Anda di halaman 1dari 8

A.

Konsep Dasar
1. Definisi
Nefrolitiasis adalah batu ginjalyang ditemukan didalam ginjal, yang
merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati (Asmadi. 2015).
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau
lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab
terbanyak kelainan di saluran kemih (Arif Multaqin,2016)
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan
mengalir bersama urine (Susan Martin, 2017)
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal
atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran
perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada
bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan padasaluran dan proses
perkemihan.

2. Etiologi
Menurut (Kartika S.W, 2016) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya
batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik ), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia
30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik ), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang) diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin,dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Tasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Idiopatik

3. Klasifikasi
Menurut (Arif Multaqin,2016) Klaisifkasi nefrolitiasis diantaranya adalah :
a. Kalsium oksalat : 80% dari batu kalsium, faktor risiko termasuk volume urin
rendah, hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hiperoksaluria dan hipositraturia.
b. Kalsium fosfat : 20% dari batu kalsium. Faktor risiko termasuk pH urin tinggi
dan asidosis tubulus ginjal.
c. Batu asam urat: 10% hingga 20% pada batu ginjal disebabkan oleh
hiperurisemia.
d. Batu sistin: 1% dari batu ginjal, biasanya disebabkan oleh kesalahan
metabolisme bawaan yang menghasilkan reabsorpsi yang abnormal pada
tubulus ginjal yaitu asam amino cystine, ornithine, lysine, dan arginine.
e. Batu struvite: 1% hingga 5% batu ginjal, juga dikenal sebagai batu infeksi.
Terdiri dari magnesium, amonium, dan fosfat.

4. Tanda dan gejala


Menurut Nursalam (2016)
a. Nyeri pinggang yang berat, seringkali menyebar ke selangkangan
b. Gejala gastrointestinal: meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak
nyaman di perut berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran
saraf antara ureter dan intestin.
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis
ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik :
 Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan seperti saat turun
ke ureter (kolik uretra)
 Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitits.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksisaluran
kemih: suhu tubuh naik dan menggigil.
e. Obstruksi meregangkan kapsul ginjal, menyebabkan nyeri hebat
denganpeningkatan produksi prostaglandin ginjal.
f. Aliram urine tiba-tiba terhenti, dengan nyeri pada penis atau perineum.

5. Komplikasi
Menurut (Baradero, Mary et al. 2018) komplikasi yang disebab kan dari batu
nefrolitiasis adalah:
a. Sumbatan: akibat pecahan batu
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis

6. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Menurut (Kartika S.W, 2016)
a. Urinalisa :
 Warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
(kemungkinan obstruksi urine, kalkuus renalis, tumor, kegagalan ginjal).
 pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran
Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN
menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat
dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status
katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal
(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap :
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormon Paratyroid
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine.
d. Foto Rontgen
Menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang uriter.
e. IVP
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi
ureter).
f. Sistoureteroskopi
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek
ebstruksi.
g. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu

7. Penatalaksaan medis
Menurut (Syaifuddin, 2019)
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang
dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G.
terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang lebih banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian
diuretik bendofluezida 5-10 mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan
adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) adalah tindakan
memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang
kejut.

c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2 % pasien. intervensi bedah
di indikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan
lain. ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam
ginjal untuk memperbaiki drainaseurin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
 Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
 Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
 Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
 Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
DAFTAR PUSTAKA

- Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


- Baradero, Mary et al. 2018. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
- Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
- Nursalam. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP
PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI
- Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta
: EGC.
- Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan
kolaboratif & Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
- Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Medika.
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. keluhan
utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggan.
c. Pengkajian pola gordon (pola fungsi kesehatan)
1) Persepsi kesehatan
Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien sehari-hari
kurang baik.
2) Nutrisi metabolic
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
3) Pola eliminassi
pada pasien batu ginjal BAK biasanya sedikit karena adanya sumbatan atau
batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal
4) Aktivitas
Pasien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan
karena adanya luka pada ginjal.
5) Tidur/istirahat
Akan terganggu karena adanya penyakitnya
6) Kognitif
Pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi
7) Peran hubungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien
pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan
8) Manajemen koping/ stress
Pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi
pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
9) Keyakinan/ nilai
Pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala
penyakitnya

d. Pemeriksaan fisik fokus


Menurut didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien
terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.

 Inspeksi
ada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensiurine,
dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mualdan
muntah.
 Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. ada beberapa kasus dapat
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
 Perkusi
perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan
pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

Anda mungkin juga menyukai