R, 3 ∀a ∈ R, 0 + a = a + 0 = a
4. ∀a ∈ R, ∃ − a ∈ R, 3 a + (−a) = (−a) + a = 0
56
Bab VIII. Ring dan Field antonius cp 57
5. a + b = b + a
6. a · b ∈ R
7. a · (b · c) = (a · b) · c
8. a · (b + c) = (a · b) + (a · c), dan (a + b) · c = (a · c) + (b · c)
Menurut aksioma 1-5, maka sebuah ring haruslah merupakan grup abelian
(komutatif) terhadap operasi penjumlahan. Untuk efisiensi, biasanya tanda ·
tidak dituliskan sehingga penulisan ab berarti a · b. Beberapa contoh himpunan
yang merupakan ring antara lain: himpunan bilangan bulat, Z; himpunan bi-
langan rasional, Q; himpunan bilangan riil, R; himpunan bilangan kompleks, C;
himpunan semua matriks berordo n × n dengan entri-entri riil, Mn (R); himpunan
semua fungsi f : R → R. Selanjutnya beberapa sifat dasar ring disebutkan dalam
teorema berikut.
Teorema 8.1 Jika R adalah ring yang memiliki identitas jumlahan 0, maka
∀a, b ∈ R,
1. 0a = a0 = 0,
3. (−a)(−b) = ab.
Bukti.
8.2 Subring
Analog dengan konsep subgrup dalam grup, maka dalam ring juga terdapat sub-
ring.
Definisi 8.2 Sebuah subset S pada suatu ring R, disebut subring pada R jika
S juga memenuhi semua aksioma ring.
Teorema 8.2 Sebuah subset S pada suatu ring R disebut subring pada R jika
memenuhi :
1. ∀a, b ∈ S, (a − b) ∈ S;
2. ∀a, b ∈ S, ab ∈ S.
Contoh: Setiap ring R pasti memiliki dua macam subring yakni R sendiri
dan {0}; Z merupakan subring pada R; R merupakan subring pada C.
2. φ(ab) = φ(a)φ(b)
Bahasan yang lebih lengkap tentang homomorfisma dan isomorfisma ring akan
disajikan pada bab 7.
Teorema 8.3 Jika R adalah ring dengan unity, maka identitas perkalian tersebut
adalah tunggal.
Bukti. Andaikan unity tidak tunggal; maka ada 1 6= 1∗ dan keduanya sama-
sama merupakan unity. Sekarang tinjau perkalian 1 · 1∗ . Dengan memandang 1
sebagai unity maka 1 · 1∗ = 1∗ , sebaliknya dengan memandang 1∗ sebagai unity
maka 1 · 1∗ = 1. Akibatnya 1 = 1∗ . Terjadi kontradiksi, sehingga pengandaian
salah.
Bab VIII. Ring dan Field antonius cp 60
Definisi 8.6 Misalkan R adalah ring dengan unity. Sebuah elemen a ∈ R disebut
unit jika a memiliki invers perkalian dalam R. Jika setiap elemen tak nol dalam
R merupakan unit, maka R disebut division ring. Division ring yang komutatif
disebut field. Division ring yang tidak komutatif disebut skew field.
Contoh: Z bukan merupakan field, sebab ada elemen tak nol dalam Z, mis-
alnya 2, yang bukan merupakan unit atau tidak memiliki invers perkalian dalam
Z. Unit dalam Z hanyalah 1 dan -1. Q dan R merupakan suatu field.
4. Hitunglah order dari ring M2 (Z2 ), dan daftarlah semua unit di dalamnya.
6. Jika U adalah himpunan semua unit dalam ring dengan unity, [R, +, ·],
tunjukkan bahwa [U, ·] merupakan grup.
9. Berikan suatu contoh dari sebuah ring dengan unity 1 yang memiliki subring
dengan unity 10 6= 1.
10. Jika E adalah subfield dari field F , tunjukkan bahwa unity dari E adalah
unity dalam F .
11. Tunjukkan bahwa invers perkalian dari suatu unit dalam ring dengan unity
adalah tunggal.
