Anda di halaman 1dari 37

Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya


Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur ISSN 2656-4041 (Media Online)
[

IMPLIKASI PENERAPAN PASAL-PASAL KARET DALAM


UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG
NARKOTIKA TERHADAP PENYALAHGUNA NARKOTIKA
UNTUK DIRINYA SENDIRI DALAM MEMPEROLEH HAK
REHABILITASI DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR
Oleh :

Indah Sari
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma,
Wakil Ketua Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) FH Unsurya serta
Anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)
Email : Indah.alrif@gmail.com

Niru Anita Sinaga


Dekan Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta dan
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta
Email : anita_s1naga@yahoo.com

Selamat Lumban Gaol


Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, aktif di LKBH FH
Unsurya, Anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), Anggota Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan
(APHK), dan Anggota Perkumpulan Perancang Dan Ahli Kontrak Indonesia (PAHKI)
Email : selamatlumbangaol@gmail.com
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak :

Kejahatan Narkotika sudah menjadi kejahatan Nasional suatu Negara bahkan menyangkut
kejahatan antarnegara dan transnegara, dengan perkembangan masif dan banyak dilakukan
oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari pelajar, pendidik, artis, pejabat, rakyat biasa
bahkan penegak hukum sendiri juga melakukan kejahatan narkotika. Sehingga kejahatan ini
sudah dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime). Dengan
diundangkan dan berlakunya UU 35/2009, yang dilandasi semangat ramah HAM melalui
dekriminalisasi penyalahguna narkotika untuk dirinya sendiri melalui pemberian rehabilitasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 127 UU 35/2009 diharapkan tercipta kepastian hukum dan
keadilan serta kemanfaatan bagi penyalahguna narkotika untuk dirinya sendiri melalui
pemberian rehabilitasi. Disisi lain dalam UU 35/2009 terdapat juga Pasal-Pasal Karet yaitu
Pasal 111 ayat (1) dan 112 ayat (1) UU 35/2009. Permasalahan yang timbul, mengapa Pasal
111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1) dalam UU 35/2009 disebut dengan pasal-pasal karet?, dan
bagaimana implikasi penerapan pasal-pasal karet dalam UU 35/2009 tersebut terhadap
penyalahguna narkotika untuk dirinya sendiri dalam memperoleh Rehabilitasi di Pengadilan
Negeri Jakarta Timur?. Untuk menjawab persoalan tersebut dalam penelitian ini digunakan
metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif) dengan pendekatan Undang-Undang
(statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) serta pendekatan kasus
(case approach), menggunakan data sekunder yang diperoleh dari sumber bahan hukum
primer, sekunder dan tertier. Setidaknya ditemukan dua Pasal-pasal Karet dalam UU 35/2009
yaitu Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1), dan dari 748 perkara tindak Pidana

134
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Narkotika di PN Jakarta Timur dalam kurun waktu Januari s/d Desember 2018, secara acak
diambil dan terpilih 10 (sepuluh) Putusan PN Jakarta Timur, tidak satupun putusannya
berupa pemberian rehabilitasi terhadap Terdakwa penyalahguna narkotika untuk diri sendiri,
melainkan semua putusannya berupa pemidanaan dengan pidana penjara terhadap
Terdakwa. Implikasi penerapan pasal-pasal karet tersebut terhadap pemberian rehabilitasi
bagi penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya sendiri di PN Jakarta Timur adalah terjadi
ketidakpastian hukum dan inkonsistensi oleh Hakim/Pengadilan dalam penerapan norma
Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) Jo. Pasal 127 UU 35/2009 tersebut, hal ini
mengakibatkan hilangnya independensi dan otonomi Hakim/Pengadilan dalam memberikan
Rehabilitasi bagi Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya sendiri tersebut, karena disyaratkan
adanya Surat Permohonan Rehabilitasi dan Surat Rekomendasi Rehabilitasi yang harus
diajukan sejak semula, mulai dari awal penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan persidangan
sebagaimana dimaksud dalam SEMA 04/2010 Jo. SEMA 03/2011. Agar tidak terjadi Pasal-
pasal karet dalam UU 35/2009 yaitu Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) tersebut,
Pemerintah perlu mengajukan perubahan UU 35/2009 melalui proses legislasi, atau kepada
masyarakat baik perorangan ataupun kelompok masyarakat dapat mengajukan permohonan
Pengujian Undang-Undang (PUU) ke Mahkamah Konstitusi, dengan objek pengujian bahwa
Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009 tersebut bertentangan dengan UUD
Negara R.I. 1945, dengan meminta MK bertindak sebagai positif legislator (positieve
legislator) dengan memberi tafsir baru atau berlaku bersyarat sesuai dengan tafsir MK
(constitutional conditional) atas Pasal UU 35/2009 tersebut.

Kata Kunci : UU No.35 Tahun 2009, Narkotika, Pasal Karet, Penyalahguna Narkotika
Untuk Dirinya Sendiri, Rehabilitasi.

Abstract:

Drug-related crime has became a massive national, international and transnational crime. Its
perpetrators include common people, students, lecturers, artists, public officers, even judicial officers. This
has became an extra-ordinary crime. After a more human rights friendly Drug-related Crime Act No
35/2009 were enacted, a crime of drug abuse for personal purposes would decriminalize by rehabilitation
as laid down in article 127 of Law No 35/2009. The article designed to create a legal assurance, fairness
and goodness for a drug abuser for personal purposes through a rehabilitation. However, there are also
some multi-interpretative parts concerning article 111 section (1) and article 112 section (1) of this law.
This research also focusing on implications of those articles for a drug abuser for personal purposes who
tried to get a rehabilitation in District Court of East Jakarta. Investigating the problem above, this
research exercised a normative juridical method with statute approach, conceptual approach and also
casuistical approach; while it is also refer to secondary data that we got from primary, secondary and
tertiary sources of law. We have found at least two multi-interpretative articles on Law No 35/2009; it
was article 111 section (1) and article 112 section (1). We have taken randomly ten judgments of District
Court of East Jakarta, and none of the verdict sent the accused to rehabilitate themselves, but rather to
punish them by imprisonment. To carry out those two multi-interpretative articles in rehabilitating drug
abuser for personal purposes in cases prosecuted by District Court of East Jakarta imply an uncertainty
and inconsistency by judges/court in enforcing article 111 section (1) and article 112 section (1) jo. article
127 of Drug-related Crime Act No 35/2009. This finally affected to obscure independence and autonomy
of judge/court in giving an opportunity for drug abusers for personal purposes to rehabilitate themselves
regarding that the defendant should apply for a request of rehabilitation and a recommendation letter for
a rehabilitation from the very beginning; means since police investigation, legal prosecution, to court
sessions as directed in SEMA 04/2010 Jo. SEMA 03/2011. In order to evade a multi-interpretation of
article 111 section (1) and article 112 section (1) of Drug-related Crime Act No 35/2009, it is essential for
governmental administration to propose a revision in legislation, otherwise for people to apply for a
judicial review to The Constitutional Court with object of trial that article 111 section (1) and article 112
section (1) of Drug-related Crime Act No 35/2009 is incompatible with Constitution of 1945. Asked as a

135
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

positive legislator, in this case, The Constitutional Court need to reinterpret those articles in a new way,
otherwise those articles of Drug-related Crime Act No 35/2009 stated as valid and in effect by conditions
(constitutional conditional).

Keywords: Drug-related Crime Act No 35/2009, Narcotics, Multi-interpretative articles, Drug


abuse for personal purposes, Rehabilitation.

I. Pendahuluan dengan penyalahgunaan dan


kejahatan yang berhubungan dengan
A. Latar Belakang Permasalahan
peredaran gelap narkotika.3
Kejahatan Narkotika sudah
Di dalam Undang-Undang
menjadi kejahatan Nasional suatu
Narkotika Nomor 35 Tahun 2009
Negara bahkan menyangkut kejahatan
terdapat beberapa Pasal Karet yaitu
antarnegara dan transnegara, dengan
Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat
perkembangan yang sungguh masif
(1)4 yang dapat menyeret
dan banyak dilakukan oleh berbagai
Penyalahguna Narkotika Untuk
kalangan masyarakat mulai dari
Dirinya Sendiri ke dalam hukum
pelajar, pendidik, artis, pejabat, rakyat
pidana pemenjaraan bukan malah
biasa bahkan penegak hukum sendiri
mendapatkan haknya untuk di
juga melakukan kejahatan narkotika,
Rehabilitasi agar hilang
sehingga kejahatan ini sudah
ketergantungannya kepada Narkotika
dikategorikan sebagai Extra Ordinary
sehingga mendapatkan hidup yang
Crime (Kejahatan luar biasa). Dengan
sehat yang merupakan bagian dari
maraknya kejahatan terhadap
Hak Asasi Manusia (HAM).5
Narkotika yang berkembang di
Bahkan pasal-pasal tersebut
masyarakat mendorong Pemerintah
menyebabkan ia kehilangan hak untuk
bersama-sama dengan DPR membuat
direhabilitasi, padahal sebagai
Undang-Undang Nomor 35 Tahun
pengguna seharusnya ia di posisikan
2009 Tentang Narkotika,1 dengan
sebagai korban. Kenyataan dilapangan
tujuan sebagaimana tercantum dan
pelaku penyalahguna narkotika lebih
dinyatakan dalam Pasal 42 UU
banyak di penjara ketimbang
35/2009, dengan membagi kejahatan
direhabilitasi.6
narkotika menjadi 2 (dua) kelompok,
Menjadi pertanyaan mengapa
yaitu kejahatan yang berhubungan
Pasal – Pasal Karet tersebut mudah
1
Indonesia, Undang-Undang Tentang
menjerat para
Narkotika, UU Nomor 35 Tahun 2009, Lembaran
3
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Ibid., hlm. 52
4
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5062, untuk Beberapa Pasal-Pasal Karet dalam
selanjutnya dalam penulisan ini disebut/ditulis “UU undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
35/2009,” atau “UU Narkotika.” Narkotika diantaranya Pasal 111 ayat (1) dan Pasal
2
Pasal 4 UU 35/2009 berisi tujuan dari 112 ayat (1).
5
diundangkannya Undang-Undang Narkotika Nomor Mengenai Hak Asasi Manusia baca lebih
35 Tahun 2009, yaitu: a. Menjamin ketersediaan lanjut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat 1 dan
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan baca juga buku Widiada Gunakaya, Hukum Hak
teknologi.; b. Mencegah, melindungi, dan Asasi Manusia, ANDI, Yogyakarta, hal-43-58.
6
menyelamatkan bangsa Indonesia dari Husein Abdulsalam, “Dilema Hukuman
penyalahgunaan narkotika.; Memberantas peredaran Rehabilitasi Narkoba,” 3 September 2017,
gelap narkotika dan prekursor narkotika, dan; c. https://tirto.id/dilema-hukuman-rehabilitasi-
Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan narkoba-cvF8, diunduh pada tanggal 20 Agustus
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika. 2019

136
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Penyalahguna Narkotika Untuk dimaksud dalam Pasal 127 ayat (1) 10


Dirinya Sendiri? Pertama, pasal-pasal jo pasal 54,55 dan 10311 UU 35/2009
tersebut mengandung frasa menanam, dan juga diatur dalam Surat Edaran
memelihara, menyimpan, memiliki, Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun
menguasai dan menyediakan 2010 Tentang Penempatan
narkotika. Frasa ini diberlakukan Penyalahguna, Korban Penyalahguna
sama bagi pengedar narkotika Dan Pecandu Narkotika Ke Dalam
maupun penyalahguna narkotika Lembaga Rehabilitasi Medis Dan
untuk dirinya sendiri tanpa melihat Rehabilitasi Sosial12 maupun Surat
niat dan tujuan dari penggunaan Edaran Mahkamah Agung Nomor 03
narkotika itu sendiri serta keberadaan Tahun 2011 Tentang Penempatan
unsur memiliki, menyimpan, dan Korban Penyalahguna Narkotika Di
menguasai maka penyalahguna akan Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis
mudah di jerat dengan pidana penjara Dan Rehabilitasi Sosial13 serta
sebab secara otomatis penyalahguna Peraturan Jaksa Agung Republik
pasti memiliki, menyimpan dan Indonesia Per-029/A/JA/12/2015
menguasai narkotika7, kedua, tidak tentang Petunjuk Teknis Penanganan
adanya pembatasan yang tegas antara Pecandu Narkotika dan Korban
definisi bandar, pengedar atau kurir, Penyalahgunaan Narkotika ke dalam
pecandu, serta Penyalahguna
Narkotika Untuk Dirinya Sendiri,
ketiga, adanya kecenderungan Jaksa hukuman-rehabilitasi-narkoba-cvF8 diunduh pada
tanggal 20 Agustus 2019.
Penuntut Umum (JPU) untuk 10
Pasal 127 ayat (1) UU 35/2009. “(1)
mendakwa dan menuntut8 Setiap Penyalahguna: a. Narkotika Golongan I bagi
diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
Penyalahguna Untuk Dirinya Sendiri lama 4 (empat) tahun; b. Narkotika Golongan II
dengan menggunakan Pasal-Pasal bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
Karet tersebut yaitu Pasal 111 ayat (1) paling lama 2 (dua) tahun; dan c. Narkotika
Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan
dan Pasal 112 ayat (1) sehingga pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun. (2)
membuat mereka di penjara dengan Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan
Putusan Majelis Hakim malah bukan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54,
di Rehabilitasi. Pasal 55, dan Pasal 103. ; (3) Dalam hal
Praktik peradilan memperlihatkan Penyalahguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
bahwa pelaku penyalahguna narkotika penyalahgunaan Narkotika, Penyalahguna tersebut
untuk diri sendiri lebih banyak wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial.”
dihukum dan dijatuhi pidana penjara 11
Baca lebih lanjut Pasal 53,54 dan 103 Undang
oleh Pengadilan, dibandingkan Undang Nomor 35 Tahun 2009.
12
dengan direhabilitasi sebagaimana
9 Mahkamah Agung R.I., Surat Edaran
Mahkamah Agung Tentang Penempatan Penyalahguna,
Korban Penyalahguna Dan Pecandu Narkotika Ke
7
Lihat juga Ini Pasal ‘Ambigu’ Dalam Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi
Undang-Undang Narkotika, Hukum Online, Sosial, SEMA Nomor 04 Tahun 2010, untuk
https;//www.hukumonline.com/berita/.../ini- selanjutnya dalam Penulisan ini disebut “SEMA
pasal.ambigu-dalam-narkotika, diunduh pada No. 04 Tahun 2010,” atau “SEMA 4/2010.”
13
tanggal 20 Agustus 2019. Mahkamah Agung R.I., Surat Edaran
8
Lihat lebih lanjut Kitab Undang-Undang Mahkamah Agung Tentang Penempatan Korban
Hukum Aacara Pidana (KUHAP) terutama tentang Penyalahguna Narkotika Di Dalam Lembaga Rehabilitasi
kewenagan Jaksa Penuntut Umum dalam Medis Dan Rehabilitasi Sosial, SEMA Nomor 04
melakukan Dakwaan dan Penuntutan. Tahun 2010, untuk selanjutnya dalam Penulisan ini
9
Husein Abdulsalam, “Dilema Hukuman disebut “SEMA No. 03 Tahun 2011,” atau “SEMA
Rehabilitasi Narkoba,” https://tirto.id/dilema- 3/2011.”

