Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP

PERANTARA JUAL BELI NARKOTIKA GOLONGAN I


(Studi Perkara Nomor 1066/PID/B/2012/PN.TK)

ZAINAB OMPU JAINAH


Dosen Fakultas Hukum Universitas Bandar lampung Jl. ZA Pagar Alam No. 26
Labuhan Ratu Bandar Lampung

ABSTRACT
Narcotics that occurs in the community and is an unlawful act, either offering for
sale, selling, purchasing, receiving, became an intermediary in the sale and purchase,
exchange or cede Narcotics Group I. The problem in this paper is how the criminal
responsibility of the intermediary selling narcotics Category I not plant?,. The method
used is a normative juridical approach. The collection of data based on literature studies,
data analysis performed by qualitative analysis. Results of the study describes the criminal
responsibility of the perpetrators as an intermediary for the sale and purchase of Narcotics
Group I Not Plants by imprisonment for 5 (five) years and a fine of Rp 1,000,000,000 (one
billion rupiah) with the provision that if the fine is not paid to be replaced by confinement
for 3 (three months). Suggestions can be submitted that needs to be disseminated and
counseling dangers of drugs starting from elementary school students to the level of
Higher Education.
Keywords: Criminal accountability, Purchase, Narcotics

I.PENDAHULUAN mengembangkan usaha peredaran gelap


Salah satu tindak pidana adalah narkotika.
penyalahgunaan narkotika, penyalah Tindak pidana narkotika yang bersifat
gunaan Narkotika mendorong adanya transnasional dilakukan dengan
peredaran gelap yang makin luas dan
menggunakan modus operandi dan
berdimensi internasional, oleh karena itu
diperlukan pencegahan dan teknologi canggih, termasuk pengamanan
penanggulangan narkotika dan upaya hasil-hasil tindak pidana narkotika.
pemberantasan peredaran gelap mengingat Perkembangan kualitas tindak pidana
kemajuan perkembangan komunikasi, narkotika sudah menjadi ancaman serius
informasi dan transportasi dalam era bagi kehidupan manusia. Meskipun
globalisasi saat ini. (Lydia Harlina Marton, narkotika bermanfaat dan diperlukan untuk
Membantu Pencandu Narkoba dan
pengobatan dan pelayanan kesehatan,
Keluarga, Balai Pustaka, Jakarta, 2006,
hlm). namun apabila disalahgunakan atau
Peningkatan peredaran gelap narkotika digunakan tidak sesuai standar pengobatan,
tidak terlepas dari kegiatan organisasi- terlebih jika disertai dengan peredaran
organisasi kejahatan trans nasional yang narkotika secara illegal akan menimbulkan
beroperasi di berbagai negara dalam suatu dampak yang merugikan perorangan
jaringan kejahatan internasional, karena maupun masyarakat khususnya generasi
keuntungan yang sangat besar, organisasi muda, bahkan dapat menimbulkan bahaya
kejahatan tersebut berusaha dengan segala yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-
cara untuk mempertahankan dan nilai budaya bangsa.

16 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


Norma dan kaidah yang berlaku di Narkotika Golongan I, dipidana seumur
masyarakat saat ini sudah tidak lagi di hidup atau pidana penjara paling singkat 5
patuhi dan dihormati sehingga banyak (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
sekali pelanggaran-pelanggaran yang tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
dilakukan. Untuk itu masyarakat 1.000.000.000 (satu milliar rupiah) dan
memerlukan hukum yang berfungsi sebagai paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh
pengatur segala tindakan yang dilakukan milliar rupiah).
manusia dalam bermasyarakat, oleh karena Berdasarkan uraian-uraian tersebut di
itu, dalam menjalankan fungsi hukum itu atas, maka penulis perlu mengetahui secara
pemerintah dapat menggunakan alat paksa lebih mendalam bagaimana
yang lebih keras yaitu berupa sanksi, sanksi pertanggungjawaban pidana bagi pelaku
merupakan suatu akibat yang timbul tindak pidana perantara jual beli narkotika
diberikan dari reaksi atau suatu perbuatan, golongan I bukan tanaman.
contohnya sanksi pidana yang diberikan II.PEMBAHASAN
terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika Pertanggungjawaban Pidana
yang saat ini merupakan hal yang perlu Menurut Roeslan Saleh,
sekali mendapat perhatian khusus pertanggungjawaban adalah sesuatu yang
mengingat dampak-dampak yang dapat harus dipertanggungjawabkan atas
perbuatan yang telah dilakukan, yaitu
ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika
perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan
tersebut. dipertanggungjawab kan oleh si
Narkotika di sisi lain sering digunakan pembuatnya dengan kata lain kesadaran
di luar kepentingan medis dan ilmu jiwa orang yang dapat menilai, menentukan
pengetahuan, yang pada akhirnya akan kehendaknya tentang perbuatan tindak
menjadi suatu bahaya bagi si pemakai, dan pidana yang dilakukan berdasarkan putusan
juga dapat memberi pengaruh pada tatanan yang berkekuatan hukum yang tetap. Untuk
adanya pertanggungjawaban pidana harus
kehidupan sosial masyarakat, bangsa dan
jelas terlebih dahulu siapa yang dapat
Negara. Hampir setiap Negara di dunia dipertanggungjawabkan, ini berarti harus
menyatakan perang terhadap dipastikan dahulu yang dinyatakan sebagai
penyalahgunaan narkotika, dan pembuat untuk suatu tindak pidana.
menganggapnya sebagai suatu kejahatan (Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan
berat, terutama bagi penanaman bibit, Pertanggungjawaban Pidana, Ang kasa,
memproduksi, meracik secara illegal, dan Jakarta, 1981, hlm. 126).
Barda Nawawi Arief menjelaskan
para pengedar ataupun perantara.
bahwa pertanggung jawaban menurut ilmu
Mengingat peredaran narkotika banyak hukum adalah kemampuan bertanggung
terjadi di kalangan masyarakat dan jawab seseorang terhadap kesalahannya
merupakan suatu perbuataan melanggar telah melakukan atau tidak melakukan
hukum sesuai dengan Pasal 114 Undang- perbuatan-perbuatan dilarang oleh undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang undang dan tidak dibenarkan masyarakat
atau tidak patut menurut pandangan
Narkotika menyatakan bahwa setiap orang
masyarakat, melawan hukum dan kesalahan
tanpa hak atau melawan hukum adalah unsur-unsur peristiwa pidana atau
menawarkan untuk dijual, menjual, perbuatan pidana (delik) dan antara
membeli, menerima, menjadi perantara keduanya terdapat hubungan yang erat dan
dalam jual beli, menukar atau menyerahkan saling terkait. (Barda Nawawi Arief,

