Anda di halaman 1dari 51

1

Pola guna lahan agregat


Von Thunen

Fika Novitasari, S.T., M.T. Pola Lokasi dan Struktur Ruang


Ulfah Aliifah Rahmah, S.T., M.T.
2
Dari Individu → Agregat Konsep Land Rent

kehutanan

gandum

rerumputan
3

Economics Axioms

Axiom-1: Harga menyesuaikan mengikuti keseimbangan lokasi

Axiom-2: Kompetisi memicu keuntungan yang minimal


4

Land Market: Definisi

Land rent: pembayaran periodik (sewa) dari


• Market value: harga lahan untuk dimiliki pemakai kepada pemilik

Penggunaan istilah “land rent” dan “price of land” bergantian .


5

Land Market
“Land Rent” = “Price of Land”
Why?
n
PV = 
R
• Present Value (PV), R: Rent, i: rate →
t =0 (1+ i) t

• Ini sama seperti aliran pendapatan, didiskon menurut “rate” yang berlaku, dari
waktu ke waktu
• Untuk penyewaan yang terus-menerus sampai tak hingga lamanya = kepemilikan
→ 
R R
PV =  t
=
t =0 (1+ i) i
6

Kesuburan lahan (Fertility) dan Sewa (LandRent)

1. Maksimum keinginan membayar (WTP) = Pre-rent profit


a) Semakin subur lahan semakin besar output, revenue, dan profit
b) Petani ingin membayar lebih kalau lahan semakin subur
2. Kompetisi diantara petani akan membuat bid rent = willingness
to pay (WTP)
3. Leftover principle: Pemilik lahan memperoleh apa yang tersisa
setelah semua biaya produksi dibayarkan
7

Kesuburan lahan (Fertility) dan Sewa (LandRent)


8

Model Ricardo: Left-overPrinciple


• Asumsi:
(1) fixed inputs/output prices (price takers),
(2) zero profit,
(3) 3 level kesuburan,
(4) land to highest bidder,
(5)location (transport costs) diabaikan, pemilik
bukan petani
9
Model Ricardo: Left-overPrinciple

MC
Lahan A Lahan B Lahan C
ATC

$10
$ Profit=rent >> landowner Harga pasar
Profit=rent >> landowner ATC
$8

$4
ATC MC

MC

Kwantitas (Kg) 220 160


ATC: Average Total Cost
MC: Marginal cost
Lahan A memiliki biaya produksi t e r m u r a h → sewatertinggi
Lahan C memiliki biaya produksi t e r t i n g g i → sewa termurah
11
Model Von Thunen
Model von Thunen
• Johann Heinrich von Thunen (1780-1850), seorang tuan tanah dan ahli
ekonomi terkemuka asal Jerman
• Pada tahun 1826 von Thunen menulis buku berjudul Der Isolierte Staat, yang
ditulis pada era agraris Jerman
• Melalui bukunya, von Thunen adalah penemu model sewa lahan pertanian
yang kelak menjadi dasar model-model guna lahan perkotaan dan perdesaan,
khususnya model struktur ruang perkotaan konsentrik
• Model ini menjustifikasi lokasi beragam kegiatan ekonomi berdasarkan ongkos
mengirimkan produknya ke pusat kota
• Sewa lahan bervariasi menurut tabungan biaya transportasi sehingga jenis
(nilai) kegiatan ekonomi berstratifikasi menurut jarak ke CBD (pusat kota)
• Kegunaan awal model von Thunen
• Menentukan kegunaan yang optimal untuk lahan sebagai fungsi jarak ke
(pusat) kota
• Menetapkan nilai moneter lahan (sewa lahan)
12