12. Tunjukkan bahwa subset S dari suatu ring R merupakan subring R jika
hanya jika ∀a, b ∈ S, (a − b) ∈ S dan ab ∈ S.
13. Tunjukkan bahwa interseksi dari subring-subring dari ring R juga memben-
tuk subring R; dan interseksi dari subfiel-subfielf dari field F juga mem-
bentuk subfield F .
14. Misalkan R adalah ring dan a adalah elemen tertentu dalam R. Misalkan
Ia = {x ∈ R|ax = 0}. Buktikan bahwa Ia merupakan subring R.
INTEGRAL DOMAIN
x2 − 5x + 6 = 0
Definisi 9.1 Jika a dan b adalah dua elemen tak nol pada suatu ring R sedemikian
hingga ab = 0, maka a dan b disebut pembagi nol.
62
Bab IX. Integral Domain antonius cp 63
Teorema 9.1 Pada ring Zn , pembagi nol adalah elemen-elemen yang tidak relatif
prima terhadap n.
Teorema 9.2 Hukum kanselasi dapat diterapkan pada sebuah ring yang tidak
memiliki pembagi nol.
Definisi 9.2 Sebuah ring komutatif dengan unity dan tidak memuat pembagi nol
disebut integral domain
Teorema 9.5 Jika R adalah ring dengan unity 1, maka R berkarakteristik n > 0
jika hanya jika n merupakan bilangan positif terkecil sedemikian hingga n · 1 = 0.
(c) x2 + 2x + 2 = 0 dalam Z6
(d) x2 + 2x + 4 = 0 dalam Z6
8. Jika R adalah ring berhingga dengan unity dan tidak memuat pembagi nol,
buktikan bahwa R adalah sebuah division ring.
9. Misalkan R adalah ring yang memiliki paling tidak 2 elemen, dan mis-
alkan untuk setiap elemen taknol a ∈ R, ada secara tunggal elemen b ∈ R
sedemikian hingga aba = a. Tunjukkan bahwa:
(b) bab = b
11. Tunjukkan bahwa jika D sebuah integral domain, maka {n · 1|n ∈ Z} meru-
pakan subdomain D yang termuat dalam setiap subdomain D.
Teorema 10.1 Fermat. Jika a ∈ Z dan p adalah prima yang tidak membagi a,
maka p membagi ap−1 − 1, yakni ap−1 ≡ 1 mod p untuk a 6= 0 mod p.
66
Bab X. Teorema Fermat dan Euler antonius cp 67
Teorema 10.3 Euler. Jika a adalah sebuah bilangan bulat yang relatif prime
terhadap n, maka aφ(n) − 1 terbagi oleh n, yakni aφ(n) ≡ 1 mod n.
Contoh : Dari contoh, n = 12. G12 = {1, 5, 7, 11} sehingga φ(12) = 4. Maka
14 ≡ 54 ≡ 74 ≡ 114 ≡ 1 mod 12
Akibatnya, jika a dan m adalah bilangan bulat yang saling relatif prima,
maka untuk setiap bilangan bulat b, kongruensi ax ≡ b mod m memiliki solusi
semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulo m.
Selanjutnya untuk kasus yang lebih umum, diberikan teorema berikut.
Bab X. Teorema Fermat dan Euler antonius cp 68
(a) 347 : 23
(b) 3749 : 7
17 )
(c) (2(2 + 1) : 19
(d) 71000 : 24
(a) 2x ≡ 6 mod 4
(a) 34! : 37
(b) 49! : 53
(c) 24! : 29
10. Hitunglah sebuah bilangan yang lebih besar dari 383838 yang juga membagi
n37 − n, untuk semua bilangan bulat positif, n.