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 17


Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan b. Kesengajaan secara keinsyafan
Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra kepastian (opzet bij zekerheids-
Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 106). bewustzinj)
Moeljatno menyatakan bahwa
Kesengajaan semacam ini ada
pertanggungjawaban pidana tidak cukup
dengan dilakukannya perbuatan pidana saja, apabila si pelaku dengan
akan tetapi di samping itu harus ada perbuatannya tidak bertujuan untuk
kesalahan, atau sikap batin yang dapat mencapai akibat yang menjadi dasar
dicela, ternyata pula dalam asas hukum dari delict, tetapi ia tahu benar
yang tidak tertulis tidak dipidana jika tidak bahwa akibat itu pasti akan
ada kesalahan (green straf zonder schuld, mengikuti perbuatan itu.
ohne schuld keine strafe). (Barda Nawawi
c. Kesengajaan secara keinsyafan
Arief, hlm, 108.)
Kesalahan pelaku tindak pidana menurut kemungkinan (opzet bij
Wirjono Prodjodikoro berupa 2 (dua) mogerlijkheids-bewustzinj)
macam, yakni : Lain halnya dengan kesengajaan
1. Kesengajaan (Opzet) yang terang-terangan tidak disertai
Dalam teori kesengajaan (opzet) yaitu bayangan suatu kepastian akan
mengkehendaki dan mengetahui terjadi akibat yang bersangkutan,
(willens en wettens) perbuatan yang tetapi hanya dibayangkan suatu
dilakukan terdiri dari 2 (dua) teori yaitu kemungkinan belaka akan akibat itu.
: 2. Culpa
a. Teori kehendak (wilstheorie) adanya Arti kata culpa adalah kesalahan pada
umumnya, tetapi dalam ilmu pengetahuan
kehendak untuk mewujudkan unsur-
hukum mempunyai arti teknis yaitu suatu
unsur tindak pidana dalam undang- macam kesalahan si pelaku tindak pidana
undang. yang tidak seberat seperti kesengajaan,
b. Teori pengetahuan atau yaitu kurang berhati-hati sehingga akibat
membayangkan (voorstellings yang tidak disengaja terjadi. (Wirjono
theorie), pelaku mampu Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di
membayangkan akan timbulnya Indonesia, Repika Aditama, Bandung,
2003, hlm. 65-72.)
akibat dari perbuatannya.
Berdasarkan uraian pendapat ahli tersebut
Sebagian besar tindak pidana
di atas, maka dapat diketahui bahwa
mempunyai unsur kesengajaan atau
pertanggungjawaban pidana merupakan
opzet.
bentuk atau wujud tanggung jawab dari
Kesengajaan ini mempunyai 3 (tiga)
seseorang yang nyata dan terbukti telah
macam jenis, yaitu :
melakukan suatu perbuatan/tindak pidana
a. Kesengajaan yang bersifat tujuan
yang telah ditentukan oleh peraturan
(oogmerk)
perundang-undangan sebagai norma yang
Dapat dikatakan bahwa si pelaku
mengatur kehidupan masyarakat.
benar-benar menghendaki mencapai
Pengertian Narkotika
akibat yang menjadi pokok alasan
Pengertian Narkotika berdasar kan
diadakan ancaman hukuman pidana.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau

18 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


bukan tanaman , baik sintetis maupun atau seumur hidup atau hukuman mati
sintetis, yang dapat menyebabkan atau denda.
penurunan atau perubahan kesadaran, Pemakaian narkotika secara berlebihan
hilangnya rasa, mengurangi sampai tidak menunjukan jumlah atau dosisnya,
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat tetapi yang terpenting pemakaiannya
berakibat pada gangguan salah satu fungsi
menimbulkan ketergantungan.
baik fisik, psikologis, maupun sosial.
Tindak pidana narkotika dapat Gangguan fisik berarti gangguan fisik pada
diartikan dengan suatu perbuatan yang organ tubuh, seperti penyakit hati, depresi.
melanggar ketentuan-ketentuan hukum Wujud gangguan fisik dan psikologis
Narkotika, dalam hal ini adalah Undang- bergantung pada jenis narkotika yang
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang digunakan. Gangguan sosial meliputi
Narkotika dan ketentuan lain yang kesulitan berinteraksi dengan orang tua,
pekerjaan, sekolah, keuangan, dan
termasuk, atau bertentangan dengan
berurusan dengan polisi. Lidya Harlina
Undang-Undang tersebut. Martono, Satya Joewana, pencegahan dan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor penanggulangan penyalahgunaan
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tindak narkotika, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, hlm
pidana Narkotika di bedakan menjadi 3 17).
(tiga) bagian yaitu : Selain dari pada dampak negatif
1. Pengguna tersebut, sipemakai akan mengalami
Pengguna yaitu orang yang ketergantungan dan pada saaat tertentu
menggunakan Narkotika bagi dirinya tubuhnya akan meminta untuk diberikan zat
sendiri. Pengguna Narkotika dapat itu kembali dengan dosis yang lebih
dikenakan sanksi pidana berdasarkan banyak. Hal ini akan terus berlangsung
Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 terus menerus sepanjang perjalanan
Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan hidupnya bila ia tidak ada kemauan atau
paling lama hukuman 4 (empat) tahun tekad yang dalam pada diri nya untuk
penjara. berhenti menggunakan narkotika.
2. Pengedar Narkotika dapat digolongkan menjadi 3
Pengedar yaitu penjual narkotika secara golongan yaitu:
illegal. Pengedar dapat dikenakan sanksi 1. Narkotika Golongan I
pidana berdasarkan Pasal 114 Undang- Narkotika ini hanya dapat di gunakan
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang untuk tujuan pengembang an ilmu
Narkotika, dengan ancaman maksimal pengetahuan dan tidak digunakan dalam
hukuman 20 tahun atau seumur hidup terapi serta mempunyai potensi sangat
atau hukuman mati atau denda. tinggi yang mengakibatkan Ke
3. Produsen tergantungan contohnya : Heroin,
Produsen yaitu orang yang membuat Cocain, Ganja, Shabu, Extacy, LSD,
atau memproduksi narkotika secara Opium.
illegal, produsen narkotika dapat 2. Narkotika Golongan II
dikenakan sanksi pidana berdasarkan Narkotika ini adalah yang berkhasiat
Pasal 113 Undang-Undang Nomor 35 untuk pengobatan dan banyak digunakan
Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan sebagai pilihan terakhir dan dapat
ancaman maksimal hukuman 20 tahun digunakan dalam terapi atau dapat untuk

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 19


tujuan pengembangan ilmu pengetahuan wewenang khusus oleh undang-undang
yang mempunyai potensi tinggi yang untuk melakukan penyidikan.
dapat mengakibatkan ke tergantungan (2) Penyidikan adalah serangkaian tindakan
contohnya : Morfin, Petidin. penyidik dalam hal dan menurut cara
3. Narkotika Golongan III yang diatur dalam undang-undang ini
Narkotika jenis ini yang berkhasiat untuk untuk mencari serta mengumpulkan
pengobatan dan banyak digunakan bukti yang dengan bukti itu membuat
dalam terapi dan pengembangan Ilmu terang tentang tindak pidana yang
pengetahuan terjadi dan guna menemukan
Yang mempunyai potensi tersangkanya.
ringan mengakibatkan ketergantung an. Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang
Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Tahun 2009 tentang Narkotika : Republik Indonesia, menentukan bahwa
1. Setiap orang yang tanpa hak atau dalam rangka menyelenggarakan tugas
melawan hukum menawarkan untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan
dijual, menjual, membeli, menerima, 14 di bidang proses pidana,Kepolisian
menjadi perantara dalam jual beli, Negara Republik Indonesia berwenang
menukar, atau menyerahkan Narkotika untuk :
Golongan I, dipidana dengan pidana a. Melakukan penangkapan, penahan an,
penjara seumur hidup atau pidana penggeledahan dan penyitaan;
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan b. Melarang setiap orang meninggal kan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau memasuki tempat kejadian perkara
pidana denda paling sedikit Rp. untuk kepentingan penyidikan;
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) c. Membawa dan menghadapkan orang
dan paling banyak Rp. kepada penyidik dalam rangka
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar penyidikan;
rupiah). d. Menyuruh berhenti orang yang
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap dicurigai dan menanyakan serta
Pelaku Sebagai Perantara Jual Beli memeriksa tanda pengenal diri;
Narkotika e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan
Pertanggungjawaban pidana terhadap surat;
pelaku sebagai perantara jual beli Narkotika f. Memanggil orang untuk didengar dan
Golongan I Bukan Tanaman, maka akan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
diuraikan mengenai tindakan yang akan g. Mendatangkan orang ahli yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum diperlukan dalam hubungannya dengan
mulai dari Aparat Kepolisian, Aparat pemeriksaan perkara;
Kejaksaan dan Aparat Pengadilan. h. Mengadakan penghentian penyidi kan;
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) i. Menyerahkan berkas perkara kepada
KUHAP yang dimaksud dengan penyidik penuntut umum;
dan penyidikan adalah sebagai berikut : j. Mengajukan permintaan secara
(1) Penyidik adalah pejabat Polisi Negara langsung kepada pejabat imigrasi yang
Republik Indonesia atau pejabat berwenang di tempat pemeriksaan
pegawai negeri tertentu yang diberi imigrasi dalam keadaan mendesak atau

