A. Pendahuluan
Jakarta adalah ibukota Indonesia yang juga merupakan salah satu kota
terbesar di Indonesia. Jakarta atau yang pada awalnya bernama Jayakarta ini
(Blumenfeld, 1982). Meskipun demikian kota yang pada tahun 2012 berusia
484 tahun ini juga disebut sebagai The City of Museums dilihat dari banyaknya
museum yang berdiri di kota ini terutama pada kawasan Kota Tua, antara lain
Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, dan lain
sebagainya.
Cikal bakal dari kota besar yang saat ini berusia lebih dari 6 juta jiwa
ini (Heuken, 1982, p:15) adalah kawasan Kota Tua Jakarta, dibangun oleh
Kota ini kemudian direbut serta dihancurkan untuk dibangun kembali oleh Jan
Batavieren (suku bangsa Eropa yang menjadi nenek moyang bangsa Belanda).
Kemudian orang-orang pribumi disebut dengan Batavienen yang selanjutnya
paling utara Luar Batang dan Pelabuhan Sunda Kelapa hingga paling selatan
Jalan Gajah Mada di lokasi bagunan Candranaya, dibatasi oleh sungai di sisi
barat dan timur inilah yang disebut Kota Tua (Surat Keputusan Gubernur
cagar budaya Kota Tua Jakarta dibagi menjadi 5 zona yang di tengah-
tengahnya terdapat zona inti seluas 87 Ha, yaitu area yang memiliki nilai
sejarah yang lebih tinggi yang dahulunya sebagian besar adalah kota di dalam
objek wisata, antara lain wisata sejarah dan edukasi karena tidak hanya kaya
Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara yang juga dikenal dengan Pasar
Indonesia ini pun masih berfungsi hingga sekarang. Suasana pelabuhan ini
sangatlah menarik dan dengan adanya barisan kapal tradisional “Pinisi” yang
berjajar di dermaga. Pengunjung yang ingin berkeliling dermaga pun dapat
menyewa perahu di sekitarnya. Selain itu, area ini terletak sangat strategis
dekat dengan pusat perbelanjaan dan hiburan seperti Mangga Dua, Mangga
kemudian ramai dikunjungi oleh banyak orang, baik yang ingin berwisata
berantakan serta macet dan padat. Keadaan ini ditambah dengan sepi dan
Kota Tua Jakarta dapat dimasukkan ke dalam kawasan cagar budaya dan ilmu
dan monumen nasional serta keragaman bentukan geologi yang berguna untuk
adalah kawasan Kota Tua Venesia, Italia. Tidak jauh berbeda dengan Jakarta,
arsitektur bangunan di Venesia juga berbau Eropa. Kesamaan yang lain adalah
mencontoh Venesia dan Hanoi dalam hal wisata berkeliling kota dengan kanal
(Adisasmita, 2010, p:5). Kawasan Kota Tua Jakarta sendiri adalah suatu
arsitektur gaya lamanya dan bukan malah dibiarkan terbengkalai tek terurus
apalagi apabila dirobohkan dan justru diganti dengan bangunan lain yang
1. Aspek Lingkungan
dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Aspek
Eropa di dalam kawasan Kota Tua yang saat ini dimanfaatkan sebagai
bisa dibangun coffee shop atau Butik atau segala bentuk bangunan yang
dapat mempertegas kesan Kota Tua bergaya Eropa untuk tujuan wisata
sirkulasi jalan juga harus diperjelas apakah satu atau dua arah,
diperuntukkan hanya bagi pejalan kaki atau juga dibuat jalur bagi
Karena merupakan zona lama yaitu zona di sekitar pusat kota besar
yang umumnya berupa bangunan tua atau lama (Adisasmita, 2010, p:63),
syarat tidak mengganggu gaya atau arsitektur serta tidak merusak citra
Kota Tua.
3. Aspek Manusia
ruang atau spasial. Pembangunan kawasan ini haruslah tertata rapi dalam
terpenuhi.
penyejuk udara dengan bentuk miniatur hutan liar dan jenis tanaman
lain yang dinaungi oleh pohon-pohon yang tinggi, besar, dan beragam.
Pembangunan dua Arboretum ini tentu saja tak lepas dari ketentuan untuk
yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan seperti pada
baru (new infill urban development) juga tidak dapat dihindari pada jaman
yang terus berkembang seperti ini. Pada studi kasus Kota Tua Jakarta ini,
pengembangan kota bersifat konsentris yaitu dari suatu pusat kota dan
Hal ini bukanlah suatu hal baru karena sangat wajar apabila suatu kota
penduduk di sekitar daerah itu terkait dengan segi ekonomi. Karena banyak
wisatawan yang datang tentu saja banyak penduduk setempat untuk
kawasan tersebut menjadi padat dan perlahan tumbuh areal permukiman baru
sebagai tempat tinggal penduduk dan tidak dapat dihindari secara perlahan
Slum and squatter area (kumuh dan liar) terlihat dari karakteristiknya
permanen, dengan kerapatan bangunan yang tinggi, serta sarana dan prasarana
perkotaan yang sangat terbatas, sehingga terlihat kotor dan tidak nyaman
dipandang mata. Selain tidak nyaman dilihat secara visual, keadaan seperti ini
bukanlah sesuatu yang dapat disepelekan. Area Kota Tua merupakan salah
satu situs peninggalan sejarah yang harus dilestarikan dan atau dimanfaatkan
sebagai sarana wisata edukasi, sejarah, dan rekreasi. Apabila kawasan tersebut
akhirnya menjadi kumuh tak terawat, tentu saja tidak akan ada wisatawan
yang berkunjung, itu berarti mematikan potensi Kota Tua sebagai warisan
dunia yang harus dijaga sejarahnya sebagai bukti cerita sejarah turun temurun
masyarakat pada umumnya. Di satu sisi, new infill urban development tidak
budaya sebagai situs sejarah juga wajib dilakukan. Pemerintah tidak dapat
hanya memenangkan salah satunya saja, apabila Pemerintah hanya
tersebut hilang.
