PLASENTA PREVIA
Disusun oleh:
Farah Arviani Azzahra
120810021
Pembimbing:
dr Bogie Prabowo, Sp.OG(K)
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
BAB I LAPORAN KASUS............................................................................... 3
1. Identitas Pasien................................................................................... 3
2. Anamnesis.......................................................................................... 3
3. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 5
4. Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 7
5. Resume............................................................................................... 9
6. Diagnosis............................................................................................ 10
7. Penatalaksanaan.................................................................................. 10
8. Prognosis............................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 34
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan laporan
kasus obstetri ini dengan judul “Plasenta Previa“. Laporan kasus obstetri ini
diajukan untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ujian obstetri ini penulis banyak
menemukan kesulitan. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya laporan kasus ujian obstetri ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Bogie Prabowo, Sp.OG(K), selaku
penguji. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ujian
obstetri ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus
ujian obstetri ini. Akhir kata semoga laporan kasus ujian obstetri ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan umumnya.
Penulis
3
BAB I
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Desa Sukadana RT01/RW09 Kecamatan Pabuaran
Kabupaten Cirebon
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Perdarahan pervaginam
b. Riwayat penyakit sekarang
4
- Disminorhea : Tidak
- Banyak : 1-2 pembalut
- HPHT : 28-12-2020
- Taksiran Persalinan : 05-10-2021
g. Riwayat obstetri
- Riwayat paritas : 2x
Anak Ke Usia Proses Persalinan BBL
1 16 tahun Normal di bidan 3900 gram
2 8 tahun Normal di bidan 3300 gram
- Riwayat Abortus : disangkal
- Riwayat Infeksi Nifas : disangkal
- Riwayat Penyulit Kehamilan : disangkal
h. Riwayat ANC
- Kontrol kehamilan (ANC) 7x di Bidan
- Imunisasi TT (+) 1x
- USG (+) 3x di dr Sp.OG dan RS
i. Riwayat pernikahan
Pasien mengaku menikah 1x. Menikah pada usia 20 tahun dengan
lama perkawinan 16 tahun.
j. Riwayat kontrasepsi
Pernah melakukan kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 8 tahun.
k. Riwayat ginekologi
Riwayat penyakit kanker, kista ovarium, mioma uteri, dan perdarahan
pervaginam di luar menstruasi disangkal pasien.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmetis
c. Vital sign :
i. Tekanan darah : 110/70 mmHg
ii. Nadi : 81x/menit
iii. Respirasi : 20x/menit
iv. Suhu : 36,5° C
6
d. Berat badan : 68 kg
e. Tinggi badan : 150 cm
f. Status generalis :
i. Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam, dan tidak mudah
rontok.
ii. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
iii. Hidung : Deviasi (-), sekret (-), darah (-).
iv. Telinga : Darah (-), sekret (-).
v. Mulut : Sianosis bibir (-), gusi berdarah (-), karies gigi (-).
vi. Leher : Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-).
vii. Thoraks :
- Inspeksi : Simetris, retraksi ICS (-), otot bantu pernapasan (-),
ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil (+)
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas kanan jantung di ICS
II linea parasternalis dextra, batas pinggang jantung di
ICS III linea parasternalis sinistra, apeks jantung di
ICS V linea 2 cm medial midclavicula
- Auskultasi :
Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
viii. Abdomen : Cembung gravida, striae (-), jejas (-), bising usus (+),
nyeri tekan (-)
ix. Ekstremitas : Refleks patella (+/+), edema tungkai (-/-), CRT< 2
detik
g. Pemeriksaan obstetrik :
Pemeriksaan fisik luar :
i. TFU : 27 cm
ii. DJJ : 165 x/menit
iii. His : 1x/10’/10’’
7
iv. Palpasi :
- Leopold I : Teraba bagian bulat lunak, TFU : 27 cm, TBBJ
2.480 gram
- Leopold II : Teraba bagian kecil, bentuk tidak jelas dan menonjol
di kiri dan punggung (teraba bagian jelas, rata, dan
cembung) di kanan
- Leopold III : Teraba bagian bulat keras
- Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP
(konvergen)
Pemeriksaan fisik dalam : V/V tidak ada kelainan, perdarahan tidak aktif
i. Inspekulo : Tidak dilakukan.