20 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


mendadak untuk mencegah atau a. Membuat berita acara pemeriksaan
menangkal orang yang disangka (BAP) tentang hasil penyidikan.
melakukan tindak pidana; b. Menurut Pasal 8 Undang-Undang
k. Memberi petunjuk dan bantuan Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP,
penyidikan kepada penyidik pegawai apabila penyidikan telah selesai maka
negeri sipil serta menerima hasil penyidik wajib segera menyerahkan
penyidikan penyidik pegawai negeri berkas perkara tersebut kepada Penuntut
sipil untuk diserahkan kepada penuntut Umum, penyerahan berkas perkara
umum; dan tersebut dilakukan melalui dua tahap
l. Mengadakan tindakan lain menurut yaitu :
hukum yang bertanggung jawab. 1) Penyidik hanya menyerahkan berkas
Penyidikan berguna untuk mencari perkara.
serta mengumpulkan bukti-bukti yang pada 2) Jika tahap penyidikan dianggap
tahap pertama berdasarkan bukti permulaan selesai, Penyidik menyerahkan
yang cukup dan harus dapat memberikan tanggung jawab atas tersangka dan
keyakinan, walaupun sifatnya masih barang bukti kepada Penuntut
sementara, maka Polisi sebagai penyidik Umum.
akan mengambil langkah-langkah yang c. Bahwa tersangka telah melanggar
perlu untuk mengungkapkan tindak pidana ketentuan Undang-Undang Nomor 35
yang terjadi, khususnya sebagai perantara Tahun 2009 tentang Narkotika.
jual beli Narkotika Golongan I Bukan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
Tanaman. Langkah-langkah tersebut yaitu dianalisis bahwa dalam melakukan
Polisi setelah mendapatkan laporan adanya penyidikan, Polisi sebagai penyidik dalam
indikasi terjadinya sebagai perantara jual mengumpulkan bukti-bukti dan berdasarkan
beli Narkotika Golongan I Bukan Tanaman, pada bukti permulaan yang cukup, yang
langsung mengadakan penyelidikan dan terdiri dari minimal 2 (dua) orang saksi dan
penyidikan terhadap laporan tersebut. alat bukti lainnya seperti keterangan ahli,
Apabila data-data dari laporan tentang surat, petunjuk serta keterangan terdakwa.
adanya tindak pidana tersebut, maka pihak Bukti permulaan tersebut harus dapat
Kepolisian melakukan proses lanjutan. memberikan keyakinan, walaupun sifatnya
Proses lanjutan tersebut dengan meminta masih sementara, dan apabila ada
keterangan mengenai identitas tersangka pengaduan/ laporan tentang adanya indikasi
dan data-data serta dokumen, kemudian tindak pidana, maka pihak Kepolisian harus
melakukan penyelidikan lebih lanjut segera mengambil langkah-langkah yang
tentang modus yang digunakan pelaku. proaktif dengan segera untuk mengungkap
Setelah barang bukti dan saksi kasus tersebut dengan mengumpulkan alat-
menunjukkan adanya indikasi tindak alat bukti serta mendatangkan saksi-saksi
pidana, maka dilakukan penangkapan dan yang berkaitan dengan kasus tersebut
penahanan terhadap tersangka. karena pihak Kepolisian merupakan pihak
Selanjutnya pada tingkat penyidikan, penyidik yang akan mengungkap serta
Azhari menyatakan bahwa tugas dan menemukan siapa tersangka dari tindak
wewenang Penyidik Polisi adalah sebagai pidana tersebut. Setelah penyidik selesai
berikut : melakukan penyidikan, maka berkas hasil