Bab 11
Jika sebuah integral domain yang setiap elemen tak nolnya merupakan
unit, maka dia merupakan sebuah field. Tetapi, beberapa integral do-
main, seperti himpunan bilangan bulat, Z, tidak membentuk sebuah
field. Namun demikian dalam bab ini akan ditunjukkan bahwa se-
tiap integral domain dapat dipandang secara isomorfis, masuk men-
jadi bagian dalam suatu field tertentu yang disebut sebagai field quo-
tien dari integral domain. Field ini merupakan field minimal yang
memuat integral domain tersebut. Pembahasan akan diawali dengan
prosedur pembentukan field quotien dari sebuah integral domain. Ke-
mudian dibuktikan bahwa integral domain tersebut secara isomorfis
akan merupakan bagian dari field yang terbentuk. Pada bagian akhir
bab ini akan dibahas keunikan dari suatu field quotien.
70
Bab XI. Field Quotien dari Suatu Integral Domain antonius cp 71
S = {(a, b)|a, b ∈ D, b 6= 0}
Dua elemen (a, b) dan (c, d) dalam S dikatakan ekuivalen, dinotasikan (a, b) ∼
(c, d), jika hanya jika ad = bc. Sehingga sekarang S terbagi ke dalam kelas-kelas
ekuivalensi. Kelas ekuivalensi [(a, b)], misalnya, didefinisikan sebagai :
dan
[(a, b)] [(c, d)] = [(ac, bd)]
Dalam hal ini, field F disebut sebagai field quotien dari D. Hasil tersebut
kemudian dapat dikembangkan dengan menunjukkan bahwa F dapat dipandang
sebagai subfield dari setiap field L yang memuat D.
11.2 Keunikan
Teorema 11.3 Misalkan F adalah field quotien dari integral domain D, dan L
adalah sebarang field yang memuat D. Maka ada sebuah pemetaan ψ : F → L,
dengan aturan ψ(a) = a, untuk a ∈ D, yang merupakan isomorphisma dari F
dengan sebuah subfield L.
Teorema 11.4 Setiap field L yang memuat integral domain D, juga akan memuat
Field quotien dari D.
Teorema 11.5 Setiap dua field quotien dari sebuah integral domain D adalah
isomorphic.
(a) D = {n + mi|n, m ∈ Z}
√
(b) D = {n + m 2|n, m ∈ Z}
2. Misalkan R ring komutatif, dan T 6= {0} adalah subset tak kosong dari R
yang tertutup terhadap operasi perkalian dan tidak memuat pembagi nol.
Jika Q(R, T ) = {[(r, t)]|r ∈ R, t ∈ T }, maka:
(b) tunjukkan bahwa dalam Q(R, T ), setiap pasang elemen tak nol dari T
membentuk sebuah unit.
3. Buktikan bahwa setiap ring komutatif yang memuat sebuah elemen a yang
bukan pembagi nol, dapat dikembangkan menjadi ring komutatif dengan
unity.
RING POLINOMIAL
Pada bab ini disajikan sebuah struktur ring yang berisi polinom-
polinom, dimana koefisien pada masing-masing polinom merupakan
elemen pada suatu ring. Misalnya R[x] dimaksudkan sebagai him-
punan semua polinom dengan indeterminasi x dan koefisien-koefisiennya
berada dalam ring R. Selain konsep polinom dan ring polynomial,
dalam bab ini juga disajikan konsep homomorfisma evaluasi, nol dari
suatu polinom, dan algoritma pembagian dalam F [x] dengan F meru-
pakan suatu field.
Definisi 12.1 Misalkan R adalah ring. Polinom f (x) dengan koefisien dalam
R adalah sebuah penjumlahan formal takhingga ∞ i
P
i=0 ai x , dimana ai ∈ R dan
Teorema 12.1 Himpunan R[x] dari semua polinom dalam indeterminasi x den-
gan koefisien dalam ring R merupakan sebuah ring dibawah operasi penjumlahan
dan perkalian polinom. Selanjutnya jika R komutatif maka demikian juga R[x],
dan jika R memiliki unity 1 maka 1 juga merupakan unity dalam R[x].
74
Bab XII. Ring Polinomial antonius cp 75
Pengembangan selanjutnya dari teorema ini adalah jika D adalah sebuah inte-
gral domain maka demikian juga D[x]. Secara khusus, jika F merupakan sebuah
field, maka F [x] merupakan sebuah integral domain.
