TINJAUAN PUSTAKA
7
8
c. Herpes genital
Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex dengan masa tenggang
4-7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan
seks. Gejala dan tanda-tandanya adalah :Bintil-bintil berair (berkelompok
seperti anggur) yang sangat nyeri pada sekitar alat kelamin,
kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak, lalu
hilang sendiri, dan gejala kambuh lagi seperti diata snamun tidak senyeri
tahap awal bila ada faktor pencetus (stres, haid,minuman dan makanan
beralkohol) dan biasanya menetap hilang timbul seumur hidup. Pada
perempuan, seringkali menjadi faktor kanker mulut rahim beberapa tahun
kemudian. Penyakit ini belum ada obat yang benar-benar mujarap, tetapi
pengobatan antivirus bisa mengurangi rasa sakit dan lamanya episode
penyakit (Sjaiful, 2007).
d. Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh Chamydia trachomatis. Masa tanpa gejala
10
e. Trikomoniasis vaginalis
Trikomoniasis vaginalis adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh parasit Trikomonas vaginalis. Gejala dan tandanya
adalah: Cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan
berbau busuk, vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak
nyaman dan nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing
(Sjaiful,2007).
f. Kutil kelamin
Kutil kelamin penyebabnya adalah human papiloma virus dengan gejala yang
khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutilan sekitar kemaluan.
Pada perempuan dapat mengenai kulit daerah kelamin sampai dubur,
selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Bila
perempuan hamil, kutil dapat tumbuh besar sekali. Kutil kelamin kadang-
kadang bisa mengakibatkan kanker leher rahim atau kanker kulit di
sekitar kelamin. Pada laki-laki mengenai kelamin dan saluran kencing
bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terdapat terlihat sehingga
tidak disadari. Biasanya laki-laki baru menyadari setelah ia menulari
pasangannya (Sjaiful, 2007).
g. AIDS
1) Pengertian HIV/AIDS
11
bayinya. Karena itu HIV dapat tersebar melalui hubungan seks baik homo
maupun heteroseksual, penggunaan jarum yang tercemar pada
penyalahgunaan NAPZA, kecelakaan kerja pada sarana pelayanan
kesehatan. Misalnya tertusuk jarum atau alat tajam yang tercemar,
transfusi darah, donor organ, tindakan medis invasife, serta in utero,
perinatal dan pemberian ASI dari ibu ke anak. Tidak ada petunjuk/bukti
bahwa HIV dapat menular melalui kontak sosial, alat makan, toilet,
kolam renang, udara ruangan, maupun oleh nyamuk/serangga.
b. Tuan (Host)
Beberapa factor yang terdapat pada host, berperan pada perbedaan insiden
penyakit menular adalah :
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pilihan dalam hubungan seksual
Factor yang mempengaruhi perilaku seseorang ada tiga yaitu factor
predisposisi, factor – factor pendukung dan factor pendorong. Factor
predisposisi adalah yang memudahkan terjadinya perilaku antara lain
pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
pandangan dan persepsi, tradisi, norma social, pendapatan, pendidikan,
umur dan status social. Faktor pendukung adalah factor-faktor yang
memungkinkan terjadinya perilaku, antara lain adanya keterampilan san
sumber daya seperti fasilitas, personal dan pelayanan kesehatan serta
kemudahan untuk mencapainya. Faktor pendorong adalah factor-faktor
yang mampu menguatkan seseorang untuk melakukan perilaku tersebut,
diantaranya sikap dan perilaku petugas kesehatan serta dorongan yang
berasal dari masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
5) Status Perkawinan
Insiden PMS lebih tinggi pada orang yang belum kawin, bercerai atau
orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang
14
6) Pemakaian kondom
Pemakaian kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten
memungkinkan penularan penyakit menular seksual terjadi.
(saifudin,2006)
c. Factor Lingkungan
1) Factor Demografi
a) Bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman yang padat
b) Perpindahan populasi yang menambah migrasi dan mobilisasi
penduduk misalnya : perdagangan, hiburan dan lain-lain.
c) Meningkatnya prostitusi dan homo seksual
d) Remaja lebih cepat matang dibidang seksual dan ingin lebih cepat
mendapatkan kepuasan seksual.
3) Faktor Kebudayaan
Kekosongan spiritual berhubungan dengan rendahnya pemahaman
terhadap nilai-nilai agama pada wanita pekerja seks. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa konflik kebutuhan justru menjadi konflik utama dalam
diri mereka, dan bukan konflik yang disebabkan munculnya perasaan
bersalah dan berdosa pada Tuhan. Manajemen konflik yang dilakukan
subjek juga terpusat pada pengelolaan konflik kebutuhan, sehingga
adanya kekosongan spiritual dalam diri mereka yang menyebabkan
mereka tetap bertahan dari pekerjaannya sebagai wanita pekerja seks
komersial (Utami,2010)
4) Faktor Medik
Standar minimum berlaku untuk klinik IMS yang telah dikembangkan
guna memperbaiki kualitas diagnosis dan pengobatan IMS secara
keseluruhan diseluruh klinik IMS di Indonesia. Untuk melaksanakan ini,
setiap klinik IMS harus melakukan hal-hal seperti promosi kondom dan
16
2. Prinsip Layanan
VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu
masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan yang berdasarkan
prinsip:
Mobile VCT adalah model layanan dengan penjangkauan dan keliling yang
dapat dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau layanan
kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang
memiliki perilaku beresiko atau beresiko tertular HIV/AIDS di wilayah
tertentu. Layanan ini diawali dengan survey atau penelitian atas kelompok
masyarakat diwilayah tersebut dasn survei tentang layanan kesehatan dan
layanan dukungan lainnya di daerah setempat.
