Anda di halaman 1dari 11

BEBERAPA TEORI-TEORI LOKASI DAN TATA RUANG WILAYAH

3.1 Teori Lokasi Von Thunen


Inti pembahasann Von Thunen adalah mengenai lokasi dan spesialisasi pertanian.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang digunakan yaitu (a) wilayah model yang terisolasikan
(isolated state) adalah bebas dari pengaruh pasar kota-koat lain, (b) wilayah model
membentuk tipe pemukiman perkampungan di mana kebanyakan keluarga petani hidup pada
tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar diseluruh wilayah, (c) wilayah model
memiliki ilkim, tanah topografi yang seragam atau uniform ( produktivitas tanah secara fisik
adalah sama ), (d) wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relative
seragam dan (e) faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan,
maka dapat dianalisis bahwa sewa lahan merupakan hasil persaingan antara berbagai jenis
pengguna lahan.
Pada Gambar 3-1.a dapat dilihat bahwa fungsi sewaan menurun dengan bertambahnya
jarak dari pusat kota. Dimisalkan hanya terdapat empat jenis penggunaan lahan yang
bersaingan (yaitu a,b,c,d) dan bahwa fungsi sewa lahan jarak adalah linear. Keempat fungsi
sewa lahan tersebut bertumpangan dan berpotongan satu sama lainnya dalam diagram. Pola
kegiatan a menempati antara O dan A, kegiatan b menguasai antara A dan B, kegiatan c
antara B dan C, sedangkan kegiatan d menduduki menduduki tempat yang terjauh yaitu antara
C dan D. Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin dekat letaknya dengan pasar
penjualan atau pusat kota, berarti semakin tinggi sewa lahannya dan semakin berkurang pula
biaya transportnya. Sewa lahan pada suatu lokasi tertentu diukur oleh manfaat biaya transport
yaitu perbedaan biaya transport pada lokasi tersebut dan pada perbatasan wilayah suplai.
Berdasarkan pada model penggunaan lahan di atas (concentric zones) maka dapat
dijabarkan dari bentuk linear kepada pengertian areal dengan cara memutar OD mengitari titik
O sebagai pusat pada gambar 3-1 B, dengan demikian dapat disusun suatu kawasan konsentris
yang terbentuk cincin-cincin pola penggunaan lahan (sewa lahan) dan didasarkan pula pada
aksesibilitas relative. Jadi lokasi berbagai jenis produksi pertanian ditentukan oleh kaitan
antara harga komoditas pertanian dalam pasar dan jarak antara produksi dengan pasar
penjualan. Kegiatan yang mampu menghasilkan panen fisik tertinggi per hektar ditempatkan
pada kawasan konsentris yang pertama disekitar kota, karena keuntungan yang tinggi per
hektar memungkinkan untuk membayar sewa lahan yang tinggi. Kawasan produksi
berikutnya adalah kurang intensif dibandingkan dengan yang pertama, demikian seterusnya.
Menurut Von Thunen, produsen tersebar di daerah luas, sedangkan pembeli-pembeli
terkonsentrasi pada titik sentral (buyers concentrade, seller dispersed). Titik sentral pada
umumnya merupakan kota dan tidak terdapat perbedaan lokasi diantar sewa lahan diantara
para pembeli didalam kota.
Gambar 3.1 a. Fungsi sewa lahan dari beberapa macam penggunaan

Gambar 3.1b. Cincin-cincin pola penggunaan lahan

Semua pembeli membayar suatu harga tertentu, tetapi untuk penghasilan bersih di
antara para produsen berbeda-beda, tergantung pada jaraknya dari pusat konsumsi. Model
Von Thunen ini termasuk dalam kategorii satu unit pasar dan banyak unit produksinya. Jika
terdapat kenaikan biaya transport, maka harga barang akan naik, dan sebaliknya penurunan
biaya transport akan menurunkan harga pasar dan memperbessar penjualan. Manfaat dari
penjualan yang bertambah tersebut akan dinikmati oleh para penjual yang jaraknya lebih jauh,
yang berarti lebih banyak penjual yang melayani suatu pasar, maka akibatnya permintaan
meningkat pula.
Gamabar 3.2 memperlihatkan bahwa penjualan tersebar di sepanjang garis LL, dan
semua pembeli terkonsentrasi pada M. biaya produksi dan tingkat biaya transport per unit
jarak adalah konstan. MZ adalah harga yang dibayar oleh setiap pembeli pada M. untuk
seorang penjual pada jarak NM dari pusat konsumsi harganya adalah PN. Penjual-penjual di
sebelah kiri X dan di sebelah kanan Y tidak dapat melayani pasar X dan Y adalah batas
wilayah suplai yang terjauh. Jika biaya transport diturunkan, maka lengan (lereng) XZ dan YZ
menurun kemiringannya, batas terjauh dari wilayah pasar sekarng menjadi X1 dan Y1 harga
yang dibayar oleh pembeli turun menjadi MZ1 penjual yang terletak pada AA menderita dan
sebaliknya manfaat dari turunnya biaya transport akan dinikmati oleh para penjual yang
berada di luar AA.
Meskipun model Von Thunen dapat dikatakan masih sangat sederhana, tetapi
sumbangan pemikirannya terhadap ilmu pengembangan wilayah cukup penting yaitu
mengenai penentuan kawasan (zoning) menurut berbagai jenis kegiatan usaha (pertanian).

