Anda di halaman 1dari 18

TEORI LOKASI WEBER

TEORI LOKASI
 Teori ini merupakan perluasan dari analisis mikro
ekonomis, yaitu bagian dari teori lokasi pabrik dalam
kompetisi non-politis.
 Teori ini banyak berkembang dari ahli ekonom seperti
Weber (1929), Hoover (1948), Losch (1954), dan Isard
(1969).
 Teori ini memberikan solusi pemecahan masalah bagi
kerangka pabrik dengan pusat produksi tunggal dengan
menemukan lokasi yang optimal (Weber dan Hoover) dan
menemukan tata keruangan yang optimal bagi seluruh
kehidupan ekonomi wilayah (Losch dan Isard)
Teori Lokasi Klasik
 Aktivitas Primer (von Thunen)
 Aktivitas Tersier (Christaller/Losch)
 Aktivitas Sekunder (Weber)
 Kompetisi Ruang (Hotteling)

4 Questions of Economic Geography


• What to produce (selection)
• How to produce (production)
• Where to produce (assembly)
• For whom to produce (distribution)

Industrial location theory focuses on those final 2 questions :


• Assembly (raw materials)
• Distribution (markets)
Perbandingan beberapa Teori Lokasi Industri
Lokasi Industri Orientasi Land Use Central Places Kompetisi Spasial
Produksi
Tujuan Lokasi industri yang Thunen: optimalisasi land Optimalisasi wilayah Optimalisasi
meminimalkan ongkos use pertanian pelayanan pasar terhadap kompetisi
transport berdasarkan transport lokasi
cost ke pasar
Alonso: optimalisasi jarak
land use perumahan dan
komersil dari CBD
Konsep Lokasi industri optimal → Land use pertanian dan Fungsi-fungsi Kompetisi spasial
Segitiga lokasi sewa lahan tempat sentral dalam keseimbangan
yang stabil/tidak
stabil
Prinsip minimasi
perbedaan
Alat Material Index, Isotim, Thunen: Fungsi sewa Prinsip hirarki
Analisis Isodapane lahan berdasarkan jenis Batas ambang
Utama tanaman pertanian
Alonso: Fungsi harga
lahan
Supply/ Localized / Dispersed / Localized / Localized /
Demand Localized Localized Dispersed Dispersed (dalam
satu dimensi ruang =
garis)
Kegiatan Usaha Komersial

Keputusan lokasi dari usaha komersial menyebabkan


perkembangan kota-kota perdagangan  ada proses koleksi
dan distribusi.

Kegiatan ini umumnya terletak di titik transhipment


(pelabuhan, perempatan jalan)  ada kegiatan pemindahan
barang  memunculkan usaha transportasi (jasa
pengiriman, pergudangan).

Kegiatan yang memberikan layanan bisnis (perbankan,


asuransi, jasan perbaikan) terletak dekat dengan industri
dagang dan industri transportasi.
TEORI LOKASI INDUSTRI
WEBER
 Weber berpendapat bahwa lokasi optimal dari suatu
perusahaan industri umumnya terletak di dekat pasar
atau sumber bahan baku.
 Pemilihan lokasi terkait dengan biaya pengangkutan/
transportasi untuk bahan baku dan hasil produksi yang
dapat diminimalkan dan keuntungan aglomerasi dan
deglomerasi yang ditimbulkan dari adanya perusahaan
pada suatu lokasi.
 Ada 3 faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan
aglomerasi atau deaglomerasi.
Transportation Cost
 Biaya transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor
umum yang secara fundamental menentukan pola lokasi dalam kerangka
geografis.
 Dampak aglomerasi atau deaglomerasi merupakan kekuatan lokal yang
berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan
dalam ruang.
 Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak. Jadi titik
terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya
minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi.
 Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional.
 Berat Lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang
harus diangkut ketempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output
ditambah berat output yang akan dibawa ke pasar.
 Berat total itu terdiri dari satu satuan produk akhir ditambah semua berat
input yang harus diangkut ke lokasi pabrik seperti bahan mentah, bahan
setengah jadi, bahan penolong, dan lain-lain yang diperlukan untuk
menghasilkan satu satuan output.
Segitiga Lokasi (Locational Triangle)
Weber menggunakan konsep 3 arah yang dikenal dengan teori segitiga
lokasi (locational triangle) untuk memperoleh lokasi optimal.
Keterangan :
M = Pasar (Market)
R1 dan R2 = bahan baku (Raw Material) yang berada di 2 tempat
P = lokasi industri

A B C
• Segitiga lokasi tidak optimal ditunjukkan pada gambar (C).
Segitiga lokasi kurang optimal ditunjukkan pada gambar (B).
Sedangkan segitiga lokasi paling optimal ditunjukkan pada
gambar (A).

