Anda di halaman 1dari 18

PENATAAN KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU SMK N 5 WAINGAPU

KABUPATEN SUMBA TIMUR

ARRANGEMENT OF GREEN OPEN SPACE AREAS SMK N 5 WAINGAPU

REGENCY EAST SUMBA

ABSTRAK

Penataan kawasan ruang terbuka hijau pada kenyataannya hal ini belum tergambar
dalam konsep desain DED yang ada pada sekolah tersebut, dimana yang ada hanya
penempatan massa banguna pada Site Plan yang ada tanpa adanya desain penataan ruang
terbuka hijau dengan vegetasi-vegetasi buatan maupun alami. Hal ini menimbulkan persoalan
sirkuslasi maupun sumber penghawaan alami yang mana jika hal ini tidak selesaikan secara
komprehensif, maka akan menimbulkan persoalan baru kebutuhan jangka panjang pada
lingkungan pendidikan tersebut. Untuk itu dengan dasar zoning regulation. Tidak
memanfaatkan lahan kosong yang tersedia di lingkungan setiap sekolah untuk membuat
taman sebagai sumber penghawaan alami dengan Jumlah siswa yang banyak dalam
lingkungan sekolah membuat aktivitas siswa juga banyak di lingkungan sekolah dengan
ruang yang terbatas karna Pemanfaatan ruang terbuka hijau di lingkungan sekolah yang
kurang optimal dan sistem penataan dan pengelolaan ruang di lingkungan sekolah kurang
teratur. Perlu dilakukan penelitian mengenai penataan kawasan ruang terbuka hijau.

Kata Kunci : Penataan kawasan ruang terbuka hijau

ABSTRAK

The arrangement of grren open space areas, in fact, has not been reflected the
existing ded design concept at the school, where there is only green open space arrangement
design with artificial and natural vegetation. This raises the problem of circulation and
natural ventilation, which if this is not solved comprehensively, it will create new problems
for long-term needs in the educational environment. For this reason, on the basis of zoning
regulations, not using vacant land available in each school environment to create parks as a
source of natural ventilation. The large number of students in the school environment makes
student activities also a lot in the school environment. School that are less than optimal and
the system of structuring and managing space in the school environment is less regular. It is
necessary to conduct research on the arrangement of green open space areas.

Keywords: arrangement of green open space areas.


PENDAHULUAN

Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat

akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan

teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami

lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai

bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak

ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan

sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah

menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidak

nyamanan di lingkungan sekolah. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti

ini, sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan

biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan (Prihandono, 2010)

Manusia juga tidak dapat dipisahkan oleh ruang, baik secara psikologis,

emosional maupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati

berfikir, dan membuat ruang untuk menciptakan dunianya, ruang terbuka (open

space) memiliki fungsi sebagai tempat bermain, bersantai, komunikasi, berkumpul,

berolahraga, sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya dan

pembatas jarak antara massa bangunan, ruang terbuka juga memiliki fungsi ekologis

sebagai penyerap air hujan, memelihara ekosistem, pengendalian banjir dan

menghidupkan nilai arsitektur suatu wilayah (Apriliani, 2011).


Ruang Terbuka merupakan salah satu dari delapan elemen perancangan kota

(Sudarwani,2011). Ruang terbuka itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu ruang terbuka

publik dan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka publik merupakan tempat bertemu,

berinteraksi antar warga serta sebagai tempat rekreasi dengan bentuk kegiatan yang

khusus seperti bermain, berolahraga dan bersantai, sedangkan Ruang Terbuka hijau

adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun

yang sengaja ditanam (Permen PU, 2008).