Gambar 3.2 Wilayah pasar : pembeli terpusat dan penjual tersebar

3.2. Teori Lokasi Optimum Dan Aglomerasi Industri (Alfred Weber)


Weber menekankan pentingnnya biaya transport faktor pertimbangan lokasi. Teori
Weber sebenarnya menentukan dua kekuatan lokasional primer yaitu orientasi transport dan
orientasi tenaga kerja. Pada dasarnya pengusaha itu mempuyai kebebasan untuk
menempatkan industri atau pabriknya. Dalam kerangka ini semua variabel biaya produksi
seperti upah buruh, manajemen dan lainnya dianggap tidak menunjukkan variasi secara
spasial, berarti harga faktor produksi adalah sama di mana-mana. Bagaimana pengusaha akan
meminimisasikan biaya transport ? Biaya transport dianggap sebagai suatu variabel penting
dalam penentuan lokasi industri. Asumsi yang sederhana ditetapkan yaitu tingkat biaya
transport adalah flat berdasarkan pada berat muatan dan fasilitas transportasi tersedia ke
segala jurusan.
Dalam mengembangkan teorinya Weber mengitroproduksikan beberapa konsep pokok
yakni indeks material (material index), berat lokasional (locational weight) dan isodapan
kritis. Indeks material adalah perbandingan berat bahan baku dan berat hasil akhir. Berat
lokasional adalah berat total dari semua barang (meliputi hasil akhir, bahan baku, bahan bakar
dan sebagainya ) yang harus diangkut ke dan dari tempat produksi untuk setiap satuan
keluaran. Dalam pengertian umum, industri dengan indeks material kurang dari 1 (mengalami
penambahan berat atau weight gaining misanya industri perabot rumah tangga, maka lokasi
industrinya akan tertarik mendekat pasar dan sebaliknya bila indeks material lebih besar dari 1
(mengalami penyusunan berat atau weight loosing misanya industri barang-barang tambang
demikian pula barang-barang yang mengalami penyusutan volume atau bulk loosing seperti
pabrik Gula ), maka lokasi industrinya cenderung mendekati sumber bahan baku. Jika unsur
berat dan volume tidak memengang peranan yang berarti (misalnya industri tekstil), maka
lokasi industrinya dapat diletakkan diantara sumber bahan baku dan pasar (flootloose
industries). Industri dengan berat lokasional tinggi akan tertarik pada sumber bahan baku
sedangkan industri dengan berat lokasional rendah cenderung mendekati pasar.
Terdapat kemungkinan terjadinya deviasi atau penyimpangan lokasi industri dari titik
biaya transport minimum, misalnya lokasi industri mendekati lokasi tenaga kerja yang murah,
hal ini masih dapat dipertanggungjawabkan jika penghematan dalam faktor per unit (upah
buruh) lebih besar atau paling sedikit sam dengan tambahan total biaya transport (lihat
Gamabr 3.3). jika selisih antara tambahan total biaya transport sama dengan keuntungan biaya
non transport yang dapat diperoleh pada suatu tempat alternative, maka tempat tersebut
berada pada isodapan kritis. Jika tersebut merupakan lokasi produksi yang lebih efisien
daripada titik biaya minimum.

