(IMPI)
9 Nopember 2020
KESENJANGAN ANTAR WILAYAH
Kontribusi PDB Indonesia Menurut Wilayah
3, 8 8, 3
23,88%
2,33%
2,3
Potensi SDA Melimpah
Karakteristik Berbeda
7, 6
57,86% 2,55%
SISTIM PERENCANAAN DI INDONESIA
( UU 26 TAHUN 2007 )
Saat ini terdapat 8.451 peraturan pusat Infrastruktur: Belum memadai, utamanya
konektivitas
dan 15.965 peraturan daerah yang
Sumber Daya Manusia adalah kendala
menggambarkan kompleksitas dan Penghambat yang paling mengikat mengikat bagi pertumbuhan ekonomi jangka
obesitas regulasi di Indonesia. Pengambat yang mengikat menengah-panjang
Bukan penghambat mengikat
Sumber: Kemen Kumham per 23 Januari 2020 Penghambat yang paling mengikat
berikutnya
(Jika tidak diatasi, akan menghalangi
Indonesia untuk bersaing di era
digital dan beralih ke manufaktur
bertekonologi tinggi)
ALASAN PENTINGNYA RUU CIPTA KERJA
VERSI PEMERINTAH
4 Pemberdayaan UMKM
Undang-Undang dan Pasal
Terdampak
11 Klaster Pembahasan:
1. Penyederhanaan Perizinan
2. Persyaratan Investasi
3. Ketenagakerjaan
4. Kemudahan,
pemberdayaan, dan
Perlindungan UMK-M
dan Perkoperasian
5. Kemudahan Berusaha
6. Dukungan Riset & Inovasi
7. Administrasi Pemerintahan
8. Pengenaan Sanksi
9. Pengadaan Lahan
10.Investasi dan Proyek
Strategis Nasional
11. Kawasan Ekonomi
• kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya kepada pemerintah pusat apabila
pemerintah daerah belum membuat RDTR.
• Persoalan kapasitas.
• Potensi status quo dan potong kompas,
• Potensi menyerahkan urusan ke pusat
• Dampak pengendalian pemanfaatan ruang
Potensi Permasalahan
Penggantian “Izin Pemanfaatan Ruang”/ ”Perizinan” dengan“Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang” pada Pasal 1 angka 32; Pasal 20; Pasal 23; Pasal 35; Pasal 37; Pasal
60; Pasal 61; dan Pasal 69-71 UUPR 26/2007. Perlu kejelasan batasannya karena tidak
dikenal sebelumnya
Sistem
Pengendalian DEVELOPMENT CONTROL/ ZONING REGULATION/
PERMIT SYSTEM PERATURAN ZONASI
Pemanfaatan
Ruang
➢ Mengatur kegiatan pembangunan yang meliputi pembagian lingkungan kota
pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan, rekayasa, dalam zona-zona & menetapkan
pertambangan maupun kegiatan serupa lainnya dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
atau mengadakan perubahan penggunaan pada berbeda-beda (Barnett, 1982)
bangunan atau lahan tertentu (Khulball & Yuen, 1991)
➢ Memungkinkan tetap dilaksanakannya
pembangunan sebelum terdapat dokumen rencana
Dalam game theory dikenal kondisi Apa implikasinya jika KSP (Kawasan Strategis Provinsi
EQUILIBRIUM NASH dihapus)
→ pasal 24 dan Pasal 27 siapa yang bertanggung
Keadaan tertentu yang mengarah pada jawab terhadap kualitas kinerja antar
kondisi yang tidak diinginkan/diharapkan kabupaten/kota
→ Penyederhanaan produk (integrasi KLHS dengan
Perlu diuji, apakah RUU Cipta
proses Perencanaan TR) Pasal 18 angka 9
Kerja mengarah pada kondisi ini?
Pentingnya keselarasan: Perizinan bukan semata-mata
→ Bentuk/produk tata ruang
pengendalian, namun juga
→ Mekanisme pemanfaatan ruang
mengadministrasikan’
pembangunan;
→ Pengendalian pemanfaatan ruang
→ Problem mengadministrasian untuk
pembangunan yang disetujui oleh nasional,
Izin, suatu instrumen pemerintahan yang bersifat yuridis
preventif, yang digunakan sebagai sarana hukum namun tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat → Perubahan nomenklatur (risk based)
06 Validasi KLHS
Pasal 15 ayat (3) UU CK; Pasal 17 (poin 3) Pasal 17 (poin 4) UU CK: Pasal 8 ayat (1) huruf Pasal 17 (poin 9) UU CK: Pasal 14A ayat (4) UU Pasal 17 UU CK: Pasal 18 ayat (3), Pasal 23 ayat (7),
UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007 b dan c UU No. 26/2007 No. 26/2007 (8), (9), Pasal 26 ayat (8), (9), (10) UU No. 26/2007
Sebagai upaya percepatan penyelesaian Untuk percepatan pemenuhan peta ▪ Terobosan penetapan RDTR
RTR, pemerintah pusat memberikan dasar dalam penyusunan RDTR, dapat Kabupaten/Kota dari Perda ke
bantuan teknis dan bimbingan teknis mempergunakan Peta Dasar Lainnya Peraturan Kepala
kepada pemerintah daerah. dengan ketelitian detail informasi Daerah/Bupati/Walikota.