Ruang terbuka hijau merupakan salah satuelemen penting dalam suatu kota,

ruang terbuka hijau berfungsi untuk menyeimbangkan keadaan ekologi pada suatu

kawasan agar terjadi keseimbangan antara ekosistem dan perkembangan

pembangunan di era modern, fungsi dari keberadaan ruang terbuka hijau antara lain

adalah sebagai penyeimbang ekosistem ekologis, yaitu dimana ruang terbuka hijau

tersebut menjadi tempat tinggal para binatang liar seperti burung, sebagai fungsi

arsitektural yaitu menambah keindahan dimana ruang terbuka hijau juga memberikan

rasa yang berbeda melalui penataan bentuk warna dan jenis vegetasi ruang terbuka

hijau, sebagai fungsi sosial yaitu tempat berinteraksi masyarakat sekitar dimana ruang

terbuka hijau tersebut memberikan kesejukan, kenyamanan sehingga masyarakat

terwadahi dalam melakukan interaksi berbagai kegiatan, pencegah bencana yaitu

erosi tanah yang ditimbulkan baik dari udara maupun pengikisan air, akar tanaman

berfungsi untuk mengikat tanah agar kuat dari serangan air (Setyani, 2017).
Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya

penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan

paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah. Berdasarkan Peraturan

Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang

Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Institusi tersebut

membutuhkan RTH pekarangan untuk tempat upacara, olahraga, area parkir, sirkulasi

udara, keindahan dan kenyamanan waktu istirahat belajar atau bekerja (Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011).

Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, luas ruang

terbuka hijau sebuah wilayah adalah 30% dari luas keseluruhan dari wilayah tersebut.

Begitupun dalam peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 05/PRT/M/2008

tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan

pendidikan. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH

privat. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang

terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau

privat. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah

memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka

proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.


Sekolah SMK N 5 Waingapu (SMK5) merupakan suatu kawasan pendidikan

dengan multifungsi, dimana di dalamnya terdapat tempat bermukim (Guru), tempat

bekerja, tempat hidup, tempat belajar dan tempat-tempat kegiatan yang berhubungan

dengan kegiatan akademik itu sendiri. Dalam kawasan Sekolah SMK selain terdapat

lingkungan binaan berupa gedung-gedung juga terdapat lingkungan asri yang masih

alami berupa ruang-ruang terbuka hijau yang tersebar di seluruh bagian sekolah.

Ruang terbuka hijau di SMK tersebut nantinya dapat dikategorikan sebagai hutan

kota untuk kawasan Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur dan sekitarnya.

SMK merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH

dinyatakan sebagai ruang-ruang luar atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk

membulat maupun dalam bentuk memanjang/jalur. Penggunaannya ruang tersebut

lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan (Instruksi Menteri Dalam

Negeri No. 14 tahun 2008). Pelaksanaan program pengembangan Ruang Terbuka

Hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alamiah ataupun tanaman

budidaya seperti pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

Untuk memenuhi tuntutan yang terus meningkat, sekolah SMK N 5 Waingapu

terus melakukan pengembangan dan pembangunan fisik gedung-gedungnya dalam

usaha memfasilitasi kegiatan-kegiatan pendidikan. Dalam menentukan arah kebijakan

pengembangan ini perlu dibuat pola perencanaan berdasarkan data yang ada dan

kebutuhan yang harus dipenuhi agar kawasan sekolah dapat memanfaatkan lahan

kosong yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan siswa yang jumlahnya dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan. Yang menjadi persoalan disini adalah sekolah tidak
memanfaatkan ruang terbuka yang ada dengan melakukan penataan untuk Ruang

Terbuka Hijau sehingga hal ini dinilai kurang optimal. Dalam penataan ruang terbuka

hijau ini menjadi kawasan yang nyaman dan sehat danperlu mempertimbangkan

aspek kebutuhan dasar sekolah sebagai tempat pendidikan tanpa mengabaikan

kegiatan laiannya sehingga akan terjadi keseimbangan ekosistem lingkungannya.

Kawasan SMK N 5 Waingapu yang menjadi pusat kawasan pendidikan kota

Waingapu harus memiliki konsep penataan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Namun pada kenyataannya hal ini belum

tergambar dalam konsep desain DED yang ada pada sekolah tersebut, dimana yang

ada hanya penempatan massa banguna pada Site Plan yang ada tanpa adanya desain

penataan ruang terbuka hijau dengan vegetasi-vegetasi buatan maupun alami. Hal ini

menimbulkan persoalan sirkuslasi maupun sumber penghawaan alami yang mana jika

hal ini tidak selesaikan secara komprehensif, maka akan menimbulkan persoalan baru