Gambar 3.3 Penyimpangan (deviasi) dari orientasi transport

Kedua konsep berat lokasional dan isodapan kritis dapat digunakan untuk menjelaskan
teori Weber tentang aglomerasi industri. Weber adalah seorang ahli teori lokasi yang pertama
membahas mengenai aglomerasi secara eksplisit, secara diagramatik (perhatikan Gambar
3.3b) terdapat tiga unit produksi yaitu P1, P2 dan P3 masing-masing berlokasi ditempat biaya
transport minimumnya. Ketiga unit produksi tersebut berdekatan letaknya sehingga isodopan
kritisnya berpotongan satu sama lainnya, hal ini berarti terjadi aglomerasi. Tempat aglomerasi
yang menguntungkan terletak didalam segmen bersama A dari ketiga lingkaran isodopan
kritis tersebut, karena produksi pada setiap titik di dalamnya adalah lebih murah dari pada
ketiga lokasi transport minimum yang terletak diluar segmen bersama A .
Secara teoritik tempat optimal adalah tempat di mana biaya transport bagi kombinasi
keluaran adalah total adalah yang paling rendah. Dalam praktek, hal ini berarti bahwa yang
terbesar di antara ketiga perusahaan tersebut akan menarik perusahaan yang lebih kecil ke
lokasi di dalam segmen yang lebih dekat pada titik biaya transport minimumnya perusahaan
terbesar tersebut. Karena perubahan posisi lokasi yang harus dilakukan oleh perusahan
terbesar adalah lebih kecil kemungkinannya dari pada yang harus dilakukan oleh perusahan
kecil lainnya, maka deviasi total dari titik biaya transport minimum dapat dikatakan kecil saja
kemungkinannya.
Gambar 3.3a Isodopan kritis tidak berpotongan tidak terjadi aglomerasi

Gambar 3.3b Daerah aglomerasi potensial disebabkan oleh penghematan lokasional

Pemikiran Weber telah memberikan sumbangan ilmiah banyak aspek. Pertama, Weber
berusaha untuk menetapkan lokasi yang optimal dalam arti pemilihan lokasi yang mempuyai
biaya minimal, meskipun dalam hal ini pengaruh permintaan tidak diperlihatkan. Lokasi
dengan biaya minimal tersebut mungkin berorientasi pada tersedinya tenaga kerja atau
transportasi ataupun ditentukan oleh keuntungan yang ditimbukan oleh aglomerasi. Kekuatan
aglomerasi terdiri atas minimum besarnya pabrik efisien dan keuntungan eksternal. Kekuatan
industri dan kegiatan lainya harus dipahami sepenuhnya untuk dapat menganalisis
perkembangan wilayah dan khususnya pertumbuhan daerah urban. Kedua, Weber merupakan
pencetus teori lokasi yang dapat digunakan sebagai teori umum digunakan untuk pemilihan
lokasi industri meskipun pendekatannya masih secara deskriptif dan kasar, tetapi ia telah
menjelaskan terjadinya evolusi ekonomi tata ruang dalam arti munculnya strata yang sukses
seperti pembagunan industri (pusat kegiatan ekonomi), terjadinya urbanisasi dan struktur
masyarakat kota dianggap mempuyai kedudukan yang lebih tinggi dari strata pertanian.
Walaupun teori Weber mempunyai kelemahan tetapi kontribusinya secara esensial
dalam pengembangan wilayah dapat dicatat, bahwa ia merupakan perintis dalam analisis
lokasi yaitu mengenai munculnya pusat kegiatan ekonomi (industri). Pusat kegiatan ekonomi
tersebut yang kemudian diidentifikasikan sebagai wilayah nodal (pusat perkotaan ). Dapat
dicatat pula bahwa Weber telah mengembangkan pula dasar analisis pasar model Weber
termasuk kategori satu unit produksi satu unit pasar ataupun banyak unit produksi unit pasar.
Gejala aglomerasi lokasional kemudian diperluas oleh Hoover (1984), terutama dikaitkan
dengan keuntungan urbanisasi yang ditimbukan oleh aglomerasi, yang dibedakan dengan
keuntunga lokalisasi. Aspek ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam analisis
aglomerasi. Keuntungan lokalisasi yaitu terkonsentrasinya perusahan yang termasuk dalam
industri yang sejenis pada suatu lokasi tunggal tertentu akan menimbulkan keuntungan yang
dinikmati oleh semua perusahaan tersebut.