Teorema 12.2 Misalkan F adalah subfield dari field E, α adalah sebarang el-
emen dalam E, dan x adalah sebuah indeterminasi. Pemetaan φα : F [x] → E
dengan
φα (f (x)) = a0 + a1 α + ... + an αn
f (x) = a0 + a1 x + a2 x2 + ... + an xn
dan
f (x) = b0 + b1 x + b2 x2 + ... + bm xm
merupakan dua polinom dalam F [x], dengan an dan bm keduanya adalah elemen
tak nol dalam F [x] dan m > 0. Maka ada polinom-polinom q(x) dan r(x) dalam
F [x] sedemikian hingga f (x) = g(x)q(x) + r(x), dengan derajad dari r(x) kurang
dari m = derajad dari g(x).
1. Sebuah elemen a ∈ F merupakan nol dari f (x) ∈ F [x] jika hanya jika x − a
merupakan faktor dari f (x) dalam F [x].
2. Suatu polinom taknol f (x) ∈ F [x] yang berderajad n dapat memiliki paling
banyak n nol dalam field F .
(a) φ2 (x2 + 3)
(b) φ0 (2x3 − x2 + 3x + 2)
6. Gunakan teorema Fermat untuk mencari semua pembuat nol fungsi pada
Z5 dari polinom 2x219 + 3x74 + 2x57 + 3x44
7. Buktikan jika D integral domain, maka D[x] juga merupakan integral do-
main.
(d) f (x) = x4 + 5x3 − 3x2 dan g(x) = 5x2 − x + 2 dalam Z11 [x]
HOMOMORPHISMA RING
Bab ini merupakan awal dari bagian keempat materi utama perkuli-
ahan Aljabar Abstrak. Setelah pada bagian ketiga dibahas tentang
konsep ring, sifat-sifat dan macamnya, dan beberapa algoritma per-
hitungan yang berlaku dalam suatu ring, khususnya field, maka pada
bagian keempat ini dibahas tentang fungsi yang akan menghubungkan
sebuah ring dengan ring lainnya. Pada bab ini disajikan tentang
pengertian homomorfisma ring dan sifat-sifatnya, konsep kernel yang
juga analog dengan kernel dalam homomorfisma grup, dan terakhir
tentang isomorfisma ring.
dan
φ(ab) = φ(a)φ(b)
78
Bab XIII. Homomorphisma Ring antonius cp 79
2. ∀a ∈ R, φ(−a) = −φ(a);
5. Jika R memuat unity 1 dan φ(1) 6= 00 , maka φ(1) merupakan unity untuk
R0 .
13.2 Kernel
Definisi 13.2 Misalkan φ : R → R0 merupakan homomorphisma ring, maka
kernel dari φ, dinotasikan oleh Ker(φ), didefinisikan sebagai
Ker(φ) = {a ∈ R|φ(a) = 00 }
13.3 Isomorfisma
Definisi 13.3 Jika φ : R → R0 adalah homomorphisma yang satu-satu dan onto,
maka φ disebut isomorphisma.
Teorema 13.3 Misalkan < adalah himpunan ring-ring, dan untuk R, R0 ∈ <,
didefinisikan relasi R ∼ R0 jika ada isomorphisma φ : R → R0 . Maka ∼ meru-
pakan relasi ekuivalensi.
2. Untuk setiap pernyataan berikut, tentukan benar atau salah, dan berikan
alasannya!
(a + H) + (b + H) = (a + b) + H
dan
(a + H)(b + H) = (ab) + H
Dan pemetaan µ : R/H → φ(R) yang didefinisikan oleh µ(a + H) = φ(a), meru-
pakan sebuah isomorphisma.
81
Bab XIV. Ring Faktor (Quotien) antonius cp 82
14.2 Ideal
Definisi 14.1 Ideal. Suatu subring N dari ring R yang bersifat aN ⊆ N dan
N b ⊆ N , ∀a, b ∈ R, disebut ideal.
