Medicine; klinis dalam pemilihan jenis tatalaksana terbaik untuk pasien aneurisma serebral
Vol.10 No.2 Juni 2011: hal. 97–106
TINJAUAN PUSTAKA
Erfen G. Suwangto
ABSTRACT
A cerebral or brain aneurysm is a cerebrovascular disorder in which weakness Departemen Etika, Fakultas
in the wall of a cerebral artery or vein causes a localized dilatation or balloon- Kedokteran Universitas Katolik
ing of the blood vessel. There are many clinical considerations that should be Indonesia Atma Jaya. Jl. Pluit Raya
made in choosing the best treatment. Currently there are two treatment options No. 2, Jakarta Utara 14440.
for ruptured brain aneurysms: surgical clipping or endovascular coiling. These
two methods have their own benefits and risks. In addition, unruptured brain
aneurysms treatment even needs more difficult clinical considerations. Experi-
enced clinician with their experienced skills and good clinical considerations
should be combined in choosing the best cerebral aneurism treatment.
Key words: cerebral aneurysm, clinical considerations, the best treatment
INSIDENSI DAN PENYEBAB diameter <15 mm; (b) aneurisma sakuler sedang
dengan diameter antara 15–25 mm; (c) aneu-risma
Umumnya diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari
sakuler besar dengan diameter <25–50 mm; dan
20 tahun dengan persentase 6% di seluruh dunia dan
(d) aneurisma sakuler raksasa dengan diameter
angka kematian lebih dari 50%. Aneurisma me-
>50 mm. Aneurisma Berry adalah aneurisma
nimbulkan gejala setelah umur 40–60 tahun. Wanita
sakular yang leher dan batangnya menyerupai
dewasa lebih banyak mengalami aneurisma serebral
buah beri.
dibandingkan pria dewasa (3:2).1,3 Aneurisma dapat
juga terjadi pada anak-anak dengan jumlah anak laki- 3. Aneurisma tipe disekting (<1%).
laki sedikit lebih banyak daripada anak perempuan.
Pada anak-anak biasa disebabkan oleh kejadian se- PATOFISIOLOGI
telah trauma atau jamur. Sedangkan pada orang de-
Aneurisma sakular berkembang dari defek lapisan otot
wasa disebabkan oleh proses degeneratif.
(tunika muskularis) pada arteri. Perubahan elastisitas
Penyebab tersering dari aneurisma serebral2 adalah membran dalam (lamina elastika interna) pada arteri
sebagai berikut. Pertama, trauma pembuluh darah yang otak, dipercayai melemahkan dinding pembuluh darah
diinduksi oleh kelainan hemodinamika dan degeneratif dan mengurangi daya tahan arteri otak terhadap
seperti tekanan darah tinggi. perubahan dalam pembuluh darah. Perubahan ini
banyak terjadi pada pertemuan pembuluh darah yang
Kedua, penumpukan lemak dan pengapuran pembuluh
aliran darahnya turbulen dan tahanan aliran darah pada
darah (aterosklerosis), terutama pada aneurisma tipe
dinding arteri paling besar.2
fusiformis.
Aneurisma fusiformis berkembang dari arteri serebri
Ketiga, kelainan pembuluh darah seperti displasia fibro-
yang berliku yang biasanya berasal dari pembuluh
muskular.