137
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Lembaga Rehabilitasi,14 yang atau Kurir serta Penyalahguna


mencabut dan menggantikan Surat Narkotika untuk dirinya sendiri,
Edaran Jaksa Agung Nomor SE- sehingga pada akhirnya sanksi yang
002/A/JA/02/2013 tanggal 15 akan diterapkanpun akan berbeda-
Februari 2013 tentang Penempatan beda terutama untuk penyalahguna
Korban Penyalahgunaan Narkotika narkotika untuk dirinya sendiri akan
Ke Lembaga Rehabilitasi Medis Dan tetap mendapatkan Hak Rehabilitasi
Rehabilitasi Sosial,15 dan Surat Edaran sesuai dengan Pasal 127 jo Pasal 54,
Jaksa Agung Nomor B- Pasal 55 dan Pasal 103 UU 35/2009
601/E/EJP/02/2013 tentang dan sesuai dengan SEMA 04/2010 Jo.
Penmpatan Pecandu dan Korban SEMA 03/2011 dan PERJA
Penyalahguna Narkotika ke Lembaga 029/2015.
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Harapan dari Penelitian ini
Sosial.16 Pada akhirnya penyalahguna nantinya adanya pembedaan Pasal
narkotika untuk dirinya sendiri yang tegas dalam Undang-Undang
mengalami kerugian dan kehilangan Narkotika baik bagi Bandar
kesempatan untuk direhabilitasi dalam Narkotika, Kurir atau Pengedar,
rangka menyembuhkan dirinya dari Pecandu dan Penyalahguna Narkotika
ketergantungan penyalahguna Untuk Dirinya Sendiri, Sehingga
narkotika untuk diri sendiri, dan sanksi yang akan di terapkan juga
mendapatkan hidup yang layak dan berbeda-beda terutama untuk
sehat. Penyalahguna Narkotika Untuk
Untuk itu diperlukan Judicial Dirinya Sendiri akan tetap
Review (Uji Materi) terhadap pasal- mendapatkan Hak Rehabilitasi sesuai
pasal karet yaitu Pasal 111 ayat (1) dengan Pasal 127 jo Pasal 54,55 dan
dan Pasal 112 ayat (1)) UU 35/2009 103 Undang-Undang Nomor 35 tahun
tersebut ke Mahkamah Konstitusi agar 2009 tentang Narkotika, Surat
terdapat pembatasan yang tegas antara Edarana Mahkmah Agung (SEMA)
definisi Bandar Narkotika, Pengedar Nomor 04 Tahun 2010 tentang
Persyaratan dari Rehabilitasi serta
14
Kejaksaan Agung R.I., Peraturan Jaksa Peraturan Jaksa Agung Republik
Agung Republik Indonesia Tentang Petunjuk Teknis Indonesia Nomor Per-
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga 029/A/JA/12/2015.
Rehabilitasi, Perja R.I. Nomor 029/A/JA/12/2015, Berdasarkan latar belakang
untuk selanjutnya dalam Penulisan ini disebut
“PERJA No. 029 Tahun 2015,” atau “PERJA
inilah akhirnya Para Peneliti tertarik
29/2015.” untuk mengkaji lebih dalam
15
Kejaksaan Agung R.I., Surat Edaran Jaksa “Implikasi Penerapan Pasal-Pasal
Agung tentang Penempatan Korban Penyalahgunaan
Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Karet Dalam Undang – Undang
Rehabilitasi Sosial, SEJA Nomor SE- Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
002/A/JA/02/2013, untuk selanjutnya dalam
Penulisan ini disebut “SEJA No. 002 Tahun 2013,” Narkotika Terhadap Penyalahguna
atau “SEJA 002/2013.” Narkotika Untuk Dirinya Sendiri
16
Kejaksaan Agung R.I., Surat Edaran Jaksa
Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi
Agung tentang Penempatan Korban Penyalahgunaan
Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis Dan di Pengadilan Negeri Jakarta
Rehabilitasi Sosial, SEJA Nomor B- Timur.”
061/E/EJP/02/2013, untuk selanjutnya dalam
Penulisan ini disebut “SEJA No. B-061 Tahun
2013,” atau “SEJA B-061/2013.”

138
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian diatas, dapat bagi pelanggar terhadap larangan dan keharusan
tersebut dikenakan sanksi yang dapat dipaksakan
dirumuskan rumusan masalah yang oleh negara. Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Ed.
akan diteliti dan diungkapkan dalam Rev, Cet. 7, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), hlm. 9.;
Penelitian ini adalah pertama mengapa Pengertian hukum pidana menurut Wirjono
Prodjodikoro, Hukum pidana adalah peraturan
Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat hukum mengenai pidana. Kata “pidana” berarti hal
(1) dalam UU 35/2009 disebut dengan yang “dipidanakan” yaitu oleh instansi yang
berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum
pasal-pasal karet?, dan kedua sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga
bagaimana implikasi penerapan pasal- hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan. Erdianto
pasal karet dalam UU 35/2009 Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar,
Cet. 2, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hlm. 7.;
tersebut terhadap penyalahguna Pengertian hukum pidana menurut WLG. Lemaire,
narkotika untuk dirinya sendiri dalam Hukum pidana terdiri dari norma-norma yang berisi
keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang
memperoleh Rehabilitasi di (oleh pembentuk UU) telah dikaitkan dengan suatu
Pengadilan Negeri Jakarta Timur?. sanksi berupa hukuman yakni suatu penderitaan
yang bersifat khusus. Ibid., hlm. 7.; Pengertian
C. Tujuan Penelitian hukum pidana menurut WFC Hattum, Hukum
Adapun tujuan penelitian ini pidana (positif) adalah suatu keseluruhan dari asas-
asas dan peraturan-peraturan yang diikuti oleh
pada pokoknya adalah pertama untuk negara atau suatu masyarakat hukum umum
menganalisis dan mengkaji penerapan lainnya, di mana mereka itu sebagai pemelihara dari
ketertiban hukum umum telah melarang
pasal-pasal karet yaitu pasal 111 ayat dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat
(1) dan pasal 112 ayat (1) dalam UU melanggar hukum dan telah mengaitkan
pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya
35/2009 yang sering menjerat para dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus
penyalahguna narkotika untuk dirinya berupa hukuman. terdiri dari norma-norma yang
sendiri dalam bentuk hukuman pidana berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan
yang (oleh pembentuk UU) telah dikaitkan dengan
penjara, dimana Para penyalahguna suatu sanksi berupa hukuman yakni suatu
narkotika untuk dirinya sendiri penderitaan yang bersifat khusus. Ibid., hlm.7. ;
Pengertian hukum pidana menurut WPJ. Pompe,
seharusnya mendapat hak rehabilitasi Hukum pidana adalah hukum pidana itu sama
sebagaimana yang diamanatkan oleh halnya dengan hukum tata negara, hukum perdata
pasal 127 dan jo pasal 54, 55 dan 103 dan lain-lain bagian dari hukum, biasanya diartikan
sebagai suatu keseluruhan dari peraturan-peraturan
UU 35/2009 dan SEMA 04/2010 Jo. yang sedikit banyak bersifat umum yang abstrak dari
SEMA 03/2011.; Kedua untuk keadaan-keadaan yang bersifat konkret. Ibid., hlm.8.
; Pengertian hukum pidana menurut Kansil, Hukum
mengkaji penerapan dan implikasi pidana adalah hukum yang mengatur tentang
penerapan pasal-pasal karet yaitu pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan
pasal 111 ayat (1) dan pasal 112 ayat terhadap kepentingan umum, perbuatan mana
diancam dengan hukuman yang merupakan suatu
(1) UU 35/2009 tersebut terhadap penderitaan atau siksaan. Ibid., hlm. 8. ; Pengertian
penyalahguna narkotika untuk dirinya hukum pidana menurut Satochid Kartanegara,
Hukum pidana dapat dipandang dari beberapa
sendiri dalam memperoleh rehabilitasi sudut, yaitu (a) hukum pidana dalam arti objektif,
di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. yaitu sejumlah peraturan yang mengandung
larangan-larangan atau keharusan-keharusan
D. Studi Pustaka terhadap pelanggarannya diancam dengan
hukuman, (b) hukum pidana dalam arti subjektif,
1. Tindak Pidana
yaitu sejumlah peraturan yang mengatur hak negara
Dalam hukum pidana17 ada 3 untuk menghukum seseorang yang melakukan
(tiga) pembicaraan utama yaitu istilah perbuatan yang dilarang. Teguh Prasetyo, Op. Cit.
hlm. 7.; Pengertian hukum pidana menurut menurut
Sudarto, Hukum pidana merupakan sistem sanksi
17
Pengertian hukum pidana menurut Teguh yang negatif, ia diterapkan, jika sarana lain sudah
Prasetyo, Hukum pidana adalah sekumpulan tidak memadai, maka hukum pidana dikatakan
peraturan hukum yang dibuat oleh negara, yang mempunyai fungsi yang subside. Pidana termasuk
isinya berupa larangan maupun keharusan sedang juga tindakan (maatregelen), bagaimanapun juga

139
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

tindak pidana,18 unsur-unsur pidana19


dan pertanggungjawaban pidana.20 Tijdelijkdbyzondere straf bepalingen” 1948 -17 dan
Undang-Undang R.I. (dahulu) No. 8 Tahun 1948
Pasal 3); 4. hal yang diancam dengan hukum dan
merupakan suatu penderitaan, sesuatu yang perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan
dirasakan tidak enak oleh orang lain yang dikenai, hukuman (Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun
oleh karena itu, hakikat dan tujuan pidana dan 1951, tentang Penyelesaian Perselisihan
pemidanaan, untuk memberikan alasan pembenaran Perburuhan, Pasal 19, 21, 22); 5. tindak pidana
(justification) pidana itu. Ibid. Dari pengertian hukum
(Undang-Undang Darurat No. 7 Tahun 1953
pidana menurut pendapat para ahli tersebut dapat
tentang Pemilihan Umum, Pasal 129); 6. tindak
disimpulkan bahwa hukum pidana merupakan
pidana (Undang-Undang Darurat No. 7 Tahun
serangkaian ketentuan-ketentuan yang mengatur
1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan
tingkah laku yang dilarang atau yang diharuskan
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi, Pasal 1 dan
yang terhadap pelanggarnya diancam dengan
sebagainya), dan 7. tindak pidana (Penetapan
pidana, jenis dan macam pidana dan cara-cara
menyidik, menuntut, pemeriksaan persidangan serta Presiden No. 4 Tahun 1964 tentang Kewajiban
melaksanakan pidana, apabila ada orang yang Kerja Bhakti Dalam Rangka Pemasyarakatannya
disangka telah melanggar larangan tersebut. Bagi Terpidana karena Melakukan Tindak Pidana
18
Istilah strafbaar feit dalam Bahasa Belanda, yang Merupakan Kejahatan Pasal 1). Melihat apa
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu yang disebutkan di atas maka, hemat saya
perbuatan pidana, peristiwa pidana, delik, perbuatan pembentuk undang-undang sekarang sudah agak
yang boleh dihukum, tindak pidana menurut tetap dalam pemakaian istilah “tindak pidana.”
beberapa ahli Pompe, Van Hamel, Simons, E. Akan tetapi para Sarjana llukum Pidana
Utrecht, Moeljatno, Sudarto, dan sebagainya. mempertahankan istilah yang dipilihnya lendiri,
Menurut Pompe, suatu pelanggaran norma misalnya Prof. Muljatno, Guru Besar pada
(gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan Universitas Gadjah Mada menganggap lebih tepat
sengaja ataupun dengan tidak sengaja telah dipergunakan istilah perbuatan pidana (dalam
dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan pidatonya yang berjudul “Perbuatan pidana dan
hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu pertanggungan jawab dalam Hukum Pidana,”
demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya 1955). Beliau berpendapat, bahwa “perbuatan itu
kepentingan hukum. Erdianto Effendi, Op. Cit., hlm. ialah keadaan yang dibuat oleh seseorang atau
97.; Menurut Van Hamel, suatu serangan atau barang sesuatu yang dilakukan.” Selanjutnya
ancaman terhadap hak-hak orang lain. Ibid., hlm. 98. dikatakan “(Perbuatan)” ini menunjuk baik pada
Menurut E. Utrecht, Peristiwa pidana yang sering akibatnya maupun yang menimbulkan akibat Jadi
juga ia sebut delik, karena peristiwa itu suatu mempunyai makna yang abstrak. Drs. E. Utrecht
perbuatan handelen atau doen positif atau suatu S.H. memakai istilah peristiwa pidana (bukunya:
melalaikan natalen-negatif, maupun akibatnya sari kuliah Hukum Pidana I). Ada penulis yang
(keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau juga memakai istilah delik (delict). Menurut hemat
melalaikan itu). Erdianto Effendi, Ibid., hlm.98.; kami, pemakaian istilah yang berlainan itu tidak
Menurut Professor Moeljatno Perbuatan yang menjadikan soal, asal diketahui apa yang
dilarang dan diancam dengan pidana, terhadap dimaksudkan, dan dalam hal ini yang penting ialah
barang-siapa melanggar larangan tersebut. Perbuatan isi dari pengertian itu. Namun kami lebih condong
itu harus pula dirasakan oleh masyarakat sebagai untuk memakai istilah tindak pidana seperti yang
suatu hambatan tata pergaulan yang dicita-citakan dilakukan oleh pembentuk undang-undang. Istilah
oleh masyarakat. Erdianto Effendi, Ibid., hlm.98. ini sudah dapat diterima oleh masyarakat, jadi
Perbuatan yang dilarang dan diancam dengan mempunyai “sociologischegelding.” Lihat Sudarto,
pidana, terhadap barang-siapa melanggar larangan Op.Cit., hlm. 48-50.
tersebut. Perbuatan itu harus pula dirasakan oleh 19
Adapun unsur-unsur suatu tindak pidana
masyarakat sebagai suatu hambatan tata pergaulan menurut Moeljatno adalah pertama Kelakuan dan
yang dicita-citakan oleh masyarakat. Erdianto akibat (= perbuatan), kedua Hal ikhwal atau keadaan
Effendi, Ibid., hlm.98.; Menurut Profesor Sudarto, yang menyertai perbuatan, ketiga Keadaan tambahan
istilah tindak pidana dipakai sebagai pengganti yang memberatkan pidana, keempat Unsur melawan
“strafbaar feit.” Dalam perundang-undangan negara hukum yang objektif, dan kelima Unsur melawan
kita dapat dijumpai istilah-istilah lain yang hukum yang subjektif. Lihat Moeljatno, Op. Cit., hlm.
maksudnya juga “strafbaar feit” misalnya: 1. 69. Sementara Loebby Loqman menyatakan unsur-
peristiwa pidana (Undang-Undang Dasar unsur suatu tindak pidana meliputi a. Perbuatan
Sementara 1950 Pasal 14 ayat (1)); 2. perbuatan manusia baik aktif maupun pasif; b. Perbuatan itu
pidana [Undang-Undang No. 1 Tahun 1951 dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-
tentang Tindakan Sementara untuk undang; c. Perbuatan itu dianggap melawan hukum;
Menyelenggarakan Kesatuan Susunan, Kekuasaan d. Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan; dan e.
dan Acara Pengadilan-Pengadilan Sipil, Pasal 5 Pelakunya dapat dipertanggungjawabkan. Lihat
ayat (3b)]; 3. perbuatan-perbuatan yang dapat Erdianto Effendi, Op. Cit., hlm. 99. Menurut Teguh
dihukum (Undang-Undang Darurat No. 2 Tahun Prasetyo, kesalahan merupakan unsur yang esensial
1951 tentang Perubahan Ordonantie dalam hukum pidana karena seseorang dapat

140
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

2. Narkotika dll; dan Ketiga Golongan III, jenis


Narkotika adalah zat atau obat narkotika yang diketahui umum
yang berasal dari tanaman atau bukan antara lain kodein, dll.
tanaman, baik sintetis maupun
3. Pengaturan Tindak Pidana
semisintesis, yang dapat menyebabkan
Penyalahguna Narkotika
penurunan atau perubahan kesadaran,
Sejarah pengaturan Tindak
hilangnya rasa, mengurangi sampai
Pidana penyalahguna narkotika di
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
Indoensia ditinjau dari segi peraturan
menimbulkan ketergantungan, yang
perundang-undangan sebagai berikut21
dibedakan ke dalam 3 (tiga) jenis
Pertama Masa berlakunya berbagai
golongan-golongan yaitu Pertama
Ordonantie Regie. Pengaturan narkotika
Golongan I, jenis narkotika yang
dalam perundang-undangan Penjajah
dikenal masyarakat umum antara lain
Hindia Belanda, yang tertua adalah
Ganja, Sabu-sabu, Kokain, Opium,
Bali Regie Ordonantie yang dmuat
Heroin, dll; Kedua Golongan II, jenis
dalam Staatblad Tahun 1872 Nomor
narkotika yang diketahui masyarakat
76. Sedangkan untuk wilayah-wilayah
umum antara lain Morfin, Pertidin,
lain pengaturannya tidak seragam,
disesuaikan dengan kondisi daerahnya
dipertanggungjawabkan akan perbuatannya apabila dan setiap wilayah memiliki Regie
orang tersebut mempunyai kesalahan, sehingga sendiri-sendiri, seperti Bali Regie
berkaitan dengan itu maka disimpulkan kesalahan
memiliki beberapa unsur pertama adanya Ordonantie, Jawa Regie Ordonantie, Riau
kemampuan bertanggung jawab pada si pelaku, Regie Ordonantie, Aceh Regie Ordonantie,
dalam arti jiwa si pelaku dalam keadaan sehat dan
normal, kedua adanya hubungan batin antara si
Borneo Regie Ordonantie, Celebes Regie
pelaku dengan perbuatannya, baik yang disengaja Ordonantie, Tapanuli Regie Ordonantie,
(dolus) maupun karena kealpaan (culpa), dan ketiga Ambon Regie Ordonantie, Timor Regie
tidak adanya alasan pemaaf yang dapat menghapus
kesalahan. Lihat Teguh Prasetyo, Op. Cit., hlm. 82. Ordonantie. Disamping itu masalah
Lebih lanjut menurut E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, narkotika juga diatur dalam beberapa
unsur-unsur dari tindak pidana meliputi a. subjek; b.
Kesalahan; c. Bersifat melawan hukum (dari ordonantie sebagai berikut 1) Morphine
tindakan); d. Suatu tindakan yang dilarang atau Regie Ordonantie (Staatblad Tahun
diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan
1911 Nomor 373 Jis Nomor 484 dan
terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana; dan
e. Waktu, tempat dan keadaan (unsur objektif Nomor 485); 2) Ooskust Regie
lainnya). Lihat EY. Kanter dan SR. Sianturi, Op. Cit., Ordonantie (Staatblad Tahun 1911
hlm. 211.
20
Selanjutnya Sudarto menyatakan “tiada Nomor 480 Jo Nomor 644, Staatblad
pidana tanpa kesalahan” (keine strafe ohne schuld atau Tahun 1912 Nomor 255); 3) Westkust
geen straf zonder schuld atau nulla poena sine culpa).
Lihat H. Dwidja Priyatno, Sistem Pertanggungjawaban
Regie Ordonantie (Staatblad Tahun
Pidana Korporasi, Cet.1., (Depok: Kencana, 2017), 1914 Nomor 562, Staatblad Tahun
hlm. 30. Tentang kemampuan bertanggung jawab 1915 Nomor 255); dan 4) Bepalingen
terdapat beberapa pendapat ahli, antara lain
menurut Simons, “Kemampuan bertanggung jawab Regie Ordonantie (Staatblad Tahun
dapat diartikan suatu keadaan psikis sedemikian 1916 Nomor 630). Kedua Ordonansi
rupa, sehingga penerapan suatu upaya pemidanaan,
baik ditinjau secara umum maupun dari sudut
21
orangnya dapat dibenarkan.” Lihat Teguh Prasetyo, Parasian Simanungkalit, Globalisasi
Op. Cit., hlm. 85.; Sedangkan menurut Sudarto Peredaran Narkoba Dan Penanggulangannya di
kemampuan bertanggung jawab itu ada manfaatnya. Indonesia, Cet. 2, (Jakarta: Yayasan Wajar Hidup,
Tetapi setiap kali dalam kejadian konkret dalam 2011), hlm. 238-254. Lihat juga Kusno Adi, Diversi
praktik peradilan, menilai seorang terdakwa dengan Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak
ukuran tersebut di atas tidaklah mudah. Lihat Ibid., Pidana Narkotika Oleh Anak, Cet. 1, (Malang: UMM
hlm. 86. Press, 2009), hlm. 7-9.