A B C

• Dari penggambaran segitiga lokasi Weber, lokasi industri dapat


diklasifikasikan menjadi dekat dengan pasar, dekat dengan
bahan mentah dan lokasi optimal.
INDEKS MATERIAL
• Klasifikasi dekat pasar ditunjukkan oleh segitiga lokasi tidak optimal
dengan nilai IM < 1. Berat bahan mentah bertambah setelah dipabrikan
maka biaya transportasi bahan mentah menuju pabril lebih murah
dibandingkan biaya transportasi produksi jadinya menuju ke pasar
• Klasifikasi dekat bahan mentah digambarkan dengan segitiga lokasi
kurang optimal dengan nilai IM > 1. Bahan mentah berkurang setelah
dipabrikkan, maka biaya transportasi bahan mentah menuju pabrik
lebih mahal dibandingkan biaya transportasi produksi jadinya menuju
pasaran
• Klasifikasi lokasi optimal → lokasi industri terbaik dengan indeks
material bernilai sama dengan satu.
• Hal ini berarti segitiga lokasional tersebut adalah segitiga lokasi paling
optimal yaitu titik P berada di sentral antara titik pasar (M) dan bahan
mentah (R1 dan R2).
• Industri primer adalah Industri yang menghasilkan barang-
barang tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk dari
bahan baku masih tampak.
• Industri primer ini aktivitasnya lebih banyak menggunakan
bahan baku sehingga lokasi industrinya yang tepat dan
optimala dalah dekat dengan bahan baku untuk menghemat
biaya transportasi dan untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal.
• Contoh kegiatan industri lain adalah industri pengolahan
tepung tapioka. Lokasi industri yang ideal agar diperoleh
keuntungan yang maksimal adalah pabrik tidak berada jauh
dari sentra-sentra produksi bahan baku dari pembuatan
tepung tapioka.
 Alfred Weber mengemukakan teori lokasi industri dengan prinsip “least
cost location” → penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat
yang resiko biaya paling murah atau minimal.
 Berdasarkan segitiga lokasi, Weber menunjukkan → penempatan lokasi
industri sebaiknya di tempat dengan total biaya transportasi dan tenaga
kerja minimum, yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan
yang maksimum.
 Penentuan lokasi industri optimal ialah dengan melihat letak sumber bahan
baku dan pasar dalam upaya menekan biaya transportasi dengan
mempertimbangkan berat bahan baku dan berat barang jadi.
 Ada 3 variabel penentu, yaitu titik material (bahan baku), titik konsumsi
(pasar), dan titik tenaga kerja.
 Jika muncul kondisi dimana pada proses produksi menimbulkan
penyusutan berat barang (weight loosing process), lokasi optimal akan
berada pada sumber bahan baku,
 Jika muncul kondisi dimana pada proses produksi menimbulkan
peningkatan berat barang (weight gainning process), lokasi optimal akan
berada di dekat pasar.
WEIGHT LOOSING
INDUSTRIES
Industri yang Berorientasi pada Sumberdaya
 Adalah weight loosing industries (kehilangan berat dalam proses
produksinya), output lebih ringan dari inputnya.
 Industri berorientasi pada sumberdaya akan berlokasi di dekat
sumber bahan mentahnya.
 Contoh : industri alat pemukul dari kayu, pabrik bit gula, pengolah
bijih logam
Contoh lain tidak hanya karena beratnya bertambah, tetapi ada
pertimbangan biaya kirim bahan inputnya lebih mahal :
 industri penggulungan kapas (biaya kirim input/kapas halus lebih
besar dari biaya kirim satu ton kapas padat)
 Pengalengan (biaya kirim buah dlm pendingin lebih besar dari biaya
kirim buah kaleng).
 Industri barang fragile
WEIGHT GAINING INDUSTRIE
2. Industri berorientasi Pasar
Biaya transport output lebih besar. Industri yang memperoleh berat
dalam proses produksinya (weight gaining Industrie). Industri ini akan
berlokasi di dekat pasarnya.
Contoh lain industri berorientasi pasar adalah indutri yang outputnya
mahal untuk dikirim :
 Perakitan mobil (biaya kirim satu mobil rakitan lebih besar daripada
biaya kirim bahan logam, karet dan plastik untuk dirakit)
 Perusahaan roti (roti lebih mudah basi daripada tepung)
 Senjata (pengiriman senjata lebih berbahaya dibanding pengiriman
bahan inputnya secara terpisah).

