OBGYN
OBGYN
Pembimbing :
Oleh :
20710069
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-nya penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan referat dengan
judul “Perubahan Fungsi Seksual Pada Masa Kehamilan”. Tugas referat ini
merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik
Damanik, Sp.OG sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan kepada saya.
Pemulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan oleh
sebab itu peulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga dengan terselesaikannya referat ini dapat
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................ 3
2.1 Kehamilan................................................................................. 4
2.1.1 Definisi............................................................................ 4
2.2.8 Posisi............................................................................... 31
iii
2.3 Aktivitas Seksual Setelah Kehamilan
2.3.3 Dyspareunia..................................................................... 36
2.3.4 Menyusui......................................................................... 39
2.3.5 Kelelahan......................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 44
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Banyak mitos, faktor sosial budaya yang menyebabkan wanita hamil tidak ingin
melakukan hubungan seksual dimasa kehamilan, yang banyak beredar yaitu bahwa
hubungan seksual selama kehamilan dapat membahayakan bayi, dapat menginduksi
persalinan prematur dan menyebabkan aborsi. Berbagai anggapan beredar di
masyarakat mengenai boleh tidaknya atau tidaknya hubungan seksual dilakukan
selama masa hamil. Tidak jarang suami dan istri tidak sependapat mengenai perlu
hubungan seksual selama hamil. Salah satu anggapan yang beredar luas di masyarakat
menyatakan bahwa hubungan seksual selama masa hamil harus sering dilakukan agar
bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Alasannya, dengan melakukan
hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma. Padahal anggapan ini tidak
benar sama sekali.Anggapan lain yang juga beredar luas di masyarakat ialah
hubungan seksual tidak boleh dilakukan agar tidak mengganggu perkembangan bayi.
Anggapan ini juga tidak benar karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual pasti
mengganggu perkembangan bayi. Sebaliknya ada anggapan lain yang menyatakan
bahwa hubungan seksual tidak menimbulkan akibat apapun terhadap kehamilan ,
sehingga boleh saja dilakukan seperti sebelumnya. Anggapan ini juga tidak selalu
benar. (Pangkahila, 2014).
2
1.2 Tujuan
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas persyaratan mengikuti ujian akhir
dari serangkaian kegiatan kepaniteraan klinik Bagian Kebidanan dan Kandungan dan
untuk mengetahui tentang Perubahan Fungsi Seksual Pada Masa Kehamilan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan penyusun referat ini yaitu:
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menjadi kepustakaan
penyusunan karya ilmiah lainnya.
b. Bagi Dokter Muda
Dokter muda mampu memahami dan mengaplikasikan semua ilmu yang
telah diperoleh selama proses penyusunan referat ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi.
Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Sarwono, 2011).
1) Sistem reproduksi
a) Uterus
dengan cepat selama kehamilan, dan pulih kembali seperti semula dalam
berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan
5L bahkan 20L atau lebih dengan berat rata-rata 1100gram (Sarwono, 2011)
4
minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan sering
usus ke samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hamper menyentuh hati
(Sarwono, 2011)
Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.
livid atau kebiruan yang disebut sebagai tanda Chadwick. Tanda Hegar
jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan dari arah yang
pada kulit dan otot - otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina
5
Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilngnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi dari sel - sel otot polos (Sarwono, 2011)
d) Ovarium.
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal 6-7 minggu awal kehamilan
dan setelah itu akan berperan sebagai progesterone dalam jumlah yang
e) Kulit
Pada dinding kulit perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan terkadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
selain striae kemerahan itu sering kali ditemukan garis berwarna perak
itu,terjadi perubahan pula di garis pertengahan perut (linea alba) yang akan
2011)
f) Payudara.