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 21


penyidikan yang terdari dari BAP, alat c. Memberikan perpanjangan penahan an,
bukti dan tersangka dilimpahkan ke Jaksa melakukan penahanan atau penahanan
Penuntut Umum untuk dilakukan lanjutan dan atau mengubah status
penuntutan. tahanan setelah perkaranya dilimpahkan
Sesuai dengan Pasal 1 angka 6 b oleh penyidik;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 d. Membuat surat dakwaan;
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
menentukan bahwa Penuntut Umum adalah f. Menyampaikan pemberitahuan kepada
mereka yang diberikan wewenang oleh terdakwa tentang ketentuan hari dan
undang-undang ini melakukan penuntutan waktu perkara disidangkan yang disertai
dan melaksanakan ketetapan Hakim. surat panggilan, baik kepada terdakwa
Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang maupun kepada saksi, untuk datang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan pada sidang yang telah ditentukan;
Republik Indonesia, menentukan bahwa di g. Melakukan penuntutan;
bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas h. Menutup perkara demi kepentingan
dan wewenang : hukum;
a. Melakukan penuntutan; i. Mengadakan tindakan lain dalam
b. Melaksanakan penetapan hakim dan lingkup tugas dan tanggung jawab
putusan pengadilan yang telah sebagai penuntut umum menurut
memperoleh kekuatan hukum tetap; ketentuan undang-undang ini;
c. Melakukan pengawasan terhadap j. Melaksanakan penetapan hakim.
pelaksanaan putusan pidana bersyarat, Selanjutnya M. Rama Erfan, selaku
putusan pidana pengawas an, dan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan
keputusan lepas bersyarat; Negeri Bandar Lampung menyatakan
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak bahwa setelah menerima hasil penyidikan
pidana tertentu berdasarkan undang- tersebut berupa pelimpahan perkara yaitu
undang; Berita Acara Pemeriksaan, alat bukti dan
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan tersangka, langkah-langkah yang ditempuh
untuk itu dapat melakukan pemeriksaan oleh Penuntut Umum adalah segera
tambahan sebelum dilimpahkan ke melakukan tindakan persiapan dalam
pengadilan yang dalam pelaksanaannya rangka melakukan penuntutan dengan jalan
dikoordinasi kan dengan penyidik. mempelajari dan meneliti apakah orang
Pasal 14 KUHAP, menentukan bahwa atau benda yang tersebut dalam hasil
penuntut umum mempunyai wewenang : penyidikan telah sesuai atau telah
a. Menerima dan memeriksa berkas memenuhi syarat pembuktian.
perkara penyidikan dari penyidik atau Ditambahkan oleh M. Rama Erfan,
penyidik pembantu; bahwa dalam proses penuntutan terhadap
b. Mengadakan pra penuntutan apabila ada tindak pidana terdapat dua asas yaitu :
kekurangan pada penyidikan dengan 1) Asas Legalitas, yaitu Penuntut Umum
memperhatikan ketentuan Pasal 110 diwajibkan menuntut semua orang yang
ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi dianggap cukup alasan bahwa yang
petunjuk dalam rangka penyempurnaan bersangkutan telah melakukan
penyidikan dari penyidik; pelanggaran hukum.

22 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


2) Asas Oportunitas, yaitu Penuntut 1. Menyatakan terdakwa I Ibramsyah Bin
Umum tidak diharuskan menuntut Ibrahim dan terdakwa II Ferdian Bin
seseorang meskipun yang bersangkutan Efendi telah terbukti secara sah dan
sudah jelas melakukan tindak pidana meyakinkan bersalah melakukan
yang dapat dihukum. tindakn pidana “tanpa hak dan melawan
Berdasarkan penelitian di Kejaksaan hukum melakukan percobaan menjual
Negeri Bandar Lampung, menurut M. atau mengedarkan narkotika”
Rama Erfan menyatakan bahwa penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
adalah tindakan penuntut umum untuk ayat (1) Undang-Undang Nomor 35
melimpahkan perkara pidana ke pengadilan Tahun 2009 tentang Narkotika dalam
negeri yang berwenang dalam hal dan dakwaan alternatif kedua;
menurut cara yang diatur dalam undang- 2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap
undang ini dengan permintaan supaya terdakwa I Ibramsyah Bin Ibrahim dan
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang terdakwa II Ferdian Bin Efendi masing-
pengadilan. masing selama 6 (enam) tahun
Lebih lanjut dijelaskan oleh M. Rama dikurangi selama para terdakwa ditahan
Erfan, bahwa Hukum Acara Pidana di dengan perintah para terdakwa tetap
Indonesia menganut sistem pembuktian ditahan dan membayar denda masing-
negatif, dalam arti pemidanaan didasarkan masing sebesar Rp. 1.000.000.000,-
kepada pembuktian yang berganda, yaitu (satu milyar rupiah) subsidair 6 (enam)
pada peraturan perundang-undangan dan bulan penjara;
pada keyakinan hakim dan menurut 3. Menyatakan barang bukti berupa :
undang-undang, dasar keyakinan hakim itu a. Uang tunai sebesar Rp. 200.000,-
bersumberkan pada peraturan perundang- (dua ratus ribu rupiah);
undangan. Hal ini didasarkan pada Pasal b. 1 (satu) unit sepeda motor Honda
183 KUHAP yang menyatakan bahwa dari Beat No. Pol. BE 8026 CD;
dua alat bukti sah itu diperoleh keyakinan Dipergunakan dalam perkara
hakim. terdakwa Gunawan;
Menurut M. Rama Erfan, mengatakan c. 1 (satu) buah handphone;
bahwa Jaksa sebelum menyusun surat Dirampas untuk dimusnahkan;
tuntutan pidana harus mempertimbangkan 4. Menetapkan para untuk terdakwa
unsur-unsur mana yang terbukti dan unsur- membayar biaya perkara masing-
unsur mana yang tidak terbukti, sehingga ia masing sebesar Rp. 2000,- (dua ribu
dapat menentukan tuntutannya apakah akan rupiah);
dituntut pemidanaan, pelepasan dari semua Ditambahkan oleh M. Rama Erfan,
tuntutan ataupun pembebasan. bahwa terdakwa Dedi Bin Usman diajukan
Setelah mendengar tuntutan Jaksa ke persidangan dengan dakwaan alternatif
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut :
sebagai berikut, supaya Majelis Hakim Kesatu : Perbuatan terdakwa diatur dan
Pengadilan Negeri Tanjungkarang yang diancam pidana dalam Pasal 114
memeriksa dan mengadili perkara ini ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1)
memutuskan : Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika;