darah vertebro-basiler dan diameternya bisa mencapai
Keempat, aliran darah yang sangat tinggi, seperti beberapa sentimeter. Pasien aneurisma fusiformis khas
malformasi arteri vena dan fistula. mengalami gejala kompresi saraf otak, tetapi tidak
selalu disertai pendarahan subaraknoid.2
Penyebab lain yang jarang terjadi antara lain karena
trauma, infeksi, obat-obatan, dan tumor (neoplasma Sedangkan aneurisma diseksi diakibatkan oleh ne-
primer maupun metastasis). krosis atau trauma pada arteri yang menyebabkan
darah masuk melalui tunika intima yang robek atau
KLASIFIKASI pendarahan interstisial (terutama di aorta) sehingga
memberi gambaran seperti gumpalan darah di sepan-
Berdasarkan bentuknya, aneurisma dapat dibedakan
jang pembuluh darah.2
menjadi aneurisma tipe fusiformis dan aneurisma tipe
sakular atau aneurisma kantung, dan aneurisma tipe Aneurisma serebral dapat timbul lebih dari satu (multi-
disekting.2 pel) pada 10–30 % kasus. Kira-kira 75% dari kasus
multipel aneurisma tersebut memiliki 2 aneurisma, 15%
1. Tipe aneurisma tipe fusiformis (5–9%). Penderita
memiliki 3 aneurisma, dan 10 % memiliki lebih dari 3
aneurisma ini mengalami kelemahan din-ding
aneurisma. Aneurisma multipel lebih banyak diidap oleh
melingkari pembuluh darah setempat sehingga
wanita daripada pria, yaitu sekitar 5:1, perbandingan
menyerupai badan botol. Paling sering disebabkan
ini akan meningkat menjadi 11:1 pada pasien yang
oleh aterosklerosis (penumpukan lemak dalam
memiliki lebih dari 3 aneurisma.3
pem-buluh darah).
Aneurisma multipel juga berhubungan dengan vasku-
2. Aneurisma tipe sakular atau aneurisma kantung
lopati, seperti penyakit fibromuskuler dan penyakit
(90–95%). Pada aneurisma ini, kelemahan hanya
jaringan ikat yang lain. Aneurisma multipel dapat terjadi
pada satu per-mukaan pembuluh darah sehingga
simetris bilateral (disebut aneurisma cermin) atau ter-
dapat berbentuk seperti kantung dan mempunyai
letak asimetris pada pembuluh darah yang berbeda.
tangkai atau leher. Dari seluruh aneurisma dasar
Multipel aneurisma dapat terjadi pada satu arteri yang
tengkorak, kurang lebih 90% merupakan aneu-
sama.
risma sakuler.
MRI atau angiogram. Diagnosis pasti aneurisma pem- Untuk pasien yang tidak efektif diterapi dengan "Tripel
buluh darah otak, beserta lokasi dan ukuran aneurisma H", dapat diterapi dengan memasukkan balon angio-
dapat ditetapkan dengan menggunakan pemeriksaan plasti ke dalam pembuluh darah arteri yang tersumbat
angiogram yang juga dipakai sebagai panduan dalam untuk melebarkan pembuluh darah tersebut sehingga
pembedahan.1 meningkatkan aliran darah ke otak. Direkomendasi-
kan bahwa evaluasi aneurisma dilakukan pada pusat-
Biasanya pungsi lumbal tidak perlu dilakukan, kecuali
pusat spesialistik yang menyediakan tenaga ahli be-
jika diduga terdapat meningitis atau infeksi lainnya.
