Anda di halaman 1dari 5

PAPER BIROKRASI & GOVERNANSI PUBLIK

“Bagaimana sebaiknya pelaksanaan Good Governance di Indonesia berdasarkan Moral


Pancasila dan Bagaimana Hubungan komponen Moralitas Pancasila terhadap
pelaksanaan Good Governance di Indonesia beserta contohnya”

Oleh
Nama : Komang Wahyu Nurani
NPM : 019.4.0005
Fakultas : Ilmu Administrasi

Universitas Panji Sakti Singaraja


Tahun Akademik 2021/2022
1.1 Pendahuluan
Etika dalam Penyelenggaraan Negara menjadi sangat penting mengingat kondisi bangsa saat
ini. Lemahnya Etika Penyelenggara Negara menjadi pintu masuk terhadap penyelenggaraan
pemerintahan koruptif yang jauh dari prinsip good governance dan clean governance.  Guna
membendung perilaku yang demikian, maka diperlukan pola pikir dan cara pandang yang
professional serta kesadaran untuk merubah menuju pengembangan praktik governance yang
baik yang dilandasi oleh kesadaran akan nilai-nilai moral dan etika birokrasi yang
berorientasi pada kepentingan publik.

Untuk mewujudkan Etika Penyelenggara Negara yang berintegritas selain melalui


pembangunan mental manusianya juga dapat dibangun melalui sistem penegakan etika
penyelenggara Negara, untuk itu diperlukan penajaman kembali terhadap beberapa
perdebatan baik yang berkenaan dengan makna dan ruang lingkup cakupan pengertian
penyelenggara Negara, lembaga yang memiliki otoritas menegakkan kode etik, serta
harmonisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur etika penyelenggara Negara
lintas sektoral.

Selain itu perlu memberikan pemahaman terhadap segenap Penyelenggara Negara bahwa
dalam penyelenggaran pemerintahan selain harus berdasar pada the Rule of Law, tidak kalah
pentingnya juga memperhatikan the Rule of Ethics.  Dalam konsepsi The Rule of
Law tercakup pengertian tentang kode hukum (code of law) atau kitab Undang-Undang
(book of law) yang menjadi landasan dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan,
sedangkan dalam konsepsi The Rule of Ethics tercakup pengertian kode etik (code of ethics)
atau kode perilaku (code of conduct) yang juga harus sejalan dengan pemahaman the Rule of
Law.

Untuk itu sangat penting sekali bagi Pemegang Jabatan dalam Pemerintahan untuk
merefleksikan kembali semangat ‘the rule of law and ethics, not of man’, yakni hukum dan
etika sebagai suatu sistem, bukan orang per orang (jabatan atau penjabat) yang mengaturnya.
Sehingga apabila hukum dan etika dijadikan ukuran dan pijakan dalam setiap pelaksanaan
kewenangan dalam Pemerintahan, maka akan sangat kecil kemungkinan terjadinya Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme dalam penyelenggaran Pemerintahan.

Dalam perspektif Negara hukum Pancasila, maka harus dipahami pula bahwa pancasila
bukan hanya merupakan sumber hukum (source of law), akan tetapi Pancasila juga sebagai
sumber etika (source of ethics).  Kedua perspektif hukum dan etika ini harus dijadikan
sumber referensi normative dan operasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sehingga Pancasila yang mengandung nilai-nilai universal inklusif tersebut dapat


mempersatukan kita semua sebagai bangsa dalam satu kesatuan system ideologi, falsafah,
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam usaha membangun demokrasi yang ditopang oleh
semangat the rule of law and rule of ethics secara berkesinambungan. 

Dengan adanya kesadaran akan norma hukum dan norma etika penyelenggara Negara
yang tercermin melalui sikap, perilaku, tindakan dan ucapan yang etis, maka akan
menghasilkan penyelenggara negara yang amanah, disiplin, teladan dan berakhlak mulia
sesuai dengan cita-cita Bangsa.