akan lebih besar dan kehitaman, kelenjar Montgomery akan membesar dan
seperti yang terlihat pada perut akan muncul juga di payudara (Sarwono,
2011)
2) Sistem Kardiovaskuler
6
Pada minggu kelima cadiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi
untuk mengurani resistensi vascular sistemik. Selain itu, denyut jantung juga
inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi telentang. Penekanan
sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup bera takan
Penekanan pada aorta ini juga akan menguragi aliran darah uteroplasenta ke
menurun jika dibandingkan dengan posisi miring kekiri. Oleh karena itulah
mengapa ibu hamil tidak dianjurkan dalam posisi telentang pada akhir
3) Sistem Respirasi
tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan penambilan oksigen per
menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini
akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali hampir
2011)
4) Traktus Digestivus
7
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada
bawah. Mual terjadi karena penurunan motiltas usus besar (Sarwono, 2011)
5) Traktus Urinarius
Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal plasma flow juga
akan meningkat. Pada ekskresi akan ditemukan kadar asam amino dan
vitamin yang larut dalam air dalam jumlah yang lebih banyyak. Glukosuria
juga merupakan hal yang umum terjadi, akan tetapi kewaspadaan terhadap
dan hematuria merupakan suatu hal yang abnormal pada fungsi renal akan
2011)
6) Sistem Endokrin
8
2.1.3 Hormon dan Seks
Salah satu faktor yang berperan sangat penting dalam fungsi seksual ialah
tiroid, paratiroid, timus, adrenalis, pankreas, indung telur, dan buah pelir
(testis).(Pangkahila, 2014)
seksual, yaitu hormon testosteron dan estrogen. Tetapi hormon yang lain secara
2014)
a. Hormon Testosteron
sirkulasi darah. Testosteron pada umumnya dikaitkan dengan aspek seksual dan
reproduksi dalam hidup manusia. Meskipun ini benar, tetapi tidak berarti
testosteron hanya berfungsi pada sistem seksual dan reproduksi manusia. Telah
diketahui dengan jelas bahwa testosteron mempunyai peranan pada banyak organ
tubuh selain sistem seksual dan reproduksi, yaitu pada otak, tulang, otot, lemak,
sistem hematopoesis dan sistem imun. Hormon androgen tidak hanya diproduksi
Dorongan seksual pada pria dan wanita dipengaruhi oleh empat faktor.
9
dorongan seksual. Testosteron memengaruhi dorongan seksual dan perilaku
vagina, dan juga berperan dalam bangkitan seksual pada organ genitalia. Jaringan
diatur di bagian proksimal oleh androgen, dan di bagian distal oleh estrogen.
Relaksasi otot polos vagina nonvaskuler difasilitasi oleh androgen dan dihambat
oleh estrogen. Observasi ini didukung oleh sintesis dan aktivitas nitric oxide
terhadap androgen, dan berkurang dalam bereaksi terhadap estrogen. Jelas bahwa
androgen berperan pada bangkitan seksual, yaitu berupa reaksi klitoris dan vagina.
(Pangkahila, 2014)
vagina, juga pada fungsi otot polos vaskuler di dalam klitoris. Androgen
perempuan pada saat ovulasi atau masa subur. Pemberian testosteron pada
10
menimbulkan gangguan dorongan seksual dan bangkitan seksual. Akibatnya,
lubrikasi vagina, relaksasi vagina. dan ereksi klitoris tidak terjadi. Karena itu
testosteron tinggi tidak selalu merasakan dorongan kuat. Keadaan ini dapat
dimengerti karena dorongan seksual dipengaruhi oleh faktor lain juga, tidak
b. Hormon Estrogen
hormon ini hanya dengan organ seksual dan reproduksi, terutama dengan rahim
dan menstruasi. Padahal banyak sekali organ tubuh yang mengandung reseptor
estrogen, yang berarti banyak organ tubuh yang bereaksi terhadap estrogen dan
Selain organ seksual dan reproduksi, beberapa organ yang juga bereaksi
terhadap estrogen antara lain otak, hati, payudara, kulit, tulang, dan pembuluh
darah. Ini berarti kalau terjadi perubahan pada kadar estrogen, maka banyak tanda
dan keluhan yang muncul dan dirasakan oleh perempuan. (Pangkahila, 2014)
11
menopause, yaitu kulit menjadi lebih tipis, menua dengan lebih banyak kerutan,
Ei disebut estron
E2 disebut estradiol
E3 disebut estriol
Keadaan ini diyakini meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim dan payudara.
dan sel lemak. Di dalam ovarium, estron dikonversi menjadi estradiol. Tetapi
dan kelenjar adrenalis. Karena itu, semakin banyak lemak tubuh, semakin
Estradiol adalah jenis estrogen yang paling kuat, yaitu sekitar 12 kali
lebih kuat daripada estron dan 80 kali lebih kuat daripada estriol. Estradiol
menopause. Kadar yang tinggi dikaitkan dengan risiko terjadinya kanker rahim .