ii. VT : Tidak dilakukan.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Clotting time 7 3-11 menit
Bleeding time 2 1-3 menit
Hematologi rutin
Hemoglobin 10 12,5-15.5 gr%
Hematokrit 31 36-48 %
Trombosit 285 150-400 mm^3
Leukosit 15,4 4-10 /mm^3
MCV 87.8 82-98 mikro m3
MCH 30.2 >= 27 pg
MCHC 34.4 32-36 g/dl
Eritrosit 3,48 3,8-5,4 mm^3
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 2-4 %
Neutrofil Batang 0 3-5 %
Neutrofil Segmen 80 50-80 %
Limfosit % 14 25-40 %
Monosit % 4 2-8 %
8
EKG
USG
CTG
5.
Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan G2P1A0 gravida 27
minggu dengan antepartum hemorrhage ke IGD Kebidanan RSUD Waled
9
pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 11.30 WIB kiriman dari Puskesmas
Astanajapura dengan keluhan mulas-mulas sejak pukul 20.10 WIB dan keluar
darah dari jalan lahir sejak 20.00 WIB. Darah yang dikeluarkan menyemprot
berwarna merah segar beserta beberapa sudah menjadi gumpalan. Dan ini
merupakan pengeluaran darah yang ketiga kali sejak Desember 2020. Belum
keluar air-air dan gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Pasien mengaku
keputihan (-), gatal (-), dan nyeri (-). Tidak ada keluhan lain seperti demam,
batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan sesak napas.
Riwayat penyakit terdahulu seperti DM, HT, penyakit jantung, penyakit
ginjal, asma, dan alergi terhadap makanan, minuman, ataupun obat-obatan
disangkal oleh pasien, begitu juga riwayat keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat operasi disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku bahwa pertama kali menstruasi pada usia 13 tahun
dengan siklus yang teratur selama 7 hari tidak disertai adanya nyeri pada saat
menstruasi dan pasien mengganti pembalut 1-2 kali dalam sehari.
Pasien juga mengaku bahwa ini merupakan pernikahan pertamanya
dengan pertama kali menikah pada usia 20 tahun selama 17 tahun. Pasien
mengaku sebelumnya memakai kontrasepsi KB (+) suntik 3 bulan selama 8
tahun. Pasien mengaku ini merupakan kehamilan kedua dengan anak pertama
lahir secara spontan dibantu oleh bidan dengan berat badan lahir 2900 gram
dan sekarang sudah berusia 16 tahun dan anak kedua lahir secara spontan
dibantu oleh bidan dengan berat badan lahir 2800 gram dan sekarang sudah
berusia 8 tahun. Riwayat abortus maupun infeksi nifas disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku pernah melakukan pemeriksaan ANC (+) sebanyak 7x
di bidan, imunisasi TT (+) 1x, dan USG (+) 3x di dr Sp.OG dan RS. Pasien
mengaku hari pertama haid terakhir 28-12-2020 dengan taksiran persalinan 5-
10-2021.
Riwayat penyakit kanker, kista ovarium, mioma uteri, dan perdarahan
pervaginam di luar menstruasi disangkal pasien.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sakit sedang
dengan kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 81
x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,5°C, berat badan 68 kg, tinggi badan
10
150 cm. Status generalis pasien dalam batas normal. Pada status obstetri,
pemeriksaan fisik luar TFU 27 cm, DJJ 165 x/menit, reguler, His:
1x/10’/10’’. Pada Leopold I teraba bagian bulat lunak, TFU: 27 cm. Leopold
II teraba bagian kecil, bentuk tidak jelas, dan menonjol di kiri dan teraba
bagian jelas, rata, dan cembung di kanan. Leopold III teraba bagian bulat
keras. Leopold IV bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen).
Pemeriksaan fisik dalam : V/V tidak ada kelainan dan tampak perdarahan
tidak aktif. Pemeriksaan inspekulo dan VT tidak dilakukan.
6. DIAGNOSIS
G3P2A0 gravida 37 minggu dengan antepartum hemorrhage e.c plasenta
previa totalis.