kebutuhan jangka panjang pada lingkungan pendidikan tersebut. Untuk itu dengan

dasar zoning regulation. Tidak memanfaatkan lahan kosong yang tersedia di

lingkungan setiap sekolah untuk membuat taman sebagai sumber penghawaan alami

dengan Jumlah siswa yang banyak dalam lingkungan sekolah membuat aktivitas

siswa juga banyak di lingkungan sekolah dengan ruang yang terbatas karna

Pemanfaatan ruang terbuka hijau di lingkungan sekolah yang kurang optimal dan

sistem penataan dan pengelolaan ruang di lingkungan sekolah kurang teratur. maka

penulis mencoba untuk mengangkat sebuah kajian tentang ruang terbuka hijau

dengan judul “Penataan Kawasan Ruang Terbuka Hijau SMK N 5 Waingapu


Kabupaten Sumba Timur”. Sebagai bahan yang akan memberikan sebuah

sumbangsih pemikiran untuk menata Ruang Terbuka Hijau khususnya pada kawasan

pendidikan tersebut dan kota Waingapu pada umumnya.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode kuantitatif

deskriptifdigunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai suatu

gejala atau fenomena.

Waktu Dan Tempat Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan berdasarkan latar belakang masalah

yang diajukan, maka dilakukan penelitian selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai dari bulan

mei sampai dengan bulan juli, bertempat di kawasan pendidikan SMK N 5 Waingapu

Kecamatan kambera, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jenis dan Sumber Data

Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang

dikaitakn dengan tempat dan waktu yang merupakan dasar suatu penelitian dan dapat

menjadi alat bantu dalam mengambil keputusan.

a. Data prime
b. Data skunder

Alat dan BahanPenelitian

a. AlatPenelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
(1) Laptop, digunakan sebagai alat untuk kegiatan pemetaan.

(2) Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan lokasi penelitian.

(3) Meter, digunakan untuk menggukur lokasi penelitian.

(4) Autocad, digunakan untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi.

(5) Sketchup, pendesain grafis ini digunakan untuk membuat model.

b. BahanPenelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:

(1) Bahan hukum primer, dalam penelitian ini terdiri atas Peraturan Perundang-

undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

(2) Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku ilmiah, hasil penelitian dan buku

lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

(3) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus

hukum, ensiklo pedia, bahan dari internet dan sebagainya.

Teknik Analisis data

a. Analisis preskriptif dengan pendekatan kualitatif.

b. Analisa tapak
Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Karakteristik Wilayah Sekolah SMK N 5 Waingapu

Jumlah Guru Jumlah Jumlah Satpan Jumlah Siswa


No Tahun /Penjaga
/Wali Kelas Pegawai /siswi
Sekolah

1 2016/2017 12 7 3 350

2 2017/2018 12 6 1 350

3 2018/2019 12 8 2 350

4 2019/2020 12 8 2 350

5 2020/2021 13 9 1 400

Sumber: Data smk n 5 waingapu

Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Sekolah

No Ruangan Sub Ruangan Ukuran (pxl) (m) Luasan Ruangan


(m2)

1 Lab T. intalasi listrik 8x9 72

2 Ruang belajar Kelas XII dan XI T. intalasi listrik 8x9 72

3 Ruang belajar Kelas XII dan X T. intalasi listrik dan audio 8x9 72
video

4 Lab T. audio video 8x9 72

5 Ruang belajar Kelas XII T. gambar bangunan 8x9 72


dan lab

6 Ruang belajar Kelas X dan XI T. gambar bangunan 8x9 72

7 KM/WC 6x3 18

8 Tower air 5x4 20

9 lapangan 50 x 30 1500

10 Lab T. otomotif 8x9 72

11 Ruang belajar T. otomotif 8x9 72

12 Kantor 30 x 12 72
13 Lapangan 18 x 30 540
upacara

14 Tiang bendera 2x2 4

15 Ruang belajar Kelas X dan XI T. otomotif dan lab 16 x 8 128

16 Selasar Penghubung 12 x 6 72

17 Ruang krelas T. otomotif 8x9 72

18 Lab 8x9 72

19 Ruang kelas T. otomotif dan T. gambar bangunan 8x9 72

20 1 RPS T. intalasi listrik 12 x 30 360

21 Ruang kelas T. intalasi listrik dan T. audio video 8x9 72

Sumber : Hasil Dokumentasi Penulis (2021)