dah saraf maupun ahli radiologi intervensi, yang ke-
Jika diperlukan, bisa dilakukan pungsi lumbal untuk
duanya sama-sama dapat melakukan angioplasti tan-
melihat keberadaan darah di dalam cairan serebrospi-
pa harus saling merujuk.6
nal. Kemungkinan juga bisa terjadi leukositosis yang
tidak terlalu berarti.1
VASOSPASME
kinkan, kedua jenis terapi ini dilakukan pada 24 jam an 22,6% lebih tinggi daripada kliping operatif. Hasil
pertama setelah pendarahan untuk mengatasi aneu- penelitian tersebut hampir sama dengan grup penelitian
risma yang ruptur, serta mengurangi risiko pendarahan yang lain.10
ulang.7,8
Namun, tidak ada penelitian yang menunjukkan bah-
Kliping operatif wa semakin tinggi angka kekambuhan setelah koiling
Kliping operatif diperkenalkan pada tahun 1937. Terapi endovaskuler, maka semakin tinggi pula risiko pen-
ini mencakup kraniotomi (pembukaan tengkorak), me- darahan ulang. Penelitian ISAT menggarisbawahi
lihat aneurismanya, dan menutup dasar aneurisma bahwa tidak ada peningkatan risiko pendarahan ulang
dengan klip yang dipilih khusus sesuai dengan area dan angka kematian akibat pendarahan subaraknoid
terjadinya aneurisma. Pemasangan klip logam kecil di turun 7% setelah terapi koiling endovaskuler. Pada
dasar aneurisma bertujuan supaya bagian dari pem- penelitian ISAT, perlunya terapi ulang aneurisma de-
buluh darah yang menggelembung itu tertutup dan tidak ngan koiling endovaskuler sebesar 6,9 kali lebih besar
bisa dilalui oleh darah.1 Teknik operasi ini telah berkem- daripada terapi kliping operatif.11
bang dan menurunkan angka kekambuhan aneurisma. Oleh karena itu, terlihat bahwa koiling endovaskuler
Koiling endovaskuler menyebabkan pemulihan pasien aneurisma lebih cepat
daripada kliping operatif, tetapi meningkatkan angka
Koiling endovaskuler diperkenalkan tahun 1991. Tek- kekambuhan setelah terapi. Data untuk aneurisma
nik ini dilakukan dengan pemasangan kateter melalui yang tidak ruptur, sedang dikumpulkan.
pembuluh nadi paha (arteri femoralis) menuju aorta,
pembuluh nadi otak, dan akhirnya ke aneurismanya. Pasien yang menjalani koiling endovaskuler perlu
Dengan bantuan sinar X, dipasang koil logam di tem- menjalani serangkaian pemeriksaan seperti MRI (Mag-
pat aneurisma pembuluh darah otak tersebut. Ketika netic Resonance Imaging), MRA (Magnetic Resonance
kateter berada di dalam aneurisma, koil platina Angiogram), CTA (Computerized Tomography Angio-
didorong masuk ke dalam aneurisma, lalu dilepaskan. gram), atau angiografi, untuk mendeteksi kekambuhan
Setelah itu dialirkan arus listrik ke koil logam tersebut, dini. Jika terdeteksi adanya kekambuh-an, aneurisma
dan diharapkan darah di tempat aneurisma itu akan harus diterapi ulang, dengan kliping operatif maupun
membeku dan menutupi seluruh aneurisma tersebut.1 koiling endovaskuler lagi. Risiko kliping operatif sangat
tinggi pada pasien yang sebelumnya menjalani terapi
Koil-koil ini akan merangsang reaksi pembekuan di da- koiling endovaskuler. Pada akhirnya, keputusan apakah
lam aneurisma sehingga dapat menghilangkan aneuris- terapi menggunakan kliping operatif atau koiling endo-
ma itu sendiri. Teknik ini hanya memerlukan insisi kecil vaskuler, harus dilakukan oleh tim yang telah ber-
sebagai tempat masuknya kateter. Pada kasus aneu- pengalaman memakai kedua teknik terapi tersebut.
risma dengan leher yang lebar, sebuah sten dipasang
pada pembuluh darah nadi sebagai pemegang kumpar- Indikasi operasi pada pasien yang mengalami pen-
an, namun studi pemasangan sten jangka lama dalam darahan subaraknoid, dapat dibagi berdasarkan derajat
pembuluh darah otak belum dilakukan. klinis. Faktor lain yang penting diperhatikan adalah ke-
adaan umum pasien, ukuran aneurisma, lokasi aneu-
Manfaat risma, dan aksesibilitas lokasi untuk dilakukannya ope-
Keduanya memiliki risiko yang sama dalam menim- rasi, serta ada tidaknya trombus.
