Pendahuluan
ِ مِب ٍ ِ ِ َّ ِ ِ َّ
ُين أُوتُوا الْع ْل َم َد َر َجات َواهللُ َا َت ْع َملُو َن َخبري
َ ين ءَ َامنُوا! من ُك ْم َوالذ
َ َي ْرفَ ِع اهللُ الذ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.s. al-Mujadalah : 11).
)۶۶ :َف ُقواَل لَهُ َق ْواًل لَِّينًا لَ َعلَّهُ َيتَ َذ َّك ُر أ َْو خَي ْ َشى (طه
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (taha:44)[10]
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar
manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik.
Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam
kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi
“student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan
peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.[11]
ُّ َّاس قَ ! ْد َجاءَ تْ ُك ْم َم! ْ!و ِعظَ !ةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِش ! َفاءٌ لِ َم!!ا ىِف ال
ص ! ُد ْو ِر َو ُه! ً!دى !ُ يَااَيُّ َهاالن
c. Metode Diskusi (jidal)
Kata jadilhum (ادلهمLLLL )جberasal dari kata jidal (دالLLLL )جyang
bermakna diskusi.[14] Metode diskusi yang dimaksud dalam al-Qur’an
ini adalah diskusi yang dilaksanakan dengan tata cara yang baik dan
sopan. Yang mana tujuan dari metode ini ialah untuk lebih
memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu
masalah.
Definisi diskusi itu sendiri yaitu cara penyampaian bahan
pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah.
Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog).
Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk
mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan
dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran,
menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pendapat di luar
pendapatnya dan di sisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu
yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.[15]
Dengan demikian para pendidik dapat mengetahui keberhasilan
kreativitas peserta didiknya, atau untuk mengetahui siapa diantara para
peserta didiknya yang berhasil atau gagal. Dalam Allah SWT
berfirman:
»۱٦ : ۱۲۵« ض َّل َع ْن َسبِْيلِ ِه َو ُه َواَ ْعلَ ُم بِالْ ُم ْهتَ ِديْ َن ِ
َ ك ُه َواَ ْعلَ ُم مِب َ ْن
َ َّا َّن َرب
“Sungguh pendidikmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalannya dan mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. 16:125).[16]
2. Metode Teladan/Meniru
Manusia banyak belajar dengan cara meniru. Dari kecil ia sudah
meniru kebiasaan atau tingkah laku kedua orang tua dan saudara-
saudaranya. Misalnya, ia mulai belajar bahasa dengan berusaha meniru
kata-kata yang diucapkan saudaranya berulang-ulang kali
dihadapannya.
Begitu juga dalam hal berjalan ia berusaha meniru cara
menegakkan tubuh dan menggerakkan kedua kaki yang dilakukan orang
tua dan saudara-saudaranya. Demikianlah manusia belajar banyak
kebiasaan dan tingkah laku lewat peniruan kebiasaan maupun tingkah
laku keluarganya.
Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan contoh bagaimana
manusia belajar melalui metode teladan/meniru. Ini dikemukakan dalam
kisah pembunuhan yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya Habil.
Bagaimana ia tidak tahu cara memperlakukan mayat saudaranya itu.
Maka Allah memerintahkan seekor burung gagak untuk menggali tanah
guna menguburkan bangkai seekor gagak lain. Kemudian Qabil meniru
perilaku burung gagak itu untuk mengubur mayat saudaranya Habil.
[17]
Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 31:
قَ َل َيو ْيلَىت قلى ف يُ َوا ِر ْي َس ْوءَ َةاَ ِخْي ِه ِ ِ َفبعث اهلل غُرابايَّبحث ىِف ااْل َر
َ ض لرُيِ يَهُ َكْي ْ ُ َ ْ ً َ ُ َ ََ
ِ ِ ِ َاب فَاُوا ِري سوء َةاَ ِخيج َفا ِ
ْ ْ َ ْ َ َ َ ِ ت اَ ْن اَ ْن اَ ُك ْو َن مثْ َل ه َذا الْغَُر
َ صبَ َح م َن النّدمنْي ُ اَ َع َج ْز
!ِ ص
ص َ ك اَ ْح َس َن الْ َق ُّ حَنْ ُن َن ُق ۞ اِنَّآ اَْنَزلْنهُ ُق ْراَٽنًا َعَربِيًّا لَّ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُ ْو َن
َ ض َعلَْي
ِ ِ ِ ِ ِ مِب آ اَوحينآ اَلَيك ه َذاالْ ُقراٽن واِ ْن ُكْن
َ ت م ْن َقْبله لَم َن الْغفلنْي
ُ ََ ْ َ ْ ََْ ْ َ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini
kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya
adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.(Q.S.
Yusuf/12:2-3)[23]
!ف بَ! َ!دأَ اخْلَْل! َ!ق مُثَّ اهللُ يُْن ِش! ُئ النَّ ْش!أ َة! اآْل َ ِ!خ َر َة
َ !ض! ُروا َكْي ِ قَ!!ل ِس!ْي ُروا ىِف اأْل َْر
ُ ض َفْن
إِ َّن اهللَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍءقَ ِد ْيٌر
Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi. Maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya. Kemudian
Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
Perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk mengamati
dan memikirkan alam semesta dan makhluk-makhluk yang ada di
dalamnya, mengisyaratkan dengan jelas perhatian al-Qur’an dalam
menyeru manusia untuk belajar, baik melalui pengamatan terhadap
berbagai hal, pengalaman praktis dalm kehidupan sehari-hari, ataupun
lewat interaksi dengan alam semesta, berbagai makhluk dan peristiwa
yang terjadi di dalamnya. ini bisa dilakukan dengan metode pengalaman
praktis, “trial and error” atau pun dengan metode berfikir.
Mengenai jenis belajar lewat pengalaman praktis atau “trial and
error” ini, al-Qur’an mengisyaratkan dalam ayat berikut:
الد ْنيَا َو ُه ْم َعنِا آْل َ ِخَر ِة ُه ْم َغا فِلُ ْو َن ِ َيعلَمو نَظ
ُّ اهًرا ِمنَا حْلَيَ ِاة ُْ َْ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.[26]
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Apabila dalam proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka
harapan tercapainya tujuan pendidikan akan sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan
beberapa hadist juga menganjurkan untuk menggunakan metode dalam proses
pembelajaran. Metode pembelajaran yang termuat dalam al-Quran pun memiliki
banyak macam diantaranya:
1. Metode Pembelajaran dalam Surah an-Nahl ayat 125. Dari surah an-Nahl ini
tercantum 3 metode pembelajaran, diantaranya:
a). metode hikmah (bijaksana),
b). metode nasihat/pengajaran yang baik (mauizhah hasanah)
c). metode diskusi (jidal)
2. metode teladan/meniru
3. metode ceramah
4. metode pengalaman praktis/trial and eror dan metode berpikir
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Isma’il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir; Juz 4 al-Hijr 2 S.D
an-Nahl 128. Bandung: Sinar BaruAlgensindo. 2003.
https://areksumberjati.wordpress.com/2015/01/01/hadits-bukhari-936-956-bab-witir-dan-
shalat-istisqa/, diakses 8 Mei 2016.
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi; Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2014.
Thobroni, Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press.
2013.