141
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Obat Bius (Verdoovende Middelen 9/1976 ini diatur dalam Pasal 23 ayat
Ordonnantie, Staatsblad Tahun 1927 (1) sampai (7) adalah sebagai berikut
Nomor 278 Jo. Nomor 536). 1) Pasal 23 ayat (1) Dilarang secara
Ordonansi Obat Bius (Verdoovende tanpa hak menanam atau memelihara,
Middelen Ordonnantie, Staatsblad mempunyai dalam persediaan,
Tahun 1927 Nomor 278 Jo. Nomor memiliki, menyimpan atau menguasai
536) merupakan peraturan yang tanaman Papaver, tanaman Koka atau
mengatur tentang obat bius dan tanaman Ganja.; 2) Pasal 23 ayat (2)
candu. Selain itu, juga diberlakukan Dilarang secara tanpa hak
ketentuan mengenai pembungkusan memproduksi, mengolah,
candu (Opium verpakkings Bepalingen, mengekstraksi, mengkonversi, meracik
Staatsblad Tahun 1927 Nomor 514). atau menyediakan narkotika.; 3) Pasal
Pada tahun 1976 pemerintah 23 ayat (3) Dilarang secara tanpa hak
menetapkan Undang-Undang No. 8 memiliki, menyimpan untuk memiliki
Tahun 1976 tentang Pengesahan atau untuk persediaan atau menguasai
Konvensi Tunggal Narkotika 1961 narkotika.; 4) Pasal 23 ayat (4)
beserta Protokol Perubahannya.22 Dilarang secara tanpa hak membawa,
Ketiga Undang-Undang Nomor 9 mengirim, mengangkut atau
Tahun 1976 tentang Narkotika.23 UU mentransito narkotika.; 5) Pasal 23
9/1976 ini mulai berlaku tanggal 26 ayat (5) Dilarang secara tanpa hak
Juli 1976 mengatur cara penyediaan mengimpor, mengekspor,
dan penggunaan narkotika untuk menawarkan untuk dijual,
keperluan pengobatan dan atau cara menyalurkan, menjual, membeli,
ilmu pengetahuan serta untuk menyerahkan, menerima, menjadi
mencegah dan menanggulangi perantara dalam jual beli atau
bahaya-bahaya yang dapat menukar narkotika.; 6) Pasal 23 ayat
ditimbulkan akibat sampingan dari (6) Dilarang secara tanpa hak
penggunaan dan penyalahgunaan menggunakan narkotika terhadap
narkotika serta mengatur rehabilitasi orang lain atau memberikan narkotika
terhadap pecandu narkotika. Adapun untuk digunakan orang lain.; 7) Pasal
perbuatan-perbuatan yang termasuk 23 ayat (7) Dilarang secara tanpa hak
dalam lingkup tindak pidana menggunakan narkotika bagi dirinya
penyalahgunaan narkotika dalam UU sendiri. Keempat Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang
22
Indonesia, Undang-Undang Tentang Narkotika24 UU 22/1997 mulai
Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta berlaku tanggal 1 September 1997. UU
Protokol Tahun 1972, UU Nomor 8 Tahun 1976, 22/1997 ini menggolongkan pelaku
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik tindak Pidana penyalahgunaan
Indonesia Nomor 3085, untuk selanjutnya dalam narkotika menjadi 2 (dua) yaitu
penulisan ini disebut/ditulis ‘’UU No. 8 Tahun
1976,” atau “UU 8/1976,” atau “UU Pengesahan
pengguna (Pasal 84 dan Pasal 85) dan
Konvensi Tunggal Narkotika 1961.”
23 24
Indonesia, Undang-undang Tentang Indonesia, Undang-Undang Tentang
Narkotika, UU Nomor 9 Tahun 1976, Lembaran Narkotika, UU No. 22 Tahun 1997 Lembaran
Negara Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67,
Lembaran Negara Nomor 3086, untuk selanjutnya Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
dalam penulisan ini disebut/ditulis “UU No. 89 Nomor 3698, untuk selanjutnya dalam penulisan ini
Tahun 1976,” atau “UU 9/1976,” atau “UU disebut/ditulis “UU No. 22 Tahun 1997,” atau “UU
Narkotika 1976.” 22/1997,” atau “UU Narkotika.”

142
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

bukan pengguna (Pasal 78, Pasal 79, 4. Hak Asasi Manusia


Pasal 80, Pasal 81 dan Pasal 82). Hak Asasi Manusia adalah
Dalam UU 22/1997 ini pengguna seperangkat hak yang melekat pada
narkotika dibagi lagi menjadi 2 (dua) hakikat dan keberadaan manusia
yaitu pengguna untuk diberikan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
kepada orang lain (Pasal 84) dan Esa dan merupakan anugerah-Nya
Pengguna untuk dirinya sendiri (Pasal yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
85). Sedangkan Pelaku Tindak Pidana dan dilindungi oleh negara, hukum,
narkotika yang berstatus sebagai Pemerintah, dan setiap orang demi
bukan pengguna diklasifikasi lagi kehormatan serta perlindungan harkat
dalam UU 22/1997 ini menjadi 4 dan martabat manusia.25 Salah satu
(empat) yaitu Pemilik (Pasal 78 dan Hak Asasi Manusia yang diatur dalam
Pasal 79). Pengolah (pasal 80), UUD Negara R.I. 1945 adalah setiap
Pembawa dan atau Pengantar (Pasal orang berhak memperoleh pelayanan
81) dan Pengedar (Pasal 82). Kelima kesehatan.26 Pelayanan kesehatan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun dibedakan atas Pelayanan kesehatan
2009. UU 35/2009 ini disahkan pada promotif,27 Pelayanan kesehatan
14 September 2009 dan dinyatakan preventif,28 Pelayanan kesehatan
mulai berlaku tanggal 12 Oktober kuratif, dan Pelayanan kesehatan
29

2009 mencabut dan menggantikan UU rehabilitatif30 serta Pelayanan


22/2007. Bentuk tindak pidana kesehatan tradisional.31
narkotika yang umum dikenal
berdasarkan UU 35/2009, antara lain 25
Indonesia, Undang-Undang
sebagai berikut 1) Penyalahgunaan / 
Tentang
Hak Asasi Manusia, Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999, Lembaran Negara Republik
melebihi dosis, hal ini disebabkan oleh
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
banyak hal, salah satunya untuk Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886,
keperluan atau kegunaan kepentingan untuk selanjutnya disebut / ditulis “UU No. 39
Tahun 1999,” atau “UU HAM.”
pribadi/sendiri.; 2) Pengedaran 26
Pasal 28 H Ayat (1) UUD Negara RI
Narkotika, karena keterikatan dengan 1945 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
suatu mata rantai peredaran batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
narkotika, baik nasional maupun pelayanan kesehatan.”
27
internasional.; 3) Jual Beli Narkotika, UU Kesehatan Pasal 1 angka 12
“Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan
ini pada umumnya dilatarbelakangi dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
oleh motivasi untuk mencari lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
keuntungan materil, namun ada juga kesehatan.”
28
UU Kesehatan Pasal 1 angka 13
karena motivasi untuk kepuasan.; 4) “Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan
Penyalahguna Narkotika adalah orang pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.”
29
UU Kesehatan Pasal 1 angka 14
yang menggunakan Narkotika tanpa “Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan
hak atau melawan hukum.; dan 5) dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
Pecandu narkoba adalah orang yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
menggunakan atau menyalahgunakan pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
Narkotika dalam keadaan terjaga seoptimal mungkin.”
30
UU Kesehatan Pasal 1 angka 15
ketergantungan pada Narkotika, baik “Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan
secara fisik maupun psikis. dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin

143
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

5. Rehabilitasi Terhadap Pecandu Indonesia, mekanisme pengujian


Narkotika Dan Korban peraturan perundang-undang
Penyalahgunaan Narkotika dilakukan oleh lembaga peradilan
Pelayanan kesehatan rehabilitatif (judicial review) sebagai pelaku
terhadap penyalahguna narkotika kekuasaan kehakiman baik oleh
untuk diri sendiri atau pecandu Mahkamah Konstitusi maupun oleh
ketergantungan narkotika dapat Mahkamah Agung.
berupa rehabilitasi medis 32
dan Mahkamah Konstitusi
rehabilitasi sosial.33 berdasarkan Pasal 24 C ayat (1) UUD
1945 dan Pasal 18 dan Pasal 29 UU
6. Pengujian Undang-Undang (Judicial
No. 48 Tahun 2009 serta ketentuan
Review) Oleh Mahkamah Konstitusi
Pasal 10 sub huruf a Undang-Undang
Untuk menghindari kemungkinan
Nomor 24 Tahun 2003 tentang
adanya Undang-Undang yang
Mahkamah Konstitusi35 sebagaimana
merugikan kepentingan masyarakat,
telah diubah dengan Undang-Undang
proses dan tata cara pembentukan
Nomor 8 Tahun 201136 dan terakhir
Undang-Undang ditata sedemikian
diubah dengan Undang-Undang
rupa sehingga semua proses legislasi
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
berlangsung dalam kerangka check and
Penetapan Peraturan Pemerintah
balances, melaui mekanisme hak
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
menguji atau kewenangan menguji Tahun 2013 Tentang Perubahan
(toetsingsrecht) suatu Undang-Undang Kedua Atas Undang-Undang Nomor
sebagai produk legislasi baik 24 Tahun 2004 Tentang Mahkamah
mekanisme pengujian yang dilakukan Konstitusi37 Jo. Peraturan Pemerintah
oleh lembaga peradilan (judicial review) Pengganti Undang-Undang Nomor 1
ataupun mekanisme pengujian oleh Tahun 2013 Tentang Perubahan
lembaga parlemen sebagai legislator Kedua Atas Undang-Undang Nomor
(legislative review) maupun mekanisme 24 Tahun 2004 Tentang Mahkamah
pengujian yang dilakukan oleh
Pemerintah (executive review).34 Di
RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 292-299. Lihat
pula Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian
sesuai dengan kemampuannya.” Undang-Undang, Ed. 1, cet. 2, (Jakarta: Sinar
31
UU Kesehatan Pasal 1 angka 16 Grafika, 2012), hlm. 1-2.
35
“Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan Indonesia, Undang-Undang Tentang
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu Mahkamah Konstitusi, UU No. 24 Tahun 2003,
pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia Nomor 4316.
36
masyarakat.” Indonesia, Undang-Undang Tentang
32
UU 35/2009 Pasal 1 angka 16 Perubahan Atas Undang-Undang No. 24 Tahun 2003
“Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan Tentang Mahkamah Konstitusi, UU No. 8 Tahun
pengobatan secara terpadu untuk membebaskan 2011, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
pecandu dari ketergantungan Narkotika.” 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
33
UU 35/2009 Pasal 1 angka 17 Republik Indonesia Nomor 5226.
37
“Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan Indonesia, Undang-Undang Tentang
pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua
kembali melaksanakan fungsi sosial dalam Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
kehidupan masyarakat.” Mahkamah Konstitusi, UU No. 4 Tahun 2014,
34
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Menguatnya Model Legislasi Palementer Dalam Sistem Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Presidensial Indoensia, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: PT Indonesia Nomor 5493.

144
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Konstitusi,38 sebagai pelaksana normatif) yang dilakukan dengan cara


kekuasaan kehakiman berwenang meneliti bahan pustaka yang
mengadili pada tingkat pertama dan merupakan data sekunder yang
terakhir yang putusannya bersifat diperoleh dari sumber bahan hukum
final39 untuk menguji Undang-Undang berupa 1. Bahan hukum primer yaitu
terhadap UUD 1945, dimana bahan-bahan hukum yang mengikat
ketentuan tentang hukum acaranya atau yang bersifat autoritatif antara
diatur dalam bab V dimulai Pasal 50, lain berupa UUD Negara R.I. 1945,
Pasal 50A, Pasal 51, Pasal 51A, Pasal KUHP, KUHAP, UU Narkotika dan
52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal beberapa Undang-Undang Lain yang
56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, dan berkaitan dengan penanggulangan
Pasal 60 UU MK. Tindak Pidana narkotika, serta
termasuk 10 (sepuluh) putusan
E. Metode Penelitian
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Jenis penelitian atau tipe
tahun 2018 yang berkaitan dengan
penelitian (tipologi penelitian) atau
Penyalahguna Narkotika Narkotika
metode penelitian yang dipergunakan
untuk dirinya sendiri.; 2. Bahan
dalam penelitian ini adalah metode
hukum sekunder merupakan bahan
penelitian hukum normatif (yuridis
pustaka berupa hasil penelitian
38 terdahulu, buku-buku teks, jurnal
Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang ilmiah, surat kabar (koran), pamflet,
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 leafleat, Komentar-komentar atas
Tahun 2004 Tentang Mahkamah Konstitusi, PERPUU
No. 1 Tahun 2013, Lembaran Negara Republik putusan Hakim dan berita internet
Indonesia Tahun 2013 Nomor 167, Tambahan yang berkaitan dengan rumusan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456.
39 masalah penelitian.; dan; 3. Bahan
Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat
final, yakni putusan Mahkamah Konstitusi langsung hukum sekunder merupakan bahan
memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan pustaka berupa Kamus Hukum,
dan tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh,
serta sifat final dalam putusan Mahkamah Konstitusi Kamus Kesehatan dan Kamus
mencakup pula kekuatan hukum mengikat (final and Kedokteran.
binding). Lihat Pasal I Angka 8 UU No. 8 Tahun
Jadi penelitian ini hanya melihat
2011 berbunyi “Penjelasan Pasal 10 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut: 
Pasal 10 Ayat (1) 
Putusan implementasi ketentuan hukum
Mahkamah Konstitusi bersifat final, yakni putusan normatif (undang-undang) atau teori
Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh kekuatan
hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum hukum yang diterapkan oleh
yang dapat ditempuh. Sifat final dalam putusan Hakim/Pengadilan dalam suatu
Mahkamah Konstitusi dalam Undang-Undang ini
mencakup pula kekuatan hukum mengikat (final and
permasalahan tanpa melakukan studi
binding). 
Ayat (2) 
Yang dimaksud dengan “pendapat lapangan secara mendalam atas
DPR” adalah pendapat DPR mengenai dugaan penerapan perudang-undangan
pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden yang
diambil dalam Keputusan Paripurna sesuai dengan tersebut di masyarakat (sosiologis),
Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan dengan mempergunakan pendekatan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
undang-undang (statute approach)40 dan
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat tentang Tata
40
Tertib. Ayat (3)
Cukup jelas.” Semula Penjelasan Pendekatan undang-undang (statute
Pasal 10 UU No. 24 Tahun 2003 berbunyi “Pasal 10 approach) dilakukan dengan menelaah regulasi yang
Ayat (1) Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final, berkaitan dengan pengaturan pasal-pasal karet
yakni putusan Mahkamah Konstitusi langsung dalam UU 35/2009 terhadap Penyalahguna
memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan Narkotika Untuk Dirinya sendiri dalam memperoleh
tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh. Ayat Rehabilitasi. Pendekatan perundang-undangan
(2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas.” (statute approach) dilakukan dengan mempelajari

