ABSTRAK
Penataan kawasan ruang terbuka hijau pada kenyataannya hal ini belum tergambar
dalam konsep desain DED yang ada pada sekolah tersebut, dimana yang ada hanya
penempatan massa banguna pada Site Plan yang ada tanpa adanya desain penataan ruang
terbuka hijau dengan vegetasi-vegetasi buatan maupun alami. Hal ini menimbulkan persoalan
sirkuslasi maupun sumber penghawaan alami yang mana jika hal ini tidak selesaikan secara
komprehensif, maka akan menimbulkan persoalan baru kebutuhan jangka panjang pada
lingkungan pendidikan tersebut. Untuk itu dengan dasar zoning regulation. Tidak
memanfaatkan lahan kosong yang tersedia di lingkungan setiap sekolah untuk membuat
taman sebagai sumber penghawaan alami dengan Jumlah siswa yang banyak dalam
lingkungan sekolah membuat aktivitas siswa juga banyak di lingkungan sekolah dengan
ruang yang terbatas karna Pemanfaatan ruang terbuka hijau di lingkungan sekolah yang
kurang optimal dan sistem penataan dan pengelolaan ruang di lingkungan sekolah kurang
teratur. Perlu dilakukan penelitian mengenai penataan kawasan ruang terbuka hijau.
ABSTRAK
The arrangement of grren open space areas, in fact, has not been reflected the
existing ded design concept at the school, where there is only green open space arrangement
design with artificial and natural vegetation. This raises the problem of circulation and
natural ventilation, which if this is not solved comprehensively, it will create new problems
for long-term needs in the educational environment. For this reason, on the basis of zoning
regulations, not using vacant land available in each school environment to create parks as a
source of natural ventilation. The large number of students in the school environment makes
student activities also a lot in the school environment. School that are less than optimal and
the system of structuring and managing space in the school environment is less regular. It is
necessary to conduct research on the arrangement of green open space areas.
Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat
bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak
ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan
sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah
ini, sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan
biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan (Prihandono, 2010)
Manusia juga tidak dapat dipisahkan oleh ruang, baik secara psikologis,
berfikir, dan membuat ruang untuk menciptakan dunianya, ruang terbuka (open
berolahraga, sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya dan
pembatas jarak antara massa bangunan, ruang terbuka juga memiliki fungsi ekologis
(Sudarwani,2011). Ruang terbuka itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu ruang terbuka
publik dan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka publik merupakan tempat bertemu,
berinteraksi antar warga serta sebagai tempat rekreasi dengan bentuk kegiatan yang
khusus seperti bermain, berolahraga dan bersantai, sedangkan Ruang Terbuka hijau
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
Ruang terbuka hijau merupakan salah satuelemen penting dalam suatu kota,
ruang terbuka hijau berfungsi untuk menyeimbangkan keadaan ekologi pada suatu
pembangunan di era modern, fungsi dari keberadaan ruang terbuka hijau antara lain
adalah sebagai penyeimbang ekosistem ekologis, yaitu dimana ruang terbuka hijau
tersebut menjadi tempat tinggal para binatang liar seperti burung, sebagai fungsi
arsitektural yaitu menambah keindahan dimana ruang terbuka hijau juga memberikan
rasa yang berbeda melalui penataan bentuk warna dan jenis vegetasi ruang terbuka
hijau, sebagai fungsi sosial yaitu tempat berinteraksi masyarakat sekitar dimana ruang
erosi tanah yang ditimbulkan baik dari udara maupun pengikisan air, akar tanaman
berfungsi untuk mengikat tanah agar kuat dari serangan air (Setyani, 2017).
Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah. Berdasarkan Peraturan
Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
membutuhkan RTH pekarangan untuk tempat upacara, olahraga, area parkir, sirkulasi
udara, keindahan dan kenyamanan waktu istirahat belajar atau bekerja (Peraturan
terbuka hijau sebuah wilayah adalah 30% dari luas keseluruhan dari wilayah tersebut.
pendidikan. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH
privat. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka
bekerja, tempat hidup, tempat belajar dan tempat-tempat kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan akademik itu sendiri. Dalam kawasan Sekolah SMK selain terdapat
lingkungan binaan berupa gedung-gedung juga terdapat lingkungan asri yang masih
alami berupa ruang-ruang terbuka hijau yang tersebar di seluruh bagian sekolah.