bulkan stroke dan kematian.9 Namun, percobaan ISAT Untuk pasien yang mengalami pendarahan sub-
(International Subarachnoid Aneurysm Trial) menunjuk- araknoid derajat ringan atau sedang (skala Hunt-Hess
kan bahwa risiko ruptur aneurisma turun 7% lebih ren- dan WFNS derajat 1–3), tatalaksana operasi sangat
dah setelah dilakukan terapi koiling endovaskuler dari- dianjurkan karena komplikasi pendarahan subaraknoid
pada terapi kliping operatif. Tetapi terapi koiling endovas- melebihi risiko komplikasi akibat operasi.5
kuler memiliki angka kekambuhan yang lebih tinggi
setelah dikonfirmasi dengan angiografi. Untuk pasien yang mengalami pendarahan subarak-
noid derajat berat (skala Hunt-Hess dan WFNS derajat
Contohnya, penelitian tahun 2007 di Paris mengindika- 4–5), tatalaksana operasi masih kontroversial dan
sikan bahwa 28,6% kekambuhan aneurisma terjadi se- sebagian besar diserahkan kepada masing-masing
telah satu tahun dilakukan koiling endovaskuler dan institusi medis. Prognosisnya buruk, dengan ataupun
kekambuhan akan meningkat sejalan lamanya waktu. tanpa intervensi bedah.5
Tetapi, koiling endovaskuler memiliki angka kesembuh-
Pasien dengan derajat pendarahan subaraknoid yang WAKTU UNTUK MELAKUKAN INTERVENSI
lebih berat atau keadaan umum yang buruk, yang tidak BEDAH
boleh dioperasi segera, dapat menjalani operasi koiling Waktu untuk melakukan intervensi bedah pada
endovaskuler jika sudah membaik.5 pendarahan subaraknoid menjadi kontroversial selama
Indikasi untuk bedah kliping aneurisma, antara lain5 (1) lebih dari 30 tahun.
ukuran aneurisma yang besar dan sangat besar; (2) Manfaat operasi pendarahan subaraknoid yang dilaku-
aneurisma dengan leher yang lebar; (3) pembuluh darah kan segera (dalam 0–3 hari), antara lain5 (1) mencegah
yang keluar dari aneurisma; (4) efek massa atau he- pendarahan ulang, yang berhubungan dengan tingginya
matoma yang berhubungan dengan aneurisma; (5) angka kematian. (2) Profilaksis yang memungkinkan
aneurisma rekurens setelah koiling endovaskuler. untuk melawan vasospasme dengan mengeluarkan
bekuan darah subaraknoid. (3) Pencegahan dan terapi
Indikasi koiling endovaskuler, antara lain 5 (1) pasien
komplikasi iskemik. (4) Pencegahan komplikasi medis.
dengan derajat klinis yang buruk; (2) pasien dengan
(5) Pengurangan lama rawat inap.
keadaan umum yang tidak stabil; (3) pada lokasi
aneurisma yang meningkatkan risiko operasi, seperti Kerugian operasi segera pada pendarahan subarak-
sinus kavernosus dan aneurisma di dasar tengkorak; noid, antara lain5 (a) masalah teknis yang berhubungan
(4) aneurisma berleher kecil di fosa posterior; (5) pasien dengan edema jaringan otak. (b) risiko tinggi ruptur
dengan vasospasme dini; (6) pada kasus aneurisma aneurisma intraoperatif. (c) Angka morbiditas dan mor-
yang sulit untuk ditetapkan lehernya; dan (7) risiko talitas yang lebih tinggi.
operasi tinggi pada pasien dengan aneurisma multipel
Manfaat operasi pendarahan subaraknoid yang di-tunda
dengan lokasi arteri berbeda.
(lebih dari 10 hari setelah pendarahan), antara lain5 (1)
edema jaringan otak sudah berkurang. (2) Risiko ruptur
INDIKASI OPERASI
aneurisma intraoperatif yang lebih rendah. (3) Angka
Untuk aneurisma simtomatik yang belum ruptur morbiditas dan mortalitas akibat operasi yang lebih
rendah. (4) Penjadwalan operasi yang fleksibel.