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 23


Kedua : Perbuatan terdakwa diatur dan lingkungan peradilan militer,
diancam pidana dalam Pasal 112 lingkungan peradilan tata usaha negara,
ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1) dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun (3) Badan-badan lain yang fungsinya
2009 tentang Narkotika; berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
Ketiga : Perbuatan terdakwa diatur dan diatur dalam undang-undang.
diancam pidana dalam Pasal 127 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Narkotika; Kehakiman Republik Indonesia disebutkan
Berdasarkan uraian di atas dapat bahwa Kekuasaan Kehakiman adalah
dianalisis bahwa setelah menerima hasil kekuasa an negara yang merdeka untuk
penyidikan dari pihak Kepolisian berupa menyelenggarakan peradilan guna
pelimpahan Berita Acara Pemeriksaan, menegakkan hukum dan keadilan
maka Penuntut Umum segera melakukan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
tindakan persiapan dalam rangka Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
melakukan penuntutan dengan mempelajari 1945, demi terselenggaranya Negara
dan meneliti apakah orang/benda tersebut Hukum Republik Indonesia.
telah sesuai dengan syarat-syarat Pengertian hakim dan lembaga
pembuktian dan sebelum menyusun surat peradilan berdasarkan Pasal 1 ayat (8)
tuntutannya, Jaksa harus mem Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
pertimbangkan unsur-unsur terbukti dan 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab
yang tidak terbukti sehingga dapat Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
menentukan apakah dituntut pemidana an hakim adalah pejabat peradilan negara yang
atau pelepasan/pembebasan dari semua diberi wewenang oleh undang-undang
tuntutan. Setelah surat dakwaan telah untuk mengadili.
lengkap, maka Jaksa Penuntut Umum Walaupun secara tidak jelas
membuat Surat Pelimpahan Perkara kepada dinyatakan mengenai tugas, fungsi dan
Pengadilan Negeri serta menunggu wewenang hakim di dalam Undang-Undang
penetapan hari sidang. Nomor 4 Tahun 2004 jo Undang-Undang
Menurut keterangan dari Rudi Rafli Nomor 48 Tahun 2009, akan tetapi pada
Siregar, bahwa kekuasaan Kehakiman di intinya terlihat adanya kewajiban hakim di
Indonesia secara jelas dinyatakan dalam pengadilan yaitu sebagaimana diatur dalam
Pasal 24 UUD 1945, sebagai berikut : Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan (1) Hakim dan hakim konstitusi wajib
kekuasaan yang merdeka untuk menggali, mengikuti, dan memahami
menyelenggarakan peradilan guna nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
menegakkan hukum dan keadilan. yang hidup dalam masyarakat.
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh (2) Hakim dan hakim konstitusi harus
sebuah Mahkamah Agung dan badan memiliki integritas dan kepribadian
peradilan yang berada di bawahnya yang tidak tercela, jujur, adil,
dalam lingkungan pe radilan umum, profesional, dan berpengalaman di
lingkungan peradil an agama, bidang hukum.

24 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


(3) Hakim dan hakim konstitusi wajib Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4
menaati Kode Etik dan Pedoman Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 48
Perilaku Hakim. Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Menurut Pasal 8 Undang-Undang adalah kekuasaan negara yang merdeka
Nomor 4 Tahun 2004 jo Undang-Undang untuk menyelenggarakan peradilan guna
Nomor 48 Tahun 2009, dinyatakan bahwa : menegakkan hukum dan keadilan
(1) Setiap orang yang disangka, ditangkap, berdasarkan Pancasila, demi
ditahan, dituntut, atau dihadapkan di terselenggaranya negara hukum;
depan pengadilan wajib dianggap tidak Menurut Rudi Rafli Siregar,
bersalah sebelum ada putusan menyatakan bahwa badan peradilan
pengadilan yang menyatakan bertugas untuk menerima, memeriksa,
kesalahannya dan telah memperoleh mengadili serta menyelenggarakan setiap
kekuatan hukum tetap. perkara yang diajukan padanya. Untuk
(2) Dalam mempertimbangkan berat menjamin terlaksananya maksud sampai
ringannya pidana, hakim wajib mendapatkan hasil yang diharapkan perlu
memperhatikan pula sifat yang baik dan adanya penegakan hukum dan keadilan
jahat dari terdakwa. selaku badan pelaksana, yang melakukan
Selanjutnya, di dalam Pasal 10 ayat (1) tugasnya seadil-adilnya dan tidak memihak
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 jo sehingga keadilan dapat dijalankan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 seobyektif mungkin maka sesuai dengan
dinyatakan bahwa Pengadilan dilarang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 jo
menolak untuk memeriksa, mengadili, dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008
memutus suatu perkara yang diajukan tentang Kekuasaan Kehakiman RI.
dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau Pasal 191 Undang-Undang Nomor 8
kurang jelas, melainkan wajib untuk Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
memeriksa dan mengadilinya. menyebutkan ada tiga macam putusan :
Pengertian hakim dan lembaga (1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari
peradilan menurut Rudi Rafli Siregar selaku hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan
Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA terdakwa atas perbuatan yang
Tanjungkarang bahwa berdasarkan Pasal 1 didakwakan kepadanya tidak terbukti
ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 58 secara sah dan meyakinkan, maka
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kitab terdakwa diputus bebas;
Undang-Undang Hukum Acara Pidana : (2) Jika pengadilan berpendapat bahwa
a. Hakim adalah pejabat peradilan negara perbuatan yang didakwakan kepada
yang diberi wewenang oleh undang- terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu
undang untuk mengadili; tidak merupakan suatu tindak pidana,
b. Lembaga Peradilan adalah merupakan maka terdakwa diputus lepas dari segala
pelaksaan penerapan hukum terhadap tuntutan hukum;
suatu perkara dengan suatu putusan (3) Dalam hal sebagaimana dimaksud
hakim yang bersifat melihat putusan dalam ayat (1) dan ayat (2), terdakwa
mana dapat berupa pemidanaan yang ada dalam status tahanan
terhadap orang yang bersalah; diperintahkan untuk dibebaskan seketika

