Anda di halaman 1dari 6

Peran Keluarga pada Pendidikan Anak

Abstrak
Keluarga sebagai sebuah lembaga atau masyarakat pendidikan yang pertama,
senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan biologik bagi anak dan serta merta
merawat dan mendidiknya. Keluarga mengharapkan agar tindakannya itu dapat
mendorong perkembangan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang dapat hidup dalam
masyarakatnya, dan sekaligus yang dapat menerimama, mengolah, menggunakan dan
mewariskan kebudayaan. Karena itu Colley (Roucek dan Warren, 1994:127) yang
dikutip oleh ahmad hufad menyebut keluarga itu sebagai kelompok inti, sebab ia adalah
dasar dalam pembentukan kepribadian. Keluarga sebagai masyarakat pendidikan
pertama bersifat alamiah. Anak dipersiapkan oleh lingkungan keluarganya untuk
menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal untuk memasuki dunia
orang dewasa. Bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan keluarga dan
masyarakatnya diperkenalkan oleh keluarga kepada anak.
pendidikan keluarga bukanlah pendidikan yang diorganisasikan, tetapi
pendidikan yang ‘organik’ yang didasarkan pada ‘spontanitas’, intuisi, pembiasaan dan
improvisasi. Ini berarti bahwa pendidikan keluarga adalah segala usaha yang dilakukan
oleh orang tua dan pembiasaan dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi
anak. Perilaku para pendidik dalam pendidikan keluarga umumnya timbul secara
spontan sesuai dengan munculnya keadaan. Anak manusia yang baru lahir diterima oleh
orang tuanya, kakaknya dan keluarga lain sebagai orang ‘terdekatnya’. Bayi (anak) akan
dimasukkannya dalam lingkup penghidupan dan adat istiadat keluarganya. Nilai-nilai
kebudayaan keluarga lebih banyak dikenal dan dialami anak menurut cara yang ‘masuk
hati’, artinya lebih banyak pengalaman yang bersifat irasional daripada rasional. Dalam
rangka anak sampai pada saat perkembangan memasuki berbagai susunan dan peraturan
hidup manusia, maka pembiasaan sangat diutamakan dalam pendidikan keluarga.
Perilaku anak yang menyimpang dari norma-norma keluarga dan masyarakatnya diatasi
melalui tindakan dan akibatnya. Walaupun anak memasuki lembaga pendidikan lain
(sekolah dan masyarakat), tidak berarti pendidikan keluarga harus berkurang apalagi
berhenti. Oleh karena itu menurut Immanual Kant bahwa ‘manusia menjadi manusia
karena pendidikan’, dan intisari pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda
(Driyarkara, 1992:78), yang pada dasarnya bersumber dari pendidikan keluarga.
A. Pengertian Pendidikan Keluarga
Dalam berbagai literatur, para ahli memberikan berbagai sudut pandang
tentang pengertian pendidikan keluarga. Misalnya Mansur, mendefinisikan
pendidikan keluarga adalah proses pemberian nilai-nilai positif bagi tumbuh
kembangnya anak sebagai fondasi pendidikan selanjutnya.1 Pendapat lain yang
dikemukakan oleh anNahlawi, Hasan Langgulung memberi batasan terhadap
pengertian pendidikan keluarga sebagai usaha yang dilakukan oleh ayah dan ibu
sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk memberikan nilai-nilai, akhlak,
keteladanan dan kefitrahan.2
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.3
Dari dasar pemikiran di atas terlihat betapa besarnya tanggung jawab orang
tua terhadap anak. Secara lebih tegas Allah Subḥānahu wa Ta’āla menjelaskan
tentang kewajiban mendidik anak ini dalam Surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka. (Q. S. At-Tahrim: 6).
Ayat tersebut megandung makna “perintah” atau fi’il amar yaitu suatu
kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Oleh
karena itu, maka kedua orang tua harus dapat memainkan peranan penting sebagai
pendidikan pertama dan utama bagi anaknya, sebelum pendidikan anak diserahkan
kepada orang lain.
Menurut Fuad Ihsan, tanggung jawab pendidikan oleh kedua orang tua
meliputi:
a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan
alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan
perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

1
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 319.
2
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka alHusna, 1986), hlm. 19
3
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1973, hal. 35
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani
dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna
bagi hidupnya, sehingga apabila ia dewasa ia mampu berdiri sendiri dan
membantu orang lain serta melaksanakan fungsi kekhalifahannya.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan
agama sesuai dengan tuntunan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim.
Tanggung jawab ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.4
B. Peran Keluarga dalam pendidikan anak
Pendidikan yang pertama kali diperoleh anak adalah pendidikan yang
dilaksanakan dalam keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga ini merupakan
pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan ini berlangsung sampai akhir
hayat manusia. Sehingga keluarga dalam rangka melaksanakan pendidikan,
diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam ketujuh bidang pendidikan,
yaitu.5
1. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan.
Dalam lingkungan keluarga anak harus dibiasakan hidup yang sehat. Anak
dilatih untuk selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan dalam kaitannya
dengan badan, tempat, pakaian maupun segala sesuatu yang melekat pada
badanya atau yang ada disekitarnya. Dalam hal ini orang tua selain
memberikan pengarahan juga harus mengonrol atas segala hal yang dilakukan
oleh anaknya,terutama dalam kaitannya dengan perkembangan jasmaninya.
Lebih dari itu orang tua juga hendaknya mempunyai pengetahuan yang
berkaitan dengan ilmu kesehatan, khususnya yang sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan anaknya.
2. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akal.
Dalam kaitannya dengan pendidikan akal, orang tua mempunyai peranan yang
signifikan. Karena sebelum anak mencapai usia (masuk) sekolah, orang tua
atau keluargalah yang berkewajiban untuk membimbing dan mengarahkan