Operasi biasanya diindikasikan untuk pasien dengan
aneurisma simtomatik yang belum ruptur karena angka Sementara itu, kerugian operasi yang ditunda, antara
kejadian rupturnya tinggi. Sebagian besar aneu-risma lain5 (a) meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
simtomatik memiliki ukuran yang besar. Pasien dengan karena pendarahan ulang; dan (b) kesulitan teknis
aneurisma berukuran besar, meningkatkan risiko karena perlekatan di sekitar aneurisma.
operasi, tetapi risiko yang ditimbulkan akan lebih besar The International Cooperative Study on Timing of An-
jika aneurisma tersebut ruptur.5 eurysm Surgery menemukan hal-hal sebagai berikut5:
Untuk aneurisma asimtomatik 1. Hasil operasi biasanya lebih baik jika operasi di-
tunda. Namun, angka morbiditas dan mortalitas
Risiko rupturnya aneurisma meningkat, tergantung pa-
lebih besar pada operasi yang ditunda (sebesar
da ukuran aneurisma. Tetapi belum diketahui ukuran
30% pada pasien dengan skala Hunt-Hess dan
aneurisma yang meningkatkan risiko ruptur.5 WFNS derajat 1–2). Secara keseluruhan, dapat
dibandingkan antara operasi yang dilakukan
Aneurisma yang belum ruptur dilaporkan pada akhir-
segera dengan operasi yang ditunda dengan pe-
nya ruptur dengan angka kejadian 1–1,4% per tahun.
ngecualian pada pasien dengan skala Hunt-Hess
Sebagian besar peneliti menyebutkan bahwa risiko ope-
dan WFNS derajat 1–2 yang mendapat hasil yang
rasi lebih kecil daripada risiko efek massa dan ruptur lebih baik jika operasi segera dilakukan. Oleh ka-
aneurisma pada pasien kurang dari usia 65 tahun yang rena itu, banyak pusat kesehatan yang memutus-
ukuran aneurismanya lebih dari 1 cm. Pengaruh ukuran kan untuk melakukan operasi segera untuk pa-
aneurisma masih kontroversial.5 sien dengan skala Hunt-Hess dan WFNS derajat
1–2.
Metode bedah untuk terapi pendarahan subaraknoid
telah berkembang pesat dengan penemuan teknik be- 2. Untuk pasien dengan skala Hunt-Hess dan WFNS
dah mikroskopis dan terapi endovaskuler. derajat 3, belum ada kesepakatan pasti.
3. Banyak penelitian yang tidak menunjukkan perbe-
daan angka morbiditas dan mortalitas antara ope-
rasi segera dan operasi yang ditunda.
4. Penelitian pada tahun 1995 di Jepang menunjuk- Komplikasi koiling endovaskuler yang sering terjadi,
kan bahwa operasi segera sangat bermanfaat. antara lain ruptur aneurisma, tromboembolisme dengan
defisit neurologis akut atau tertunda, dan ruptur balon
5. Pengalaman bedah mikro yang semakin besar
atau deflasi.5
dan perkembangan neuroanestesi beserta tata-
laksana neurointensif, sepertinya meningkatkan
DILEMA TERAPI ANEURISMA YANG TIDAK
hasil dari operasi yang dilakukan segera. RUPTUR
6. Waktu untuk melakukan tatalaksana operasi pa-
Aneurisma yang sudah ruptur, harus diterapi untuk men-
da pasien dengan skala Hunt-Hess dan WFNS
cegah pendarahan ulang (kecuali terjadi ketidakstabilan
derajat 4–5, disesuaikan secara individual dengan
hemodinamika, usia yang sangat lanjut, atau mati ba-
memperhatikan (a) temuan pada pemeriksaan
tang otak). Tetapi, jika aneurisma tersebut tidak ruptur,
klinis dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) saat
ini akan menjadi dilema tersendiri. Jika ingin diterapi,
masuk; (b) bukti CT scan dari kerusakan otak; (c)
timbul dilema tentang jenis terapi yang akan dipilih.
