HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Wanita Pekerja Seks Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
Pendidikan Frekuensi %
Tidak Tamat SLTP 14 45.2
Tamat SLTP 17 54.8
Total 31 100
Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan WPS
adalah tamat SLTP sebanyak 17 orang (54.8 %), selanjutnya WPS yang
berpendidikan tidak tamat SLTP sebanyak 14 orang (45.2 %).
42
43
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Wanita Pekerja Seks Berdasarkan Umur Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
Umur Frekuensi %
< 30 tahun 14 45,2
≥ 30 tahun 17 54,8
Total 31 100
Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar WPS adalah pada
kelompok usia > 30 tahun sebanyak 17 orang (54.8 %) dan kelompok usia < 30
tahun sebanyak 14 orang (45 %).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Wanita Pekerja Seks Berdasarkan Lama Kerja
Diwilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
Dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar WPS adalah yang telah
bekerja ≥ 5 tahun sebanyak 21 WPS (67,7 %). Sedangkan yang bekerja < 5 tahun
adalah sebanyak 10 WPS (32,3 %).
Tabel 5.4
44
Pengetahuan Frekuensi %
Rendah 17 54.8
Tinggi 14 45.2
Total 31 100
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar WPS berada pada tingkat
pengetahuan rendah sebanyak 17 orang (54.8 %) dan WPS yang berpengetahuan
tinggi sebanyak 14 orang (45,2%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Wanita Pekerja Seks Berdasarkan Sikap Diwilayah
Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
Sikap Frekuensi %
Negatif 10 32,3
Positif 21 67,7
Total 31 100
Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar WPS memiliki sikap
positif sebanyak 21 orang (67,7 %) dan WPS yang memiliki sikap negatif
sebanyak 10 orang (32,3 %).
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Wanita Pekerja Seks Berdasarkan Perilaku
Pemeriksaan VCT Diwilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
45
Perilaku Frekuensi %
Melakukan VCT 12 38.7
Tidak Melakukan VCT 19 61.3
Total 31 100
Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar WPS tidak melakukan
VCT sebanyak 19 orang (61,3%) dan WPS yang melakukan VCT sebanyak 12
orang (38,7 %).
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Alasan Wanita Pekerja Seks Tidak Melakukan VCT
Diwilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
Alasan Frekuensi %
Takut 8 42.1
Kurang Sosialisasi 4 21
Ikut - ikutan 7 36.9
Total 19 100
Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar WPS beralasan idak
melakukan pemeriksaan VCT karena takut ada 8 orang (42,1%), kurang
sosialisasi 4 orang (21%) dan sebanyak 7 orang karena ikut-ikutan rekan sesama
WPS (36,9%).
Tabel 5.7
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Wanita Pekerja Seks Dengan
Perilaku Pemeriksaan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu
Tahun 2015.
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 14 WPS yang berpendidikan tidak tamat
SLTP diantaranya 7 orang (50%) yang melakukan VCT dan 4 orang (50%) tidak
melakukan VCT, selanjutnya dari 17 WPS yang berpendidikan tamat SLTP
diantaranya 5 orang (29,4%) melakukan VCT dan 12 orang (70,6 %) tidak
melakukan VCT.
Dari hasil uji statistik (chi square) didapatkan p value = 0,333 ( p > 0,05 ) berarti
dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan WPS dengan perilaku pemeriksaan VCT.
2. Hubungan Antara Umur Wanita Pekerja Seks Dengan Perilaku
Pemeriksaan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun
2015.
Tabel 5.8
Hubungan Antara Umur Wanita Pekerja Seks Dengan Perilaku
Pemeriksaan VCT Di Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
n % N % n % CI
< 35 tahun 10 71,4 4 28,6 14 100
≥ 35 tahun 2 11,8 15 88,2 17 100 18,750 0.002
12 38,7 19 61,3 31 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 14 WPS yang berusia < 30 tahun diantaranya
10 orang (71,4%) yang melakukan VCT, 4 orang (28,6%) tidak melakukan VCT,
selanjutnya dari 17 WPS yang berusia ≥ 30 tahun diantaranya 2 orang (11,8%)
melakukan VCT dan 15 orang (88,2 %) tidak melakukan VCT.
Dari hasil uji statistik (chi square) didapatkan p value = 0,002 ( p < 0,05 ) berarti
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara umur WPS dengan
perilaku pemeriksaan VCT. Dari hasil analisis OR = 18,750 artinya umur > 30
tahun mempunyai peluang 18.750 kali untuk tidak memeriksakan VCT.
Tabel 5.9
Hubungan Antara Lama Bekerja Dengan Perilaku Pemeriksaan VCT Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 10 WPS bekerja < 5 tahun diantaranya 7
orang (70%) yang melakukan VCT, 3 orang (30%) tidak melakukan VCT,
selanjutnya dari 21 WPS bekerja ≥ 5tahun diantaranya 5 orang (23,8%)
melakukan VCT dan 16 orang (76,2 %) tidak melakukan VCT.
Dari hasil uji statistik (chi square) didapatkan p value = 0,02 ( p < 0,05 ) berarti
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara umur WPS dengan
perilaku pemeriksaan VCT. Dari hasil analisis OR = 7,467 artinya WPS dengan
lama kerja > 5 tahun mempunyai peluang 7.467 kali untuk tidak memeriksakan
VCT.
Tabel 5.10
Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Pemeriksaan VCT Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015.
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 17 WPS yang berpengetahuan rendah 7
orang (41,2%) yang melakukan VCT dan 10 orang (58,8%) tidak melakukan
VCT, selanjutnya dari 14 WPS yang berpengetahuan tinggi diantaranya 5 orang
(35,7%) melakukan VCT dan 9 orang (64,3 %) tidak melakukan VCT.
Dari hasil uji statistik (chi square) didapatkan p value = 1,00 ( p > 0,05 ) berarti
dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan WPS dengan perilaku pemeriksaan VCT.
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 10 WPS dengan sikap negatif diantaranya 8
orang (80%) yang melakukan VCT, 2 orang (20%) tidak melakukan VCT,
selanjutnya dari 21 WPS dengan sikap positif diantaranya 4 orang (19 %)
melakukan VCT dan 17 orang (81 %) tidak melakukan VCT.
Dari hasil uji statistik (chi square) didapatkan p value = 0,02 ( p < 0,05 ) berarti
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap WPS dengan
perilaku pemeriksaan VCT. Dari hasil analisis OR = 17,000 artinya WPS dengan
sikap positif mempunyai peluang 17,000 kali untuk tidak memeriksakan VCT.