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 25


itu juga kecuali karena ada alasan lain keadaan yang memberatkan dan
yang sah, terdakwa perlu ditahan. yang meringankan;
Lebih lanjut Rudi Rafli Siregar, (7) Hari dan tanggal diadakannya
menyatakan bahwa Hakim menjatuhkan musyawarah majelis hakim kecuali
hukuman dengan berpedoman pada : perkara diperiksa oleh hakim
a. Surat dakwaan dari Jaksa Penuntut tunggal;
Umum (8) Pernyataan kesalahan terdakwa,
b. Hasil sidang pembuktian pernyataan telah terpenuhi semua
c. Surat tuntutan pidana (requistor) dari unsur dalam rumusan tindak
Jaksa Penuntut Umum pidana disertai dengan
d. Hal-hal yang memberatkan dan kualifikasinya dan pemidanaan
meringankan dari pertimbangan hakim atau tindakan yang dijatuhkan;
Berdasarkan pedoman di atas, maka (9) Ketentuan kepada siapa biaya
hakim berdasarkan Pasal 183 atau Pasal perkara dibebankan dengan
184 KUHAP serta Undang-Undang Nomor menyebutkan jumlahnya yang
4 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor pasti dan ketentuan mengenai
48 Tahun 2008 menjatuhkan putusannya, barang bukti;
sedangkan formalitas putusan harus (10) Keterangan bahwa seluruh surat
berpedoman pada Pasal 197 KUHAP : ternyata palsu atau keterangan di
1. Surat putusan pemidanaan memuat : mana letak kepalsuan itu, jika
(1) Demi Keadilan Berdasarkan terdapat surat otentik dianggap
Ketuhanan Yang Maha Esa; palsu;
(2) Nama lengkap, tempat lahir, umur, (11) Perintah supaya terdakwa ditahan
jenis kelamin, kebangsaan, tempat atau tetap dalam tahanan atau
tinggal, agama dan pekerjaan dibebaskan;
terdakwa; (12) Hari dan tanggal putusan, nama
(3) Dakwaan, sebagaimana terdapat penuntut umum, nama hakim yang
dalam surat dakwaan; memutus dan nama panitera;
(4) Pertimbangan yang disusun secara 2. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam
ringkas mengenai fakta dan ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k dan l
keadaan beserta alat pembuktian pasal ini mengakibatkan putusan batal
yang diperoleh dari pemeriksaan di demi hukum;
sidang yang menjadi dasar 3. Putusan dilaksanakan dengan segera
penentuan kesalahan terdakwa; menurut ketentuan dalam undang-
(5) Tuntutan pidana, sebagaimana undang ini.
terdapat dalam surat tuntutan; Menurut Rudi Rafli Siregar, ada tiga
(6) Pasal peraturan perundang- sistem pembuktian, yaitu :
undangan yang menjadi dasar a. Sistem pembuktian berdasarkan Undang-
pemidanaan atau tindakan dan Undang secara positif (Positif
pasal peraturan perundang- Wettelijke). Sistem atau teori pembuktian
undangan yang menjadi dasar berdasarkan undang-undang secara
hukum dari putusan, disertai positif (positief wettelijk) ini berusaha
untuk menyingkirkan semua