tekanan intrakranial; (d) masalah medis pe-nyerta;
(e) ada tidaknya vasospasme pembuluh darah Keputusan dalam memberikan terapi bersifat individu-
otak. alistik dan harus ditetapkan oleh dokter yang berpeng-
alaman. Pemilihan terapi harus memperhatikan riwayat
Data menunjukkan bahwa beberapa pasien dengan
pasien atau risiko jika tidak diterapi. Risiko terapi dan
skor GCS awal kurang dari 5, prognosisnya membaik
risiko tidak diterapi, bervariasi tergantung faktor pasien
jika dilakukan (1) drainase ventrikuler dipasang segera;
atau faktor aneurismanya sendiri. Faktor pasien, misal-
(2) tekanan intrakranial tidak lebih dari 30 mmHg; (3)
nya usia dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor aneu-
angiografi menunjukkan penampakan kontras yang
risma terdiri dari ukuran, lokasi, dan bentuk aneurisma.
normal dalam pembuluh darah otak.
Risiko riwayat pecahnya aneurisma yang belum ruptur,
Pasien yang terbukti mengalami kerusakan otak, pe-
tidak diketahui secara pasti. Tetapi, penelitian ISUIA
ningkatan tekanan intrakranial, dan pengisian kontras
(International Study of Unruptured Intracranial Aneu-
yang buruk pada angiografi pembuluh darah otak,
rysm) menunjukkan bahwa risiko rupturnya aneurisma
memiliki prognosis yang buruk, terlepas dari terapi yang
berukuran kecil hanya 0,05 % per tahun.12 Kemudian
diberikan.
penelitian ISUIA yang lain menunjukkan bahwa aneu-
Secara keseluruhan, prognosis buruk tetap terjadi pa- risma berukuran 7 mm pada pembuluh darah otak
da pasien yang mengalami pendarahan subaraknoid bagian depan, memiliki risiko 0% untuk mengalami rup-
dengan skala Hunt-Hess dan WFNS yang buruk, ter- tur dalam jangka waktu 5 tahun. Tetapi, jika dulunya
lepas mereka dioperasi atau tidak. Oleh karena terapi telah pernah mengalami aneurisma dan jika lokasi
operatif bermanfaat pada beberapa pasien dalam kate- aneurisma berada di lokasi lain (misalnya daerah basal
gori ini, banyak ahli yang menyarankan terapi operatif. dan posterior/belakang), tentu risiko ruptur jauh lebih
besar.
KOMPLIKASI OPERASI
Penelitian ISUIA juga menyatakan bahwa angka
Komplikasi kliping operatif, antara lain: 5 kecacatan dan kematian 1 tahun setelah operasi tanpa
pendarahan subaraknoid, sebesar 6,5% untuk pasien
1. Komplikasi pendarahan berusia 45 tahun, 14,4% untuk pasien berusia 45-65
2. Komplikasi iskemik tahun, dan 32% untuk pasien 64 tahun. Peneliti ISUIA
menyimpulkan bahwa risiko operasi lebih besar
3. Kerusakan pembuluh darah utama dan cabang- daripada manfaatnya jika pasien memiliki aneurisma
cabangnya 10 mm tanpa pendarahan subaraknoid sebelumnya.