7. PENATALAKSANAAN
a) Umum
Rawat
Observasi KU, TTV, His, DJJ dan perdarahan
Konsul dr. Wildan, Sp.OG
8. PROGNOSIS
- Ad vitam : Ad Bonam
- Ad functionam : Ad Bonam
- Ad Sanationam : Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 DEFINISI
Plasenta previa ialah plasenta yang ada di depan jalan lahir
(prae = di depan; vias = jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta
yang implantasinya tidak normal ialah berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum.2,3
Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau
dinding belakang rahim di daerah fundus uteri. 2 Sejalan dengan
bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas
pembukaan cervix yang tertutup oleh plasenta.1
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut data sertifikat di Amerika Serikat tahun 2003, plasenta
previa mempersulit hampir 1 diantara 300 pelahiran. Dari Nova
Scotia, Crane dkk, menemukan insiden sebesar 1 diantara 300 pada
hampir 93.000 pelahiran. Di Parkland Hospital, insiden ditemukan
sebesar 1 diantara 390 pada lebih dari 280.000 pelahiran yang terjadi
antara tahun 1998 dan 2006. Prevalensi ini sangat mirip bila
dipertimbangkan bahwa tidak terdapat kepastian mengenai definisi
dan identifikasi.3
12
2.2.3 ETIOLOGI
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan
dengan plasenta previa seperti atrofi endometrium, tumor-tumor,
seperti mioma uteri, polip endometrium, endometrium cacat, seksio
cesarea, kuretase, kehamilan kembar, dan riwayat plasenta previa
sebelumnya.4
Plasenta previa terjadi jika keadaan endometrium kurang baik
misalnya karena atrofi endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat
pada:
a. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilan-kehamilan
pendek.
b. Pada myoma uteri.
c. Curretage yang berulang-ulang.2
previa dari 0,3% pada tahun 1976 menjadi 0,7% pada tahun 1997.
Diantara lebih dari 36.000 perempuan yang terlibat dalam
penelitian FASTER, mereka yang berusia lebih dari 35 tahun lebih
memiliki risiko 1,1% untuk mengalami plasenta previa,
dibandingkan dengan risiko 0,5% pada perempuan yang berusia
kurang dari 35 tahun.3
b. Multiparitas
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita
multipara daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa
disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada
desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta
tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi
pembukaan jalan lahir.4
Multiparitas berkaitan dengan peningkatan risiko plasenta
previa. Babinszki melaporkan bahwa insiden 2,2% pada perempuan
pada 5 atau lebih merupakan peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan insiden pada perempuan dengan paritas yang
lebih sedikit. Ananth melaporkan angka kejadian plasenta previa
40% lebih tinggi pada kehamilan dengan janin multiple
dibandingkan dengan kehamilan dengan janin tunggal.3
c. Riwayat pelahiran caesar
Riwayat pelahiran caesar meningkatkan risiko plasenta
previa. Pada penelitian terhadap 30.132 perempuan dalam
pelahiran yang menjalani pelahiran caesar, Silver melaporkan
peningkatan risiko plasenta previa pada perempuan yang memiliki
riwayat pelahiran caesar. Insiden ini sebesar 1,3% pada mereka
yang memiliki riwayat satu kali mejadi pelahiran caesar, dan 3,4%
pada mereka yang pernah menjalani enam kali atau lebih pelahiran
caesar.3
Menurut Manuaba (2008) faktor-faktor yang dapat
meningkatkan angka kejadian plasenta previa antara lain adalah
endometrium yang cacat. Endometrium yang cacat dapat
15
2.2.6 PATOFISIOLOGI
18
2.2.7 KLASIFIKASI
Plasenta previa dibagi dalam: 1,3,6
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin
bayi dilahirkan pervaginam (normal/ spontan/ biasa), karena risiko
perdarahan sangat hebat.
20
b. Pemeriksaan fisik
Jika seorang wanita berdarah dalam trimester terakhir maka
plasenta previa harus diduga.
Kewajiban dokter atau bidan ialah untuk mengirim pasien
selekas mungkin ke rumah sakit besar tanpa terlebih dahulu
melakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon.
Pemeriksaan cervix dengan jari (palpasi) tidak boleh dilakukan
karena tindakan ini hanya menambah perdarahan massif dan
kemungkinan infeksi.
