Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
Makalah ini kami membahas tentang “Pendidikan Islam Sistem Klasik dan
Modern” dan disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sejarah Intelektual
Pendidikan Islam
Kami ucapkan terimaksih kepada Dr. Muhammad Ali, M.Ag selaku dosen
mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini. Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca. Kami sadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya supaya
kami dapat memperbaiki penulisan makalah ini dilain kesempatan.
Semoga Bermanfaat ....
Terimakasih
Cirebon, Maret 2018
Penulis,
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan media penting dalam penyebaran Islam.
Pernyataan tersebut secara historis terlihat dalam gerakan penyebaran dan
ekspansi agama Islam ke berbagai belahan dunia. Sebagai media penyebaran
Islam, pendidikan Islam setidaknya mempunyai tiga perspektif. Pertama,
pendidikan Islam adalah pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami,
yaitu pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan
al-Sunnah. Kedua, Pendidikan Islam adalah pendidikan ke-Islaman atau
pendidikan agama Islam, yaitu upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran
dan nilainilainya, agar menjadi way of life dan sikap hidup seseorang. Ketiga,
pendidikan Islam adalah pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktek
penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam
realitas sejarah ummat Islam.
Sistem pendidikan islam klasik telah banyak melahirkan tokoh-tokoh
yang terkenal seperti Al-Ghazali dan Ibnu Maskawih, begitupun juga dengan
pendidikan Islam modern telah melahirkan tokoh-tokoh pendidikan dan
keduanya berkontribusi besar dalam perkembangan agama Islam.
Dalam Makalah ini penulis mencoba membahas bagaimana sistem
pendidikan Islam Klasik dan sistem pendidikan Islam Modern.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana sistem Pendidikan Islam Klasik ?
2. Bagaimana sistem pendidikan islam Modern ?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem pendididkan islam klasik
2. Untuk mengeyhaui sistem pendidikan islam modern
3
BAB II
Pembahasan
A. Pendidikan Islam
Menurut Hanun Asrohah bahwa pendidikan sebagai suatu sistem
merupakan satu kesatuan dari beberapa unsur dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan dan
1
saling bergantung dalam mencapai tujuan. Menurut Djamaluddin dan
Abdullah Aly bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh
seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki
kepribadian muslim. Sistem pendidikan Islam adalah keseluruhan komponen
pendidikan Islam yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam. ”Komponen-komponen atau faktor pendukung pendidikan
meliputi: peserta didik, pendidik, instrumen pembelajaran, instrumen
penunjang, dan penggerak proses pendidikan. 2
B. Pendidikan Islam Sistem klasik
Pendidikan islam masa klasik awalnya muncul pada masa Nabi
Muhammad SAW. Pada masa ini pendidikan islam melalui wahyu-wahyu
yang turun berupa Al-Qur’an dan Hadits yang masih di gunakan hingga saat
ini sebagai pedoman Bukan hanya untuk Pendidikan Islam saja tetapi untuk
cabang-cabang ilmu lainnya seperti astronomi, kedokteran, dan lain-lain.
pada masa ini pusat pendidikan hanya di kota mekkah dan madinah saja. dan
Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabat melanjutkan dakwah beliau
untuk menyebarkan agama islam, dan mengajarkan agama islam, masa itu
disebut Masa Khulafaurrasyidin, dimasa ini pusat pendidikan islam bukan
hanya di mekah dan madinah saja tetapi sudah berkembang ke kota basrah,
kufah(iran), damsyik palestina hingga ke kota mesir, dipusat-pusat kota inilah
islam berkembang sangat cepat. lalu setelah masa Khulafaurrasyidin berakhir,
dilanjutkan kembali pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti Abasiyah dan
hingga berkembang pesat sampai saat ini.
1
Asrohah Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Cetakan I, (Jakarta : Logos, 1999) Hal 71
2
Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,Cetakan II, (Bandung : CV.
Pustaka Setia, 1999) Hal 10
4
1. Lembaga Pendidikan
a. Mesjid atau As-Suffah
Ketika Nabi Saw, pindah ke Madinah, pekerjaan pertama kali
yang beliau lakukan adalah membangun masjid. Pada salah satu
bagian masjid itu beliau pergunakan secara khusus untuk mengajar
para sahabat. Ruangan itu dikenal dengan sebutan “al-Shuffah.3
a. Abu Hurairah
Abdullah bin umar adalah putra Umar bin Khattab dan teman
Hafshah istri Nabi Muhammad Saw.Ia telah meriwayatkan sebanyak
2.630 hadis.4
3
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,(Rajawali Pers, Jakarta, 2012) hal 101
4
Ibid, 105
5
b. Maktab atau kuttab
Pendidikan pada masa Dinasti Umayyah dilakukan di kuttâb
yang berada di rumah-rumah guru. Di samping pengajaran al-Qur’an
dan pokok-pokok ajaran Islam, pada masa ini diajarkan membaca dan
menulis. Tentang hal ini Salabi menyatakan: “Mengajar menulis dan
membaca ini dikerjakan oleh guru-guru di rumahnya masing-masing.