Ruang terbuka hijau di SMK tersebut nantinya dapat dikategorikan sebagai hutan
SMK merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH
dinyatakan sebagai ruang-ruang luar atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan (Instruksi Menteri Dalam
Hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alamiah ataupun tanaman
pengembangan ini perlu dibuat pola perencanaan berdasarkan data yang ada dan
kebutuhan yang harus dipenuhi agar kawasan sekolah dapat memanfaatkan lahan
kosong yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan siswa yang jumlahnya dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan. Yang menjadi persoalan disini adalah sekolah tidak
memanfaatkan ruang terbuka yang ada dengan melakukan penataan untuk Ruang
Terbuka Hijau sehingga hal ini dinilai kurang optimal. Dalam penataan ruang terbuka
hijau ini menjadi kawasan yang nyaman dan sehat danperlu mempertimbangkan
Waingapu harus memiliki konsep penataan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Namun pada kenyataannya hal ini belum
tergambar dalam konsep desain DED yang ada pada sekolah tersebut, dimana yang
ada hanya penempatan massa banguna pada Site Plan yang ada tanpa adanya desain
penataan ruang terbuka hijau dengan vegetasi-vegetasi buatan maupun alami. Hal ini
menimbulkan persoalan sirkuslasi maupun sumber penghawaan alami yang mana jika
hal ini tidak selesaikan secara komprehensif, maka akan menimbulkan persoalan baru
kebutuhan jangka panjang pada lingkungan pendidikan tersebut. Untuk itu dengan
lingkungan setiap sekolah untuk membuat taman sebagai sumber penghawaan alami
dengan Jumlah siswa yang banyak dalam lingkungan sekolah membuat aktivitas
siswa juga banyak di lingkungan sekolah dengan ruang yang terbatas karna
Pemanfaatan ruang terbuka hijau di lingkungan sekolah yang kurang optimal dan
sistem penataan dan pengelolaan ruang di lingkungan sekolah kurang teratur. maka
penulis mencoba untuk mengangkat sebuah kajian tentang ruang terbuka hijau
sumbangsih pemikiran untuk menata Ruang Terbuka Hijau khususnya pada kawasan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
yang diajukan, maka dilakukan penelitian selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai dari bulan
mei sampai dengan bulan juli, bertempat di kawasan pendidikan SMK N 5 Waingapu
dikaitakn dengan tempat dan waktu yang merupakan dasar suatu penelitian dan dapat
a. Data prime
b. Data skunder
a. AlatPenelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
(1) Laptop, digunakan sebagai alat untuk kegiatan pemetaan.
b. BahanPenelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:
(1) Bahan hukum primer, dalam penelitian ini terdiri atas Peraturan Perundang-
(2) Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku ilmiah, hasil penelitian dan buku
(3) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun
b. Analisa tapak
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1 2016/2017 12 7 3 350
2 2017/2018 12 6 1 350
3 2018/2019 12 8 2 350
4 2019/2020 12 8 2 350
5 2020/2021 13 9 1 400
3 Ruang belajar Kelas XII dan X T. intalasi listrik dan audio 8x9 72
video
7 KM/WC 6x3 18
9 lapangan 50 x 30 1500
12 Kantor 30 x 12 72
13 Lapangan 18 x 30 540
upacara
16 Selasar Penghubung 12 x 6 72
18 Lab 8x9 72
Waingapu
untuk lebih jelas dapat ketahui dengan analisis standar pelayanan minimum berikut:
R L
Kebutuhan RTH lingkungan perorang =
= 16 m2
.
