Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Menular Seksual adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia dan
binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral, seks anal (Sjaiful, 2010).
Istilah penyakit menular seksual semakin banyak digunakan,karena memiliki
cakupan pada orang yang mungkin terinfeksi dan menginfeksi orang lain dengan
tanda – tanda kemunculan penyakit.

Pekerja Seks Komersial (PSK) disebut juga wanita Tuna Susila (WTS) atau
pelacur adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seks
diluar perkawinan. Komersialisasi seks berarti perdagangan seks, dalam bentuk
penukaran kenikmatan seksual dengan benda – benda, materi atau uang (Kartono,
2003).Kasus Infeksi Menular seksual dan HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks
(WPS) cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penyebarannya sulit ditelusuri
sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang
ditemukan. Jumlah penderita yang terdata hanya sebagian kecil dari jumlah
penderita yang sesungguhnya.

VCT (Voluntary Conseling and Test) merupakan salah satu strategi kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk menangani penyebaran HIV/AIDS (Depkes RI,
2006). VCT adalah proses konseling pra-testing, konseling post testing dan testing
HIV secara sukarela yang bersifat confidential (rahasia) dan secara lebih dini
membantu orang mengetahui akan status HIV-nya. Pertama, bila terinfeksi HIV
orang tersebut dapat mengambil langkah – langkah yang dipandang perlu sebelum
gejala muncul, yang secara potensial dapat memperpanjang hidupnya selama
beberapa tahun. Juga dapat mengambil segala kewaspadaan yang dipandang perlu
untuk mencegah penyebaran HIV kepada orang lain. Kedua, bila diketahui tidak

1
2

terinfeksi maka dapat melakukan tindakan hidup sehat untuk menghindari HIV.
Secara global masyarakat yang melakukan test HIV sampai saat ini masih rendah.

Laporan Kemenkes RI tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah kasus HIV yang
dilaporkan sampai dengan Desember 2013 adalah 29.037 kasus. Sedangkan
jumlah AIDS sebesar 5.608. Presentase HIV yang dilaporkan menurut Faktor
resiko yang tertinggi adalah Heteroseksual 52%,Penasun 6,6% Lelaki Suka Lelaki
(LSL) 14,3% , lain-lain 27,1%. Di propinsi Banten jumlah kasus HIV/AIDS
sebesar 670 kasus, 51 diantaranya dari kab. Serang.

Menurut laporan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) tahun 2010.


Pekerja seks sebesar 14% yang mengakses pelayanan VCT. Sebesar 24% pekerja
seks perempuan yang bisa mengidentifikasi secara benar cara-cara pencegahan
penularan HIV secara seksual. Perilaku beresiko juga masih banyak dilakukan,
antara lain hanya sekitar 50% pekerja seks perempuan dan lelaki suka lelaki yang
melaporkan secara rutin menggunakan kondom (KPAN,2010).

Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS merupakan kebutuhan yang mendesak di


Indonesia. Hal ini didasarkan pada data 85% PSK di Indonesia bekerja diluar
lokalisasi dan tidak pernah menggunakan kondom dalam melakukan hubungan
seksual dengan klien (UNAIDS, 2004). Pendidikan kesehatan menjadi salah satu
usaha peningkatan pengetahuan, dimana pengetahuan merupakan salah satu
komponen yang penting dalam prevensi HIV/AIDS (Santos-Ortiz, 2004)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Wawan (2010)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah
pengetahuan. Sehingga diharapkan pengetahuan yang baik akan menunjang
terhadap sikap dalam pemeriksaan VCT. Pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat
mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap pemeriksaan VCT. (Wawan,
2010)
3

Sikap merupakan proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan yang
mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Sebagai hasil evaluasi,
sikap yang disimpulkan dari berbagai pengamatan terhadap objek diekspresikan
dalam bentuk respon kognitif, efektif maupun perilaku (Wawan & Dewi, 2010)

Sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor
pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang diangap
penting, media masssa, pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama
dan emosi dari dalam individu. Sikap dan Perilaku terhadap penyakit menular
seksual dan pemeriksaan VCT pada Wanita Pekerja Seks (WPS) bisa berwujud
positif atau negatif, sikap positif kecenderungan tindakannya adalah mendukung
dalam pemeriksaan VCT pada PSK sedangkan sikap negatif kecenderungan
tindakannya adalah menghindari pemeriksaan VCT (Azwar, 2012).