Asumsi
1. Kota terletak pada dataran yang seragam dan homogen dimana lahan
memiliki tingkat kesuburan yang sama di semua tempat
2. Kota menganut sistem pasar tunggal yang pusatnya berada di tengah dataran
(CBD)
3. Harga pasar diasumsikan telah ditentukan (eksogen)
• Jual-beli antar petani lokal tidak signifikan dan dilakukan secara barter
• Permintaan lokal diabaikan
4. Biaya produksi sama di semua tempat
5. Biaya transportasi hasil produksi panen di semua titik adalah tetap per unit
jarak ke pasar (ongkos transportasi sebagai fungsi linear terhadap jarak)
• Tidak mempertimbangkan dampak jaringan transportasi alamiah maupun buatan
• Variasi tarif ongkos transportasi antar jenis hasil panen menjadi faktor kritis pembentukan
pola guna lahan
13

Asumsi
5. Pemilik lahan menyewakan lahan kepada petani yang mau
membayar dengan harga tertinggi
6. Terdapat beberapa kategori petani dengan setiap kategori
menghasilkan produk dengan harga pasar, hasil panen, dan tarif
biaya transportasi berbeda
7. Tidak ada skala ekonomi dalam produksi
Biaya produksi dan hasil panen per unit luas terlepas dari luas lahan
pertanian
Luas lahan pertanian tidak mempengaruhi produktivitas
14

Konsep matematis
• Untuk suatu komoditas per unit pada suatu unit luas lahanpertanian:

harga pasar = ongkos produksi + sewa lahan + ongkos transportasi

atau:

Sewa lahan = harga pasar – (ongkos produksi + ongkos transportasi)

• Karena harga pasar dan ongkos produksi per unit komoditas dan per unit jarak adalah konstan untuk komoditas
yang sama, maka:

sewa lahan = f (ongkos transportasi)

dimana ongkos transportasi ditentukan oleh jarak lokasi lahan pertanian dari CBD
15

Spatial Structure of the Urban Economy


Rent/cost Pada harga pasar $100
cost of fixed inputs $50, sekitar
$100
market (M):
- transport cost = 0 (jarak 0)
Cost of fixed inputs - Petani mampu bayar land rent
max $50/hectare

Maximum land rent = 0 pada jarak


$50 50 km → transport cost tertinggi

$30
Land rent gradient
Slope = -t/S
→ Change in land
rent per unit area
d
M 35 50

Fig. 1 Von Thunen Model


16 Rent/cost

$150

Non-land inputs Jika harga pasar naik $50,


kemampuan petani untuk
membayar sewa lahan meningkat
sebesar $50.
$100
Dan maximum land rent akan sama
dengan nol pada jarak 100 km
$80

$50

d
20 50 100
M
Fig. 2 The Effect of Market Price Rises
17 Rent/cost

$100
Jika ongkos transport turun
Cost of fixed inputs kemampuan petani membayar land
rent pada M tetap $50, karena
transport cost pada jarak d=0 selalu
nol
$50

d
M 50 100

Fig. 3 The Effect of Lower Transport Rates


18

Tiap komoditas punya rent


Rent/cost
gradient yang berbeda dan
$100 mengakibatkan persaingan
guna lahan
Rent gradient for barley
Disini guna lahan berubah
pada jarak d=33 km

$50

$25 Rent gradient for wheat

d
M 33 40 50

Fig. 4 Competing Land Uses


20
Bid Rent Model
BID RENT MODEL Alonso (1964, 1971), Mills (1969, 1970), Muth
(1969), Evans (1973) mengembangkan framework
Rent/sq m berdasarkan von Thunen model untuk konteks
yang lebih luas.

Bid rent curve: besarnya sewa yang dapat


dibayarkan oleh perusahaan yang
memungkinkannya menghasilkan keuntungan
yang sama, tidak peduli jaraknya dengan M

Bentuk concave karena


intercept –t/S tapi S tidak
tetap

d
M

Fig. 5a Bid Rent Curve for an Individual Firm


21

Semakin tinggi posisi bid rent curve,


Rent/sq m semakin rendah profitability perusahaan
tersebut
𝝅(BR1) < 𝝅(BR2) < 𝝅(BR3)

… karena semakin rendah nilai lahan


yang digunakan perusahaan, semakin
tingi keuntungan

BR1
BR2

BR3
d

Fig. 5b Bid Rent Curves for an Individual Firm


22

Jika ada persaingan antara perusahaan yang


Rent/sq m
memiliki faktor produksi yang tidak dapat
disubstitusi (fixed) dengan perusahaan yang input
land dan non-land dapat disubstitusi (fleksibel)..