3.3. Teori Tempat Sentral (Walter Christaller)

Walter Christaller mengintroduksikan teori tempat sentral (central place). Inti pokok
tempat sentral adalah menjelaskan model hirarki perkotaan (urban hierarchy). Model
christaller dinyatakan sebagai suatu sistem geometric yang dikenal dengan nama “Sistem
K=3” di mana K ditetapkan secara arbifrer sebagai huruf indeks yang digunakan untuk notasi
pola pemukiman.
Christaller menggunakan asumsis-asumsi sebagai berikut :
1. Wilayah model merupakan dataran tanpa roman, tidak memiliki raut tanda khusus baik
alamiah maupun buatan manusia.
2. Perpindahan dapat dilakukan ke segala jurusan, suatu situasi yang dilukiskan sebagai
permukaan isotropic.
3. Penduduk serta daya belinya tersebar merata diseluruh wilayah.
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak
Berdasarkan asumsi diatas, Christaller mengembangkan pemikirannya menyusun
suatu model wilayah perdangangan yang efisien yang berbetuk segi enam mengikuti tahap
berikut :
1. Mula terbentuk wilayah perdangangan berupa lingkaran di atas dataran. Apabila
lingkaran tersebut diletakan berdekatan satu sama lain maka kumpulan linkaran yang
paling efisien seperti ditunjukan dam Gambar 4.1.A dibelakang
2. Kemudian lingkaran tersebut saling bertumpang tindih (lihat gambar 4.1.B)
3. Akhirnya terbentuknya wilayah perdangangan yang berbentuk heksagonal yang
meliputi seluruh dataran tanpa tumpeng tindih menyerupai sarang lebahh aatu
honeycombs (gambar 4.1C)
Tiap wilayah perdangangan heksagonal memiliki pusat. Besar kecilnya pusat tersebut
adalah sebanding dengan besar kecilnya masing-masing heksagonal. Heksagonal yang
terbesar memiliki pusat yang besar sedangkan heksagonal yang terkecil memiliki pusat yang
terkecil. Dalam keseimbangan jangka panjang seluruh wilayah sistem sudah tercakup yang
berbentuk wilaya heksagonal yang besarnya berbeda-beda dan saling bertinndih satu sama
lain. Susunan hirarki ini membentuk model pola pemukiman sistem K-3 (lihat gambar 4.2)
Proses timbulnya wilayah perdangangan heksagonal ;(A) Wilayah Perdangangan yang terdiri
dari lingkaran yang berdempet satu sama lain, (B) Lingkaran yang bertumpang tindih (C)
Wilayah perdangangan yang berbetuk heksagonal menutupi seluruh dataran tanpa tumpeng
tindih.
Gambar 4.1 Proses timbulnya wilayah perdangangan heksagonal (A) wilayah perdangangan
yang terdiri dari lingkaran yang berdempet satu sama lain, (B) lingkaran yang
bertumpang tindih, (C) wilayah perdangangan yang berbentuk heksagonal
menutupi seluruh dataran tanpa tumpeng tindih.

Gambar 4.2 Suatu bagian dari pola pemukiman K=3 menurut Christaller. Hanya tiga
tingkatan yang paling besar dari pusat heksagonal yang dapat dilihat pada
diagram

Secara horizontal model Christaller menunjukkan kegiatan manusia yang terorganisasikan


dalam tata ruang geografi dan tempat sentral (pusat) yang lebih tinggi ordenya mempunyai
wilayah perdangangan atau wilayah pelayanan yang lebih luas.
Teori tempat sentral untuk sebagian bersifat positif karena berusaha menjelaskan pola
actual arus pelayanan jasa dan untuk sebagian lagi bersifat normative karena berusaha
menentukan pola optimal distribusi tempat sentral. Keduanya mempuyai kontribusi pada
pemahaman interrelasi spasial dan mengenai kota-kota sebagai sistem di dalam sistem
perkotaan.

3.4. Teori Kerucut Permintaan (August Losch)

Teori Losch merupakan perluasan teori tempat sentral yang diformulasikan oleh
Christaller (1933). Dalam kupasan berikut perlu dijelaskan lebih rinci tentang kerangka dasar
pemikiran Losch dan akan ditunjukan pula perbedaan antara model Losch dan model Von
Thunen.
Dalam mengembangkan modelnya Losch menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai
berikut :
1. Tidak terdapat variasi dalam biaya dan tidak ada perbedaan spasial dalam sumberdaya
termasuk tenaga kerja dan modal diseluruh wilayah berdasar anggapan ini maka lokasi
perusahaan dapat ditempatkan dimana saja.
2. Penduduk tersebar merata, anggapan dianggap uniform,cita rasa konstan dan
perbedaan pendapatan diabaikan.
3. Wilayah pasar dan permintaan terhadap barang hasil suatu perusahaan tidak
dipengaruhi oleh lokasi perusahaan saingannya.
Penentuan wilayah pasar dan kerucut permintaan (demand Cone) dijelaskan sebagai
berikut Jika cara hidup petani adalah sama maka kurva permintaan seorang petani dapat
dianggap mewakili semua petani. Bila d (gambar 8.1) dianggap sebagai kurva permintaan
individual untuk komoditas bir (kurva petani di Jerman), maka OP adalah harga pada pusat
produuksi P. Jumlah permintaan setiap penduduk pada pusat tersebut adalah sebesar PQ,PR
adalah biaya pengakutan dari P ke R, jumlah permintaan penduduk di R adalah RS. Pada titik
F biaya pengangkutan adalah PF hal ini berarti tidak ada bir yang terjual . PF adalah
maksimum biaya pengangkutan bir dan jumlah permintaan dalam radius tersebut adalah
sebesar volume kerucut yang dapat diperoleh dengan memutar segitiga PQF disekitar PF
sebagai poros, maka wilayah pasarnya berbentuk lingkaran (gambar 8.2) wilayah penjualan
bir adalah lingkaran dengan radius PF (jarak optimum).
Berdasarkan wilayah pasar (Gambar 5.3) membentuk jaringan wilayah pasar (Gambar
5.4.A). segitiga hitam yang terletak di luar lingkaran berarti tidak terjangkau oleh pemasaran
barang yang diprosuksikan pada pusatnya. Agar supaya pemasaran barang hasil dapat
menjangkau ke seluruh penjuru, maka bentuk lingkaran tersebut berubah menjadi segi enam
atau heksagon (Gambar 5.4.B). Heksagon merupakan bentuk paling menguntungkan bagi
wilayah perdangan. Selanjutnya beberapa jaringan wilayah pasar membentuk suatu sistem
wilayah pasar (Gambar 5.5)
v
Gambar 5.1 Permintaan Gambar 5.2 Kerucut permintaan

Gambar 5.3. Wilayah pasar sederhana

Gambar 5.4 Wilayah jaringan pasar


Gambar 5.5 Sistem wilayah pasar

Gambar 5.6 Cerobong harga

Dilihat dari urutan tahap-tahapnya menurut Losch terdapat tiga jenis wilayah ekonomi
yaitu pasar sederhana, jaringan wilayah pasar dan sistem wilayah pasar . Wilayah pasar
individual tersebut nampaknya sangat sederhana dan sangat tergantung pada perdagangan
sedangkan sistem wilayah pasar sangat kompleks, walaupun merupakan bentuk sangat ideal
yang menekankan pada swesembada akan tetapi sulit dijumpai dalam kenyataan. Kenyataan
menunjukkan bahwa banyak komoditas diproduksikan dan diperdagangkan diluar lingkup
sistem,maka terjadilah wilayah yang sangat umpang tindih.
Teori umum Losch ternyata tidak cukup umum,beberapa alasannya adalah sebagai
berikut :
1. Losch menganggap terdapat kebebasan melakukan produksi penjualan dan harga
komoditas secara terpisah sehingga ekonomi spatial digambarkan sebagai beberapa
sektor independen dari pada sebagai kesatuan secara utuh.
2. Stabilitas keseimbangan tergantung pada adanya wilayah pasar heksagonal yang
diperlukan untuk menjamin pemanfaatan semua tata ruang sedangkan wilayah bundar
merupakan bentuk wilayah pasar yang sangat menguntungkan. Losch mengatakan
bahwa bentuk bundar akan ditekankan menjadi bentuk segi enam oleh kekuatan pasar
atau persaingan.
3. Asumsi biaya produksi uniform dan pabrik tersebar merata secara spasial adalah
bertentangan dengan realitas dalam ekonomi spasial. Teori Losch tidak berhasil
menjelaskan timbulnya keecenderungan kuat dalam masyarakat bagi perusahaan untuk
berkonglemerasi bersa-sama karena pertimbangan penghematan aglomerasi dan
ketergantungan lokasi.
Walaupun teori Losch dalam beberapa segi tidak memuaskan akan tetap Losch telah
merintis analisis tata ruang,oleh karena itu tidak dapat disangkal bahwa ahli-ahli teori lokasi
dan ahli ekonomi regional melalaikan hasil pekerjaan Losch. Model Losch berbeda dengan
model von Thunen karena orientasinya berbeda. Losch menekankan pada kegiatan
sekunder,sedangkan von Thunen menitikberatkan sektor pertanian. Lokasi produksi industri
berbeda dengan lokasi produksi pertanian. Wilayah produksi pertanian merupakan daerah luas
sedangkan wilayah produksi berbentuk titik-titik. Lokasi terbaik untuk konsumsi barang
industri adalah kota, sedangkan lokasi terbaik untuk konsumsi bahan pangan diperlihatkan
oleh distribusi penduduk yang merata.

Anda mungkin juga menyukai