Analisis Besaran Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sekolah SMK N 5

Waingapu

Orang dengan rata-rata kebutuhan RTH lingkungan per-orang seluas 16 m2,

untuk lebih jelas dapat ketahui dengan analisis standar pelayanan minimum berikut:
R L
Kebutuhan RTH lingkungan perorang =

Kebutuhan RTH lingkunganperorang =

= 16 m2

.
Jumlah
Jumlah Jumlah Satpan JumlahSiswa
Guru
No Tahun
/Penjaga
/Wali Kelas Pegawai /siswi
Sekolah
1 2016/2017 12 7 3 350
2 2017/2018 12 6 1 350
3 2018/2019 12 8 2 350
4 2019/2020 12 8 2 350
5 2020/2021 13 9 1 400
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2021)
Kebutuhan ruang terbuka hijau

TANAH TINGGI DIAMET JARAK


LUAS BENTUK
NO JENIS RTH JENIS KEASAM TANAM ER TANAM FUNGSI
JENIS TANAH A AN (ha) PENANGANAN
TANAMAN AN TAJUK
TANAH N (m) POHON (m)
(m)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
Palem Kipas, Di lakukan penataan
2 6 2
Kuning, Merah Subur/Gembur Sebagai berupa taman
RTH Taman Penunjang rekreasi pasif yang
1 Kersen Hias Subur/Gembur 3- 4 0.5 0.85
Estetika gunanya untuk
6
Taman mempertahankan
Perdu Kecil Subur/Gembur 1 4 1 fungsinya sebagai
Kehi Subur/Gembur 5 6 2
RTH
Pengendali Melakukan
Cemara Gunung Sub 6 6 3
Angin, penataan pohon
ur
yang berfungsi
Sub 5 8 3 sebagai pengendali
ur . Penyaring angin, penyaring
RTH lapangan Tanjung, Kenari 6 Debu, debu, kontrol
2 0.11 kebisingan, dan
ola raga Kontrol
Sub 3 6 2 Kebisingan pembatas pandang
ur
Cemara Tiang Sebagai
Pembatas
Cemara Susun Sub 5 6 2
ur
Panda
ngan
Pohon peyenga Subur/Gembur 4- 4 0.5 Di arahkan setiap
7
Palem Kipas Subur/Gembur 2 6 2 Seb gedungmemiliki
3 RTH lapangan Lilin Paris Subur/Gembur 4- 4 0.5 agai 0.17 RTH minimal 10%
upacara 7 Penu dari luaskavling
Wali Songo Subur/Gembur 4- 4 0.5 njang
7 Estetik
a
Hanjuang Merah Subur/Gembur 4- 4 0.5
7
Dengan melakukan
Kiara Sub 6- 1 8-12 penanaman pohon
yang berfungsi
ur 7 0
sebagai sistem

hidroorologi,
Daerah
Beringin Sub 6- 1 8-12 menciptakan
Hutan resapan,
4 ur 7 8 0.77 iklim mikro,
sekolah taman
menjaga
belajar,
keseimbangan
penyerap
oksigen (O2) dan
polusi
karbondioksida
(CO2), mengurangi
Cemara Gunung Sub 6 6 3 polutan, dan
ur
meredam
kebisingan
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2021)
TANAH TINGGI DIAMETE JARAK
NO JENIS RTH JENIS TANAMAN JENIS TANAH KEASAM TANAM R TAJUK TANAM FUNGSI LUAS BENTUK
AN AN (m) POHON AN (m) (ha) PENANGANAN
TANAH (m)