145
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

pendekatan kasus (case approach)41 No. Bulan Jumlah Perkara


serta pendekatan konseptual 1. Januari 70
(conceptual approach).42 2. Februari 90
3. Maret 91
II. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4. April 91
A. Hasil Penelitian 5. Mei 114
Data perkara pidana khusus di 6. Juni 3
Pengadilan Negeri Jakarta Timur 7. Juli 69
periode Januari s/d Desember 2018 8. Agustus 79
adalah sebagai berikut:43 9. September 70
10. Oktober 107
11. Nopember 113
12. Desember 92
Total 986

dasar ontologis lahirnya peraturan perundang-


undangan, landasan filosofis peraturan perundang- Dari jumlah 986 perkara pidana
undangan, dan ratio legis ketentuan peraturan khusus (Pid.Sus) yang diperiksa,
perundang-undangan yang berkenaan dengan
diadili dan diputus oleh Pengadilan
pengaturan pasal-pasal karet dalam UU 35/2009
terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya Negeri Jakarta Timur selama Januari
sendiri dalam memperoleh Rehabilitasi. s/d Desember 2018 tersebut terdapat
41
Dilengkapi pula dengan pendekatan kasus
(case approach) dengan menelaah 10 (sepuluh) 748 perkara pidana khusus berupa
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tentang Tindak Pidana Narkotika / Tindak
Tindak Pidana Narkotika / Tindak Pidana
Pidana penyalahgunaan Narkotika.
penyalahgunaan Narkotika Penyalahguna Narkotika
Untuk Dirinya Sendiri sebagaimana dimaksud dan Dari jumlah 748 perkara pidana
diancam pidana dalam Pasal 111 Ayat (1), Pasal 112 khusus berupa Tindak Pidana
Ayat (1) UU 35/2009. Penelitian atas putusan-
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tersebut Narkotika / Tindak Pidana
dilakukan guna mengetahui law in action (hukum penyalahgunaan Narkotika yang
dalam praktek) yang tidak selalu ditentukan oleh
diperiksa, diadili dan diputus oleh
jumlah peristiwa yang terjadi, tapi banyak
ditentukan oleh kualitas peristiwanya. Sehubungan Pengadilan Negeri Jakarta Timur
dengan itu penelitian dibatasi pada sejumlah 10 selama Januari s/d Desember 2018
(sepuluh) putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur
tahun 2018 yang berkaitan dengan Penyalahguna tersebut, diambil secara acak diperoleh
Narkotika Narkotika untuk dirinya sendiri. dan terdapat 10 (sepuluh) Putusan
Terhadap setiap putusan tersebut dilakukan
pendalaman atas peristiwa, pertimbangan hukum
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
dan amar putusan pengadilan yang bersangkutan. tentang Tindak Pidana Narkotika /
42
Sedangkan pendekatan konseptual Tindak Pidana penyalahgunaan
(conseptual approach) dilakukan manakala peraturan
perundang-undangan yang relevan belum atau tidak Narkotika Penyalahguna Narkotika
mengatur untuk masalah yang dihadapi, oleh Untuk Dirinya Sendiri sebagaimana
karenanya untuk membangun argumentasi hukum
yang kuat tidak hanya dengan mendasarkan pada
dimaksud dan diancam pidana dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan, namun Pasal 114 Ayat (1), Pasal 111 Ayat (1),
juga beranjak pada pendekatan konseptual yakni Pasal 112 Ayat (1) UU Nomor 35
berupa pandangan-pandangan sarjana dan doktrin-
doktrin hukum yang terdapat dalam buku-buku Tahun 2009 Tentang Narkotika,
hukum (treaties) maupun putusan-putusan dengan perincian sebagai berikut:
pengadilan.
43
Surat Keterangan Nomor
W10.U5/4520/HK.01/VI/2020 tertanggal 9 Juni
2020, dengan pokok surat berisi telah data Putusan
Perkara Narkotika Januari s/d Desember 2018 di
PN Jakarta Timur, ditandatangani oleh Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

146
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

I. Dakwaan Pasal 114 Ayat (1) Atau Pasal 111 Ayat Tindak Pidana penyalahgunaan
(1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Penyalahguna Narkotika
Narkotika
Untuk Dirinya Sendiri sebagaimana
Tanggal
No. Nomor Putusan Nama Terdakwa dimaksud dan diancam pidana dalam
Putusan
FARID Pasal 114 Ayat (1), Pasal 111 Ayat (1),
1.
185/Pid.Sus/201 24-04- FADILLAH Pasal 112 Ayat (1) UU Nomor 35
8/PN.Jkt.Tim 2018 alias DILA bin Tahun 2009 Tentang Narkotika
M.NAWAWI
SAMSIR
tersebut, tidak satupun putusannya
446/Pid.Sus/201 04-06- berupa rehabilitasi atau memperoleh
2. VOKAP
8/PN.Jkt.Tim 2018
NAGAYER rahbilitasi, melainkan putusannya
275/Pid.Sus/201 26-06- M. ANDI berupa pemidanaan terhadap
3.
8/PN.Jkt.Tim 2018 WAHYUDI
Terdakwa.
VOVI INDRA
552/Pid.Sus/201 31-07- PUTRA Alias
4. B. Pembahasan Temua Penelitian
8/PN.Jkt.Tim 2018 NOP bin Alm
YUSUF 1. Pasal-Pasal Karet Yang Terdapat
Terdakwa I Dalam UU No. 35 Tahun 2009
ROHADI alias Agar dapat menelusuri dan
801/Pid.Sus/201 19-11- PENJOL dan
5. menemukan ketentuan Pasal-Pasal
8/PN.Jkt.Tim 2018 Terdaka II
LUSYADI alias
Karet yang terdapat dalam UU
II 35/2009 perlu terlebih dahulu
II. Dakwaan Pasal 114 Ayat (1) Atau Pasal 112 Ayat memahami sistematika UU 35/2009.
(1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Adapun sistematika UU 35/2009
Narkotika
pada pokoknya terdiri dari 155 Pasal
Tanggal
No. Nomor Putusan
Putusan
Nama Terdakwa yang terbagi dalam 17 Bab, yaitu bab I
35/Pid.Sus/2018 05-03- ARIFIN Bin Ketentuan Umum, terdiri dari 1 Pasal
6.
/PN.Jkt.Tim 2018 (Alm) SABDA (Pasal 1); bab II
Dasar, Asas, Dan
ANDRIAS Tujuan, terdiri dari 3 Pasal (Pasal 2
11/Pid.Sus/2018 19-03-
7. COROLINUS
/PN.Jkt.Tim 2018 s/d Pasal 4); bab III Ruang Lingkup,
alias ANDRI
Terdakwa I terdiri dari 4 Pasal (Pasal 5 s/d Pasal
DADANG 8); bab IV Pengadaan, terdiri dari 6
SUTISNA Als Pasal (Pasal 9 s/d Pasal 14); bab V
146/Pid.Sus/201 9-04- DEDE dan Impor Dan Ekspor, terdiri dari 20
8.
8/PN.Jkt.Tim 2018 Terdakwa II
Pasal (Pasal 15 s/d Pasal 34); bab VI
DIVA
KARISMA Peredaran, terdiri dari 10 Pasal (Pasal
PUTRI 35 s/d Pasal 44); bab VII
Label Dan
252/Pid.Sus/201 12-07- Publikasi, terdiri dari 3 Pasal (Pasal 45
9. BARNAS
8/PN.Jkt.Tim 2018 s/d Pasal 47); bab VIII Prekursor
ILHAM
IBRAHIM alias
Narkotika, terdiri dari 6 Pasal (Pasal
558/Pid.Sus/201 16-08- MBAM alias 48 s/d Pasal 53); bab IX Pengobatan
10.
8/PN.Jkt.Tim 2018 PANJUL Bin Dan Rehabilitasi, terdiri dari 6 Pasal
(Alm) (Pasal 54 s/d Pasal 59); bab
HAMDANI
X
Pembinaan Dan Pengawasan,
terdiri dari 4 Pasal (Pasal 60 s/d Pasal
Dari 10 (sepuluh) Putusan
63); bab XI
Pencegahan Dan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Pemberantasan, terdiri dari 9 Pasal
tentang Tindak Pidana Narkotika /
(Pasal 64 s/d Pasal 72); bab

147
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

XII
Penyidikan, Penuntutan, Dan 35/2009 diatur dalam Pasal 54, Pasal


Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan, 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58 dan
terdiri dari 31 Pasal (Pasal 73 s/d Pasal 59. Ketentuan lebih lanjut
Pasal 103); bab XIII
Peran Serta berkaitan dengan pecandu narkotika
Masyarakat, terdiri dari 5 Pasal (Pasal dan korban penyalahgunaan
104 s/d Pasal 108); bab XIV narkotika, diatur dalam Peraturan
Penghargaan, terdiri dari 2 Pasal Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011
(Pasal 109 s/d Pasal 110); bab XV tentang Pelaksanaan Wajib Lapor
Ketentuan Pidana, terdiri dari 38 Pecandu Narkotika,46 PERJA
Pasal (Pasal 111 s/d Pasal 148); bab 029/2015 yang mencabut dan
XVI Ketentuan Peralihan, terdiri dari menggantikan SEJA 002/2013 dan
4 Pasal (Pasal 148 s/d Pasal 151), dan SEJA 601/2013.
bab XVII Ketentuan Penutup, terdiri Pengajuan dan proses pengajuan
dari 4 Pasal (Pasal 152 s/d Pasal 155). rehabilitasi selama proses persidangan
UU 35/2009 ini mulai berlaku pada pemeriksaan perkara,
tanggal diundangkan, diundangkan Hakim/Pengadilan berpedang dan
tanggal 12 Oktober 2009. berpedoman kepada SEMA 04/2010
Apabila dicermati sistematika UU dan SEMA 03/2011 tersebut, dan juga
35/2009, ketentuan pidana diatur Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dalam bab XV terdiri dari 38 Pasal 2415/MENKES/PER/XII/2011
(Pasal 111 s/d Pasal 148), dimana di tentang Rehabilitasi Medis Pecandu,
dalamnya terdapat Pasal-Pasal Karet, Penyalahguna dan Korban
terdiri dari 2 (dua) Pasal yaitu Pasal Penyalahgunaan Narkotika serta
111 Ayat (1)44 dan Pasal 112 Ayat (1)45 Peraturan Menteri Sosial Nomor 03
UU 35/2009. Tahun 2012 tentang Standar Lembaga
Rehabilitasi Sosial Korban
2. Pengaturan Rehabilitasi Terhadap
Penyalahgunaan Narkotika
Pecandu Narkotika dan korban
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.
penyalahgunaan Narkotika
Lebih lanjut ada Peraturan Menteri
Pengaturan rehabilitasi terhadap
Sosial Nomor 26 Tahun 2012 tentang
pecandu narkotika dan korban
Standar Rehabilitasi Sosial Korban
penyalahgunaan narkotika dalam UU
Penyalahgunaan Narkotika
44
UU 35/2009 Pasal 111 Ayat (1) “Setiap
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.
orang yang tanpa hak atau melawan hukum Selain itu terdapat juga, Peraturan
menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, Bersama Ketua Mahkamah Agung
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan
I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana Republik Indonesia, Menteri Hukum
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling Dan Hak Asasi Manusia Republik
lama 12 (duabelas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)
Indonesia, Menteri Kesehatan
dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan Republik Indonesia, Menteri Sosial
miliar rupiah).” Republik Indonesia, Jaksa Agung
45
UU 35/2009 “Setiap orang yang tanpa
hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, Republik Indonesia, Kepala
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan
I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara
46
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang
(duabelas) tahun dan pidana benda paling sedikit Rp Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, PP
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan Nomor 25 Tahun 2011, Lembaran Negara Republik
paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar Indonesia Tahun 2011 Nomor 46, Tambahan
rupiah).” Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5211.

148
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Kepolisian Negara Republik selama 7 (tujuh) tahun dikurangi


Indonesia, Kepala Badan Narkotika selama Terdakwa menjalani
Nasional Republik Indonesia Nomor Tahanan sementara dan Pidana
01/PB/MA/III/2014, Nomor 03 Denda sebesar Rp 800.000,-
Tahun 2014, Nomor 11 Tahun 2014, dengan ketentuan apabila tidak
Nomor 03 Tahun 2014, Nomor Per- dibayar diganti dengan pidana
005/A/JA/03/2014, Nomor 1 Tahun penjara selama 6 bulan. Terhadap
2014, Nomor tuntutan yang demikian, Majelis
Perber/01/III/2014/BNN, Tentang Hakim menjatuhkan Putusan
Penanganan Pecandu Narkotika Dan dengan amar pada pokoknya
Korban Penyalahgunaan Narkotika Terdakwa Terbukti secara SAH
Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.47 dan meyakinkan bersalah
melakukan Tindak Pidana
3. Analisis Implikasi Penerapan Pasal-
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal Karet Dalam UU 35/2009
Pasal 111 Ayat (1) UU 35/2009
Terhadap Penyalahguna Narkotika
pada Dakwaan Alternatif Kedua.
Untuk Dirinya Sendiri Dalam
Dan menjatuhkan pidana kepada
Memperoleh Rehabilitasi di
Terdakwa oleh karena itu dengan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
pidana penjara selama 5 (lima)
a. Penerapan Pasal 114 Ayat (1), Pasal tahun dan Denda sebesar Rp
111 Ayat (1) UU UU 35/2009 Oleh 800.000,- dengan ketentuan
Hakim Dalam 5 (lima) Putusan apabila denda tidak dibayar
Pengadilan Negeri Jakarta Timur diganti dengan pidana penjara
selama 2 bulan.” Amar Putusan
1) Putusan Pengadilan Negeri
tersebut didasarkan pada
Jakarta Timur Nomor
pertimbangan hukum Majelis
185/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
Hakim pada pokoknya sebagai
tanggal 24 APRIL 2018 atas
berikut Pertama Terdakwa tanpa
nama Terdakwa FARID
izin dari Departemen Kesehatan
FADILLAH alias DILA bin
RI telah melakukan perbuatan
M.NAWAWI, dengan Dakwaan
Kesatu Pasal 114 Ayat (1) UU unsur ke-2 Pasal 111 Ayat (1) UU
35/2009 sebagaimana Dakwaan
35/2009. Atau: Kedua Pasal 111
KEDUA telah terpenuhi. Kedua
Ayat (1) UU 35/2009, dengan
selama pemeriksaan persidangan
Tuntutan pada pokoknya
berlangsung, pada diri Terdakwa
Menyatakan Terdakwa Terbukti
tidak terdapat adanya hal-hal
secara SAH dan meyakinkan
yang dapat menjadi alasan
bersalah melakukan Tindak
penghapus pidana, baik alasan
Pidana sebagaimana dimaksud
pemaaf maupun alasana
dalam Pasal 111 Ayat (1) UU
pembenar, sehingga Terdakwa
35/2009 pada Dakwaan
adalah subjek hukum yang dapat
Alternatif Kedua. Dan
dipertanggungjawabkan atas
menjatuhkan pidana terhadap
kesalahan dan perbuatan pidana
Terdakwa dengan pidana penjara
yang dilakukannya sebagaimana
47 didakwakan kepadanya. Dan
Berita Negara Republik Indonesia Nomor
465 Tahun 2014 ketiga oleh karena Terdakwa