Jumlah
Jumlah Jumlah Satpan JumlahSiswa
Guru
No Tahun
/Penjaga
/Wali Kelas Pegawai /siswi
Sekolah
1 2016/2017 12 7 3 350
2 2017/2018 12 6 1 350
3 2018/2019 12 8 2 350
4 2019/2020 12 8 2 350
5 2020/2021 13 9 1 400
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2021)
Kebutuhan ruang terbuka hijau
hidroorologi,
Daerah
Beringin Sub 6- 1 8-12 menciptakan
Hutan resapan,
4 ur 7 8 0.77 iklim mikro,
sekolah taman
menjaga
belajar,
keseimbangan
penyerap
oksigen (O2) dan
polusi
karbondioksida
(CO2), mengurangi
Cemara Gunung Sub 6 6 3 polutan, dan
ur
meredam
kebisingan
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2021)
TANAH TINGGI DIAMETE JARAK
NO JENIS RTH JENIS TANAMAN JENIS TANAH KEASAM TANAM R TAJUK TANAM FUNGSI LUAS BENTUK
AN AN (m) POHON AN (m) (ha) PENANGANAN
TANAH (m)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
Di lakukan penataan
Palem Kipas, 2 6 2 berupa taman
Kuning, Merah Subur/Gembur Sebagai rekreasi pasif yang
RTH Penunja gunanya untuk
1 Taman Beringin Subur/Gembur 6-7 1 8-12 ng 0.24 mempertahankan
Baca 8 Estetika fungsinya sebagai
1 4 1 Taman RTH
Perdu Kecil Subur/Gembur
kehi Subur/Gembur 5 6 2
Cemara Pengenda Melakukan penataan
Subur 20 6 3
Gunung li Angin, pohon yang
kersen Penyarin berfungsi sebagai
RTH 3 8. 3 g, Debu, pengendali angin,
Subur
2 6 Kontrol 0.17 penyaring debu,
5 6 2 Kebising kontrol kebisingan,
Cemara Tiang Subur an dan pembatas
Sebagai pandang
Cemara Susun Subur 5 6 2
Pembatas
Pandanga
n
4-6 4 0.5 Di arahkan setiap
Pohon penyega Subur/Gembur gedung memiliki RTH
Palem Kipas Subur/Gembur 2 6 2 minimal 10% dari luas
RTH Sebagai kavling
3 Privat beringin Subur/Gembur 4-5 4 0.5 Penunja 0.35
ng
mangga Subur/Gembur 3-4 4 0.5
Estetika
kersen
Subur/Gembur 3-4 4 0.5
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini
keseluruhan yaitu 16335 Ha atau 91.06 % dari total luas lahan sekolah
SMK N 5 Waingapu, Lahan kosong tersebut, tidak seluruhnya
jumlah siswa yang besarnya 400 Pada Tahun 2021 maka dapat di
hijau lingkungan dengan luas 2000 m2 untuk 250 orang dengan rata-
kebutuhan ruang terbuka untuk seluruh siswa dan pegawai yang ada
di SMK 5
SARAN
ini merekomendasikan beberapa hal sebagai saran dalam rangka arahan pemanfaatan
timur bersama pihak Sekolah SMK N 5 Waingapu untuk ikut berperan dalam
pengembangan RTH seperti pengadaan bibit tanaman yang perlu untuk segera
N 5 Waingapu.
lahan yang sudah ada untuk dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau sesuai
fugsi bangunan dan aktifitas yang ada seperti taman baca, hutan sekolah,
dengan pihak swasta maupun pemerintah sehingga RTH yang ada dapat
semua elemen sekolah termasuk siswa agar berperan aktif dan ikur terlibat
DAFTAR PUSTAKA
Setyani,W :2017. Analisis Ruang Terbuka Hijau Dan Kecukupan Di Kota Depok.
Sudarwani,MM :2011. Kajian Penambahan Ruang Terbuka HIjau di Kota Semarang,
Gramedia.
Tamelan, P. G., Kapa, M. M., & Harijono, H. (2020). Upaya Panen Air Hujan Untuk
Mengatasi Kekurangan Air Berbasis Teknologi Konservasi Sumberdaya Air Di
Kabupaten Rote Ndao. Jurnal Teknologi, 14(2), 8-15.
Tamelan, P. G., & Harijono, H. (2019). Konsep Ekowisata Sebagai Alternatif
Pengembangan Infrasruktur Pariwisata Di Kabupaten Rote Ndao NTT. Jurnal
Teknologi, 13(2), 29-35.
Zaki, K. 2014. Hukum Tata Ruang Perkotaan. Bandung: PT Alumni
Direktorat Jendral penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman
Perencanaan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
(keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah no. 534/kpts/m/2001)
Pedoman standar pelayanan minimal Pedoman penentuan standar
pelayanan minimal bidang penataan Ruang, perumahan dan permukiman
dan pekerjaan umum
b. Buku
Nur Alika Fitriyani Wulandari
Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang Tahun2000-2015
Muh. Ikhsan
“Penataan Runag Terbuka Hijau Kawasan Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar Di KabupatenGowa”