Menurut data yang peneliti dapat dari KPA kabupaten Serang sampai dengan
maret 2015 terdapat kasus HIV 395 kasus dan AIDS 120 kasus. Hasil studi
pendahuluan di Puskesmas kramatwatu yang didapatkan melalui wawancara
dengan 5 WPS melalui pertanyaan pengetahuan tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan HIV/AIDS, 2 pertanyaan tentang sikap dan 2 pertanyaan
perilaku terhadap pemeriksaan VCT didapatkan informasi bahwa 3 WPS tahu
tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dan 2 WPS mengatakan tidak
tahu. Dari 5 WPS tersebut 3 orang memili sikap positif dan 2 orang memilik sikap
negatif, sedangkan perilaku WPS terhadap pemeriksaan VCT hanya 3 dari 5 WPS
yang memeriksakan ke klinik VCT.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian


tentang “ Hubungan Antara Karakteristik, Pengetahuan Sikap Wanita Pekerja seks
(WPS) Tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Terhadap Perilaku
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kramatwatu Tahun 2015”
4

B. Rumusan Masalah

VCT merupakan layanan kesehatan yang pertama dan salah satu strategi kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk menangani penyebaran Penyakit Menular
seksual dan HIV/AIDS, Rendahnya Angka kunjungan pemeriksaan VCT
mengakibatkan tidak terdeteksinya penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
dan HIV/AIDS dan sangat berpengaruh terhadap penyebarannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada Hubungan
Antara Karakteristik, pengetahuan dan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang
Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Terhadap Perilaku pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Kramatwat Tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Antara
Karakteristik, pengetahuan dan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) Tentang
Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Terhadap Perilaku pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kramatwatu Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi tingkat pendidikan wanita pekerja seks di wilayah
kerja Puskesmas Kramatwatu tahun 2015
b. Diketahuinya distribusi umur wanita pekerja seks di wilayah kerja
Puskesmas Kramatwatu tahun 2015
c. Diketahuinya distribusi lama kerja wanita pekerja seks di wilayah kerja
Puskesmas Kramatwatu tahun 2015
5

d. Diketahuinya tingkat pengetahuan wanita pekerja seks di wilayah kerja


Puskesmas Kramatwatu tahun 2015
e. Diketahuinya sikap wanita pekerja seks di wilayah kerja Puskesmas
Kramatwatu tahun 2015
f. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan wanita pekerja seks
terhadap perilaku pemeriksaan Voluntary Counseling and testing (VCT) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu tahun 2015.
g. Diketahuinya hubungan antara umur wanita pekerja seks terhadap perilaku
pemeriksaan Voluntary Counseling and testing (VCT) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kramatwatu tahun 2015.
h. Diketahuinya hubungan antara lama bekerja wanita pekerja seks terhadap
perilaku pemeriksaan Voluntary Counseling and testing (VCT) di Wilayah
Kerja Puskesmas Kramatwatu tahun 2015.
i. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan wanita pekerja seks
terhadap perilaku pemeriksaan Voluntary Counseling and testing (VCT) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kramatwatu tahun 2015.
j. Diketahuinya hubungan antara sikap wanita pekerja seks terhadap perilaku
pemeriksaan Voluntary Counseling and testing (VCT) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kramatwatu tahun 2015.
k. Diketahuinya Alasan Wanita Pekerja seks Tidak Melakukan Pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) di wilayah kerja Puskesmas
Kramatwatu tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi Pendidikan STIKes Faletehan

Manfaat penelitian ini bagi STIKes Faletehan adalah sebagai sumber acuan
dan referensi tambahan sekaligus menambah keragaman informasi dalam ilmu
pengetahuan khususnya tentang Penyakit Menular seksual dan HIV/AIDS serta
Voluntary Counseling and Testing (VCT).
6

2. Bagi Puskesmas Kramatwatu


Manfaat bagi Puskesmas kramatwatu adalah sebagai Masukan dan
pertimbangan dalam melakukan pelayanan VCT dan pencegahan terhadap
penyakit menular seksual dan HIV/AIDS

3. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah memberikan pengalaman berharga dalam
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam perkuliahan sekaligus
mengetahui gambaran pelayanan VCT yang ada di lapangan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STIKes Faletehan Serang adalah mix
methode sederhana. Penelitian ini meneliti karakteristik meliputi pendidikan,
umur dan lama bekerja serta pengetahuan dan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS)
tentang Penyakit Menular Seksual dan perilaku terhadap pemeriksaan Voluntary
Counseling and Testing (VCT). Yang menjadi objek penelitian ini adalah WPS
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu, Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengisi kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan VCT dan menggali
alasan mengapa mereka tidak melakukan pemeriksaan VCT.

Anda mungkin juga menyukai