149
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

terbukti bersalah dan dijatuhi apabila denda tidak dibayar


pidana penjara, sedangkan diganti dengan pidana penjara
Terdakwa berada dalam tahan, selama 3 bulan.; Amar Putusan
maka lamanya masa penahanan tersebut didasarkan pada
yang telah dijalani oleh Terdakwa pertimbangan hukum Majelis
dikurangkan seluruhnya dari Hakim pada pokoknya Pertama
pidana penjara yang akan subyek hukum yang dimaksud
dijatuhkan kepada Terdakwa. Pasal Pasal 111 ayat (1) UU
2) Putusan Pengadilan Negeri 35/2009 dalam perkara ini adalah
Jakarta Timur Nomor Terdakwa SAMSIR VOKAP
446/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim NAGAYER yang sehat jasmani
tanggal 04 JUNI 2018 atas nama dan rohaninya yang dapat
Terdakwa SAMSIR VOKAP mempertanggungjawabkan
NAGAYER, dengan dakwaan perbuatannya dan identitasnya
Kesatu Pasal 114 Ayat (1) UU secara lengkap tercantum dalam
35/2009, Atau: Kedua Pasal 111 berita acara persidangan perkara
Ayat (1) UU 35/2009, dengan ini, dan dapat
tuntutan pada pokoknya 1. dipertanggungjawabkan atas
menyatakan Terdakwa Terbukti perbuatannya. Kedua Terdakwa
bersalah telah melakukan Tindak dalam memiliki, menyimpan,
Pidana sebagaimana dimaksud menguasai dan menyediakan
dalam Pasal 111 Ayat (1) UU narkotika golongan I dalam
35/2009.; 2. menyatakan bentuk tanaman jenis daun ganja
menghukum Terdakwa dengan kering tersebut tidak mempunyai
pidana penjara selama 5 (lima) ijin dari yang berwenang ataupun
tahun dikurangi selama Terdakwa ternyata bahwa terdakwa adalah
berada dalam Tahanan sementara orang atau pejabat yang
dengan perintah agar Terdakwa berwenang dan pekerjaan
tetap ditahan dan pidana denda Terdakwa. Ketiga Majelis hakim
Rp 800.000.0000,-, dengan tidak menemukan alasan yang
ketentuan apabila pidana tersebut dapat menghapuskan
tidak dibayar diganti dengan pertanggungan jawab pidana,
pidana penjara selama 6 bulan. baik berupa alasan pemaaf
Amar: 1. Menyatakan Terdakwa maupun alasan pembenar dan
terbukti bersalah telah melakukan terdakwa mampu bertanggung
Tindak Pidana “tanpa hak atau jawab terhadap tindak pidana
melawan hukum memiliki, yang telah ia lakukan,
menyimpan, menguasai atau karenannya harus dijatuhi pidana
menyediakan Narkotika berupa pidana penjara dan denda
Golongan I dalam bentuk sebagaimana amar putusan
tanaman; 2. Menjatuhkan pidana perkara ini.
kepada Terdakwa dengan pidana 3) Putusan Pengadilan Negeri
penjara selama 4 (empat) tahun Jakarta Timur Nomor
dan 6 bulan dan denda 275/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
800.000.000,- dengan ketentuan tanggal 26 JUNI 2018 atas nama

150
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Terdakwa M. ANDI hukum tersebut di mana


WAHYUDI, dengan Dakwaan Terdakwa ditangkap pada saat
Primair Pasal 114 Ayat (1) UU seorang diri tidak sedang
35/2009, Subsidair Pasal 111 Ayat bertransaksi dan tidak ada orang
(1) UU 35/2009; dengan Tuntutan lain yang berada di situ, maka
pada pokoknya 1. menyatakan menurut Majelis Hakim
Terdakwa Terbukti secara SAH perbuatan Terdakwa tidak
dan meyakinkan bersalah memenuhi unsur sebagaimana
melakukan Tindak Pidana dimaksud dalam Pasal 114 ayat
sebagaimana diatur dan diancam (1) UU 35/2009 sebagaimana
pidana dalam dakwaan Subsidair dalam dakwaan Primair, sehingga
Pasal 111 Ayat (1) UU 35/2009; dakwaan Primair tidak terbukti,
2. Menjatuhkan pidana terhadap maka Terdakwa haruslah
Terdakwa dengan pidana penjara dibebaskan dari dakwaan Primair
selama 9 (sembilan) tahun tersebut.; Kedua Terdakwa tidak
dikurangi selama Terdakwa memiliki izin untuk menguasai
berada dalam Tahanan sementara Narkotika Golongan I berupa
dengan perintah tetap ditahan; 3. narkotika jenis Ganja, yang
Denda sebesar Rp 800.000,- merupakan jenis tanaman
subsidair 6 bulan.; dengan Amar tersebut dari pihak yang
putusan pada pokoknya 1. berwenang dan tidak sesuai
Menyatakan Terdakwa tersebut dengan peruntukannya
diatas, tidak Terbukti secara SAH sebagaimana ditentukan dalam
dan meyakinkan bersalah Pasal 7 UU 35/2009, yakni hanya
melakukan Tindak Pidana untuk kepentingan pelayanan
sebagaimana dalam dakwaan kesehatan dan/atau
Primair.; 2. Membebaskan pengembangan ilmu pengetahuan
Terdakwa dari Dakwaan Primair dan tehnologi serta tidak ada
tersebut.; 3. Menyatakan hubungan dengan pekerjaannya
Terdakwa tersebut diatas, selaku seorang peneliti atau
TERBUKTI secara SAH dan medis, oleh karena unsur Pasal
meyakinkan bersalah melakukan 111 ayat (1) UU 35/2009 ini
Tindak Pidana sebagaimana bersifat alternatif, apabila salah
dalam Dakwaan Subsidair.; 4. satu unsur telah terbukti, maka
Menjatuhkan pidana kepada unsur ini pun telah terbukti yaitu
Terdakwa oleh karena itu dengan tanpa hak menguasai Narkotika
pidana penjara selama 7 (tujuh) Golongan I telah terpenuhi,
tahun dan Denda sejumlah Rp sehingga semua unsur dari Pasal
800.000,- dengan ketentuan 111 ayat (1) UU 35/2009 telah
apabila denda tidak dibayar terpenuhi, oleh karenanya
diganti dengan pidana penjara Terdakwa haruslah dinyatakan
selama 3 bulan.; Amar Putusan telah terbukti secara sah dan
tersebut didasarkan pada meyakinkan melakukan tindak
pertimbangan hukum Majelis pidana sebagaimana didakwakan
Hakim pada pokoknya Pertama dalam dakwaan Subsidair.; Ketiga
bahwa berdasarkan fakta-fakta bahwa dalam perkara ini terhadap

151
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Terdakwa telah dikenakan Narkotika Golongan I bukan


penangkapandan penahanan yang tanaman DAN tanpa hak dan
sah, maka masa penangkapan melawan hukum memiliki,
dan penahanan tersebut harus menyimpan, menguasai
dikurangkan seluruhnya dari Narkotika Golongan I dalam
pidana yang dijatuhkan, dan oleh bentuk tanaman; 2. Menjatuhkan
karenanya perlu ditetapkan agar pidana terhadap Terdakwa
Terdakwa tetap berada dalam dengan hukuman pidana penjara
tahanan berdasarkan putusan ini. selama 7 tahun dan pidana denda
sebesar 800.000.000,- dengan
4) Putusan Pengadilan Negeri
ketentuan apabila denda tidak
Jakarta Timur Nomor
dibayar, maka diganti dengan
552/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
pidana penjara selama 3 bulan.;
tanggal 31 JULI 2018 atas nama
dimana Amar Putusan tersebut
Terdakwa VOVI INDRA
didasarkan pada pertimbangan
PUTRA Alias NOP bin Alm
hukum Majelis Hakim pada
YUSUF, dengan Dakwaan Kesatu
pokoknya Pertama bahwa
Pasal 114 Ayat (1) UU 35/2009
terdakwa didakwa oleh penuntut
Atau Kedua Pasal 112 Ayat (1)
umum dengan dakwaan alternatif
UU 35/2009, Dan Ketiga Pasal
dan Komulatif yaitu dakwaan
111 Ayat (1) UU 35/2009,
Kesatu diduga melanggar dan
dengan Tuntutan pada pokoknya
diancam pidana dalam Pasal 114
1. menyatakan Terdakwa
ayat (1) UU 35/2009 ATAU
Terbukti secara SAH dan
Kedua diduga melenggar dan
menyakinkan bersalah melakukan
diancam pidana dalam Pasal 112
Tindak Pidana dalam dakwaan
ayat (1) UU 35/2009 dan Ketiga
KEDUA Pasal 112 Ayat (1) UU
Pasal 111 ayat (1) UU 35/2009.;
35/2009 dan dakwaan KETIGA
Kedua bahwa setelah Majelis
Pasal 111 Ayat (1) UU 35/2009
Hakim mempelajari dari fakta-
sebagaimana yang didakwakan
fakta dipersidangan Majelis
oleh Jaksa Penuntut Umum.; 2.
Hakim sependapat dengan
Menjatuhkan pidana penjara
tuntutan penuntut umum bahwa
terhadap Terdakwa selama 8
fakta-fakta dipersidangan telah
tahun dan 6 bulan dengan
mendekati pada Dakwaan
dikurangi selama Terdakwa
KEDUA diduga melanggar dan
berada dalam tahana sementara
diancam Pasal 112 ayat (1) UU
dan denda sebesar Rp
35/2009 dan Dakwaan KETIGA
800.000.0000,-, subsidair 6 bulan
Pasal 111 ayat (1) UU 35/2009.;
penjara dengan perintah tetap
Ketiga bahwa Terdakwa telah
ditahan.; dengan Amar putusan
terbukti bersalah melakukan
pada pokoknya 1. Menyatakan
tindak pidana “Tanpa hak atau
Terdakwa telah Terbukti secara
melawan hukum memiliki,
SAH dan menyakinkan bersalah
menyimpan atau menguasai
melakukan Tindak Pidana “tanpa
Narkotika Golongan I dalam
hak atau melawan hukum
bentuk bukan tanaman jenis
memiliki, menyimpan, menguasai
shabu” untuk itu unsur kedua

152
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Pasal 112 ayat (1) UU 35/2009 111 Ayat (1) Jo. Pasal 132 Ayat
telah terpenuhi, oleh karena (1) UU 35/2009 sebagaimana
dakwaan penuntut umum bersifat dalam Dakwaan Alternatif
alternatif dan Dakwaan KEDUA Kedua.; 2. Menjatuhkan pidana
telah dinyatakan bersalah.; Ketiga penjara kepada Terdakwa I dan
bahwa terdakwa telah terbukti Terdakwa II masing-masing
bersalah melakukan tindak selama 6 (enam) tahun dikurangi
pidana “Tanpa hak atau melawan masa Tahanan yang telah dijalani
hukum memiliki, menyimpan oleh Terdaka-Terdakwa dengan
atau menguasai Narkotika perintah Terdakwa-Terdakwa
Golongan I dalam bentuk tetap ditahan, dan pidana denda
tanaman jenis ganja” untuk itu masing-masing sebesar Rp
Dakwaan KETIGA dalam unsur 800.000.0000,-, dengan ketentuan
kedua Pasal 111 ayat (1) UU jika denda tersebut tidak dibayar,
35/2009 telah terpenuhi; Keempat maka diganti dengan pidana
bahwa selama proses penjara selama 6 bulan.; dengan
dipersidangan Majelis Hakim Amar putusan pada pokoknya 1.
tidak menemukan adanya hal-hal Menyatakan Terdakwa I dan
yang dapat menghapuskan Terdakwa II Terbukti secara SAH
pertanggungjawaban pidana, baik dan menyakinkan bersalah telah
sebagai alasan pembenar dan atau melakukan Tindak Pidana
alasan pemaaf, oleh karenanya “Permufakatan jahat tanpa hak
Terdakwa harus atau melawan hukum memiliki
mempertanggungjawabkan atas Narkotika Golongan I bentuk
perbuatannya dan haruslah tanaman; 2. Menjatuhkan
dihukum dengan dijatuhi pidana. hukuman kepada Terdakwa
dengan pidana selama 4 tahun
5) Putusan Pengadilan Negeri
dan denda 800.000.000,- dengan
Jakarta Timur Nomor
ketentuan apabila denda tersebut
801/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
tidak dibayar diganti dengan
tanggal 19 NOPEMBER 2018
pidana penjara selama 2 bulan.;
atas nama Terdakwa I ROHADI
dimana Amar Putusan tersebut
alias PENJOL dan Terdaka II
didasarkan pada pertimbangan
LUSYADI alias II, dengan
hukum Majelis Hakim pada
Dakwaan Kesatu Pasal 114 Ayat
pokoknya Pertama bahwa dilihat
(1) Jo. Pasal 132 Ayat (1) UU
dari bentuknya DAKWAAN JPU
35/2009 Atau Kedua Pasal 111
tersebut adalah bersifat Alternatif,
Ayat (1) Jo. Pasal 132 Ayat (1)
yang artinya Majelis Hakim akan
UU 35/2009, dengan Tuntutan
memilih satu dari dua dakwaan
pada pokoknya 1. Menyatakan
yang dianggap relafan dengan
Terdakwa I dan Terdaka II
fakta-fakta selama persidangan,
Terbukti secara SAH dan
Majelis Hakim berkesimpulan
menyakinkan bersalah telah
bahwa Dakwaan KEDUA adalah
melakukan Tindak Pidana
dakwaan yang relavan untuk
Narkotika sebagaimana diatur
dipertimbangkan dalam perkara
dan diancam pidana dalam Pasal
ini.; Kedua Bahwa berdasarkan

153
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

uraian fakta-fakta tersebut diatas, Unsur “Memiliki, menyimpan,


dihubungkan dengan teori dan menguasai atau menyediakan
bentuk kesengajaan, maka Narkotika Golongan I dalam
perbuatan para terdakwa telah bentuk tanaman,” ini
memenuhi kesengajaan sebagai dirumuskan dengan elemen-
maksud, yang dapat digambarkan elemen unsur secara alternatif,
dari keadaan-keadaan pada diri sehingga apabila sudah terpenuhi
para terdakwa sebagaimana salah satu elemen unsur dari
terungkap dalam persidangan, rumusan tersebut, maka unsur ini
antara lain sebagai berikut Para dianggap telah terbukti.; Ketiga
Terdakwa sepakat untuk Unsur “Permufakatan jahat
memakai ganja, lalu para untuk melakukan Tindak Pidana
terdakwa patungan masing- Narkotika” yang didakwakan
masing sebesar Rp.50.000,- (lima kepada para terdakwa adalah
puluh ribu rupiah) untuk membeli perbuatan yang telah dilakukan
ganja pada hari Sabtu tanggal 02 oleh dua orang yakni terdakwa
Juni 2018 telah dengan sengaja ROHADI Alias PENJOL
memiliki Narkotika Golongan I bersama terdakwa LUSYADI
dalam bentuk tanaman (daun Alias II dengan peranannya
kering ganja) sebanyak 2 (dua) masing-masing, dengan demikian,
linting ganja dengan berat netto unsur “Permufakatan jahat untuk
seluruhnya 0,5514 yang melakukan Tindak Pidana
dimasukkan di dalam bekas Narkotika” telah terbukti.;
bungkus rokok merk Sampoerna Keempat Bahwa dengan telah
Evolution, akan tetapi perbuatan terpenuhinya unsur “Tanpa hak
para terdakwa tersebut diketahui atau melawan hukum” unsur
oleh saksi ROY A. PERMANA “Memiliki Narkotika Golongan I
dan saksi HOTDIANSON yang dalam bentuk tanaman,” dan
menemukan ganja tersebut di unsur "Permufakatan jahat untuk
lantai di samping kulkas di dalam melakukan Tindak Pidana
toko isi ulang oksigen "Nusa Gas" Narkotika", maka terdakwa
di Jl. Masjid Al Wustho Kel. ROHADI Alias PENJOL dan
Pondok Bambu Kec. Duren Sawit terdakwa LUSYADI Alias II
Jakarta Timur dan kepemilikan adalah sebagai subjek hukum
ganja tersebut oleh para yang melakukan tindak pidana
Terdakwa tidak dilengkapi yang telah memenuhi unsur
dengan ijin dari pihak yang “setiap orang” dalam perkara ini,
berwenang adalah perbuatan sehingga dengan demikian unsur
yang dilarang dan bertentangan “Setiap orang” telah terbukti.;
dengan undang-undang, sehingga Kelima bahwa dengan terbuktinya
perbuatan memiliki ganja oleh seluruh unsur-unsur dalam Pasal
para terdakwa tersebut adalah 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1)
tanpa hak dan melawan hukum. UU 35/2009, maka terdakwa
Dengan demikian, maka unsur ROHADI Alias PENJOL dan
“Tanpa hak atau melawan terdakwa LUSYADI Alias II
hukum” telah terbukti. Dan

