Anda di halaman 1dari 5

‫ قَا َل‬:‫َوع َْن أ َ ِب ْي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬

َ ‫ “ت َ ِع‬: ‫َّللا صلى هللا عليه و سلم‬


‫ـس عَـ ْب ُد‬ ِ ‫س ْو ُل ه‬ ُ ‫َر‬
،‫ي‬َ ‫ض‬ِ ‫ر‬َ ‫ي‬
َ ‫ط‬ ِ ْ
‫ع‬ ُ ‫أ‬ ْ
‫ن‬ ‫إ‬
ِ ، ‫ة‬ِ َ ‫ف‬‫ي‬ْ ‫ـ‬ ‫ط‬
ِ َ ‫ق‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ـم‬
ِ َ
‫ه‬ ‫ِّر‬
ْ ‫د‬ ِ ‫ال‬ ‫و‬
َ ‫ار‬
ِ َ ‫ال ِ ِّد ْين‬
ُّ‫” أ َ ْخ َر ََجهُ ا ْلبُ َخ ِار‬.‫ض‬ َ ‫ط لَ ْم يَ ْر‬ َ ‫َو ِإ ْن لَ ْم يُ ْع‬

Dari Abū Hurairah RA, ia berkata: Rasūlullāh SAW


bersabda: “Celaka budak dinar dan budak dirham, dan
budak kain qathīfah. Kalau diberikan dunia, dia senang
dan kalau tidak mendapatkan dunia , diapun tidak rela
(marah).” (HR Bukhāri)
‫َمعَانِي ا ْل ُم ْف َردَا ِ‬
‫ت‬
‫سقَ َ‬
‫طَ= ‪Celaka‬‬ ‫أَيَ َهلَ َك َ‬
‫َوَ َ‬ ‫‪ ‬ت َ ِع ََ‬
‫س=‬
‫ر ِبيَّةٌَ=)‪Dinar (dari emas‬‬
‫عَ‬‫ع ْملَةٌَ َ‬
‫ُ‬ ‫َارَ=‬
‫‪ِ ‬د ْين ٌ‬
‫نُقُ ْو ٌدَ) ‪Dirham ( dari‬‬ ‫‪ِ ‬د ْر َه ٌمَ= (ج) َد َرا ِه ٌمَأَيَ ِق ْ‬
‫طعَةٌَ َما ِلَيَّةٌَ(‬
‫= )‪perak‬‬

‫‪Hamba Dunia‬‬ ‫َارَ= أَيَ َم ِنَا ْ‬


‫ست َ ْعبَ َدَتْهَُال ند ْنيَاَ=‬ ‫َُالد ْين ِ‬
‫ع ْبد ِ‬
‫‪َ ‬‬
‫بَالَّ ِذيَخ َْم ٌ‬
‫لَ= ‪Kain yang lembut / halus‬‬ ‫أيَالث َّ ْو ُ‬ ‫‪ ‬القَ ِط ْيفَةَُ=‬
‫‪seperti sutra, beludru‬‬
ِ ‫ح ا ْل َح ِد ْي‬
‫ث‬ ُ ‫ش َْر‬
 celaka orang yang melakukan apapun untuk memperoleh
dunia dan melupakan akhirat
 ciri orang yang disebut budak atau hamba harta, yaitu
mereka yang marah jika tidak diberi harta, tidak dikasih rezeki.
Akibatnya, kemudian melakukan segala cara untuk
mendapatkan harta.
 yang dimaksud Rasulullah budak harta adalah mereka yang
tunduk pada harta, pada uang. Sehingga mereka berani
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat hanya
untuk mendapatkan sesuatu yang menipunya di dunia
 Contoh hamba dunia ;

# orang yang menjadi hamba dinar, hamba dirham, ia


menjadi hamba rupiah, atau hamba dollar, hamba real
sampai – sampai dia mengatakan:”Time is money”,
semuanya berkutat untuk mengejar dunia beserta isinya.

# orang yang diperbudak oleh dunia adalah model atau


wanita yang mengoleksi semua jenis barang tertentu.

# orang yang bekerja dalam kegiatan agama, dia menjadikan


upah/gaji ini sebagai tujuan utamanya (mengumpulkan harta
dengan wasilah agama), maka ini sangat tercela. Akan tetapi jika
dia menerima upah, hanya sebagai sarana agar dia bisa:
• Terus beribadah kepada Allāh
• Memenuhi kebutuhan anak & istrinya
Maka ini in syā Allāh sama sekali tidak tercela

Anda mungkin juga menyukai