4
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 1997, hal 94
5
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna,
1986), h. 363.
kemampuan akal yang dimiliki oleh anak menolong untuk menemukaan,
membuka dan menumbuhkan bakat dan minat, sehingga mencapai sikap
intelektual yang sehat.
3. Peranan Keluarga Bagi Pendidikan Agama Anak.
Pendidikan agama, dalam hal ini berarti membangkitkan kekuatan dan
kisediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak usia kanak-kanak.
Dinama dalam hal ini bisa dilakukan melalui bimbingan agama yang sehat dan
pengamalan ajaan-ajaran agamanya secara baik.
Diantara cara-cara yang praktis yang patut digunakan keluarga untuk
menanamkan semangat keagamaan pada diri anak, antara lain seperti berikut:
a. memberikan suri tauladan yang baik kepada diri anak tentang
kekuatan iman kepada Allah Swt. Dan berpegang pada ajaran-ajaran
agamanya secara sempurna.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak
kecil sehingga kebiasaan-kebiasaan itu menjadi sesuatu hal yang mendarah
daging.
c. Mewujudkan situasi keluarga yang agamis, dan segala sesuatu
yang dilakukan selalu disertai niat yang ikhlas karena Allah Swt
d. Membimbing mereka untuk belajar membanca Al-Qur'an dan
membaca bacaan-bacaan yang islami yang berguna untuk memikirkan
ciptaan Allah sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran
Allah Swt.
e. Menggalakkan mereka untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan
keislaman atau kegiatan yang agamis.
4. Peranan keluarga dalam psikological dan emosi.
Dalam hal ini, tugas keluarga (orang Tua) adalah berusaha untuk mematangkan
perkembangan jiwa dan emosi anak. Diantara usaha-usaha yang bisa dilakukan
oleh tua itu adalah menolong mereka untuk berhasil dalam belajarnya dan
menunaiakan tugas yang dipikulnya kepadanya, berkata dan bersikap dengan
sopan santun (hormat).
5. Peranan keluarga bagi pendidikan akhlak anak.
Pendidikan akhlak dalam agama Islam adalah pendidikan yang diutamakan.
Dimana hal ini sesuai dengan visi dan misi Nabi Muhammad Saw, yaitu beliau
diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan
akhlak bagi anak-anak harus diutamakam sedini mungkin, dan jangan sampai
hal-hal yang bisa menyebabkan rusaknya akhlak itu masuk terlebih dahulu
pada diri anak.
Keluarga memegang peranan penting dalam pendidikan akhlak ini
sebagai institusi yang pertama kali berinteraksi dengan anak. Kelurga
seyogyanya menanamkan sifat kasih sayang, menaburkan benih-benih
kebenaran, cinta kebaikan, sifat pemurah dan sifat-sifat terpuji lainnya.
Diantara kewajiban keluarga itu antara lain adalah sebagai berikut:
a. memberi contoh yang baik (uswah hasanah) kepada anak-anaknya dengan
berpegang keada akhlak yang mulia.
b. Menyediakan peluang dan suasana yang praktis bagi anak, sehinggga anak
dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.
c. Memberi tanggung jawab kepada anak-anak yang sesuai dengan
kemampuannya, agar mereka belajar bertanggung jawab dan bebas
mengerjakan tugasnya.
d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan wajar dan
bijaksana.
e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan pergaulan yang
membahayakan bagi akhlaknya.
6. peranan keluarga dalam pendidikan sosial dan politik
Keluarga belum melengkapi tugas kelurga secara sempurna dalam
pendidikan anak, selama belum menolong anak-anaknya untuk dapat
berkembang secara baik dalam linghkungan kehidupan sosial
kemasyarakatnya. Perkembangan sosial ini meliputi politik. Pendidikan sosial
ini membutuhkan bimbingan sosial dan poltik kemasyarakat. Dalam pengertian
yang sederhana adalah menjadikan anak untuk dapat bergaul dengan
masyarakat sekitarnya secara baik.
Orang tua harus menanamkan pada diri anaknya, bahwa manusia tidak
bisa hidup sendiri, dia membutuhkan orang lain untuk untuk menemani adan
menjalani hidup bersama. Yang didalamnya ada aturan dan kesepakatan yang
dibuat oleh anggota masyarakat untuk saling melindungi, menjaga dan bekerja
sama melindungi hidupnya.6
Dari penjelasan diatas, kiranya dapat dipahami akan fungsi peran
keluarga dalam rangka melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan yang
berkaitan dengan agama dan pendidikan moral sehingga pada akhirnya
keluarga sebagai lembaga pendidikan informal bisa melaksanakan pendidikan
itu secara optimal, dan pada akhirnya pula yang dilaksanakan dilingkungan
keluarga itu diharapkan mampu mengatasi sedini mungkin akan krisis moral
atau dekadensi moral yang terjadi di kalangan generasi mendatang.

6
Zahrudin AR,Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak,(Jakarata:Raja Grafindo Jakarta,2004), h. 134

Anda mungkin juga menyukai