154
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

telah terbukti secara sah dan pembeli dengan cara memesan


meyakinkan bersalah melakukan terlebih dahulu kepada orang
tindak pidana Narkotika yang bernama DAVIA atas
“Permufakatan jahat tanpa hak Narkotika Golongan I bentuk
atau melawan hukum memiliki tanaman berupa daunGanja oleh
Narkotika Golongan I dalam karenanya pledoi dari terdakwa
bentuk tanaman.” Oleh karena tersebut diatas harus dinyatakan
tidak ada hal-hal yang dapat tidak berdasar dan harus ditolak.;
meniadakan kesalahan para Kedelapan oleh karena para
terdakwa, juga alasan pembenar terdakwa telah terbukti
maupun pemaaf, serta tidak pula melakukan tindak pidana maka
ditemukan adanya hal-hal yang kepada para terdakwa harus
dapat menghapuskan sifat dijatuhi pidana setimpal dengan
melawan hukum, maka terhadap perbuatannya.; Kesembilan oleh
para terdakwa dapat karena para terdakwa telah
dipersalahkan dan harus terbukti melakukan tindak pidana
mempertanggungjawabkan dan akan dijatuhi pidana maka
perbuatannya sebagaimana masa tahanan yang telah dijalani
dakwaan yang didakwakan Jaksa para terdakwa akan dikurangkan
Penuntut Umum.; Keenam bahwa seluruhnya dari pidana yang
berdasarkan pertimbangan diatas dijatuhkan dan mengenai barang
maka unsur unsur dari dakwaan bukti yang diajukan dalam
Jaksa penuntut Umum harus perkara ini akan ditentukan
dinyatakan telah terpenuhi dalam amar putusan;
menurut hukum, maka para b. Penerapan Pasal 114 Ayat (1), Pasal
terdakwa harus dinyatakan telah 112 Ayat (1) UU 35/2009 Oleh
terbukti bersalah melakukan
Hakim dalam 5 (lima) Putusan
tindak pidana melanggar Pasal Pengadilan Negeri Jakarta Timur
111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) 1) Putusan Pengadilan Negeri
UU 35/2009.; Ketujuh bahwa
Jakarta Timur Nomor
dalam Nota Pledoi Penasihat 35/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
Hukum Terdakwa dalam tanggal 05 MARET 2018 atas
Kesimpulan/Permohonannya nama Terdakwa ARIFIN Bin
pada pokoknya mengemukakan (Alm) SABDA, dengan dakwaan
Membebaskan Terdakwa- Pertama Pasal 114 Ayat (1) UU
Terdakwa dari Segala Dakwaan 35/2009 Atau Kedua Pasal 112
dan atas pledoi tersebut, Majelis
Ayat (1) UU 35/2009, dengan
Hakim berpendapat bahwa
Tuntutan pada pokoknya 1.
selama pemeriksaan secara
Menyatakan Terdakwa Telah
seksama selama persidangan
Terbukti secara SAH dan
dimana berdasarkan keterangan
menyakinkan bersalah melakukan
para saksi dan keterangan
Tindak Pidana sebagaimana
terdakwa sendiri bahwa selain
diatur dan diancam pidana dalam
Terdakwa sebagai pengguna
Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009.;
Narkotika tersebut juga sebagai 2. Menjatuhkan pidana terhadap

155
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Terdakwa dengan pidana penjara Hakim akan memilih dan


selama 4 tahun dan 6 bulan dan mempertimbangkan dakwaan kedua
denda sebesar Rp 800.000.000,- melanggar Pasal 112 ayat (1) UU
subsidair 4 bulan penjara 35/2009, dimana sesuai fakta di
dikurangi selama Terdakwa persidangan terdakwa dalam
berada dalam Tahanan, dengan keadaan sehat jasmani dan rohani,
perintah agar Terdakwa tetap tidak ditemui adanya alasan pemaaf
ditahan; dengan Amar putusan dan pembenar pada diri terdakwa,
pada pokoknya 1. menyatakan sehingga terdakwa dapat
Terdakwa telah terbukti secara mempertanggungjawabkan
SAH dan meyakinkan bersalah perbuatannya, dengan demikian
melakukan Tindak Pidana “yang unsur “Setiap orang,” dalam Pasal
tanpa hak atau melawan hukum 112 ayat (1) UU 35/2009 ini telah
memiliki, menyimpan, menguasai terpenuhi dan terbukti secara sah,
atau menyediakan Narkotika dan benar perbuatan terdakwa dalam
Golongan I bukan tanaman”; 2. memiliki, menyimpan, menguasai,
Menjatuhkan pidana kepada atau menyediakan Narkotika
Terdakwa dengan pidana penjara Golongan I bukan tanaman jenis
selama 4 tahun dan 6 bulan, sabu-sabu adalah benar mengandung
denda sebesar 800.000.000,- Metamfetamina dan terdaftar dalam
apabila denda tidak dibayar Golongan I Nomor urut 61 Lampiran
diganti dengan pidana penjara UU 35/2009 tersebut tanpa hak dan
selama 1 bulan.; Amar Putusan dilakukan dengan melawan hukum
tersebut didasarkan pada serta tanpa izin dari pihak yang
pertimbangan hukum Majelis berwenang menurut Undang
Hakim pada pokoknya sebagai Undang, dengan demikian unsur
berikut: Pertama bahwa Terdakwa “Unsur tanpa hak atau melawan
oleh Penuntut Umum telah didakwa hukum memiliki, menyimpan,
dengan Dakwaan ALTERNATIF menguasai, atau menyediakan
yaitu Dakwaan KESATU melanggar Narkotika Golongan I bukan
Pasal 114 ayat (1) UU 35/2009, tanaman” dalam Pasal 112 ayat (1)
Dakwaan KEDUA melanggar Pasal UU 35/2009 ini telah terpenuhi dan
112 ayat (1) UU 35/2009, sehingga terbukti. Menimbang bahwa oleh
Majelis Hakim bebas memilih karena seluruh unsur Pasal 112
dakwaan mana yang lebih tepat ayat (1) UU 35/2009 telah
dikenakan kepada Terdakwa hal terpenuhi maka perbuatan terdakwa
tersebut dikaitkan dengan fakta-fakta telah terbukti secara sah dan
yang terungkap di depan persidangan meyakinkan. Ketiga bahwa selama
yang diperoleh dari keterangan saksi- proses pemeriksaan di depan
saksi, keterangan Terdakwa persidangan tidak ditemukan adanya
dikaitkan dengan barang bukti yang alasan yang dapat dijadikan alasan
diajukan di depan persidangan. pemaaf maupun alasan pembenar
Kedua bahwa berdasarkan fakta yang yang dapat menghapuskan ataupun
terungkap di depan persidangan, menghilangkan sifat melawan hukum
berdasarkan keterangan para saksi dari perbuatan terdakwa, maka
dan keterangan Terdakwa, Majelis kepadanya harus dijatuhi hukuman

156
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

yang setimpal dengan kesalahannya putusan pada pokoknya 1.


dan kepadanya harus pula dibebani menyatakan Terdakwa telah
untuk membayar biaya perkara.; terbukti secara SAH dan
Keempat bahwa oleh karena selama meyakinkan bersalah melakukan
proses penanganan perkara ini Tindak Pidana “tanpa hak atau
terdakwa berada dalam tahanan, melawan hukum memiliki,
maka lamanya terdakwa berada menyimpan, menguasai atau
dalam tahanan akan dikurangkan menyediakan Narkotika
seluruhnya dari pidana penjara yang Golongan I dalam bentuk bukan
dijatuhkan. Oleh karena pidana yang tanaman; 2. menjatuhkan pidana
akan dijatuhkan kepada terdakwa terhadap Terdakwa dengan
akan lebih lama dari masa tahanan pidana penjara selama 6 tahun
yang dijalani terdakwa, sementara dan 6 bulan dan pidana denda
tidak ada alasan untuk sebesar 1.000.000.000,- apabila
mengeluarkan terdakwa dari tahanan denda tidak dibayar diganti
maka kepada terdakwa perlu dengan pidana penjara selama 3
diperintahkan untuk tetap berada bulan.; dimana Amar Putusan
dalam tahanan. tersebut didasarkan pada
pertimbangan hukum Majelis
2) Putusan Pengadilan Negeri
Hakim pada pokoknya Pertama
Jakarta Timur Nomor
bahwa oleh karena tindak pidana
11/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
yang didakwakan kepadanya itu
tanggal 19 MARET 2018 atas
terurai dalam surat dakwaan yang
nama Terdakwa ANDRIAS
disusun secara alternatif, maka untuk
COROLINUS alias ANDRI,
menyatakan terbukti tidaknya
dengan Dakwaan Pertama Pasal
dakwaan Penuntut Umum dilakukan
114 Ayat (1) UU 35/2009 Atau
oleh Terdakwa, tidak perlu semua
Kedua Pasal 112 Ayat (1) UU
dakwaan dipertimbangkan terbukti
35/2009.; dengan Tuntutan pada
tidaknya, akan tetapi cukup dipilih
pokoknya 1. Menyatakan
salah satu dakwaan yang dinilai
Terdakwa Terbukti secara SAH
paling tepat untuk diterapkan dalam
dan menyakinkan bersalah
perkara ini. Berdasarkan fakta-fakta
melakukan Tindak Pidana
hukum yang terbukti dipersidangan,
sebagaimana dalam dakwaan
dihubungkan dengan bentuk
Kedua Pasal 112 Ayat (1) UU
dakwaan PU, maka Majelis Hakim
35/2009, dalam Surat Dakwaan
sependapat Tuntutan PU dinilai
Kedua; 2. Menjatuhkan pidana
paling mendekati dan tepat
terhadap Terdakwa dengan
dipertimbangkan adalah Dakwaan
pidana penjara selama 8 tahun
KEDUA Pasal 112 ayat (1) UU
dikurangi selama Terdakwa
35/2009.; Kedua bahwa
berada dalam Tahanan sementara
dipersidangan Penuntut umum telah
dan dengan perintah Terdakwa
menghadapkan seseorang sebagai
tetap ditahan RUTAN dan
Terdakwa, yakni ANDRIAS
membayar denda Rp
COROLINUS alias ANDRI, dengan
1.000.000.0000,-, subsidair 6
identitas sebagaimana tersebut diatas,
bulan penjara.; dengan Amar
cocok dengan identitas yang terdapat

157
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

dalam surat dakwaan Penuntut terbukti secara sah dan meyakinkan


Umum maupun BAP Penyidik dan bersalah melakukan tindak pidana
diakui Terdakwa sebagai dirinya, tanpa hak atau melawan hukum
sehat jiwa raganya terbukti dari menyimpan, menguasai atau
tingkah lakuknya serta jawaban- menyediakan Narkotika Golongan I
jawaban yang diberikan selama bukan tanaman jenis sabu sabu.
persidangan berlangsung sehingga 3) Putusan Pengadilan Negeri
Terdakwa sebagai orang yang Jakarta Timur Nomor
mampu mempertanggungjawabkan 146/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim
segala perbuatannya dihadapan tanggal 9 APRIL 2018 atas nama
hukum, maka Majelis Hakim Terdakwa I DADANG
berkesimpulan unsur “setiap orang,” SUTISNA Als DEDE dan
dalam Pasal 112 ayat (1) UU Terdakwa II DIVA KARISMA
35/2009 ini telah terpenuhi; Ketiga PUTRI, dengan Dakwaan
bahwa terdakwa ANDRIAS Pertama Pasal 114 Ayat (1) Jo.
COROLINUS alias ANDRI, tidak Pasal 132 ayat (1) UU 35/2009,
ada izin dari pihak yang berwenang Atau Kedua Pasal 112 Ayat (1) Jo.
untuk memiliki, menyimpan, Pasal 132 UU 35/2009; dengan
ataupun menguasai Narkotika Tuntutan pada pokoknya 1.
Golongan I bukan tanaman atau menyatakan Terdakwa I dan
disebut Narkotika jenis shabu Terdakwa II Telah Terbukti
tersebut, maka unsur “Tanpa hak secara SAH dan menyakinkan
dan melawan hukum menyimpan, bersalah melakukan Tindak
menguasai atau menyediakan Pidana “melakukan
Narkotika golongan I bukan permufakatan jahat tanpa hak
tanaman,” dalam Pasal 112 ayat (1) atau melawan hukum memiliki,
UU 35/2009 ini telah terpenuhi oleh menyimpan, menguasai atau
perbuatan Terdakwa.; Keempat menyediakan Narkotika
bahwa oleh karena semua unsur- Golongan I bukan tanaman”
unsur dalam dakwaan alternative sebagaimana diatur dan diancam
kedua sudah terpenuhi menurut pidana dalam Pasal 112 Ayat (1)
hukum, sehingga perbuatan UU 35/2009; 2. menjatuhkan
Terdakwa telah terbukti secara sah pidana terhadap Para Terdakwa
dan meyakinkan bersalah melakukan masing-masing dengan pidana
tindak pidana sebagaimana dalam penjara selama 6 tahun dan 6
pasal 112 ayat (1) UU 35/2009, bulan dan denda sebesar Rp
maka Terdakwa harus dijatuhi 800.000.000,-subsidair 6 bulan
hukuman setimpal kesalahannya. penjara dikurangi selama Para
Majelis Hakim telah memperoleh Terdakwa berada dalam
keyakinan akan kesalahan Terdakwa Tahanan, dengan perintah agar
dan juga selama proses persidangan Terdakwa tetap ditahan; dengan
tidak ditemukan alasan-alasan Amar putusan pada pokoknya 1.
penghapus kesalahan maupun menyatakan Terdakwa I dan
alasan-alasan pembenar atas Terdakwa II Telah Terbukti
perbuatan Terdakwa, maka harus secara SAH dan menyakinkan
dinyatakan Terdakwa tersebut bersalah melakukan Tindak

158
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Pidana “menguasai Narkotika Pasal 112 ayat (1) UU 35/2009 ini


Golongan I jenis bukan tanaman.; telah terpenuhi dan terbukti
2. menghukum Terdakwa I dan secara sah.; Ketiga bahwa para
Terdakwa II oleh karena itu terdakwa telah terbukti secara sah
dengan pidana penjara masing- dan meyakinkan bersalah
masing selama 6 tahun dan melakukan tindak pidana tanpa
membayar denda sejumlah hak atau melawan hukum
800.000.000,- dengan ketentuan memiliki, menyimpan,
apabila denda tidak dibayar, menguasai, atau menyediakan
maka diganti dengan pidana Narkotika Golongan I bukan
penjara selama 3 bulan.; dimana tanaman jenis sabu-sabu,
Amar Putusan tersebut sebagaimana diatur dan di ancam
didasarkan pada pertimbangan pidana dalam Pasal 112 ayat (1)
hukum Majelis Hakim pada UU 35/2009. Bahwa berdasarkan
pokoknya Pertama bahwa atas seluruh uraian-uraian
Terdakwa telah didakwa oleh PU pertimbangan hukum tersebut
dengan DAKWAAN yang maka dari ketentuan pasal yang
disusun secara ALTERNATIF, didakwakan pada dakwaan
yaitu Dakwaan PERTAMA Penuntut Umum yaitu Dakwaan
melanggar pasal 114 ayat (1) Jo KEDUA, Pasal 112 ayat (1) UU
pasal 132 ayat (1) UU 35/2009 35/2009 tersebut telah terpenuhi
atau Dakwaan KEDUA melanggar pula dilakukan oleh Para
pasal 112 ayat (1) jo pasal 132 Terdakwa, maka majelis Hakim
ayat (1) UU 35/2009, sehingga berpendapat bahwa Terdakwa
Majelis Hakim akan langsung telah terbukti secara sah dan
mempertimbangkan dakwaan meyakinkan bersalah menurut
yang paling mendekati dari fakta- hukum melakukan tindak pidana
fakta yang terungkap kejahatan “menguasai, atau
dipersidangan yaitu dakwaan menyediakan Narkotika
kedua Pasal 112 ayat (1) UU Golongan I bukan
35/2009.; Kedua bahwa yang tanaman,”sudah sepatutnya
menjadi terdakwa dalam perkara menurut hukum dijatuhi pidana
ini adalah Terdakwa I DADANG sesuai dengan perbuatanya
SUTISNA Alias DEDE dan tersebut.; Keempat bahwa
Terdakwa II DIVA KARISMA Pengadilan juga tidak
PUTRI sesuai surat dakwaan, menemukan adanya alasan
dimana sesuai fakta di pemaaf maupun pembenar yang
persidangan terdakwa dalam dapat menghapuskan
keadaan sehat jasmani dan pertanggungjawaban pidana atas
rohani, tidak ditemui adanya perbuatannya tersebut, maka
alasan pemaaf dan pembenar Terdakwa haruslah dihukum.
pada diri para terdakwa, sehingga Bahwa mengenai masa
para terdakwa dapat penahanan yang telah dijalani
mempertanggungjawabkan oleh Terdakwa selama ini maka
perbuatannya, dengan demikian sesuai dengan ketentuan pasal 22
unsur unsur “setiap orang,” dalam ayat (4) KUHAP, maka atas masa