… maka lahan akan selalu dimenangkan oleh


perusahaan yang fleksibel

RD

d
RD

Fig. 6 Rents Payable for Fixed and Varying


Coefficient Firms
23

Curva Bid-Rent utk Sektor Manufaktur


WTP utk lahan perkotaan tergantung pd aspek
“AKSESIBILITAS” :

• WTP : Maximum amount for lot large enough


for production facility
• WTP = Total revenue - non-land costs
• Bid rent per hectare = WTP divided by lot size
Curva Bid-Rent utk Sektor Manufaktur
Curva Bid-Rent utk Sektor Perkantoran
Cost of nonland inputs (K)
37
Aplikasi Perkotaan
39
43
Dari Individu → Agregat
44
45

Bid rent curve untuk rumah


Rent/sq m tangga/individu

BR1
BR2

BR3
d

Fig. 9b Bid Rent Curves for an Individual Household


46
Rent/sq m
Diasumsikan income
elasticity of demand for
scpace > income
elasticity of demand for
Bid rent Curve for Low Income Household
reduced travel time

Bid Rent Curve for Middle Income Household

Bid Rent Curve for high Income Household

dl dm dh

Fig. 10 Urban Residential Land Allocation for Three


Different Types of Households
47
Rent/sq m

Bid Rent Curve for Young High Income

Bid Rent Curve for Low Income

Bid Rent Curve for Middle Income

Bid Rent Curve for Old High Income

dy dl dm do

Fig. 11 Urban land Allocation for Four Different


Types of Households
48 Rent/sq m

Bid rent Curve for High Income Household

Bid Rent Curve for Middle Income Household

Bid Rent Curve for low Income Household

dh dm dl

Fig. 12 Urban Residential Land Allocation in


Developing Country Cities
49

Rent/sq m

Bid rent Curve for Low Income Household

Bid Rent Curve for high Income Household

Bid Rent Curve for Middle Income Household

dl dm dh

Fig. 13 Environmental Variations


50
Rent/sq m

Bid rent Curve for Low Income Household

Bid Rent Curve for high Income Household

Bid Rent Curve for Middle Income Household

dl NML dm dh

Fig. 14 Derelict Urban Land


52

Aplikasi perkotaan
• Untuk x = 0 maka y = c artinya komoditas
dengan pendapatan netto per unit luas (p)
terbesar akan menggunakan lahan paling
intensif dan berlokasi di pusat kota
• Untuk kasus perumahan misalnya,
kecenderungan apartemen bertingkat
berlokasi di sekitar pusat kota diikuti
perumahan berkepadatan tinggi. Perumahan
berkepadatan rendah berlokasi paling jauh
dari pusat kota
53

Pola guna lahan yangterbentuk


• Fungsi hinterland adalah untuk melayani kota
• Barang yang paling mudah rusak dan paling sulit diangkut diproduksi
lebih dekat ke kota, dan berlaku sebaliknya
• Harga lahan menurun seiring dengan jarak yang semakin jauh dari
kota
54
Bagaimana bentuk kurva, batas wilayah tanam, dan pola guna lahan
yang terbentuk?

• Permintaan internasional meningkat → harga pasar hasil panen


• Harga pupuk naik → biaya produksi naik
• Tarif angkutan turun
• Terdapat beberapa komoditas: sayuran, padi, dan ternak
• Terdapat guna lahan non-pertanian
55

Bagaimana tatanan lokasinya menurut model von Thunen?


57

Referensi
• Anderson, W.P (2012) Economic Geography (bab 17). New York: Routledge
• Edwards, ME. (2007) Regional and Urban Economics and Economic Development
(hlm 255-261). Boca Raton: Auerbach Publications
• McCann, Philip. 2013. Modern Urban and Regional Economics (hlm 107-113).
Oxford: Oxford University Press.
58

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai