Anda di halaman 1dari 8

POLA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK KOTA

 Suatu kota dapat tercipta karena proses pertumbuhan dan


perkembangan fungsinya (Kota tumbuh)
 Kota juga dapat dibuat/ diciptakan dengan konsep dan fungsi
tertentu (seperti kota-kota baru yang muncul saat ini, contoh BSD)
 Kota merupakan lingkungan binaan yang bersifat dinamis dan
selalu akan berkembang. Perkembangan fisik kota secara garis
besar dapat dibagi 3:
1. Perkembangan horizontal
Cara perkembangannya mengarah ke luar. Artinya
daerah bertambah, sedangkan ketinggian dan
kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap sama.
Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pinggir
kota, dimana lahan masih murah dan dekat jalan raya
yang mengarah ke kota (dimana banyak keramaian).
Perkembangan fisik kota
2. Perkembangan vertikal
Cara perkembangannya mengarah ke atas. Artinya daerah
pembangunan dan kualitas lahan terbangun tetap sama,
sedangkan ketinggian bangunan bertambah. Perkembangan
dengan cara ini sering terjadi di pusat kota, dimana harga
lahan mahal dan di pusat-pusat perdangan yang memiliki
potensi ekonomi.

3. Perkembangan interstisial
Cara perkembangannya mengarah ke dalam. Artinya daerah dan
ketinggian bangunan rata-rata tetap sama, sedangkan
kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah.
Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota
dan antara pusat kota dengan pinggiran kota yang
kawasannya sudah dibatasi dan hanya dapat dipadatkan.
Perkembangan Dasar di Dalam Kota

a. Perkembangan b. Perkembangan c. Perkembangan


Horizontal Vertikal Interstisial
Sumber: Perancangan Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 1999:25)
URBAN SPRAWL
 Kebutuhan ruang di dalam kota terus meningkat, sementara ruang itu
sendiri terbatas.
 Pemenuhan kebutuhan ruang akhirnya di daerah pinggiran kota, sehingga
terjadi pengambil alihan lahan non urban oleh penggunaan lahan urban
di daerah pinggiran → invasion.
 Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar → urban
sprawl. Ada pendapat beberapa ahli mengenai urban sprawl :
1. Menurut Northam (1975)
Urban sprawl refers to the areal expansion of urban
concentrations beyond what they have been. Urban sprawl
involves the conversion of land peripheral to urban centers
that has previously been used for non urban uses to one or
more urban uses
 Menurut Harvey and Clark (1971)
Urban sprawl refers to continous expansion around large
cities, where by there is always a zone of land that is in the
process of being converted from rural to urban use
3 Macam Proses Perluasan Areal Perkotaan
(Urban Sprawl)
1. Concentric development/ low density continous development (perembetan
konsentris)
Perembetan ini merupakan perembetan areal perkotaan yang paling lambat.
Perembetan berjalan perlahan-lahan pada semua bagian luar kenampakan fisik
kota. Karena sifat perembetannya yang merata di semua bagian luar
kenampakan kota, maka kenampakan morfologinya membentuk morfologi kota
yang relative kompak. Disini peranan transportasi tidak begitu besar.
2. Ribbon development/ linear development/ axial development (perembetan
memanjang)
Perembetan ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal perkotaan di semua
bagian sisi-sisi luar daerah utama kota. Perembetan paling cepat di sepanjang
jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial dari pusat
kota)
3. Leap frog development/ checker-board development (perembetan meloncat)
Perembetan ini menurut pakar lingkungan paling merugikan, tidak efisien dalam arti
ekonomi, tidak mempunyai nilai estetika, dan tidak menarik. Perkembangan kota
terjadi berpencar secara sporadic dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian.
Klasifikasi Urban Sprawl

1. Concentric 2. Ribbon 3. Leap frog


development/ low development/ development/
density continous linear checker-board
development development/ development
(perembetan axial development (perembetan
konsentris) (perembetan meloncat)
memanjang)
Sumber: Struktur Tata Ruang Kota, Hadi Sabari Yunus, 2001.
URBAN SPRAWL
Sementara itu menurut Russwurm (1980) urban sprawl
mencerminkan ekspresi keruangan dari kenampakan kota. Ia
membagi menjadi 4 kenampakan utama dan 6 kenampakan
kombinasi
Perembetan kenampakan kota/ urban sprawl mempunyai
ekspresi yang bervariasi. Ekspresi keruangan ini sebagian
terjadi melalui proses-proses tertentu yang dipengaruhi
faktor-faktor fisik dan non fisik.
Faktor fisik → keadaan topografi, geologi, geomorfologi,
perairan, dan tanah.
Faktor-faktor non fisik → kegiatan penduduk (politik, social,
budaya, teknologi), urbanisasi, peningkatan kebutuhan
ruang, peningkatan jumlah penduduk, dan sebagainya.
Klasifikasi Urban Sprawl Menurut Russwurm (1980)
Bentuk KOSENTRIS KONSTELASI MEMANJANG TERSERAK

KOSENTRIS

KONSTELASI

MEMANJANG

TERSERAK

Sumber: Struktur Tata Ruang Kota, Hadi Sabari Yunus, 2001.

Anda mungkin juga menyukai