159
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

penahanan tersebut akan pidana penjara selama 6 tahun


dikurangkan seluruhnya dari dan denda sebesar 800.000.000,-
pidana penjara yang dijatuhkan. apabila tidak dibayarkan, diganti
Bahwa oleh karena saat ini para dengan pidana penjara selama 3
Terdakwa berada dalam tahanan bulan.; Amar Putusan tersebut
dan mereka dinyatakan bersalah didasarkan pada pertimbangan
dan dijatuhi pidana, serta telah hukum Majelis Hakim pada
pula memenuhi ketentuan pasal pokoknya Pertama bahwa
21 ayat (1) dan Ayat (4) KUHAP, Terdakwa oleh Penuntut Umum
maka cukup beralasan hukum telah diajukan ke depan
bagi Majelis Hakim untuk persidangan berdasarkan
memerintahkan agar Para DAKWAAN berbentuk
Terdakwa tetap ditahan. ALTERNATIF: PERTAMA:
4) Putusan Pengadilan Negeri Pasal 114 Ayat (1) UU 35/2009.
Jakarta Timur Nomor Atau KEDUA: Pasal 112 Ayat
252/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim (1) UU 35/2009, Majelis Hakim
tanggal 12 JULI 2018 atas nama akan membuktikan Dakwaan
Terdakwa BARNAS, dengan Alternatif Penuntut Umum
dakwaan Pertama Pasal 114 Ayat tersebut dengan memilih
(1) UU 35/2009 Atau Kedua membuktikan DAKWAAN yang
Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009, relevan dengan fakta hukum
dengan Tuntutan pada pokoknya yang diperoleh di persidangan,
1. Menyatakan Terdakwa Telah dalam hal ini Dakwaan KEDUA,
Terbukti secara SAH dan Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009.;
menyakinkan bersalah melakukan Kedua bahwa di depan
Tindak Pidana sebagaimana persidangan telah dihadapkan
diatur dan diancam pidana dalam Terdakwa bernama BARNAS
Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009.; yang membenarkan identitasnya
2. Menjatuhkan pidana terhadap sebagaimana dalam surat
Terdakwa dengan pidana penjara Dakwaan PU dan Terdakwa di
selama 7 tahun dan denda sebesar persidangan dapat menanggapi
Rp 800.000.000,-subsidair 6 bulan dan menjawab setiap pertanyaan
penjara dikurangi selama yang diajukan kepadanya,
Terdakwa berada dalam dengan demikian pada diri
Tahanan, dengan perintah agar Terdakwa tidak terdapat tanda-
Terdakwa tetap ditahan.; Amar tanda Terdakwa dalam keadaan
putusan pada pokoknya 1. tidak sehat jasmani dan
menyatakan Terdakwa terbukti rohaninya, oleh karenanya
secara SAH dan meyakinkan Terdakwa harus dianggap
bersalah melakukan Tindak mampu mempertanggung
Pidana “tanpa hak dan melawan jawabkan perbuatannya,
hukum memiliki dan menyimpan sehingga unsur setiap orang
Narkotika Golongan I bukan
telah terpenuhi.; Ketiga bahwa
tanaman; 2. Menjatuhkan pidana
Terdakwa dalam memiliki,
terhadap Terdakwa dengan
menyimpan, menguasai, atau

160
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

menyediakan Narkotika IBRAHIM alias MBAM alias


Golongan I bukan tanaman PANJUL Bin (Alm) HAMDANI,
berupa Narkotika jenis Sabu - dengan Dakwaan Kesatu Pasal
sabu mengandung 114 Ayat (1) UU 35/2009, Atau
Metamfetamina dan terdaftar Kedua Pasal 112 Ayat (1) UU
dalam Golongan I Nomor urut 35/2009.; dengan Tuntutan pada
61 Lampiran UU 35/2009 pokoknya 1. menyatakan
tersebut tanpa hak dan melawan Terdakwa Telah Terbukti secara
hukum serta dilakukan tanpa SAH dan menyakinkan bersalah
izin dari pihak yang berwenang melakukan Tindak Pidana
menurut Undang Undang. NARKOTIKAsebagaimana
Menimbang bahwa dengan dimaksud dalam Pasal 112 Ayat
terpenuhinya keseluruhan unsur- (1) UU 35/2009.; 2. menjatuhkan
unsur sebagaimana dalam pidana terhadap Terdakwa
Dakwaan KEDUA telah dengan pidana penjara selama 5
terpenuhi maka Terdakwa harus tahun dan 6 bulan, dikurangi
dinyatakan Terbukti secara sah selama Terdakwa berada dalam
tahanan sementara, dengan
dan meyakinkan melakukan
perintah agar Terdakwa tetap
tindak pidana dalam dakwaan
ditahan; 3. Biaya denda sebesar
tersebut; Keempat bahwa
Rp 800.000.000,-subsidair 3 bulan
sepanjang pengamatan Majelis
penjara.; dengan Amar pada
pada diri Terdakwa tidak
pokoknya 1. menyatakan
terdapat alasan penghapus
Terdakwa tersebut diatas, terbukti
pidana baik berupa alasan
secara SAH dan meyakinkan
pemaaf maupun alasan
bersalah melakukan Tindak
pembenar yang dapat menghapus
Pidana sebagaimana Dakwaan
sifat melawan hukumnya KEDUA tersebut; 2.
perbuatan Terdakwa ataupun menjatuhkan pidana kepada
alasan penghapus kesalahan Terdakwa oleh karena itu dengan
Terdakwa. Oleh karenanya pidana penjara selama 4 tahun
Terdakwa dianggap mampu dan denda sebesar 800.000.000,-
mempertanggangjawabkan dengan ketentuan apabila denda
perbuatannya sehingga harus tersebut tidak dibayar, maka
dinyatakan bersalah melakukan diganti dengan pidana penjara
tindak pidana sebagaimana selama 3 bulan.; Amar Putusan
dakwaan PU dan dijatuhi pidana tersebut didadasarkan pada
yang lamanya adalah adil pertimbangan hukum Majelis
sebagaimana yang tertuang pada Hakim pada pokoknya Pertama
amar putusan ini. bahwa Terdakwa telah didakwa
5) Putusan Pengadilan Negeri oleh Penuntut Umum dengan
Jakarta Timur Nomor dakwaan di susun berbentuk
558/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim KOMBINASI yaitu PERTAMA:
tanggal 16 AGUSTUS 2018 atas Pasal 114 ayat (1) UU 35/2009
nama Terdakwa ILHAM atau KEDUA: Pasal 112 ayat (1)
UU 35/2009, oleh karena

161
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

dakwaan Penuntut Umum tersebut adalah milik terdakwa,


berbentuk alternatif maka Majelis dan Terdakwa tidak memiliki izin
Hakim akan mempertimbangkan dari pihak yang berwenang dalam
dakwaan yang relevan dengan memiliki shabu berupa Kristal
fakta-fakta hukum yakni Dakwaan warna putih tersebut. Dalam
KEDUA, Pasal 112 ayat (1) UU pembelaannya Penasihat Hukum
35/2009.; Kedua bahwa dalam Terdakwa menyatakan bahwa
perkara ini yang diajukan didepan Terdakwa sebgai orang yang
persidangan oleh PU adalah memakai shabu-shabu bersama
Terdakwa ILHAM IBRAHIM teman-temannya bernama Kiki
alias MBAM alias PANJUL bin dan Willy, Terdakwa memakai
(alm) HAMDANI dimana setelah shabu karena pergaulan sehingga
melalui pemeriksaan Terdakwa harus dianggap sebagai
dipersidangan, ternyata Terdakwa penyalahgunaan Narkotika.
ILHAM IBRAHIM alias MBAM Bahwa pada Point 2 SEMA
alias PANJUL bin (alm) 4/2010 disebutkan a. Terdakwa
HAMDANI adalah subyek yang pada saat ditangkap oleh
hukum yang dapat penyidik Polri dan penyidik BNN
dipertanggungkan atas dalam kondisi tertangkap tangan;
perbuatannya, dan di persidangan dan seterusnya; dan seterusnya;
telah diperiksa Identitas Perlu Surat Keterangan dari
Terdakwa dimana identitasnya Dokter Jiwa/Psikiater
sama dengan dakwaan Penuntut Pemerintah yang ditunjuk......
Umum, maka dengan, demikian dan seterusnya. Bahwa pada Point
subyek perbuatan pidana yang 2 SEMA 3/2011 pada Point 6
didakwakan dalam surat menyebutkan pada pokoknya
dakwaan Penuntut Umum adalah “Memberikan kewenangan kepada
benar Terdakwa ILHAM Penyidik dan Penuntut Umum dan
IBRAHIM alias MBAM alias Hakim untuk menempatkan
PANJUL bin (alm) HAMDANI Tersangka dan Terdakwa selama
dan bukan orang lain, serta proses peradilan di Lembaga
selama persidangan Terdakwa Rehabilitasi Medis dan/atau
tersebut mampu mengikuti semua Rehabilitasi Sosial, maka
jalannya persidangan, Hal ini kewenangan menempatkan
ditunjukkan dengan adanya Tersangka/Terdakwa dalam
kemampuan dari Terdakwa Lembaga Rehabilitasi harus
dalam menjawab seluruh diperkuat adanya Rekomendasi Tim
pertanyaan-pertanyaan yang Dokter.” Bahwa dalam proses
diajukan kepadanya, dan pemeriksaan Terdakwa baik
tanggapan-tanggapan dari ditingkat PENYIDIKAN
Terdakwa terhadap keterangan maupun pemeriksaan sidang
yang diberikan oleh para saksi, persidangan sampai saat ini tidak
dengan demikian unsur “setiap terdapat REKOMENDASI dari
orang,” Pasal 112 Ayat (1) UU tim dokter atau tim medis yang
35/2009 telah terpenuhi.; Ketiga menyatakan Terdakwa adalah
Terdakwa mengaku bahwa sabu seorang pengguna atau

162
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

penyalahgunaan narkotika. dan setimpal dengan


Bahwa berdasarkan perbuatannya.
pertimbangan-pertimbangan
tersebut diatas maka Majelis tidak c. Analisis Penerapan Pasal-Pasal Karet
sependapat dengan nota Dalam UU 35/2009 yaitu Pasal 114
pembelaan dari Penasihat Hukum Ayat (1), Pasal 111 Ayat (1) UU
Terdakwa tersebut, oleh 35/2009 dan Pasal 114 Ayat (1), Pasal
karenanya nota pembelaan 112 Ayat (1) UU 35/2009 Oleh
Penasihat Hukum Terdakwa Hakim Dalam 10 (Sepuluh) Putusan
tersebut harus ditolak. Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Menimbang, bahwa berdasarkan Dari 748 perkara pidana khusus
pertimbangan tersebut diatas, berupa Tindak Pidana Narkotika /
maka unsur Ke-2 telah terpenuhi Tindak Pidana penyalahgunaan
ada pada perbuatan Terdakwa.; Narkotika di Pengadilan Negeri
Keempat bahwa oleh karena Jakarta Timur dalam kurun waktu
semua unsur-unsur dari Pasal 112 Januari s/d Desember 2018, secara
UU 35/2009 telah Terpenuhi, acak diambil dan terpilih 10 (sepuluh)
maka Terdakwa haruslah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
dinyatakan telah terbukti secara Timur tentang Tindak Pidana
sah dan meyakinkan melakukan Narkotika / Tindak Pidana
tindak pidana sebagaimana penyalahgunaan Narkotika
didakwakan dalam Dakwaan Penyalahguna Narkotika Untuk
KEDUA tersebut. Bahwa oleh Dirinya Sendiri sebagaimana
karena dakwaan Penuntut Umum dimaksud dan diancam pidana dalam
berbentuk alternatif dan dakwaan Pasal 111 Ayat (1), Pasal 112 Ayat (1)
Kedua telah terbukti, maka UU 35/2009 tersebut, tidak satupun
dakwaan yang lainnya tidak perlu putusannya berupa rehabilitasi atau
untuk dibuktikan atau memperoleh rehabilitasi, melainkan
dipertimbangkan lagi.; Kelima semua putusannya berupa
bahwa dari hasil pemeriksaan pemidanaan terhadap Terdakwa,
dipersidangan tidak diketemukan berupa pidana penjara.
adanya alasan pemaaf maupun Dari 10 (sepuluh) Putusan
pembenar yang dapat menghapus Pengadilan Negeri Jakarta Timur
sifat melawan hukum bagi diri tersebut, hanya 1 (satu) putusan yang
Terdakwa sehingga pertanggung mempertimbangkan permohonan
jawaban pidana menjadi beban rehabilitasi yang diajukan oleh
Terdakwa.; Keenam bahwa Terdakwa penyalahguna narkotika
dengan memperhatikan pasal 183 untuk dirinya sendiri, melalui
dan pasal 193 KUHAP, oleh perantaraan Penasehat Hukumnya,
karena Terdakwa telah terbukti akan tetapi hasil akhirnya ditolah oleh
secara sah dan meyakinkan Hakim/Pengadilan, dengan
bersalah melakukan tindak pertimbangan pada pokoknya
pidana sebagaimana dalam berdasarkan SEMA 04/2010 Jo.
dakwaan Kedua, maka Terdakwa SEMA 03/2011, Surat Permohonan
harus dijatuhi pidana yang adil Rehabilitasi dan Surat Rekomendasi

163
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Rehabilitasi tersebut harus diajukan pemeriksaan persidangan. Sehingga


sejak semula, mulai dari awal Surat Permohonan Rehabilitasi dan
penyidikan dan penuntutan, tidak Surat Rekomendasi Rehabilitasi
dapat diajukan pada saat pemeriksaan dimaksud tersebut tidak dapat
persidangan di Pengadilan, yakni diajukan oleh Terdakwa/Penasehat
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Hukumnya pada saat persidangan
Timur Nomor pemeriksaan perkara dalam sidang di
558/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim Pengadilan.; dan 3) terjadi
tanggal 16 Agustus 2018 atas nama ketidakadilan, dimana penyalahguna
Terdakwa ILHAM IBRAHIM alias narkotika untuk dirinya sendiri
MBAM alias PANJUL Bin (Alm) sebagaimana dimaksud dan diancam
HAMDANI. pidana dalam Pasal 114 Ayat (1),
Implikasi penerapan pasal-pasal Pasal 111 Ayat (1), Pasal 112 Ayat (1)
karet dalam UU 35/2009, yaitu Pasal UU 35/2009 tersebut, tidak satupun
111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) putusannya berupa rehabilitasi atau
UU 35/2009 terhadap penyalahguna memperoleh rehabilitasi sebagaimana
narkotika untuk dirinya sendiri dalam dimaksud dan diatur dalam Pasal 127
memperoleh rehabilitasi di Pengadilan UU 35/2009, melainkan putusannya
Negeri Jakarta Timur adalah 1) terjadi berupa pemidanaan terhadap
ketidakpastian hukum atas penerapan Terdakwa, berupa pidana penjara.
norma Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal Seharusnya berdasarkan Pasal 127 jo
112 Ayat (1) UU 35/2009 bagi Pasal 54, Pasal 55, Pasal 103 UU
penyalahguna narkotika untuk dirinya Nomor 35 Tahun 2009, penyalahguna
sendiri dalam memperoleh narkotika untuk dirinya sendiri
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dikenakan hukum mendapatkan hak
dalam Pasal 127 UU 35/2009 rehabilitasi medis dan sosial, karena
tersebut, sehingga terjadi inkonsistensi penyalahguna narkotika untuk dirinya
penerapan norma Pasal 111 Ayat (1) sendiri diposisikan sebagai korban
dan Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009 penyalahguna narkotika.
bagi penyalahguna narkotika untuk Untuk mengatasi keadaan multi
dirinya sendiri dalam memperoleh tafsir penerapan Pasal 111 Ayat (1)
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dan Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009
dalam Pasal 127 UU 35/2009 tersebut tersebut, adalah perlunya dilakukan
oleh Hakim/Pengadilan.; 2) hilangnya perubahan UU 35/2009, melalui
independensi dan otonomi proses legislasi, dimana pemerintah
Hakim/Pengadilan dalam memeriksa, mengajukan Naskah Akademik dan
mengadili dan memutus Naskah RUU Perubahan Atas UU
penyalahguna narkotika untuk dirinya 35/2009 tersebut ke DPR RI, agar
sendiri dalam memperoleh dimasukan ke dalam program legislasi
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud nasional (prolegnas) tahun berikutnya.
dalam Pasal 127 UU 35/2009 Walaupun terdapat kecenderungan,
tersebut, karena disyaratkan Surat proses legislasi tersebut memerlukan
Permohonan Rehabilitasi dan Surat waktu yang relatif lama.
Rekomendasi Rehabilitasi tersebut Pilihan lain untuk mengatasi
harus diajukan sejak semula, mulai keadaan multi tafsir penerapan Pasal
dari awal penyidikan, penuntutan dan 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1)