4. Trauma iatrogenik yang mengakibatkan defisit Risiko kecacatan dan kematian akibat operasi
neurologis akut atau tertunda aneurisma yang belum ruptur, diperkirakan masing-
masing sebesar 4–10,9% dan 1–3 %.13,14
5. Meningitis
Pada studi bersama aneurisma serebral dan pendarah-
6. Selulitis dan infeksi luka an subaraknoid, ditemukan bahwa diameter aneurisma
7. Sindroma posoperatif yang nonspesifik, mirip yang kritis untuk ruptur adalah berukuran 7–10 mm.
dengan sindroma poskonkusif Penelitian lain banyak juga yang mengungkap tingginya
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
3. Brisman JL, Song JK, Newell DW. Cerebral aneu- 12. Unruptured intracranial aneurysms--risk of rupture
rysms. N Engl J Med. 2006;355 (9): 928-39. and risks of surgical intervention. International Study
of Unruptured Intracranial Aneurysms Investigators.
4. Appel, Jacob M. Health care hard to recognize, tough N Engl J Med.1998;339(24):1725-33.
to define, Albany Times Union: Nov. 12, 2009.
13. Cloft HJ, Kallmes DF. Aneurysm packing with
5. Oman JA. Subarachnoid Hemorrhage Surgery. HydroCoil Embolic System versus platinum coils: ini-
eMedicine Journal [serial online]. 2011. Available at: tial clinical experience. AJNR Am J
http://emedicine.medscape.com/article/247090-- Neuroradiol.2004;25 (1):60-2.
overview.
14. Solomon RA, Fink ME, Pile-Spellman J. Surgical man-
6. Gallo GL, Rafael Tamargo. Leukocyte-endothelial cell agement of unruptured intracranial aneurysms. J
interactions in chronic vasospasm after subarach- Neurosurg.1994;80 (3):440-6.
noid hemorrhage. Neurol. Res.2006; 28 (7): 750-8.
15. Juvela S, Porras M, Heiskanen O. Natural history of
7. Bederson JB, Connolly ES Jr, Batjer HH, Dacey RG, unruptured intracranial aneurysms: a long-term fol-
Dion JE, Diringer, et al. Guidelines for the manage- low-up study. J Neurosurg.1993;79 (2):174-82.
ment of aneurysmal subarachnoid hemorrhage : a
statement for healthcare professionals from a spe- 16. Tsutsumi K, Ueki K, Morita A, Kirino T. Risk of rupture
cial writing group of the Stroke Council, American from incidental cerebral aneurysms. J
Heart Association. Stroke. 2009;994-1025. Neurosurg.2000;93(4):550-3
8. Subarachnoid Hemorrhage. In: Goldstein L. A Primer 17. Jeanette H, Rinkel G, Algra A, Gijn JV. Case-Fatality
on Stroke Prevention and Treatment - An Overview Rates and Functional Outcome after Subarachnoid
based on AHA/ASA Guidelines. Dallas, TX: Wiley- Hemorrhage: A Systematic Review. Stroke.1997; 28
Blackwell;2009. (3): 660-4.
9. Raja PV, Huang J, Germanwala AV, Gailloud P, Murphy 18. Ljunggren B, Sonesson B, Säveland H, Brandt L.
KP, Tamargo RJ. Microsurgical clipping and Cognitive impairment and adjustment in patients
endovascular coiling of intracranial aneurysms: A without neurological deficit after aneurysmal SAH and
critical review of the literature. Neurosurgery.2008; early operation. Journal of Neurosurgery.1985; 62 (5):
62: 1187-202. 673-9.
10. Piotin M, Spelle L, Mounayer C, Salles-Rezende MT, 19. Khurana VG. Gene therapy. www.brain-
Giansante-Abud D, Vanzin-Santos R, et al. Intracra- aneurysm.com [serial online]. 2011. Available at: http:/
nial aneurysms: treatment with bare platinum coils- /www.brain-aneurysm.com/gth.html
aneurysm packing, complex coils, and angiographic
recurrence. Radiology. 2007; 243 (2): 500-8.
11. Campi A, Ramzi N, Molyneaux AJ, Summers PE, Kerr
RS, Sneade M, et al. Retreatment of ruptured cere-
bral aneurysms in patients randomized by coiling or
clipping in the International Subarachnoid Aneurysm
Trial (ISAT). Stroke. 2007;38 (5): 1538-44.