Maka dari itu diperlukan suatu solusi dari dilema ini sebelum kawasan
tersebut rusak terlalu parah. Bagaikan buah simalakama yang tidak dapat
pembangunan kawasan dan tata ruang, yang kemudian dapat diterapkan pada
kawasan Kota Tua dan kawasan lain yang mempunyai problematika serupa
Keputusan.
bangunan baru dan lingkungan di sekitarnya (Brolin, 1980). Dengan kata lain,
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam suatu kawasan yang sudah terdapat
bangunan bernuansa Eropa jaman Renaissance seperti pada Kota Tua Jakarta
dapat dibuat bangunan lain yang senada dengan tema yang sudah ada
sebelumnya dan tidak merusak atau mengganggu citra bangunan gaya kolonial
pada kawasan bersejarah bukan berarti seperti sebuah kertas putih yang siap
digambar sesuai keinginan kita, melainkan sudah terdapat gambar pada kertas
sudah terdapat jaringan budaya yang kompleks yang telah terbentuk dalam
ruang dan waktu yang tidak singkat. Oleh karena itu new infill urban
kawasan dari bentuk fisik dan non fisik yang sudah ada.
1. Kegiatan
Kota Tua Jakarta ini, kegiatan yang ada begitu beragam, mulai dari
penduduk, kegiatan wisata edukasi dan sejarah pada museum, galeri, dan
butik dan juga jasa penyewaan kanal dan pemandu wisata apabila rencana
dan restoran yang dibuka di kawasan ini dapat dibangun dengan konsep
dan nuansa yang harmonis dengan suasana Kota Tua, baik dari segi fisik
2. Lingkungan
direncanakan dan dibuat peta pola pengembangan jalan, baik jalan untuk
potensi Kota Tua untuk menarik wisatawan akan semakin besar apabila
berhasil dibuat duplikat dari konsep Kota Kanal Venesia dengan wisata
berkeliling Kota Tua Jakarta menggunakan perahu pinisi seperti yang telah
biasa disebut dengan selokan. Limbah yang ditemukan di kota ini kurang
setempat atau dari restoran atau coffee shop yang buka di kawasan ini.
ekstra.
tidak dibuang ke aliran Sungai Ciliwung karena hal itu akan merusak
wisata keliling kota dengan jalur air. Sebagai solusi dapat dibuat selokan-
selokan kecil yang tertutup dari permukaan untuk mempercantik estetika
ruang terbuka hijau (RTH) baik yang bersifat aktif maupun pasif. RTH
seperti taman kota misalnya. Sedangkan RTH Pasif merupakan RTH yang
pekarangan rumah.
Arboretum dan RTH dapat berarti banyak bagi bumi kita dalam kaitannya
memerlukan suatu perencanaan yang tepat supaya konsep kota yang ada
3. Visual
Karena pada awalnya di kawasan ini sudah terlebih dahulu terbentuk pola
prasarana baru, pembuatan pola jaringan jalan serta segala sesuatu yang
bersifat visual atau fisik kota tersebut haruslah sesuai dengan image Kota
Tua.
Sesuai dengan tujuan dari program rehabilitasi ini, Kota Tua harus
E. Simpulan
Kota Tua Jakarta merupakan cikal bakal dari kota metropolitan Jakarta
Renaissance Eropa, dibangun oleh Jan Pieterszoon Coon pada masa kolonial
kegiatannya.
Kota Tua Jakarta yang pada satu sisi merupakan suatu situs sejarah warisan
dunia yang wajib untuk dijaga dan dilestarikan. Namun di sisi lain,
muncul sebagai akibat dari urbanisasi tidak dapat dibendung. Seperti magnet,
masalah ini. Karena merupakan situs sejarah, kawasan Kota Tua harus dijaga
keasliannya supaya warisan dunia ini tetap dapat diwariskan turun temurun.
Dengan kata lain, pembangunan permukiman baru yang muncul tersebut tidak
boleh merusak keaslian Kota Tua, apalagi jika sampai menghilangkan bukti
sejarah tersebut. Maka dari itu, pola pengembangan dengan berdasar pada
museum dan galeri yang sudah memanfaatkan bangunan tua tersebut yang
merupakan daya tarik utama dan inti dari wisata sejarah dan edukasi Kota Tua.
perahu.
wajib mengikuti pola arsitektur yang menjadi ciri utama kawasan ini, yaitu
gaya Renaissance Eropa, atau mengikuti pola kawasan Tionghoa bagi yang
usaha pada kawasan wisata Kota Tua seperti misalnya membuka restoran,
coffee shop, butik, penginapan, atau jasa penyewaan perahu dan pemandu
untuk wisata keliling kota melewati Ciliwung. Semua sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi ini tentu saja harus tetap
dan tata ruang yang matang serta tepat dalam realisasinya, dapat menjadikan
Kota Tua Jakarta menjadi salah satu wisata edukasi dan sejarah warisan dunia
F. Daftar Pustaka
Blumenfeld, Hans, (1982), Where Did All the Metropolitanites Go, Personal
Communication, New York.
Koestoer, Raldi Hendro, Rudi P. Tambunan, Hari Tri Budianto, dan Sobirin,
(2001), Dimensi Keruangan Kota, University of Indonesia Press,
Jakarta.