26 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


pertimbangan subjektif hakim dan dan melawan hukum melakukan
mengikat hakim secara ketat menurut percobaan menjadi perantara dalam jual
peraturan-peraturan pembuktian yang beli Narkotika Golongan I bukan
keras. Tanaman”;
b. Sistem pembuktian berdasarkan 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa
keyakinan hakim (Conviction in time). I Ibramsyah Bin Ibrahim dan terdakwa
Hakim dapat memutuskan seseorang II Ferdian Bin Efendi oleh karena itu
bersalah berdasar keyakinannya, dengan pidana penjara masing-masing
keyaninan yang didasarkan kepada selama 5 (lima) tahun dan denda sebesar
dasar-dasar pembuktian disertai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
suatu kesimpulan (conclusie) yang dengan ketentuan apabila denda tidak
berlandaskan kepada peraturan-peraturan dibayar maka diganti dengan penjara
pembuktian tertentu. selama 3 (tiga) bulan;
c. Sistem pembuktian menurut undang- 3. Menyatakan barang bukti berupa :
undang sampai suatu batas (Negatif a. Uang tunai sebesar Rp. 200.000,-
Wettlijke). Hakim tidak boleh (dua ratus ribu rupiah);
menjatuhkan pidana kepada seorang, b. 1 (satu) unit sepeda motor Honda
kecuali apabila dengan sekurang- Beat No. Pol. BE 8026 CD;
kurangnya dua alat bukti yang sah ia Dipergunakan dalam perkara
memperoleh keyakinan bahwa suatu terdakwa Gunawan;
tindak pidana benar-benar terjadi dan c. 1 (satu) buah handphone;
bahwa terdakwalah yang bersalah Dirampas untuk dimusnahkan;
melakukannya. 4. Membebankan para terdakwa masing-
Selanjutnya Rudi Rafli Siregar selaku masing untuk membayar biaya perkara
Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah);
Tanjungkarang, menyatakan bahwa karena Berdasarkan uraian tersebut di atas
perbuatan terdakwa telah terbukti secara dapat dianalisis bahwa pertanggungjawaban
sah dan meyakinkan maka terdakwa harus pidana terhadap pelaku sebagai perantara
dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman jual beli Narkotika Golongan I Bukan
yang setimpal dengan kesalahannya. Tanaman yaitu terbukti secara sah dan
Setelah mendengar tuntutan Jaksa Penuntut meyakinkan bersalah melanggar Pasal 114
Umum, maka majelis hakim menjatuhkan ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-
putusan Nomor 1066/Pid.B/2012/PN.TK, Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan dijatuhi
mengingat Pasal 114 ayat (1) jo Pasal 132 oleh Majelis Hakim dengan pidana penjara
ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun selama 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp
2009, Undang-Undang Hukum Acara 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) dengan
Pidana serta perundang-undangan lain yang ketentuan bahwa jika denda tidak dibayar
berkaitan dengan perkara ini, mengadili : harus diganti dengan kurungan selama 3
1. Menyatakan terdakwa I Ibramsyah Bin (tiga) bulan. Putusan Majelis Hakim
Ibrahim dan terdakwa II Ferdian Bin tersebut belum maksimal dan masih terlalu
Efendi telah terbukti secara sah dan ringan bila dibandingkan dengan ketentuan
meyakinkan bersalah melakukan perundang-undangan, karena di dalam Pasal
tindakn pidana kejahatan “tanpa hak 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 27


Tahun 2009, ditentukan bahwa “Setiap DAFTAR PUSTAKA
orang yang tanpa hak atau melawan hukum A. BUKU
menawarkan untuk dijual, menjual, Lydia Harlina Marton, Membantu
membeli, menerima, menjadi perantara Pencandu Narkoba dan Keluarga,
dalam jual beli, menukar, atau Balai Pustaka, Jakarta, 2006.
menyerahkan Narkotika Golongan I, Moeljatno, Perbuatan Pidana Dan
dipidana dengan pidana penjara seumur Pertanggung Jawaban Dalam Hukum
hidup atau pidana penjara paling singkat 5 Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1993.
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) Moh. Taufik Makarao, Suharsil, dan Moh.
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. Zakky, Tindak Pidana Narkotika,
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003..
paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia,
(sepuluh miliar rupiah). Yayasan Badan Gajah Mada,
Putusan Majelis Hakim tersebut Yogyakarta, 1992.
dikatakan belum efektif karena masih Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum
menerapkan pidana paling singkat (paling Pidana di Indonesia, Repika
minimal) dari ketentuan undang-undang, Aditama, Bandung, 2003.
begitu pula dengan ketentuan dendanya. B. UNDANG-UNDANG DAN
Akan tetapi, putusan pidana penjara PERATURAN LAIN
tersebut juga tidak terlepas dari lamanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut tentang Pemberlakuan Kitab Undang-
Umum yaitu selama 6 (enam) tahun, Undang Hukum Pidana (KUHP).
sehingga Majelis Hakim dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
menjatuhkan putusannya tidak boleh Tentang Hukum Acara pidana
kurang dari 2/3 (dua per tiga) tuntutan (KUHAP).
jaksa. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
III.PENUTUP Tentang kepolisian Republik
Pertanggungjawaban pidana terhadap Indonesia.
pelaku sebagai perantara jual beli Narkotika Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
Golongan I Bukan Tanaman yaitu terbukti tentang Kejaksaan Republik ndonesia.
secara sah dan meyakinkan bersalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
melanggar Pasal 114 ayat (1) jo Pasal 132 Tentang Narkotika.
ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
2009 dan dijatuhi oleh Majelis Hakim tentang Perubahan Atas Undang-
dengan pidana penjara selama 5 (lima) Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang
tahun dan denda sebesar Rp 1.000.000.000 Kekuasan Kehakiman Republik
(satu milyar rupiah) dengan ketentuan Indonesia.
bahwa jika denda tidak dibayar harus
diganti dengan kurungan selama 3 (tiga)
bulan.

28 KEADILAN PROGRESIF Volume 6 Nomor 1 Maret 2015


C. SUMBER LAIN
Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA
Tanjungkarang Nomor
1066/PID/B/2012/PN.TK.
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1976.

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perantara Jual Beli....(Zainab Ompu Jainah) 29

Anda mungkin juga menyukai