Sebelum tersedia darah dan sebelum kamar operasi siap tidak
boleh dilakukan pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan dalam ini
dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada
palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi
di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang.
Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut
tidak tegang.1
Sementara boleh dilakukan pemeriksaan fornices dengan
hati-hati, jika tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba
dengan mudah, maka kemungkinan plasenta previa kecil.
Sebaliknya jika antara jari-jari kita dan kepala teraba bantalan
(ialah jaringan plasenta), maka kemungkinan plasenta previa besar
sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi
kepala karena pada letak sungsang bagian depan lunak hingga
sukar membedakannya dari jaringan lunak.
Diagnosa pasti kita buat dengan pemeriksaan dalam di kamar
operasi dan kalau sudah ada pembukaan. Pemeriksaan ini harus
dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan perdarahan
25
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan standar baku untuk plasenta previa adalah USG,
baik USG transabdominal, transvaginal, maupun transperineal.
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Plasenta previa dapat dibagi menjadi
empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:
Derajat I : plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
Derajat II : plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.
Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri
internum.
26
Gambar 4 Hasil
Sonogram Transvaginal
Menunjukkan Plasenta
Previa Totalis.
2.2.9
PENATALAKSANAAN
Pilihan tatalaksana bergantung pada usia kehamilan.
- Pada kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan
steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin.
- Apabila perdarahan terjadi pada masa kehamilan lebih awal,
biasanya diberikan transfusi dan tokolitik sampai usia kehamilan
32-34 minggu.
- Pada usia 34 minggu, dipertimbangkan antara risiko perdarahan
dan maturasi kandungan.
- Waktu kelahiran biasanya ditentukan tingkat kematangan paru
janin. Maturasi paru dilakukan dengan pemberian dexametason
2x12 mg IM dalam jarak 24 jam atau dexametason 4x6 mg per oral
selama 2 hari.
27
Pemecahan ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada placenta letak
rendah, placenta previa marginalis, dan placenta previa lateralis
yang menutup ostium kurang dari setengah bagian. Kalau pada
plasenta previa lateralis, plasenta terdapat di sebelah belakang,
maka lebih baik dilakukan SC karena dengan pemecahan ketuban
kepala kurang menekan pada plasenta karena kepala tertahan
promontorium yang dalam hal ini dilapisi lagi oleh jaringan
plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghetikan perdarahan karena:
- Setelah pemecahan ketuban uterus mengadakan retraksi hingga
kepala anak menekan pada plasenta
30
Seksio caesarea
Maksud seksio caesarea adalah
- Mempersingkat lamanya perdarahan
31
2.2.9 KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi utama yang bias terjadi pada ibu hamil
yang menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik,
maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat
berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak
dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta
akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh
permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan
tetapi dengan demikian terjadi retensio plaseta dan pada bagian
plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio
sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10-35% pada pasien
32
yang pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60-65% bila
telah seksio sesarea 3 kali.
3. Cervix dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang
banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua
tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan
anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak
terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan
segmen bawah rahim, ligasi arteria uterine, ligasi arteria ovarika,
pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah
melakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal
ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan <37
minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan selain masa
rawatan yang lebih lama, adalah berisiko tinggi untuk solusio
plasenta (risiko relative 13,8%), seksio sesarea (RR 3,9%), kelainan
letak tinggi janin (RR 2,8), perdarahan pascapersalian (RR1,7),
kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravasclar coagulation (DIC) 15,9%.1
2.2.10 PROGNOSIS
33
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini terkait berkat diagnosis yang
lebih dini dan tidak invasive dengan USG disamping ketersediaan
transfusi darah dan infuse cairan ada dihampir semua rumah sakit.
Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang
pernah melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat tinggal jauh
dari fasilitas yang diperlukan. Dengan demikian, banyak komplikasi
maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas
dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun
karena intervensi seksio sesarea. Karenanya prematur belum
sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konsevatif
diberlakukan. Juga prognosis janin bergantung pada usia kehamilan.1
Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan.
Kematian perinatal juga turun menjadi 7- 25% terutama disebabkan
oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan
atau tindakan. 6
34
DAFTAR PUSTAKA