sesuai dengan skala perencanaan RTR,
jika Peta RBI tidak tersedia. ▪ Untuk mempercepat penetapan RTR,
Bantuan Teknis kewenangan penetapan RTR oleh
Pemerintah Pusat, jika Pemerintah
Merupakan bantuan dari Daerah tidak melegalisasi RTR tepat
pemerintah pusat (berupa waktu pasca Persetujuan Substansi.
anggaran, tenaga ahli
perencana dan GIS) kepada
pemerintah daerah untuk
menyusun RTR
PETA RBI
Bimbingan Teknis
Penghapusan RTR Kawasan Strategis (KS)
Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk Merupakan proses pembinaan
menghindari tumpang tindih antar produk kepada pemerintah daerah
rencana tata ruang, sehingga kedapan hanya dalam menyusun tata ruang
mengenal satu bentuk rencana umum sesuai melalui sosialisasi, klinik,
hierarki (nasional, provinsi dan kabupaten/ pendampingan, PETA DASAR
kota) dan 2 rencana rinci tata ruang asistensi/konsultansi LAINNYA Penetapan oleh Pemerintah Pusat
(Kawasan Strategis Nasional dan RDTR).
02 Integrasi RTR
Ruang
Udara
Ruang
Darat
Ruang
Laut
Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang
Ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan
Dalam nasional yang mencakup ruang darat, ruang
Bumi
laut, dan ruang udara, termasuk ruang dalam
1. Pasal 18 (ayat 2) UU CK: Pasal 7A UU No. 27/2007; Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014; bumi menuju
Satu Produk Rencana Tata Ruang
Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (6), (7) UU No. 26/2007
2. Pasal 17 (ayat 10) UU CK: Pasal 17 ayat (5) UU No. 26/2007; Pasal 36 (poin 1) UU CK: Pasal 15 ayat (2) UU No. 41/1999
3. Pasal 15 ayat (3) UU CK; Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007
02 Kerangka Integrasi RTR
IGT dan IGD 1 : 50.000/ 1 : 25.000 1 : 50.000 / 1 : 25.000 Perda RTRW Kabupaten/Kota
Kawasan Hutan
Lindung dan
Hutan Produksi
Terbatas
Kawasan
Permukiman
Perkotaan
Kawasan Industri
Legenda:
Kawasan
Perkebunan
Rencana Zonasi
Wilayah Perairan
Pasal 18 (ayat 2) UU CK: Pasal 7A UU No. 27/2007 Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014 Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (6), (7) UU No. 26/2007
Kedepan, perencanaan ruang menuju ‘One Spatial Planning Policy’ yang mengintegrasikan seluruh pengaturan ruang
sektoral ke dalam 1 produk hukum Rencana Tata Ruang.
02 Integrasi RTR
seluruh produk RTR harus terintegrasi, termasuk dengan: UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan
One
1 Pengaturan penataan ruang pesisir dan perairan
Spatial
UU No. 27 Tahun 2007, termasuk
2 Pengaturan penataan ruang kehutanan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Planning
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Policy
3 Pengaturan penataan ruang berdasar hierarki penataan ruang Pulau-Pulau Kecil
Kedepan, perencanaan ruang menuju ‘One Spatial Planning Policy’ yang mengintegrasikan seluruh pengaturan ruang
sektoral ke dalam 1 produk hukum Rencana Tata Ruang.
02 Integrasi RTR dengan Rencana Zonasi Wilayah Perairan
02 Integrasi RTR dengan Kawasan Hutan
APL
Diintegrasikan ke dalam
Rencana Tata Ruang
Perubahan Delineasi Kawasan Hutan
Pasal 18 (ayat 2) UU CK: Pasal 7A UU No. 27/2007
Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014 Pasal 17 (ayat10) UU CK: Pasal 17 ayat (5) UU No. 26/2007
Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (6), (7) UU No. 26/2007 Pasal 36 (ayat 1) UU CK: Pasal 15 ayat (2) UU No. 41/1999
Penyelarasan pengaturan pada revisi PP No. 15/2010 sesuai pengaturan UU CK. Penyelarasan pengaturan pada revisi PP No. 15/2010 sesuai pengaturan UU CK.
05 Keterlibatan DPRD dalam Penyusunan Produk RTR
Proses penetapan produk RTR dapat dipercepat sejak Persub ditandatangani apabila DPRD
dilibatkan dari awal pembahasan Materi Teknis (Matek) dan Ranperda di Daerah
Perlunya pengaturan terkait proses Validasi KLHS agar lebih efisien dan mendukung
percepatan penyusunan produk RTR
1. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.
2. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota.
Pengaturan lebih lanjut terkait validasi KLHS tanpa menghilangkan kewenangan KLHK pada RPP
07 Pengaturan Kelembagaan Forum/Komite Tata Ruang
16