KOTA
(Urban and Regional Economics)
6). Harga dan Sewa Tanah, tinggi rendahnya harga dan sewa tanah,
baik yang ditawarkan oleh pemilik tanah (land-rent) maupun sewa
tanah yang mampu dibayar oleh pengusaha yang akan
menggunakan tanah tersebut (bid-rent). Dalam rangka
memaksimalkan keuntungan, kecenderungan pengusaha akan
memilih lokasi dimana land-rent lebih rendah dari bid-rent.
Pengelompokkan Teori Lokasi
CBD
Q (p – a) – Q T(k) – R(k) = 0
Sehingga :
CBD K* B K
R*(k) > R (k) ; berarti daerah tersebut layak dipergunakan, dan jika
R*(k) < R (k) ; berarti daerah tersebut tidak layak dipergunakan
R*(k)
A KASUS DUA JENIS TANAMAN
Tanaman 1
C
S
R(k)
Tanaman 2
CBD K* B D K
I-1 Tanaman 1 H
C
I-2
S
E F
I-3
I-4 Tanaman 2
I-5
O KRi KRO G K
M F C
k (k*-k)
Jika perusahaan memilih lokasi di F, maka untuk membawa bahan baku ke
pabrik perlu ditempuh jarak k, sedangkan untuk membawa hasil produksi ke
pasar akan menempuh jarak (k*-k) dimana k* jarak antara M dan C yang sudah
tetap (konstan).
T(k) = k n X + m q (k*-k)
Dimana,
T (k) = ongkos angkut yang besarnya ditentukan oleh unsur jarak, k
n = ongkos angkut bahan baku per ton kilometer,
m = ongkos angkut hasil produksi per ton kilometer,
X = bahan baku yang dipergunakan,
q = output hasil produksi
Seandainya fungsi produksi yang digunakan adalah dalam bentuk Leontief
Technology ( Fixed Technincal Coeffecient ), maka konstanta (a) adalah
koefesien input yang bersifat tetap yang berarti bahwa X = a q.
Dengan mempertimbangkan persamaan diatas, maka persamaan diatas dapat
diubah menjadi :
T(k) = q [ (k a n ) + m (k*-k) ]
q a n = m q,
atau, an=m
W=an/m
jika :
W > 1, maka industri bersangkutan dikatakan mempunyai sifat “weight Loosing
Industry” yaitu input untuk setiap kesatuan output lebih berat dari hasil
produksi.
W < 1, maka industri tersebut dikatakan mempunyai sifat “Weightgaining Industry”
yaitu input untuk setiap kesatuan produksi lebih ringan dari output.
Ongkos
angkut Ongkos Kasus a n > m (Weight-loosing
angkut total
Industry), Lokasi optimal di M
Ongkos
angkut output
Ongkos
angkut input
Jarak
M C
Ongkos
angkut
Ongkos
angkut total
Ongkos
angkut ioutput
Ongkos
angkut input
Kasus a n < m (Weight-loosing
Industry), Lokasi optimal di C Jarak
M C
KASUS RUANG DUA DIMENSI
Dalam hal lokasi bahan baku ada di 2 (dua) tempat, sedangkan pasar tetap ada
dalam satu lokasi. Jika jarak ke lokasi bahan baku 1 adalah (M1) dan ke lokasi 2
adalah (M2), kedua bahan baku ini diasumsikan bersifat “localized materials”
artinya hanya terdapat pada tempat tertentu, sehingga memerlukan ongkos
angkut, untuk sampai ke lokasi pabrik di C. Berdasarkan kondisi tersebut, ruang
(space) sekarang menjadi bersifat 2 dimensi dengan 3 sudut yang berbentuk
segitiga (Weberian Localional Triangle)
C
k3
M1 k1 K
k2
M2
Qd = Po + ti di ti,di > 0
n
Qd = ∑ (Po + ti di)
i=1
Dimana,
Q = jumlah produksi
Po = Harga pabrik
Ti = ongkos angkut hasil produksi per ton kilometer,
di = jarak,