a. Pre-test counseling
Pre-test counseling adalah diskusi antara klien dan konselor yang bertujuan
untuk menyiapkan klien untuk testing, memberikan pengetahuan pada klien
tentang HIV/AIDS. Isi diskusi yang disampaikan adalah klarifikasi
pengetahuan klien tentang HIV/AIDS, menyampaikan prosedur tes dan
pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan klien menghadapi
hari depan, membantu klien memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan
informed consent dan konseling seks yang aman.
b. HIV testing
19
Pada umumnya, test HIV dilakukan dengan cara mendeteksi antibody dalam
darah seseorang. Jika HIV telah memasuki tubuh seseorang, maka didalam
darah akan terbentuk protein khusus yang yang disebut antibodi. Antibodi
adalah suatu zat yang dihasilkan system kekebalan tubuh manusia sebagai
reaksi untuk membendung serangan bibit penyakit yang masuk. Pada
umumnya antibody terbentuk di dalam darah seseorang memerlukan waktu 6
minggu sampai 3 bulan tetapi ada juga sampai 6 bulan bahkan lebih, jika
sesorang memiliki antibody terhadap HIV didalam darahnya, hal ini berarti
orang itu telah terinfeksi HIV.
Tes HIV yang umumnya digunakan adalah Enzyme Linked Imunosorbent
Assay (ELISA), Rapid test and Western Immunblot Test. Setiap tes HIV ini
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang berbeda. Sensitivitas adalah
kemampuan test untuk mendeteksi adanya antibody HIV dalam darah
sedangkan spesifitas adalah kemapmpuan tes untuk mendeteksi antibody
protein HIV yang sangat spesifik.
2) Rapid Test
20
c. Post-test counseling
Post-test counseling adalah diskusi antara konselor dengan klien yang
bertujuan menyampaikan hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi
dengan hasil tes, menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman
mental emosiaonal klien, membuat rencana dengan menyertakan orang lain
yang bermakna dalam kehidupan klien, menjawab, menyusun rencana
tentang kehidupan yang mesti dijalani dengan menurunkan perilaku beresiko
dan perawatan, serta membuat perencanaan dukungan.
perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat dan lebih aman (Pedoman Pelayanan
VCT, 2006)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa individu dikatakan memanfaatkan
layanan VCT jika dia tahu informasi mengenai layanan VCT dan mau
menggunakan layanan VCT untuk tujuan yang bermanfaat. Dengan demikian
pemanfaatan layanan VCT adalah sejauh mana orang yang pernah melakukan
perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS merasa perlu menggunakan layanan
VCT untuk mengatasi masalah kesehatannya, untuk mengurangi perilaku
beresiko dan merencanakan perubahan perilaku sehat.
C. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu,
penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni indera
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,2007).
Rongers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi prilaku bam (berperilaku bam), didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran),yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial,orang telah mulai mencoba perilaku baik.
e. Adaption,subjek telah berperilaku bam sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
22
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang dicukupi dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,dan dapat
menginsterpretasikan mated tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan mated yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisa (Analiysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen - komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis(Syntesis), menujukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
d. Ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
f. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
25
g. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang
usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup yaitu :
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti
misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.
26
D. Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang - tidak
senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan sebagainya) (Campbell, 1950).
Mendefinisikan sangat sederhana, yakni: "An individual's attitude is syndrome of
response consistency with regarg to object." jadi jelas, disini di katakan bahwa sikap
itu suatu syndrome atau kumpulan dalam gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehinggs sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang
lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak , dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka)
atau aktivitas,akan tetapi mempakan predisposisi prilaku (tindakan) atau sikap (reaksi
tertutup) (Notoadmodjo, 2010).
Di artikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atu stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya. Adalah bertanggung jawab apa yang
telah di yakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya,dia harus berani mengambil resiko bila ada orang yang
mencemooh atau adanya resiko lain.
E. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organism (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini
menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organism tersebut merespons, maka teori skinner ini disebut “S-O-R”
atau stimulus organism respons. Skinner membedakan adanya dua respon.
Dalam teori Skinner dubedakan adanya dua respon :
a. Responden respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eleciting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relatif
tetap.
28
b. Operant Respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut
reinforcing stimulation atau reinforce, karena mencakup respon.
Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka
perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam praktik (practice) yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
2. Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau factor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang
berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
b. Determinan atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Faktor lingkungan ini sering merupakan factor yang dominan yang mewarnai
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007)
29
3. Pengukuran perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,
secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati
tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara
tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini
dilakukan melalui pertanyaan – pertanyaan tehadap subyek tentang apa yang
telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005)
swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun
keluarga.
5. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon
(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila sesorang dalam keadaan sehat.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.