Boleh jadi oleh mereka disediakan dalam rumahnya sebuah kamar
untuk menerima pelajar-pelajar yang hendak belajar menulis dan
membaca. Kuttâb jenis ini kebanyakan adalah berdiri sendiri dan
tercerai dari jenis lainnya, untuk mengajarkan al-Qur’an dan pokok-
pokok ajaran agama Islam.” Dari penjelasan di atas dapat ditegaskan
bahwa pada masa awal Islam telah terdapat dua jenis kuttâb, yaitu
kuttâb yang mengajarkan membaca dan menulis dan kuttâb yang
mengajarkan al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran Islam. 5
d. Madrasah
5
A. Salabi, Ahmad Salabi, The History of Moslem Education (Beirut: Dar al-Kasysyaf, 1954), hlm. 35
6
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat, dan Metodologi
Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, (Jakarta: Kalam Mulia. 2011) . hlm
120
6
berlangsung pada abad kedelapan dan kesembilan. Masjid yang
dimaksud dalam konteks ini masjid biasa (college mosque) yang
berfungsi di samping sebagai tempat ibadah bagi kaum Muslimin juga
sebagai lembaga pendidikan. Di Baghdad terdapat beribu-ribu masjid
college ini. Para penguasa seperti Abdul al-Daulah (w. 9651) dan
Di’lij alSajistani adalah orang yang mempelopori pendirian dan
pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan. Tahap kedua
adalah masjid khan, adalah masjid yang dilengkapi dengan
pemondokan. Murid-murid dari berbagai belahan kota menuntut ilmu
di masjid college dengan menginap di khan yang berada di sekitar
masjid. Tahap ketiga adalah madrasah yang berusaha menyatukan
pendidikan di masjid dan masjid khan. Kompleks madrasah terdiri
dari ruang belajar, pemondokan dan masjid. Perdana Menteri Nizham
al-Muluk disebutkan sebagai seorang yang mendirikan dan
mengembangkan madrasah dalam polanya yang utuh dan konkrit.7
7
disebut berhalaqah. Cara halaqah ini merupakan metode mengajar
yang dipakai di lembaga pendidikan tingkat tinggi.9
b. Hafalan
c. Mudzakarah/ Munadharah
3. Kurikulum
9
Sri Wahyuningsih, Impelementasi Sistem Pendidikan Islam pada Masa Daulah Abbasiyah dan Pada
Masa Sekarang, Jurnal Pendidikan, Vol. II No. 02 November tahun 2014, hal. 113
10
M. Solihin, Kurikulum Pendidikan Islam Klasik, , Nizam:Jurnal Studi Keislaman, No. 2 Juli-
Desember 2013, hal. 07
11
Sri Wahyuningsih, op. cit, hal 114
8
Pada masa klasik, pakar pendidikan Islam menggunakan kata al-
maddah untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum
lebih identik dengan serangkaian mata pelajaran yang harus diberikan
pada murid dalam tingkat tertentu.12
M. Solihin, Kurikulum Pendidikan Islam Klasik, Nizam:Jurnal Studi Keislaman, No. 2 Juli-
13
9
Secara umum, materi pendidikan berkisar pada empat
bidang: pendidikan keagamaan, pendidikan akhlak, pendidikan
kesehatan jasmani, dan pengetahuan yang berkaitan dengan
kemasyarakatan. Pada bidang keagamaan tediri dari keimanan
dan ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan zakat. Pendidikan
akhlak lebih menekankan pada penguatan basis mental yang telah
dilakukan pada periode Makkah. Pendidikan kesehatan jasmani
lebih ditekankan pada penerapan dari nilai-nilai yang dipahami
dari amaliah ibadah, seperti makna wudlu, shalat, puasa, dan haji.
Sedangkan pendidikan yang berkaitan dengan kemasyarakatan
meliputi pada bidang sosial, politik, ekonomi, dan hukum.
Masyarakat diberi pendidikan oleh rasul tentang kehidupan
berumah tangga, warisan, hukum perdata dan pidana,
perdagangan, dan kenegaraan serta lain-lainnya.
14
ibid, Hal 06
10
3. Kurikulum Pendidikan Islam setelah berdirinya Madrasah
Pada zaman keemasan Islam, aktivitas-aktivitas
kebudayaan pendidikan Islam tidak mengizinkan teologi dan dogma
membatasi ilmu pengetahuan mereka. Mereka menyelidiki setiap
cabang ilmu pengetahuan manusia, baik fisiologi, sejarah,
historiografi, hukum, sosiologi, kesusastraan, etika, filsafat, teologi,
kedokteran, mate-matika, logika, jurisprudensi, seni, arsitektur, atau
ilmu keramik. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat
kebutuhan, mendirikan madrasah adalah dianggap sesuatu yang
signifikan. Pendirian lembaga pendidikan tinggi Islam ini di bawah
patronase wazir Nizam Al-Mulk (1064 M). Biasanya sebuah
madrasah dibangun untuk seorang ahli fiqih yang termasyhur dalam
suatu mazhab empat. Nuruddin Mahmud bin Zanki misalnya, beliau
telah mendirikan beberapa madrasah untuk mazhab Hanafi dan
Syafi’I di Damaskus dan Halab. Beliau juga membangun sebuah
madrasah untuk mazhab ini di kota Mesir. Di satu sisi, berdirinya
madrasah merupakan sumbangan Islam bagi peradaban sesudahnya.