1.2 Isi/Pembahasan
Supardi dan Romli (2003) menyatakan bahwa Pancasila adalah moral, baik bagi perorangan
maupun bagi masyarakat, serta juga moral bagi para pemimpin mulai tingkatan yang paling
atas sampai yang paling bawah. Dengan perkataan lain bahwa etika hidup bagi para
pemimpin, perorangan maupun masyarakat dalam kehidupannya, perilaku, ucapannya, dan
sebagainya adalah berdasarkan Pancasila. Falsafah Pancasila yang digali dari bumi
Indonesia, dari kehidupan masyarakat Indonesia, yang merupakan kepribadiannya,
merupakan pandangan hidup bangsa.
Pancasila yang digali oleh para pendiri negara menjadi pandangan hidup bangsa dan
dasar negara memuat nilai-nilai luhur dan mendalam dari pribadi bangsa Indonesia. Pancasila
digali dari bumi Indonesia sebagai nilai moral yang sudah berlaku semenjak nenek moyang
menduduki tanah Indonesia, sudah merupakan etika perilaku hidup bangsa-bangsa. Pancasila
yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia
serta merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah dapat mengatasi
berbagai percobaan dan ujian sejarah, telah meyakinkan kita akan kebenaran dan
keampuhannya.
Bagi bangsa Indonesia Pancasila adalah merupakan dasar negara, merupakan landasan
idiil negara. Atas dasar itulah pemerintah Indonesia menjalankan kehidupan bernegara.
Semua ketentuan yang mengatur kehidupan bernegara didasari oleh Pancasila. Negara dalam
menjalankan kehidupan sehari-harinya dilaksanakan oleh pemerintah, lebih tegas lagi oleh
aparatur pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya itulah maka aparatur pemerintah selalu
berpegang teguh kepada Pancasila sebagai Etika Pemerintahan 39 etik pemerintahan secara
bulat dan utuh. Pancasila merupakan pedoman pelaksanaan kerja aparatur pemerintah dalam
kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia memiliki peranan penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbagai hal. Nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya mencerminkan kehidupan berbudaya dan berakhlak masyarakat Indonesia. Silasila
Pancasila memiliki makna tersendiri dalam setiap kehidupan masyarakat dan menjadi
pedoman kehidupan. Sebagai dasar falsafah negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber
derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas
terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hokum, serta sebagai kebijakan
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Pancasila bukanlah merupakan pedoman
yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-
nilai etika yang merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma
hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral
maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut
publik, pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius (sila 1)
serta moral kemanusiaan (sila 2). Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu
‘keadilan’ dalam hidup bersama (keadilan sosial) sebagaimana terkandung dalam sila 5,
adalah merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian
senantiasa harus berdasarkan atas hukum yang berlaku
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang
dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila 4). Oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal
mula kekuasaan negara. Oleh karena itu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada rakyat sebagai
pendukung pokok negara. Pada pelaksanaan pemerintahan sangat diperlukan sikap yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Seorang pemimpin harus mampu menjadi pemimpin yang
berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila agar dapat mengarahkan rakyat ke arah yang lebih
baik. Sikap takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung persatuan bangsa, adil,
bijaksana dan mampu mengayomi rakyat merupakan kunci menjadi seorang pemimpin yang
baik agar mampu menjadi pemimpin yang dapat menunjukkan etika pemerintahan dengan
baik. Etika pemerintahan harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara.
Para pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus
menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada
legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang
berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti
yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme,
penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan
dikalangan elit politik yang menjadi persoalan dalam pemerintahan.

1.3 Penutup
 Supardi dan Romli (2003) menyatakan bahwa Pancasila adalah moral, baik
perorangan maupun bagi masyarakat, serta juga moral bagi para pemimpin dari mulai
tingkatan yang paling atas sampai yang paling bawah. Dengan perkataan lain bahwa
etika hidup bagi para pemimpin, perorangan maupun masyarakat dalam
kehidupannya, perilaku, ucapannya dan sebagainya adalah berdasarkan Pancasila.
Falsafah pancasila yang digali dari bumi Indonesia, dari kehidupan masyarakat
Indonesia, yang merupakan kepribadiannya, merupakan pandangan hidup bangsa.
 Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika pemerintahan menuntut agar
kekuasaan dalam negeri di jalankan sesuai dengan: Asas legalitas ( legitimasi
hukum). Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokrasi)
Dilaksanakan berdasarkan prinsip–prinsip moral/tidak bertentangan dengannya
(legitimasi moral).
 Bagi bangsa Indonesia Pancasila adalah merupakan dasar negara. Semua ketentuan
yang mengatur kehidupan bernegara didasari oleh Pancasila. Negara dalam
menjalankan kehidupan sehari-harinya dilaksanakan oleh pemerintah, lebih tegas lagi
oleh aparatur pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya itulah maka aparatur
pemerintah selalu bepegang teguh kepada Pancasila sebagai kode etik pemerintahan
secara bulat dan utuh. Pancasila merupakan pedoman pelaksanaan kerja aparatur
pemerintah dalam kehidupan bernegara

Anda mungkin juga menyukai