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
Di lakukan penataan
Palem Kipas, 2 6 2 berupa taman
Kuning, Merah Subur/Gembur Sebagai rekreasi pasif yang
RTH Penunja gunanya untuk
1 Taman Beringin Subur/Gembur 6-7 1 8-12 ng 0.24 mempertahankan
Baca 8 Estetika fungsinya sebagai
1 4 1 Taman RTH
Perdu Kecil Subur/Gembur

kehi Subur/Gembur 5 6 2
Cemara Pengenda Melakukan penataan
Subur 20 6 3
Gunung li Angin, pohon yang
kersen Penyarin berfungsi sebagai
RTH 3 8. 3 g, Debu, pengendali angin,
Subur
2 6 Kontrol 0.17 penyaring debu,
5 6 2 Kebising kontrol kebisingan,
Cemara Tiang Subur an dan pembatas
Sebagai pandang
Cemara Susun Subur 5 6 2
Pembatas
Pandanga
n
4-6 4 0.5 Di arahkan setiap
Pohon penyega Subur/Gembur gedung memiliki RTH
Palem Kipas Subur/Gembur 2 6 2 minimal 10% dari luas
RTH Sebagai kavling
3 Privat beringin Subur/Gembur 4-5 4 0.5 Penunja 0.35
ng
mangga Subur/Gembur 3-4 4 0.5
Estetika
kersen
Subur/Gembur 3-4 4 0.5

6-7 1 8-12 Dengan melakukan


Kiara Subur/Gembur Daera penanaman pohon
0
h yang berfungsi
4 Hutan Beringin Subur/Gembur 6-7 1 8-12 resapa 2.39 sebagai sistem
Sekolah 8 n, hidroorologi,
taman menciptakan iklim
subur
Cemara belajar mikro, menjaga
Gunung 7 6 3
, keseimbangan
penyer oksigen (O2) dan
ap karbondioksida
polusi (CO2), mengurangi
polutan, dan
meredam kebisingan

Pohon penyenga Subur/Gembur 4-6 4 0.5 Sebagai


RTH Di lakukan penataan
laborato
5 Taman 0.18 berupa taman
Kiara Subur/Gembur 4-5 10 8-12 riu m
Riset praktikum yang
alam,
gunanya untuk
ilmiah,
mempertahankan
praktik
fungsinya sebagai
um
RTH
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2021)
Arahan Penataan RTH Kawasan Pendidikan Kabupaten Sumba Timur

Khususnya SMK N 5 Waingapu,

Arahan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) SMK N 5 Waingapu ditujukan

untuk menciptakan sinergi kawasan sekolah yang harmonis dan berkelanjutan

dengan mengembangkan RTH yang diprioritaskan, serta mengoptimalkan

pemanfaatan lahan, Arahan penanganan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah

diperlukan untuk menciptakan keterkaitan dan interaksi antara kawasan dan

komponen aktivitas yang terjadi di dalam sekolah,

Jenis rencana RTH yang akan di usulkan

(a). Perencanaan depan Sekolah

(b). Taman baca

(c). Lapangan olahraga

(d). Rencana lapangan upacara

(e). Kolam air mancur

KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Mendesain taman sebagai ruang terbuka hijau sekolah SMK N 5 Waingapu

yaitu sebagai berikut :

a. Luas lahan kosong berdasarkan analisis adalah 14453 Ha dari luas

keseluruhan yaitu 16335 Ha atau 91.06 % dari total luas lahan sekolah
SMK N 5 Waingapu, Lahan kosong tersebut, tidak seluruhnya

merupakan ruang terbuka hijau yang intensif, Jika dikaitkan dengan

jumlah siswa yang besarnya 400 Pada Tahun 2021 maka dapat di

hitung ketersediaan lahan non terbangun per jiwa, Berdasarkan hasil

perhitungan diketahui bahwa setiap jiwa tersedia untuk 429 m2 atau

0,04 Ha lahan non terbangun, Dengan kriteria 1 (satu) ruang terbuka

hijau lingkungan dengan luas 2000 m2 untuk 250 orang dengan rata-

rata kebutuhan RTH lingkungan per-orang seluas 16 m2.

b. Berdasarkan hasil analisis jumlah RTH lingkungan di SMK N 5

Waingapu membutuhkan lahan terbuka seluas 8000 m2, Luas lahan

terbuka yang tersediah di SMK N 5 Waingapu adalah seluas 14453

m2, maka apabila luas lahan terbuka tersebut di kurangi kebutuhan

RTH lingkungan, luas lahan terbuka tersebut sudah mencukupi

kebutuhan ruang terbuka untuk seluruh siswa dan pegawai yang ada

di SMK 5

SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan, maka penelitian

ini merekomendasikan beberapa hal sebagai saran dalam rangka arahan pemanfaatan

ruang terbuka hijau kawasan sekolah SMK N 5 Waingapu, yaitu :