Akan tetapi, disisi lain hal ini membawa dampak yang buruk bagi
dunia pendidikan setelah hegemoni negara yang terlalu kuat terhadap
madrasah. Akibatnya kurikulum madrasah ini dibatasi hanya pada
wilayah hukum (fiqih) dan teologi. Legitiumasi “makruh” terhadap
penggunaan nalar setelah runtuhnya Mu’tazilah, ilmu-ilmu profan
yang sangat dicurigai dihapus dari kurikulum madrasah. Hal ini
menyebabkan mereka yang punya minat tinggi terhadap ilmu-ilmuini
terpaksa belajar secara otodidak. Karenanya ilmu-ilmu profan
banyak berkembang di lembaga-lembaga non formal.
11
a. Membangkitkan ideologi umat Islam tentang pentingnya belajar dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Berusaha mengikis dualism sistem pendidikan umat Islam. Pada satu
sisi terdapat pendidikan tradisional (agama) dan sisi lain pendidikan
modern (sekuler). Karena itu perlu ada upaya mengintegrasikan
antara keduanya.
c. Menyadari betapa pentingnya bahasa dalam pendidikan dan sebagai
alat untuk mengeluarkan pendapat-pendapat yang orisinil.
d. Pembaruan di bidang metode pendidikan Islam, yaitu beralih dari
metode mengulang-ulang dan menghafal pelajaran ke metode
memahami dan menganalisis.15
2. Tujuan pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam dalam sistem modern Menurut Fazlur
Rahman diorientasikan kepada kehidupan dunia dan akhirat sekaligus
bersumber pada Al-Qur’an. Perpaduan ilmu pengetahuan yang tidak
saling memisahkan akan saling melengkapi baik ilmu agama maupun
ilmu pengetahuan umum (science). Tujuan pendidikan yang bersumber
pada al-Qur’an menurut Fazlur Rahman adalah untuk mengembangkan
manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang
diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif,
yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam
untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan,
kemajuan dan keteraturan dunia. Hal itu perlu dilakukan demi
mewujudkan manusia yang berpengetahuan dan juga agamis.16 Di
samping tujuan pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur’an
tersebut, Sutrisno juga memaparkan bahwa tujuan pendidikan menurut
Fazlur Rahman adalah untuk menyelamatkan manusia dari diri sendiri
oleh diri sendiri dan untuk diri sendiri dan untuk melahirkan ilmuwan
yang padanya terintegrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum
modern, yang ditandai oleh adanya sifat kritis dan kreatif yang dapat
15
Abuddins nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013)
hal:319
16
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1995)
12
menghasilkan temuan-temuan yang berguna bagi umat manusia. Dengan
kata lain, diperlukannya pemahaman umat islam tentang terintegrasinya
ilmu pengetahuan sehingga akan diperoleh pemahaman yang mampu
meretas masa dan tidak hilang ditelan masa. Disamping itu, tujuan
pendidikan menurut Fazlur Rahman juga menekankan aspek moral. Ia
mengatakan, bahwa tanggung jawab pendidikan yang pertama adalah
menanamkan pada pikiran-pikiran siswa dengan nilai-nilai moral.
Pendidikan Islam didasarkan pada ideologi Islam. Yang pada akhirnya,
apapun warna corak ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh peserta didik
akan memunculkan nilai-nilai idiologi islam secara nyata.17
BAB III
17
Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam.
(Cirebon: Pustaka Dinamika, 1999) hal. 105
13
KESIMPULAN
Pendidikan islam masa klasik awalnya muncul pada masa Nabi Muhammad
SAW. Pada masa ini pendidikan islam melalui wahyu-wahyu yang turun berupa Al-
Qur’an dan Hadits yang masih di gunakan hingga saat ini sebagai pedoman Bukan
hanya untuk Pendidikan Islam saja tetapi untuk cabang-cabang ilmu lainnya seperti
astronomi, kedokteran, dan lain-lain. pada masa ini pusat pendidikan hanya di kota
mekkah dan madinah saja. dan Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabat
melanjutkan dakwah beliau untuk menyebarkan agama islam, dan mengajarkan
agama islam, masa itu disebut Masa Khulafaurrasyidin, dimasa ini pusat pendidikan
islam bukan hanya di mekah dan madinah saja tetapi sudah berkembang ke kota
basrah, kufah(iran), damsyik palestina hingga ke kota mesir, dipusat-pusat kota inilah
islam berkembang sangat cepat.
DAFTAR PUSTAKA
14
Hanun, Asrohah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Cetakan I, Jakarta : Logos
15
PENDIDIKAN ISLAM SISTEM KLASIK DAN SISTEM
MODERN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Pendidikan Islam
Disusun oleh :
16
17