e = biaya memindahkan
output dari M ke B
f = biaya terminal di B
g = biaya memindahkan
output dari B ke C
h = biaya terminal di C
M – B diangkut dengan Kapal dengan biaya b ;
e
B – C diangkut dengan KA dengan biaya d ;
g
Assembly cost → a + b + c + d
Kurva paling atas = biaya transportasi total & penjumlahan dari
2 kurva lainnya. Karena ada biaya terminal dan biaya
transhipment maka ada 3 titik minimum:
1. Kalau pabrik peti berlokasi di M maka biaya transport total = e +
f+g+h
2. Kalau pabrik peti berlokasi di B maka biaya transport total = a +
b+g+h
3. Kalau pabrik peti berlokasi di C maka biaya transport total = a +
b+c+d
Ketiga titik dengan biaya transport minimum tersebut memiliki
biaya transportasi total yang sama, dimana lokasi terbaik
tergantuk dari nilai masing-masing komponen biayanya, yang
mungkin berbeda-beda untuk kasus yang berbeda.
Biaya di pelabuhan (transhipment location) tergantung pada
perkembangan teknologi kepelabuhan dan perkembangan
teknologi transportasi.
Dalam penanganan kasus ini, pemecahannya tidak
lagi menggunakan gambar 2 dimensi, tapi 3 dimensi.
Kasusnya berawal dari keberadaan 2 raw material (N1
dan N2) yang akan dipasarkan di 1 tempat/ kota (C ).
Jika jarak antara raw materials sama, maka tidak
akan jadi masalah dalam biaya transportasi. Tapi jika
jarak N1 ke C tidak sama antara N2 ke C maka baru
terjadi masalah biaya transportasi dan masalah
persaingan bisnis.
Berangkat dari permasalahan ini, william allonso
mencoba memecahkan kasus tsb dengan
mendefinisikan permasalahannya dalam bentuk
gambar berikut
Pertama-tama yang perlu diperhatikan → menstandarisasi ukuran
jumlah (Quantitas) bahan baku untuk setiap unit hasil produksi (peti
baja).
Misalkan untuk membuat 1 peti baja diperlukan 2 ton N1 & 1 ton N2.
Biaya terminal = $ 1 per ton bahan baku (baik untuk N1/N2).
Diket: biaya angkut bahan baku N1 = $ 0,67 per ton per 100 km. Sedangkan
biaya angkut N2 = $ 1 per ton per 100 km. Jadi biaya angkut untuk
bahan baku N1 & N2 per unit peti baja = $ 1,34 + $ 1 = $ 2,34 per unit
output per 100 km. Biaya terminal bahan baku per unit hasil produksi =
$ 3. Biaya angkut output $ 1 per ton per 100 km, atau $ 3 per unit per
100 km.
Bahan baku N1 didatangkan dari lokasi M1 dan bahan baku N2
dari M2. Selanjutnya digambarkan disekeliling M1 biaya transpor
bahan baku (2 ton) untuk setiap unit produk (peti baja)
diperlihatkan dengan garis perjalanan (trips). Kurva ini disebut
isotim.
Isotim → garis (kurva) yang menghubungkan titk-titik sekeliling
N1 yang memiliki biaya transpor yang sama.
Sekitar M2 juga digambarkan kurva isotimsnya (dengan kurva
yang terputus-putus). Lingkaran garis putus-putus dengan titik
pusat di C memperlihatkan isotim hasil produksi. Semuanya
dengan harga (nilai) seperti yang tertera pada tabel.
Biaya transpor total pada setiap titik adalah jumlah isotims,
misalnya pada titik X: biaya untuk mengangkut 2 ton N1 adalah
$ 10,1 ton N2 $ 4 dan 1 unit hasil produksi ke kota C $ 8. Total
biaya transpor di lokasi X dapat dihitung yaitu $ 10 + $ 4 + $ 8 =
$ 22. Bila dipetakan, maka kita akan memperoleh titik-titik atau
lokasi-lokasi dengan total biaya transpor yang sama.
Garis-garis yang menghubungkan titik-titik (lokasi) dengan total
biaya transportasi yang sama → Isodapanes
Lokasi pabrik terbaik = lokasi yang memiliki total biaya transpor
minimum (Minimum Isodapan) = Titik A terletak di dalam
isodapan $ 20.
Biasanya titik total biaya transpor minimum ini tidak terletak di
salah satu lokasi bahan baku ataupun di lokasi pasar hasil produksi,
tetapi berada di antaranya (Intermediate Point).
Lokasi intermediate A = titik minimum relatif dibandingkan dengan
total biaya transpor di titik-titik lainnya.
Jika di M1, BT = $ 10 (dari M2) + $ 9 (dari C) = $ 19
Jika di M2, BT = $ 14 (dari M1) + $ 10 (dari C) = $ 24
Jika di C, BT = $ 10 (dari M1) + $ 8 (dari M2) = $ 18