Anda di halaman 1dari 3

NASKAH

-> Narator : Di sebuah Kerajaan hiduplah seorang pangeran yang


bernama Serunting. Dia memiliki sifat buruk yaitu iri hati terhadap apa yang
dimiliki orang lain. Pangeran Serunting itu diceritakan memiliki seorang
istri. Istrinya memiliki seorang adik yang bernama Aria Tebing. Artinya, Aria
merupakan adik ipar Pangeran Serunting. Serunting dan Aria Tebing
memiliki harta pribadi masing-masing yaitu ladang. Letak ladang mereka
bersebelahan yang hanya dipisahkan pepohonan yang tumbuh dinamakan
tanaman Cendawan. Namun, Cendawan yang tumbuh itu menghasilkan
sesuatu yang berbeda satu sama lain. Cendawan yang menghadap ke
arah ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan
Cendawan yang menghadap ke arah ladang milik Serunting tumbuh
menjadi tanaman parasit tanaman tidak berguna.

-> Serunting : kenapa pohon cendawan milik aria tebing menghasilkan


logam emas? kenapa milikku hanya menghasilkan tanaman parasit
sampah ini?! apakah aria tebing meracuni pohon cendawanku? tidak ini
tidak bisa dibiarkan aku harus menemuinya besok.

-> Narator : Keesokan harinya, Serunting menghampiri Aria tebing dengan


perasaan dendam dalam hatinya dan menuduh Aria tebing telah berbuat
curang.

-> Serunting : Hei, Aria tebing! Apa yang kau lakukan terhadap tanaman
cendawanku?

-> Aria tebing : apa maksudmu serunting? Aku tidak melakukan apa-apa
terhadap cendawanmu

 Serunting : Ah,bohong kamu! Pasti kamu telah berbuat curang


kepadaku, engkau telah membalik kayu pembatas itu sehingga
cendawan emas itu mengarah ke ladangmu! Jika kau berani lawan
lah aku

 Narator : Mendengar ini Aria Tebing merasa heran, dia merasa tidak
pernah berbuat apapun yang salah dan curang. Di tengah
kebingungan Aria Tebing, ia tahu bahwa kakak iparnya itu adalah
orang yang sakti, setelah lama berpikir, akhirnya Aria Tebing
mendapat ide.

 Aria tebing : Kakak, suami mu menuduhku kalau aku berbuat curang


terhadap lahannya dan pohon cendawannya padahal kenyataanya
tidak lalu dia mengajak ku bertarung, aku takut ka.. kakak mau kan
membantu adikmu ini? katakan apa kelemahan suami mu ka /wajah
memelas

 Istri serunting : Maaf adikku, aku tidak mau berkhianat pada


suamiku sendiri jika kau mau bertarung dengan suamiku maka
gunakanlah usahamu

 Aria tebing : Kak kumohon kau tau sendiri kalau suamimu adalah
orang sakti kalau aku bertarung dengannya mungkin kau tidak akan
melihat adikmu ini

 Istri serunting : Haaa baiklah adikku akan kuberitahu, kesaktian


suamiku berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun tak
tertiup angin

 Narator : Mendengar hal itu, Aria Tebing menancapkan tombak ke


ilalang tersebut. Ini dilakukan sebelum dirinya bertanding. Kemudian,
keduanya bertempur hingga Serunting kalah dengan kondisi terluka
parah.

 Serunting : Bagaimana bisa aku kalah darimu? Ini tidak mungkin!


 Aria Tebing : Maafkan aku tapi kakakku mmemberi tahu
kesaktianmu kalau tidak aku akan kalah dan kamu akan berasumsi
bahwa aku telah berlaku curang.

 Narator : Serunting merasa terkhianati oleh istrinya sendiri akhirnya


ia pergi mengembara, ia bertapa di Gunung Siguntang. Saat sedang
bertapa, dia mendengar suara Hyang Mahameru. 

 Hyang Mahameru : Hai anak muda, maukah engkau menndapatkan


kekuatan gaib?

 Serunting : Saya sangat mau wahai Sang Hyang Mahameru

 Hyang Mahameru : Baiklah, tapi ada syaratnya yaitu engkau harus


bertapa di bawah pohon bambu hingga daun bambu itu menutupi
seluruh tubuhmu

 Narator : Dua tahun berlalu, akhirnya daun-daun dari pohon bambu


sudah menutupi tubuh Serunting. Sesuai dengan janjinya, Sang
Hyang Mahameru kembali mendatangi Serunting.

 Hyang Mahameru : Wahai, anak muda. Karena engkau telah


berhasil melaksanakan syarat itu dengan baik, maka kini saatnya aku
menurunkan ilmu kesaktian kepadamu. Yaitu apa yang engkau
ucapkan maka akan berubah menjadi kutukan

 Narator : Dengan perasaan gembira, Pangeran Serunting segera


pulang ke kampung asalnya, Dalam perjalanan pulang, terbersit di
pikirannya untuk menjajal kesaktian yang baru diperolehnya itu.

 Serunting : Wah ada pohon tebu! Aku akan mencoba kekuatanku.


Wahai pohon tebu jadilah batu

 Narator : Dan dalam sekejap, pohon-pohon tebu tersebut menjadi


batu. Tak hanya itu, disepanjang tepi Sungai Iambi, dia kembali
mengutuk semua orang yang dijumpainya

Anda mungkin juga menyukai