Anda di halaman 1dari 3

‫ ُذو‬،‫ش ِريك لَه‬ َ ‫ش َه ُد َأنْ اَل اِلَهَ ِإاَّل هللا َو ْح َدهُ ال‬

ْ ‫ َأ‬،‫ريم‬ َ ‫ َوَأ ْف َه َمنَا ِب‬،‫سالَ ِم‬


ِ ‫ش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك‬ ّ ‫سبُ َل ال‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ ْا‬
ُ ‫لح ْم ُد هللِ الّذي َهدَانَا‬
َ ‫سلِّ ْم َوبا ِركْ َعلَى‬
‫سيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد َو َعلَى الِه‬ َ ‫ص ِّل و‬ َ ّ‫ش َه ُد َأن‬
َ ‫ اللّ ُه َّم‬،‫سيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫لجال ِل َواإل ْكرام‬ َ
‫أصحابِ ِه‬
ْ ‫َو‬
‫ قَا َل‬، ْ‫س ْي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْون‬
ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف‬ ْ ،‫ فَيَاأيُّ َها اِإل ْخ َوان‬:‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬،‫إحسا ِن إلَى يَ ْو ِم الدِّين‬
ُ ‫أو‬ ْ ِ‫َوالتَّابِعينَ ب‬
‫هللا‬
‫ يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هللا‬:‫ان ال َّر ِح ْي ْم‬ ْ ِ‫ ب‬،‫ َأع ُْو ُذ بِاهللِ ِمنَ الَّش ْيطَا ِن ال َّر ِج ْيم‬:‫عَال َى فِي ْالقُ ْرا ِن ْال َك ِري ْم‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم‬
‫َوقُولُوا قَ ْولًا‬

ُ ‫صلِ ْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمنْ يُ ِط ِع هللا َو َر‬


َ‫سولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْوزًا َع ِظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْن‬ ْ ُ‫ ي‬،‫س ِديدًا‬
َ
‫آ َمنُ ْوا‬
‫ق هللاُ ال َع ِظي ْم‬
َ ‫ص َد‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُنَّ ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم‬
َ . َ‫سلِ ُم ْون‬ َّ ‫تَّقُ ْوا هللاَ َح‬

Doa merupakan sebuah bentuk ibadah seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan berdoa
seorang hamba menampakkan pengakuan akan kerendahan, kelemahan, dan kebutuhannya
kepada Allah. Dengan berdoa ia merasa dan mengaku sebagai makhluk yang lemah yang tak
memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga ia perlu meminta kepada Tuhan
Penciptanya. Mereka yang tak mau berdoa dianggap sebagai orang yang sombong, karena
merasa bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, tak butuh bantuan dari Allah

Karenanya pula para ulama mengajarkan untuk selalu berdoa kepada Allah dalam segala
hal, bahkan dalam urusan yang sangat remeh sekalipun. Bahkan sebuah hadits mengajarkan agar
seseorang meminta kepada Allah segala kebutuhannya, sampai ketika tali sandal jepitnya putus
pun meminta kepada Allah (Ibnu Hajar Al-Haitami, al-Fathul Mubȋn bi Syarhil Arba’ȋn [Beirut:
Darul Kutub Al-Ilmiyah], 2013: 422).  

Di dalam surat Al-Baqarah ayat 186 Allah berfirman:

‫َّاع ِإ َذا َدعَا ِن‬ ُ ‫يب ُأ ِج‬


ِ ‫يب َدع َْوةَ الد‬ ٌ ‫سَألَ َك ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِر‬
َ ‫َوِإ َذا‬

Artinya: “Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tenatang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku
dekat. Aku menjawab panggilan (doa)-nya orang yang berdoa ketika ia berdoa kepada-Ku.”  

ْ ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي َأ‬


‫ست َِج ْب لَ ُك ْم‬

Artinya: “Tuhan kalian telah berfirman, ‘berdoalah kalian kepada-Ku maka Aku akan
mengabulkan bagi kalian.”  
Dari kedua ayat di atas, dan juga dari berbagai hadits Rasulullah, para ulama sering
memotivasi untuk terus berdoa meminta kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah
akan mengabulkannya. Jangan pernah ada keraguan saat berdoa. Keyakinan akan dikabulkannya
doa ini penting dan menjadi penanda seberapa besar kepercayaan seorang hamba kepada
Tuhannya.

Allah sendiri telah menyatakan akan mengabulkan doa para hamba-Nya, dan kita sebagai
hamba mempercayai dan meyakininya. Hanya saja, kita juga mesti tahu dan memahami bahwa
Allah memiliki banyak cara dalam mengabulkan doa para hamba-Nya. Terkadang permohonan
seorang hamba dikabulkan sesuai dengan keinginannya dan dalam waktu yang begitu cepat. Tapi
juga tidak jarang terjadi yang sebaliknya.