164
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

UU 35/2009 tersebut, kepada perkara pidana khusus berupa Tindak


masyarakat baik perorangan ataupun Pidana Narkotika / Tindak Pidana
kelompok masyarakat dapat penyalahgunaan Narkotika di
mengajukan permohonan Pengujian Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Undang-Undang (PUU) ke Mahkamah dalam kurun waktu Januari s/d
Konstitusi, dengan objek pengujian Desember 2018, secara acak diambil
bahwa Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal dan terpilih 10 (sepuluh) Putusan
112 Ayat (1) UU 35/2009 tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Timur
bertentangan dengan UUD Negara tentang Tindak Pidana Narkotika /
R.I. 1945, dengan meminta MK Tindak Pidana penyalahgunaan
bertindak sebagai positif legislator Narkotika Penyalahguna Narkotika
(positieve legislator) dengan memberi Untuk Dirinya Sendiri sebagaimana
tafsir baru atau berlaku bersyarat dimaksud dan diancam pidana dalam
sesuai dengan tafsir MK (conditional Pasal 114 Ayat (1), Pasal 111 Ayat (1),
constitutional) atas istilah-istilah atau Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009
frasa “memperdagangkan, menguasai, tersebut, tidak satupun putusannya
menyimpan, memiliki, menyediakan, berupa rehabilitasi atau memperoleh
mengedarkan narkotika,” yang rehabilitasi, melainkan semua
terdapat dalam Pasal 111 Ayat (1) dan putusannya berupa pemidanaan
Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009 terhadap Terdakwa, berupa pidana
tersebut. Masyarakat baik perorangan penjara. Hanya 1 (satu) putusan yang
ataupun kelompok masyarakat dapat mempertimbangkan permohonan
mengajukan permohonan PUU Pasal rehabilitasi yang diajukan oleh
111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) Terdakwa penyalahguna narkotika
UU 35/2009 bertentangan dengan untuk dirinya sendiri, akan tetapi hasil
UUD Negara R.I. 1945 ke MK akhirnya ditolah oleh
tersebut adalah orang/kelompok Hakim/Pengadilan, dengan
orang yang telah divonis pidana pertimbangan pada pokoknya
penjara, padahal sesungguhnya berdasarkan SEMA 04/2010 Jo.
merupakan korban penyalahguna SEMA 03/2011, Surat Permohonan
narkotika untuk diri sendiri, supaya Rehabilitasi dan Surat Rekomendasi
unsur kerugian konstitusional yang Rehabilitasi tersebut harus diajukan
dialami oleh Pemohon PUU akibat sejak semula, mulai dari awal
eksisnya Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal penyidikan dan penuntutan, tidak
112 Ayat (1) UU 35/2009 yang dapat diajukan pada saat pemeriksaan
dimohonkan PUU tersebut. persidangan di Pengadilan. Kedua
Implikasi penerapan pasal-pasal karet
III. Penutup
dalam UU 35/2009 terhadap
A. Kesimpulan Penyalahguna Narkotika Untuk
Dari uraian pembahasan di Dirinya sendiri dalam memperoleh
atas Para Peneliti menarik kesimpulan Rehabilitasi di Pengadilan Negeri
Pertama Pasal-pasal karet yang Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
terdapat dalam UU 35/2009, a. terjadi ketidakpastian hukum atas
setidaknya terdiri dari terdiri dari 2 penerapan norma Pasal 111 Ayat (1)
(dua) Pasal yaitu Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009
dan Pasal 112 Ayat (1). Dari 748 bagi Penyalahguna Narkotika Untuk

165
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Dirinya sendiri dalam memperoleh Undang-Undang (PUU) ke MK,


Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dengan objek pengujian bahwa Pasal
dalam Pasal 127 UU 35/2009 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1)
tersebut, sehingga terjadi inkonsistensi UU 35/2009 tersebut bertentangan
penerapan norma Pasal 111 Ayat (1) dengan UUD Negara R.I. 1945,
dan Pasal 112 Ayat (1) UU 35/2009 dengan meminta MK bertindak
bagi Penyalahguna Narkotika Untuk sebagai positif legislator (positieve
Dirinya sendiri dalam memperoleh legislator) dengan memberi tafsir baru
Rehabilitasi sebagaiman dimaksud atau berlaku bersyarat sesuai dengan
dalam Pasal 127 UU 35/2009 tersebut tafsir MK (constitutional conditional)
oleh Hakim/Pengadilan.; b. hilangnya atas Pasal UU 35/2009 tersebut.;
independensi dan otonomi Kedua independensi dan otonomi
Hakim/Pengadilan dalam memeriksa, Hakim/Pengadilan dalam memeriksa,
mengadili dan memutus mengadili dan memutus
Penyalahguna Narkotika Untuk Penyalahguna Narkotika Untuk
Dirinya sendiri dalam memperoleh Dirinya sendiri dalam memperoleh
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud Rehabilitasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 127 UU 35/2009 dalam Pasal 127 UU 35/2009
tersebut, karena disyaratkan Surat tersebut, akankah menerima atau
Permohonan Rehabilitasi dan Surat menolak Permohonan Rehabilitasi
Rekomendasi Rehabilitasi tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal
harus diajukan sejak semula, mulai 127 UU 35/2009 tersebut, yang
dari awal penyidikan, penuntutan dan diajukan oleh Terdakwa harus
pemeriksaan persidangan. Sehingga dikembalikan kepada Hakim, sehingga
Surat Permohonan Rehabilitasi dan tidak terikat kepada keadaan/fakta
Surat Rekomendasi Rehabilitasi Permohonan Rehabilitasi dan Surat
dimaksud tersebut tidak dapat Rekomendasi Rehabilitasi tersebut
diajukan oleh Terdakwa pada saat tidak pernah diajukan pada tingkat
persidangan pemeriksaan perkara penyidikan maupun penuntutan.
dalam sidang di Pengadilan. Sehingga apabila Surat Permohonan
Rehabilitasi dan Surat Rekomendasi
B. Rekomendasi
Rehabilitasi dimaksud tersebut
Berdasarkan kesimpulan
diajukan oleh Terdakwa pada saat
tersebut, Peneliti memberikan
persidangan pemeriksaan perkara
rekomendasi pada pokoknya sebagai
dalam sidang di Pengadilan, Hakim
berikut Pertama agar tidak terjadi
otonom untuk menerima atau
Pasal-pasal karet (multi tafsir) yaitu
menolaknya.
Pasal 111 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat
(1) UU 35/2009 tersebut, Pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
perlu mengajukan perubahan UU
35/2009 melalui proses legislasi, yang
memerlukan waktu dan anggaran BUKU
yang relatif cukup lama. Atau kepada Asshiddiqie, Jimly. Hukum Acara Pengujian
masyarakat baik perorangan ataupun Undang-Undang, Ed. 1, cet. 2,
kelompok masyarakat dapat Jakarta: Sinar Grafika, 2012
mengajukan permohonan Pengujian

166
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Effendi, Erdianto. Hukum Pidana Indonesia -------, Undang-Undang 
Tentang
Hak


Suatu Pengantar, Cet. 2, Bandung: Asasi Manusia, Undang-Undang
Refika Aditama, 2014 Nomor 39 Tahun 1999, Lembaran
Gunakaya, Widiada, Hukum Hak Asasi Negara Republik Indonesia Tahun
Manusia, ANDI, Yogyakarta, 2017. 1999 Nomor 165, Tambahan
Isra, Saldi. Pergeseran Fungsi Legislasi: Lembaran Negara Republik
Menguatnya Model Legislasi Indonesia Nomor 3886
Palementer Dalam Sistem Presidensial -------, Undang-Undang Tentang Mahkamah
Indoensia, Ed. 1, Cet. 2, Jakarta: PT Konstitusi, UU No. 24 Tahun 2003,
RajaGrafindo Persada, 2010 Lembaran Negara Republik
Kanter, EY. dan SR. Sianturi Asas-Asas Indonesia Tahun 2003 Nomor 98,
Hukum Pidana Di Indonesia Dan Tambahan Lembaran Negara
Penerapannya, Cet.3, Jakarta: Storia Republik Indonesia Nomor 4316.
Grafika, 2002. -------, Undang-Undang Tentang Kekuasaan
Prasetyo, Teguh. Hukum Pidana, Ed. Rev, Kehakiman, UU No. 4 Tahun 2004,
Cet. 7, Jakarta: Rajawali Press, Lembaran Negara Republik
2016 Indonesia Tahun 2004 Nomor 8,
Priyatno, H. Dwidja. Sistem Tambahan Lembaran Negara
Pertanggungjawaban Pidana Republik Indonesia Nomor 4358.
Korporasi, Cet.1., (Depok: -------, Undang-Undang Perubahan atas
Kencana, 2017 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, UU
PERATURAN PERUNDANG- Nomor 5 Tahun 2004, Lembaran
UNDANGAN Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 9, Tambahan
Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Lembaran Negara Republik
(KUHP)
Indonesia Nomor 4359.
Indonesia, Undang-Undang Hukum Acara
-------, Undang-Undang Tentang Perubahan
Pidana, UU Nomor 8 Tahun 1981,
atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Lembaran Negara Republik
1986 tentang Peradilan Umum, UU
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Nomor 8 Tahun 2004, Lembaran
Tambahan Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Tahun
Republik Indonesia Nomor 3209
2004 Nomor 34, Tambahan
-------, Undang-Undang Mahkamah Agung,
Lembaran Negara Republik
UU Nomor 14 Tahun 1985,
Indonesia Nomor 4379.
Lembaran Negara Republik
-------, Undang-Undang perubahan kedua atas
Indonesia Tahun 1985 Nomor 73
Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Tambahan Lembaran Negara
1985 tentang Mahkamah Agung, UU
Republik Indonesia Nomor 3316.
Nomor 3 Tahun 2009, Lembaran
-------, Undang-Undang Peradilan Umum, UU
Negara Republik Indonesia Tahun
Nomor 2 Tahun 1986, Lembaran
2009 Nomor 3 Tambahan
Negara Republik Indonesia Tahun
Lembaran Negara Republik
1986 Nomor 20 Tambahan
Indonesia Nomor 4958.
Lembaran Negara Republik
--------, Undang-Undang Tentang Narkotika,
Indonesia Nomor 3327.
UU Nomor 35 Tahun 2009,

167
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Lembaran Negara Republik Undang-Undang Nomor 24 Tahun


Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, 2004 Tentang Mahkamah Konstitusi,
Tambahan Lembaran Negara PERPUU No. 1 Tahun 2013,
Nomor 5062 Lembaran Negara Republik
-------, Undang-Undang Tentang Kesehatan, Indonesia Tahun 2013 Nomor 167,
UU Nomor 36 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara
Lembaran Negara R.I. Tahun 2009 Republik Indonesia Nomor 5456.
Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063. Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang
-------, Undang-Undang Tentang Kekuasaan Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Kehakiman, UU No. 48 Tahun Narkotika, PP Nomor 25 Tahun
2009, Lembaran Negara Republik 2011, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Indonesia Tahun 2011 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5076. Republik Indonesia Nomor 5211.
-------, Undang-Undang Tentang Perubahan
kedua atas Undang – undang No. 2 Kementerian Kesehatan R.I., Peraturan
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Menteri Kesehatan tentang Rehabilitasi
UU Nomor 49 Tahun 2009, Medis Pecandu, Penyalahguna dan
Lembaran Negara Republik Korban Penyalahgunaan Narkotika,
Indonesia Tahun 2009 Nomor 158 Permenkes R.I. Nomor
Tambahan Lembaran Negara 2415/MENKES/PER/XII/2011.
Republik Indonesia Nomor 5077.
-------, Undang-Undang Tentang Perubahan Kementerian Sosial R.I., Peraturan Menteri
Atas Undang-Undang No. 24 Tahun Sosial tentang Standar Lembaga
2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, Rehabilitasi Sosial Korban
UU No. 8 Tahun 2011, Lembaran Penyalahgunaan Narkotika
Negara Republik Indonesia Tahun Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya,
2011 Nomor 70, Tambahan Permensos Nomor 03 Tahun 2012.
Lembaran Negara Republik -------, Peraturan Menteri Sosial tentang
Indonesia Nomor 5226. Standar Rehabilitasi Sosial Korban
-------, Undang-Undang Tentang Penetapan Penyalahgunaan Narkotika
Peraturan Pemerintah Pengganti Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Permensos Nomor 26 Tahun 2012
Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun Kejaksaan Agung R.I., Peraturan Jaksa
2004 Tentang Mahkamah Konstitusi, Agung Republik Indonesia Tentang
UU No. 4 Tahun 2014, Lembaran Petunjuk Teknis Penanganan Pecandu
Negara Republik Indonesia Tahun Narkotika dan Korban
2014 Nomor 5, Tambahan Penyalahgunaan Narkotika ke dalam
Lembaran Negara Republik Lembaga Rehabilitasi, Perja R.I.
Indonesia Nomor 5493. Nomor 029/A/JA/12/2015
-------, Surat Edaran Jaksa Agung tentang
Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti Penempatan Korban Penyalahgunaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi
Tentang Perubahan Kedua Atas

168
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Medis Dan Rehabilitasi Sosial, SEJA Putusan Pengadilan


Nomor SE-002/A/JA/02/2013.
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
-------, Surat Edaran Jaksa Agung tentang
ANDRIAS COROLINUS alias
Penempatan Korban Penyalahgunaan
ANDRI, Putusan Pengadilan
Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi
Negeri Jakarta Timur Nomor
Medis Dan Rehabilitasi Sosial, SEJA
11/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
Nomor B-061/E/EJP/02/2013.
tanggal 19 Maret 2018.
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
Mahkamah Agung R.I., Surat Edaran
ARIFIN Bin (Alm) SABDA,
Mahkamah Agung Tentang
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Penempatan Penyalahguna, Korban
Timur Nomor
Penyalahguna Dan Pecandu Narkotika
35/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis
tanggal 05-03-2018.
Dan Rehabilitasi Sosial, SEMA
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
Nomor 04 Tahun 2010
Terdakwa I DADANG SUTISNA
-------, Surat Edaran Mahkamah Agung
Als DEDE dan Terdakwa II DIVA
Tentang Penempatan Korban
KARISMA PUTRI, Putusan
Penyalahguna Narkotika Di Dalam
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Lembaga Rehabilitasi Medis Dan
Nomor
Rehabilitasi Sosial, SEMA Nomor
146/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
03 Tahun 2011
tanggal 9 April 2018.
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
Peraturan Bersama Ketua Mahkamah
FARID FADILLAH alias DILA
Agung Republik Indonesia,
bin M.NAWAWI, Putusan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Manusia Republik Indonesia,
Nomor
Menteri Kesehatan Republik
185/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
Indonesia, Menteri Sosial Republik
tanggal 24 April 2018.
Indonesia, Jaksa Agung Republik
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
Indonesia, Kepala Kepolisian
BARNAS, Putusan Pengadilan
Negara Republik Indonesia,
Negeri Jakarta Timur Nomor
Kepala Badan Narkotika Nasional
252/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
Republik Indonesia Nomor
tanggal 12 Juli 2018.
01/PB/MA/III/2014, Nomor 03
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
Tahun 2014, Nomor 11 Tahun
M. ANDI WAHYUDI, Putusan
2014, Nomor 03 Tahun 2014,
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Nomor Per-005/A/JA/03/2014,
Nomor
Nomor 1 Tahun 2014, Nomor
275/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
Perber/01/III/2014/BNN,
tanggal 26 Juni 2018.
Tentang Penanganan Pecandu
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v
Narkotika Dan Korban
SAMSIR VOKAP NAGAYER,
Penyalahgunaan Narkotika Ke
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Dalam Lembaga Rehabilitasi.
Timur Nomor
(Berita Negara Republik Indonesia
446/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim,
Nomor 465 Tahun 2014)
tanggal 04 Juni 2018.

169
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020
Implikasi Penerapan Pasal-Pasal Karet Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika Untuk Dirinya
Sendiri Dalam Memperoleh Hak Rehabilitasi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v diunduh pada tanggal 20 Agustus


VOVI INDRA PUTRA Alias NOP 2019.
bin Alm YUSUF, Putusan
Dokumen:
Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Nomor Surat Keterangan Nomor
552/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim, W10.U5/4519/HK.01/VI/2020
tanggal 31 Juli 2018. tertanggal 9 Juni 2020, dengan
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v pokok surat berisi telah melakukan
ILHAM IBRAHIM alias MBAM pengumpulan data di PN Jakarta
alias PANJUL Bin (Alm) Timur, ditandatangani oleh
HAMDANI, Putusan Pengadilan Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
Negeri Jakarta Timur Nomor Timur.
558/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim, Surat Keterangan Nomor
tanggal 16 Agustus 2018. W10.U5/4520/HK.01/VI/2020
Negara/Kejaksaan Negeri Jakarta Timur v tertanggal 9 Juni 2020, dengan
Terdakwa I ROHADI alias pokok surat berisi telah data
PENJOL dan Terdakwa II Putusan Perkara Narkotika Januari
LUSYADI alias II, Putusan s/d Desember 2018 di PN Jakarta
Pengadilan Negeri Jakarta Timur Timur, ditandatangani oleh
Nomor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
801/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Tim, Timur.
tanggal 19 Nopember 2018.

INTERNET
Abdulsalam, Husein. “Dilema Hukuman
Rehabilitasi Narkoba,” 3
September 2017,
https://tirto.id/dilema-hukuman-
rehabilitasi-narkoba-cvF8, diunduh
pada tanggal 20 Agustus 2019.

Pasal ‘Ambigu’ Dalam Undang-Undang


Narkotika, Hukum Online,
https;//www.hukumonline.com/b
erita/.../ini-pasal.ambigu-dalam-
narkotika, diunduh pada tanggal 20
Agustus 2019.

Rizki M. Januar. “Ini Pasal ‘Ambigu’


Dalam Undang-Undang
Narkotika,”
https://www.hukumonline.com/b
erita/baca/lt5b4dd755128bc/ini-
pasal-ambigu-dalam-uu-narkotika/,

170
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 1, September 2020

Anda mungkin juga menyukai