3. Lokasi Intermediate
Industri yang berlokasi di antara sumber input dan pasar terjadi bila :
 Bobot moneter input dan output sama
 Unit biaya transport tidak tergantung jarak yang ditempuh.
Teori Lokasi Industry Losch
 Keseimbangan yang dicapai → harga hanya dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran. lokasi Industri yang optimal yaitu
daerah yang dapat menguasai wilayah pasaran yang luas,
sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang paling banyak.
 2 prinsip pengambilan keputusan lokasi industri, yaitu :

1) Rasio antara berat bahan baku dengan produk akhir, baik ongkos
pengangkutan maupun ongkos produksi. Tempat yang
memberikan ongkos paling kecil merupakan lokasi yang dipilih
sebagai lokasi industri.
2) Besar kecilnya penjualan hasil perusahaan di suatu tempat
tergantung pada jumlah pembeli dan kemampuan ekonominya.
Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan setiap daerah
merupakan penentu untuk memilih lokasi industri.
Teori Lokasi Industri Hoover
 Industry yang berkiblat bahan mentah akan meletakkan
pabriknya di tempat bahan mentah. Industry yang
berkiblat ke pasar akan meletakkan pabriknya di tempat
pasar.
 Industry berlokasi antara pasar dan sumber bahan harus
memperhitungkan pengaruh dan faktor-faktor non biaya
transport
 Berdasarkan atas asumsi persaingan bebas dan mobilitas
tenaga, Hoover berpendapat bahwa Lokasi industri
ditentukan oleh biaya angkutan dan biaya produksi.
Teori Lokasi Industri Hoover
 Hoover memperhatikan berlakunya law of diminishing
returns dalam industri pertambangan → Semakin jauh daerah
pasar yang dilayani, semakin banyak yang harus diproduksikan.
 Misalnya pada industri pertambangan batu bara akan berlokasi di
area yang memiliki bahan tambang. Akan tetapi, perlu dilihat
sampai sejauh mana pasar yang akan dijangkau. Jangkauan ini
ditentukan oleh tinggi harga yang diminta oleh si pengusaha
dan dibayar oleh konsumen. Sebaliknya harga merupakan
biaya penambangan ditambah dengan biaya angkutan ke tempat
lokasi konsumen; dalam hal ini diasumsikan kegiatan
penambangan telah memperhitungkan keuntungan. Oleh karena
itu, semakin jauh pasar yang dijangkau, makin tinggi
keuntungan yang diperoleh pengusaha yang bersangkutan.
Teori Lokasi Industri Isard
 2 asumsi Analisa keseimbangan lokasi industri Isard :

1) aktivitas produksi industri yang bersangkutan tidak mempengaruhi


variabel lokasi, seperti harga satuan angkutan, harga bahan mentah,
penyebaran konsumen dan penghematan ekstern yang dibawakan oleh
gejala aglomerasi
2) tingkah laku industri yang bersangkutan tidak mengundang balasan
dari pihak saingannya.
 Lokasi industri yang bersifat immobile tentu akan berlokasi yang
dekat dengan bahan mentah, sedangkan apabila lokasi industri
bersifat mobile bisa ditentukan dengan menggunakan kurva
transformasi jarak dari daerah konsentrasi konsumen ke bahan
mentah.

Anda mungkin juga menyukai