Anda di halaman 1dari 4

Redha Juliya Wahda 242018063

Efektivitas Ruang Terbuka Hijau bagi Mahasiswa di Kampus Itenas

Latar belakang

Dalam perencanaan tata ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu
komponen penting yang harus diperhatikan. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yang dimaksud dengan ruang terbuka hijau adalah area memanjang/ jalur dan/ atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman , baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Selain itu, dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan,
ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan
estetika.

Ruang terbuka hijau terdiri dari dua bagian, di antaranya yaitu ruang terbuka hijau
publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik adalah ruang terbuka hijau
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota dan dapat digunakan untuk
kepentingan umum. Contohnya seperti taman kota, hutan kota, pemakaman, ruang terbuka
hijau sekitar sungai, rel kereta api dan sebagainya. Sedangkan ruang terbuka hijau privat adalah
ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh institusi tertentu atau perseorangan dan hanya dapat
dimanfaatkan untuk kalangan tertentu, antara lain seperti kebun atau halaman rumah.

Penyediaan ruang terbuka hijau memiliki peran yang cukup penting untuk makhluk
hidup yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun
1988, peranan ruang terbuka hijau antara lain yaitu sebagai tempat berlangsungnya fungsi
ekosistem, sarana rekreasi, sarana untuk menciptakan kebersihan, keindahan, keasrian, sebagai
pemasok oksigen, sebagai daerah resapan air, sebagai paru – paru kawasan, sebagai pengaman
lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai pencemaran lingkungan dan manfaat lainnya.

Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah memiliki proporsi minimal
sebesar tiga puluh persen dari luas wilayahnya, yang terdiri dari dua puluh persen adalah ruang
terbuka hijau publik dan sepuluh persen adalah ruang terbuka hijau privat. Proporsi ini adalah
ukuran ruang terbuka hijau minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem suatu
wilayah/kota, antara lain seperti keseimbangan ekologis, keseimbangan sistem hidrologi,
ketersediaan udara bersih dan sebagainya.
Penggunaan proporsi ruang terbuka hijau tersebut juga dapat diterapkan untuk
mengatur perencanaan tata ruang di suatu universitas atau kampus. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kampus merupakan daerah lingkungan bangunan utama perguruan
tinggi (universitas) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung.
Secara umum, kampus merupakan salah satu sarana pendidikan yang digunakan mahasiswa
untuk menempuh jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi memiliki beberapa program
studi didalamnya, antara lain yaitu program studi Magister, Doktor, Spesialis dan/atau Profesi.

Mahasiswa adalah seorang siswa yang sedang berada dalam proses menimba ilmu atau
belajar di salah satu perguruan tinggi. Pada umumnya mahasiswa dituntut untuk berfikir lebih
kreatif dan kritis dalam proses pembelajaran. Mahasiswa memanfaatkan kampus tidak hanya
untuk menimba ilmu di dalam kelas saja, melainkan juga dapat memanfaatkan kampus sebagai
sarana untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Hal ini juga dapat bermanfaat untuk mahasiswa
yang ingin meluapkan rasa bosan dengan lebih produktif ketika sedang berada di titik jenuhnya
dengan materi perkuliahan.

Menurut Conny R. Semiawan (1998:33), pendidikan tinggi atau kampus memiliki


fungsi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan
norma sesuai sistem yang berlaku, sehingga dapat mewujudkan totalitas manusia yang utuh
dan mandiri sesuai dengan tata cara hidup bangsa. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 30
Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi, pada intinya dijelaskan bahwa perguruan tinggi atau
kampus memiliki tujuan untuk dapat menciptakan atau mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan taraf hidup masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional.

Jika membahas tentang kampus atau sarana pendidikan untuk kepentingan publik,
maka tidak akan terlepas dari adanya syarat atau ketentuan dalam suatu pembangunan. Menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), kampus harus memiliki lahan yang efektif untuk
mendirikan bangunan, infrastruktur, sarana dan prasarana yang dapat melayani semua program
studi pada masing – masing lokasi kampus. BSNP juga menjelaskan bahwa Koefisien Dasar
Hijau (KDH), yaitu persentase bagian lahan yang dihijaukan terhadap luas lahan keseluruhan
harus mengikuti Peraturan Daerah Kabupaten/Kota setempat tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), yaitu Koefisien Dasar Hijau atau Ruang Terbuka Hijau minimum adalah
tiga puluh persen dari luas wilayahnya.
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), ruang terbuka hijau menjadi
suatu komponen penting dari rencana tata ruang di suatu wilayah. Ketentuan tersebut juga
berlaku untuk rencana tata ruang di wilayah kampus atau perguruan tinggi. Kampus tidak bisa
hanya dipenuhi oleh gedung – gedung bertingkat yang tinggi tanpa mempertimbangkan ruang
penghasil oksigen dan pemasok udara bersih seperti ruang terbuka hijau di dalamnya.
Mahasiswa yang melakukan kegiatan sehari – harinya di kampus pasti membutuhkan tempat
yang asri dan sejuk untuk beristirahat atau pun untuk menenangkan pikiran di tengah rumitnya
perkuliahan.

Kampus Institut Teknologi Nasional Bandung (ITENAS) adalah salah satu perguruan
tinggi swasta di Kota Bandung. Kampus Itenas terletak di Jalan PH. H. Mustofa No. 23,
Neglasari, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat. Kampus Itenas tidak
memiliki bangunan gedung – gedung bertingkat yang tinggi, melainkan hanya gedung –
gedung bertingkat dengan tinggi maksimal tiga lantai. Hal ini dapat mengurangi penggunaan
escalator ataupun lift di dalam bangunan gedung. Mengingat kampus ITENAS juga sedang
menerapkan sistem Eco-Buliding yang berarti bangunan hijau atau bangunan yang didesain
khusus untuk ramah terhadap lingkungan.

Penerapan sistem Eco-Buliding di kampus Itenas tersebut menjadikan wilayah kampus


yang dihiasi oleh taman – taman kecil dan pepohonan rindang di sempadan jalannya. Hanya
saja taman – taman dan pepohonan sebagai ruang terbuka hijau di kampus Itenas belum
membuat lingkungannya menjadi asri dan sejuk, karena sampai saat ini mahasiswa di kampus
Itenas merasa bahwa adanya ruang terbuka hijau tersebut masih belum efektif .

Selain dilihat dari ada atau tidaknya ruang terbuka hijau, suatu wilayah juga harus
dilihat dari berfungsi atau tidaknya ruang terbuka hijau tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk melihat Efektivitas Ruang Terbuka Hijau bagi Mahasiswa di Kampus Itenas.
Daftar pustaka

Alifia, Nadia. (2016). Identifikasi letak dan jenis ruang terbuka hijau di kawasan permukiman

perkotaan. Universitas Tanjungpura.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 30 Tahun 1990, Pendidikan Tinggi.

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, Penataan Ruang.

BSNP. (2011). Rancangan Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan Tinggi .

Peraturan menteri pekerjaan umum No. 05/PRT/M/2008 , penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan.

Ekayana, Kenta. Pengertian kampus. Diakses pada 25 September 2019 melalui

https://www.scribd.com/document/339051381/Pengertian-Kampus

Anda mungkin juga menyukai