1. Perlunya pelibatan semua stakeholder pemerintah daerah Kabupate sumba

timur bersama pihak Sekolah SMK N 5 Waingapu untuk ikut berperan dalam
pengembangan RTH seperti pengadaan bibit tanaman yang perlu untuk segera

di kembangkan guna menjaga keseimbangan lingkungan di area sekolah SMK

N 5 Waingapu.

2. Kiranya pihak sekolah SMK N 5 Waingapu mengelola dan memanfaatkan

lahan yang sudah ada untuk dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau sesuai

fugsi bangunan dan aktifitas yang ada seperti taman baca, hutan sekolah,

lapangan olaraga dan lapangan upacara.

3. Didalam pengembangan ruang terbuka hijau sekolah SMK N 5 Waingapu

perlunya menjalin kerjasama didalam pelaksanaan pembangunan RTH baik

dengan pihak swasta maupun pemerintah sehingga RTH yang ada dapat

bernilai produktif dan tertangani secara baik dan berkelanjutan.

4. Pemanfaatan RTH sekolah SMK N 5 Waingapu sebaiknya dilakukan

sosialisasi didalam pengembangannya seperti adanya penyadaran terhadap

semua elemen sekolah termasuk siswa agar berperan aktif dan ikur terlibat

untuk melestarikan lingkungan sekolah sehingga kepedulian terhadap ruang

terbuka hijau dapat dirasakan secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

a. Jurnal dan Skripsi

A Prihandono, 2010Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (rth) – Jurnal Permukiman.

Apriliani, V :2011. Desain Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau “Kawasan Sumber


Komplek Perkantoran”
Nasoetion, P. 2014. Kota Di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota dalam Tiga
Bagian. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Kurniawaty. Asmita. 2012. Pembangunan Kota Optimum, Efisiensi Dan Mandiri,
Jakarta : Gramedia Pustaka
Kirmanto, Djoko : 2008.Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
Kurniawaty. Asmita. 2012. Pembangunan Kota Optimum, Efisiensi Dan Mandiri,
Jakarta : Gramedia Pustaka

Setyani,W :2017. Analisis Ruang Terbuka Hijau Dan Kecukupan Di Kota Depok.
Sudarwani,MM :2011. Kajian Penambahan Ruang Terbuka HIjau di Kota Semarang,
Gramedia.
Tamelan, P. G., Kapa, M. M., & Harijono, H. (2020). Upaya Panen Air Hujan Untuk
Mengatasi Kekurangan Air Berbasis Teknologi Konservasi Sumberdaya Air Di
Kabupaten Rote Ndao. Jurnal Teknologi, 14(2), 8-15.
Tamelan, P. G., & Harijono, H. (2019). Konsep Ekowisata Sebagai Alternatif
Pengembangan Infrasruktur Pariwisata Di Kabupaten Rote Ndao NTT. Jurnal
Teknologi, 13(2), 29-35.
Zaki, K. 2014. Hukum Tata Ruang Perkotaan. Bandung: PT Alumni
Direktorat Jendral penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman
Perencanaan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
(keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah no. 534/kpts/m/2001)
Pedoman standar pelayanan minimal Pedoman penentuan standar
pelayanan minimal bidang penataan Ruang, perumahan dan permukiman
dan pekerjaan umum

b. Buku
Nur Alika Fitriyani Wulandari
Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang Tahun2000-2015
Muh. Ikhsan
“Penataan Runag Terbuka Hijau Kawasan Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar Di KabupatenGowa”

c. Peraturan dan Perundangan


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011, tentang Pentingnya Taman Di
Kawasan Institusi.
Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau.
UU No. 26 Tahun 2007, tentang Perlunya Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau.
d. Website
http://rth.go.id/index.php/aktivitas/41-kegiatan-bappeda/227-pengendalian-
penyediaan-ruang-terbuka-hijau-rth.

Anda mungkin juga menyukai