Contoh 1: Misalkan F adalah ring dari semua fungsi riil, dan misalkan K
adalah subring F yang berisikan semua fungsi konstan dalam F . Maka K bukan
ideal dari F , sebab tidak benar jika perkalian sebarang fungsi dengan suatu fungsi
konstan akan menghasilkan fungsi konstan lagi. Contohnya, perkalian antara
fungsi konstan f (x) = 2 dengan fungsi g(x) = sin(x) akan menghasilkan 2 sin(x)
yang bukan merupakan fungsi konstan.
Contoh 2: Misalkan F adalah ring dari semua fungsi riil, dan N adalah
subring yang berisikan semua fungsi f sedemikian hingga f (2) = 0. Maka N
merupakan ideal dari F . Hal ini bisa ditunjukkan sebagai berikut: Misal f ∈ N
dan g ∈ F . Maka (f g)(2) = f (2)g(x) = 0g(x) = 0. Sehingga f g ∈ N . Demikian
juga akan dapat dibuktikan bahwa gf ∈ N .
(a + N ) + (b + N ) = (a + b) + N
dan
(a + N )(b + N ) = (ab) + N
Bab XIV. Ring Faktor (Quotien) antonius cp 83
Definisi 14.2 Ring R/N seperti yang disebutkan dalam teorema di atas disebut
ring faktor (atau ring quotien) dari R modulo N
Catatan : Konsep ring quotien berbeda dengan konsep field quotien dari
suatu integral domain.
3. Berikan sebuah contoh subring dari ring Z ×Z yang bukan merupakan ideal
pada Z × Z.
4. Ada pernyataan: ”Ring faktor Z/4Z dan ring Z4 adalah isomorphis”. Benar
atau salah ? Berikan alasanya !
Bab XIV. Ring Faktor (Quotien) antonius cp 84
5. Berikan sebuah contoh untuk menunjukkan bahwa sebuah ring faktor dari
sebuah integral domain dapat memuat pembagi nol.
6. Carilah sebuah ideal, H, pada ring Z12 dan sebutkan semua elemen dalam
Z12 /H, yakni ring faktor dari Z12 modulo H.
9. Hitunglah ring faktor Z/4Z dan carilah sebuah ring yang isomorphis den-
gannya.
10. Berikan sebuah contoh untuk menunjukkan bahwa sebuah ring faktor dari
sebuah integral domain dapat merupakan sebuah field.
11. Carilah sebuah ideal pada ring Z12 yang berordo 4 dan hitunglah ring faktor
yang dibentuk oleh ideal tersebut.
12. Tunjukkan bahwa interseksi dari dua buah ideal pada ring R juga akan
membentuk ideal pada ring R.
13. Sebuah elemen a dalam ring R disebut nilpotent jika an = 0 untuk suatu
n ∈ Z + . Tunjukkan bahwa himpunan semua elemen nilpotent dalam se-
buah ring komutatif, R, merupakan sebuah ideal. (Himpunan semacam ini
disebut pula radikal dari R).
15. Misalkan R ring komutatif dan N ideal pada R. Jika setiap elemen pada
N adalah nilpotent dan radikal dari R/N adalah R/N sendiri, buktikan
bahwa radikal dari R adalah R.
Bab 15
Teorema 15.1 Jika R sebuah ring dengan unity, dan N adalah ideal pada R
yang memuat suatu unit, maka N = R.
Definisi 15.1 Sebuah ideal M pada ring R disebut ideal maksimal jika M
berbeda dari R sedemikian hingga tidak ada ideal proper N pada R yang memuat
M.
85
Bab XV. Ideal Maksimal dan Prima antonius cp 86
Teorema 15.2 Misalkan R ring komutatif dengan unity. Maka M adalah ideal
maksimal pada R jika hanya jika R/M merupakan suatu field.
1. Sebuah ideal M adalah maksimal jika hanya jika R/M merupakan field;
2. Sebuah ideal N merupakan prima jika hanya jika R/N merupakan integral
domain;
2. Nyatakan apakah pernyataan berikut ini benar atau salah dan berikan
alasannya.