Imam Al-Baijuri di dalam kitabnya TUHFATUL MURȊD ‘ALȂ JAUHARATIT TAUHȊD


mengungkapkan bahwa dikabulkannya doa itu bisa dengan berbagai macam cara. Dalam kitab
tersebut setidaknya beliau mengungkapkan 3 (tiga) macam cara Allah mengabulkan permintaan
hamba-Nya (Al-Baijuri, Tuhfatul Murȋd ‘alȃ Jauharatit Tauhȋd [Kairo: Darus Salam], 2015: 255).

 Pertama, ada kemungkinan doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan yang
diajukan oleh sang hamba dalam waktu segera.   Ini berarti ketika seorang hamba memohon
sesuatu kepada Allah, maka Allah memenuhi permintaanya tersebut sesuai dengan apa yang
ia minta dan pada waktu yang cepat. Bila sang hamba dalam keadaan sakit dan meminta
untuk segera diberi kesembuhan, maka Allah berikan kesembuhan kepadanya segera. Bila
sang hamba meminta dilunasi utangnya, maka Allah kabulkan permintaan itu dengan
terlunasinya utang dalam waktu yang tak lama. Dan sebagainya. Apa yang diberikan Allah
sama persis dengan apa yang diminta sang hamba.
 Kedua, ada kalanya doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh
sang hamba namun tidak dalam waktu segera. Allah menunda pemberian dan pengabulan
permintaaan tersebut karena adanya kemaslahatan dan hikmah tertentu yang hanya
diketahui oleh Allah saja.   Orang yang sakit meminta kesembuhan kepada Allah,
umpamanya. Semestinya Allah memang hendak mengabulkan permintaannya, namun tidak
sekarang. Mungkin setelah satu atau dua tahun kemudian permintaan sang hamba baru
dikabulkan, ia sembuh setelah sekian waktu lamanya.   Penundaan dikabulkannya doa oleh
Allah ini bukan karena Allah enggan untuk memberi pada waktu segera sebagaimana yang
dikehendaki oleh sang hamba. Penundaan ini tidak lain karena Allah lebih tahu tentang
hikmah, maslahat dan manfaat dikabulkannya doa pada waktu mendatang, bukan sekarang.  
Tentang hal ini, MAULANA HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN YAHYA pernah memberikan
sebuah gambaran di hadapan para muridnya. Ada orang tua yang pulang ke rumah dengan
membawa oleh-oleh makanan yang disukai oleh anaknya. Melihat hal itu sang anak bergegas
meminta makanan yang dibawa oleh orang tuanya.   Namun oleh orang tua makanan itu tak
segera diberikan, melihat tangan sang anak dalam keadaan kotor. Bukan karena sang orang
tua tak mau memenuhi permintaan anaknya dengan memberi makanan tersebut. Ia hanya
ingin anaknya membersihkan dulu tangannya, sehingga ketika makanan itu diterima dan
dimakan tidak berdampak negatif bagi dirinya. Demikian Habib Luthfi menggambarkan.   Pun
demikian dengan penundaan Allah atas permohonan hamba-Nya. Janji Allah bahwa setiap
permohonan akan dikabulkan adalah benar dan nyata. Hanya saja bisa jadi Allah
menundanya karena tahu persis bahwa bila permohonan itu dikabulkan saat itu juga, maka
bukan manfaat dan maslahat yang akan diperoleh sang hamba, tapi sebaliknya madlarat yang
akan didapatkannya.  
 Ketiga, bisa jadi sebuah doa dikabulkan oleh Allah tapi dalam bentuk yang lain, tidak sesuai
dengan apa yang diminta oleh sang Hamba. Ini dikarenakan apa yang diminta oleh sang
hamba sesungguhnya tak ada maslahat dan manfaat baginya, sedangkan apa yang diberikan
Allah ada manfaat dan maslahat baginya. Atau, bisa jadi apa yang diminta oleh sang hamba
ada manfaatya, namun apa yang diberikan Allah jauh lebih manfaat dan maslahat.   Seorang
pelajar yang sangat ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi namun
terbentur minimnya biaya, ia berdoa memohon kepada Allah untuk bisa mendapatkan
beasiswa. Allah berkehendak mengabulkan permintaannya. Tapi bukan beasiswa yang
diberikan kepada sang hamba. Kepadanya Allah berikan pekerjaan yang dengannya ia dapat
menghasilkan uang untuk membiayai pendidikannya, dan itu dalam pandangan Allah bisa jadi
jauh lebih manfaat bagi sang pelajar dari pada mendapatkan beasiswa.   Alhasil, keyakinan
bahwa doa akan dikabulkan oleh Allah adalah suatu keharusan. Sedangkan bagaimana cara
Allah mengabulkannya pastilah di sana ada kebaikan. Wallahu a’lam.

ِّ ‫ت َو‬
‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُكم‬ ِ ‫اركَ هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي القُ ْرآ ِن ا ْل َع ِظ ْي ِم َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآْل يَا‬
َ َ‫ب‬

‫س ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬
َّ ‫تِاَل َوتَهُ ِإنَّهُ ه َُو ال‬

Anda mungkin juga menyukai