Bab XV. Ideal Maksimal dan Prima antonius cp 87
(a) Setiap ideal prima dari setiap ring komutatif dengan unity merupakan
ideal maksimal.
(b) Setiap ideal maksimal dari setiap ring komutatif dengan unity meru-
pakan ideal prima.
1. Setiap ring dengan unity memiliki paling sedikit 2 unit yang berbeda. Benar
atau salah? Jelaskan!
3. Jika p prima maka untuk setiap bilangan bulat, a, berlaku ap−1 ≡ 1 mod p.
Benar atau salah? Jelaskan!
4. Jika diketahui < S, + > merupakan grup, < S − {0}, · > merupakan grup,
dan dalam S berlaku hukum distributif perkalian terhadap penjumlahan,
tunjukkan bahwa < S, +, · > merupakan division ring.
5. Jika ada, berikan sebuah contoh ring komutatif yang tidak memuat pembagi
nol tetapi bukan merupakan sebuah integral domain. Jelaskan!
7. Dimungkinkan bahwa sebuah subset dari suatu field akan merupakan sub-
ring tetapi bukan merupakan subfield. Benar atau salah? Jelaskan!
8. nZ akan memuat pembagi nol jika n bukan bilangan prima. Benar atau
salah? Jelaskan!
88
Kumpulan Soal Latihan antonius cp 89
10. Jika diketahui < S, + > merupakan grup, < S − {0}, · > merupakan grup,
dan dalam S berlaku hukum distributif perkalian terhadap penjumlahan,
tunjukkan bahwa S tidak memuat pembagi nol.
11. Jika ada, berikan sebuah contoh ring komutatif yang setiap elemen tak
nol-nya merupakan unit, tetapi bukan merupakan sebuah field. Jelaskan!
13. Jika R adalah ring dengan unity maka hukum kanselasi berlaku pada R.
Benar atau salah? Jelaskan!
15. Perkalian dua buah unit dalam Zn pasti akan menghasilkan unit juga. Benar
atau salah? Jelaskan!
16. Misalkan S adalah suatu himpunan dan S ∗ adalah kumpulan semua subset
dari S. Didefinisikan operasi biner + dan · dalam S ∗ sebagai berikut. A +
B = (A ∪ B) − (A ∩ B) dan A · B = A ∩ B, untuk setiap A, B ∈ S ∗ . Buatlah
tabel penjumlahan dan perkalian untuk S ∗ , jika S = {a, b}.
17. Jika M himpunan semua matrik berordo 2 yang invertible maka M meru-
pakan sebuah field. Benar atau salah? Jelaskan!
19. Jika R adalah ring dengan unity, maka unity pada R juga merupakan unity
dari setiap subringnya. Benar atau salah? Jelaskan!
21. Perkalian antara sebuah unit dan non unit dalam ring Zn tidak akan pernah
menghasilkan unit. Benar atau salah? Jelaskan!
Kumpulan Soal Latihan antonius cp 90
22. Misalkan S adalah suatu himpunan dan S ∗ adalah kumpulan semua subset
dari S. Didefinisikan operasi biner + dan · dalam S ∗ sebagai berikut. A +
B = (A ∪ B) − (A ∩ B) dan A · B = A ∩ B, untuk setiap A, B ∈ S ∗ . Buatlah
tabel penjumlahan dan perkalian untuk S ∗ , jika S = {1, 2, 3}.
23. Dengan operasi biner seperti dalam soal di atas, tunjukkan bahwa untuk
setiap S, maka S ∗ merupakan sebuah boolean ring.
(a) aksioma apa yang harus dibuktikan untuk menunjukkan bahwa [S, +, ·]
merupakan sebuah division ring? Jelaskan!
26. Tunjukkan bahwa setiap integral domain yang berkarakteristik 0 pasti meru-
pakan integral domain tak hingga!
(b) Jika D merupakan sebuah field maka setiap field quotien dari D akan
isomorphis terhadap D.
(c) Setiap elemen dalam integral domain, D, akan menjadi unit dalam
field quotien dari D.
(d) Misalkan R adalah ring, jika f (x) dan g(x) merupakan dua polinom
dalam R[x] yang masing-masing berderajad 3 dan 4, maka f (x)g(x)
selalu berderajad 7.
Kumpulan Soal Latihan antonius cp 91
(e) Jika R adalah ring, maka x tidak akan pernah menjadi pembagi nol
dalam R[x].
29. Carilah sebuah polinom dengan derajad 6= 0 yang merupakan unit dalam
Z4 [x]!
30. Tunjukkan bahwa sebuah polinom taknol f (x) ∈ F [x] yang berderajad n
dapat memiliki paling banyak n nol dalam field F !
(b) Semua bilangan bulat positif yang kurang dari n dan tidak membagi
habis n, merupakan unit dalam Zn .
(d) Misalkan R adalah ring, jika f (x) dan g(x) merupakan dua polinom
dalam R[x] yang masing-masing berderajad 2 dan 3, maka f (x)g(x)
bisa berderajad 6.
(e) Himpunan semua unit dalam sebuah ring akan membentuk sebuah
field.
34. Misalkan R adalah ring yang memiliki paling tidak dua elemen dan untuk
setiap elemen taknol a ∈ R, selalu ada dengan tunggal b ∈ R sedemikian
hingga aba = a. Tunjukkan bahwa R tidak memiliki pembagi nol!
Kumpulan Soal Latihan antonius cp 92
35. Carilah sebuah polinom berderajad 2 yang merupakan unit dalam Z6 [x]!
36. Tunjukkan bahwa karena suatu isomorphisme maka satu-satunya filed quoteint
dari himpunan bilangan bulat, Z, adalah himpunan bilangan rasional, Q.
(b) Hitunglah ring faktor yang dibentuk oleh ideal tersebut dan tentukan
ring yang isomorphis dengannya!
(a) Suatu ideal N dalam ring komutatif dengan unity, R, bisa menjadi
sama dengan R jika hanya jika unity pada R termuat dalam N .
(d) Jika a 6= 0 merupakan elemen yang termuat dalam sebuah ideal proper
non trivial pada Zn , untuk suatu n ∈ Z + , maka a relatif prime ter-
hadap n.
(e) Jika p prima, maka pZ selalu merupakan ideal maksimal pada ring
bilangan bulat, Z.
Kumpulan Soal Latihan antonius cp 93
40. Berikan sebuah contoh untuk menunjukkan bahwa ring faktor dari sebuah
ring yang memuat pembagi nol, dapat merupakan sebuah integral domain!
42. Carilah ideal prima dari Z × Z yang bukan merupakan ideal maksimal.
Daftar Pustaka
[1] Frank Ayres, JR, 1965, Theory and Problems of Modern Algebra, Schaum
Publishing Co, New York.
[2] Gede Kerta Widarma, 1990, Pengantar Teori Group (Struktur Aljabar I),
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
[3] I.N. Herstein, 1975, Topics in Algebra, John Wiley & Sons, New York.
[4] Jimmie Gilbert, Linda Gilbert, 1992, Elements of Modern Algebra, PWS-
KENT Publishing Co, Boston.
[6] M.D. Raisinghania, R.S. Aggarwal, 1980, Modern Algeba, S. Chand & Com-
pany, New Delhi.
[7] Theresia M.H. Tirta Seputro, 1992, Pengantar Dasar Matematika Logika
dan Teori Himpunan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
94
Antonius Cahya Prihandoko, adalah staf pengajar pada prodi
Pendidikan Matematika (FKIP) dan Program Studi Sistem
Informasi (PSSI) Universitas Jember. Menyelesaikan Sarjana
Pendidikan Matematika dari Universitas Jember pada 1992.
Meraih Master of Applied Science in Computer Science dan
Doctor of Philosophy in Information Technology dari James
Cook University, Australia, masing-masing pada 1999 dan
2015. Mengajar mata kuliah Aljabar Abstrak, Teori
Pengkodean, Logika dan Teori Himpunan, Kriptografi,
Matematika Dasar, Matematika Diskrit, dan Metodologi
P e n e l i t i a n .