12
kolesterol total, dan trigliserid, meningkatkan growth hormone, serotonin, dan
rangsangan yang kurang kuat terhadap rahim dan payudara, dibandingkan estron
2014)
c. Hormon Progesteron
kehamilan. Hormon ini. berasal dari corpus luteum yang dibentuk di dalam
ovarium dari folikel yang pecah. Progesteron juga diproduksi di dalam plasenta
hormone. Ini berarti hormon ini dapat dikonversi oleh tubuh menjadi hormon
(Pangkahila, 2014)
13
Progesteron yang artifisial atau progestin adalah hormon sintetik yang
sangat mirip dengan progesteron yang dihasilkan oleh tubuh, tetapi berbeda
minat dan kenikmatan seksual dalam periode ini bisa lebih dari 50%. Perubahan
14
analisis dari von Sydow dan studi dari Pauleta et al dalam (Zaksek TS., 2015)
trimester pertama dan sedikit berubah pada trimester kedua kehamilan; namun,
kehidupan seksual pasangan hamil. Faktor lain seperti tingkat pendidikan, , dan
lama menikah dan kelompok etnis tertentu telah dilaporkan mempengaruhi fungsi
seksual selama kehamilan. Tosun Güleroğlu dan Gördeles Beşer dalam (Zaksek
TS., 2015) ingin mengevaluasi fungsi seksual wanita hamil dan untuk
seperti usia tua, status pendidikan rendah, dan pernikahan yang berlangsung lebih
informasi pribadi dan Indeks Fungsi Seksual Wanita (FSFI), 1 dari lebih dari 300
peserta, dan juga menemukan bahwa 88,9% dari peserta mereka memiliki
faktor budaya,mitos dan norma, biasanya tergantung dari mana pasangan itu
berasal. Sebuah studi oleh Naim and Bhutto dalam Zaksek TS., 2015 pada wanita
15
adanya keyakinan bahwa hubungan seksual dapat membahayakan bayi,
dalam Zaksek TS., 2015 menyelidiki perilaku dan keyakinan seksual dari 440
orang hamil wanita dari Nigeria. Sebanyak 44,3% responden percaya bahwa
bahwa itu menyebabkan aborsi pada awal kehamilan sementara 21,1% tidak
bahwa wanita hamil Cina memiliki lebih sedikit aktivitas dan keinginan
hubungan seksual selama kehamilan. Sebanyak 80% dari 298 peserta dan
pasangannya khawatir tentang efek buruk dari aktivitas seksual pada janin.
Demikian pula di Taiwan sebuah penelitian dilakukan oleh Liu, Hsu dan Chen
satu alasannya adalah ketakutan akan membahayakan janin. (Zaksek TS., 2015)
Kelelahan adalah salah satu masalah dan alasan paling umum untuk
adalah salah satu faktor dalam hubungan seksual dalam kehamilan, telah
diketahui bahwa kekhawatiran tentang penampilan fisik masih menjadi hal yang
16
utama selama kehamilan . Kitzinger dalam Zaksek TS., 2015 yakin bahwa mual
dan muntah yang dialami banyak wanita selama trimester pertama dapat
yang tidak mencukupi untuk hubungan seksual dengan pasangan. (Zaksek TS.,
2015).
lebih penting dari kepuasan hubungan seksual daripada variabel bentuk tubuh .
Ada juga banyak faktor psikogenik lain yang dapat mempengaruhi hasrat seksual
kecemasan persalinan atau kemampuan menjadi ibu yang baik juga bisa
seksualitas pada kehamilan, tetapi pada meta-analisis dari von Sydow telah
stabilitas hubungan yang lebih tinggi, kelembutan dan komunikasi pada empat
dapat dihambat oleh kurangnya pengetahuan atau oleh rasa ketakutan. Saat
dengan kehidupan seks mereka saat ini. Pemahaman yang jelas memungkinkan
pasangan bahwa masalah mereka tidak berbeda dengan masalah pasangan lain
17
yang dirasakannya. Sekitar seperempat hingga setengah wanita hamil merasa
seperti yang dirasakan oleh dirinya dan pasangannya berkorelasi positif dengan
menurun selama kehamilan. Namun, jika tingkat minat kedua individu berbeda,
satu pasangan dapat menganggap yang lain sebagai terlalu menuntut atau
sulit ini. Bimbingan dokter dapat sangat membantu khususnya pada pasangan
yang sebelumnya tidak subur. Latar belakang faktor psikologis ini adalah
ketakutan tak terucap dari kedua pasangan bahwa penetrasi penis dapat
a. Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal
hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari
b. Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini.
Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan
dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang
18
c. Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak
memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin
melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk
hubungan seksual.
d. Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat
pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan
biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta.
e. Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa
istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa
ditemukan komplikasi.
f. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga Panggul. Pada
kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan
suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam.
g. Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan
akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka
kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan
19
menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko
kelahiran premature.
jelas, tetapi hubungan antara perubahan ini dan seksualitas seringkali tidak jelas,
baik untuk dokter maupun pasien. Fisiologi normal menjadi sumber berbagai
Mual dan muntah pada awal kehamilan dapat mencegah seorang wanita
b. Desire (Keinginan)
Keinginan dan kinerja seksual juga terhambat oleh kelelahan yang umum
seksual menjadi canggung dan tidak nyaman. Selain itu, mulas yang terkait
seperti yang mereka inginkan. Frekuensi dan urgensi berkemih dapat menjadi
penghambat respons seksual, seperti halnya konstipasi, gerakan janin, dan nyeri
c. Payudara
perubahan hormonal dan vaskular. Jika tidak diantisipasi, pengeluaran susu yang
terkait dengan orgasme, yang sering terjadi di akhir kehamilan, bisa sangat
20
Bradford, J, et al,2008)
Jumlah sekret vagina biasanya meningkat pada kehamilan dan lebih lanjut
seks oral mungkin merasa terhambat oleh perubahan yang signifikan.Selain itu,
serviks lebih mungkin berdarah selama kehamilan karena trauma langsung dari
e. Perubahan Hormon
disfungsi seksual selama kehamilan. Namun, tidak ada penelitian hingga saat ini
gairah atau dengan cara lain menentukan sulitnya kehidupan seksual . Penelitan
berkurangnya hasrat seksual dengan perubahan hormon seks, tetapi tidak ada
yang valid penelitian sejauh ini untuk membuktikan dampak besar mereka pada
serum memiliki kadar tertinggi pada awal kehamilan. dan kemudian mereka
jatuh pada trimester ketiga, yang secara teoritis seharusnya mengarah pada
21
penurunan dalam hasrat seksual. (Zaksek TS., 2015).
seksual, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh. Sementara bagi perempuan
(Pangkahila, 2014)
mana perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama kehamilan berpengaruh
terhadap kesehatan dan fungsi seksual perempuan yang hamil tersebut. Selain itu
2014)
tidak melakukan hubungan seksual pada usia kehamilan yang cukup lanjut karena
gangguan yang timbul akibat perut yang menonjol, di samping khawatir terhadap
seksual.(Pangkahila, 2014)
progesteron, dan prolaktin) menyebabkan mual dan nyeri payudara, yang selain
22
kelelahan, kelelahan, dan kecemasan, dapat berkontribusi pada kelemahan dan
kepuasan seksual dan frekuensi hubungan seksual, yaitu dapat dimengerti bahwa
a. Trimester Pertama
ini mudah dipahami karena mual dan muntah yang terjadi selama hamil muda
bersedia untuk itu. Tetapi kalau pasangannya merasa tidak bergairah karena
tidak tertarik kepada istrinya yang mengalami perubahan fisik, tentu frekuensi
jaringan khususnya pada payudara dan organ pelvis. Payudara yang besar dan
tegang mcmang menarik, tetapi bila menimbulkan rasa nyeri bila dipegang,
justru mengganggu dan menurunkan gairah seksual. Vagina menjadi peka dan
tidak nyaman ketika dilakukan penetrasi penis. Timbul pula keluhan lain yang
mengganggu seperti mual, muntah, lelah, scring kencing yang semuanya akan
menurunkan gairah seksual. Bau badan suami atau bau napas suami yang
23
biasanya tidak mengganggu, kini dapat membuat mual dan hal ini dapat
untuk banyak tidur dan istirahat, juga adanya ambivalensi dan keraguan dalam
memutuskan kapan waktu yang tepat untuk hamil, kesiapan menjadi ibu,
begitu pula kekuatan atau intensitas orgasme yang dialami pasien. (Brown, C,
Bradford, J, et al,2008)
b. Trimester kedua
2009)
vagina dan labia kini dapat meningkatkan kenikmatan seksual dan kualitas
bahagia karena tubuhnya merupakan sumber cinta kasih berdua. Tapi ada pula
bersanggama.(Widiasmoko S. 2000.)
24
merasakan peningkatan dorongan seksual dan reaksi seksualnya. Ekspresinya,
kedua serupa dengan tingkat aktivitas seksual sebelum hamil. Masters dan
gairah seksual selama trimester kedua pada wanita yang diteliti, tanpa
Bradford, J, et al,2008)
c. Trimester ketiga
wanita. Perubahan ini bisa menjadi alasannya untuk penurunan libido dan
aktivitas seksual selama periode ini. Peningkatan volume perut dan berat janin
membuat hubungan seksual menjadi hubungan yang tidak menarik bagi ibu
hamil. Faktor lain yang berkontribusi untuk menurunkan fungsi seksual wanita
menit atau kurang meningkat secara progresif selama kehamilan dan tertinggi
25
termasuk ketidaknyamanan fisik yang terkait dengan hubungan seksual,
terutama dalam posisi man-on-top, dan hilangnya minat pada seks. (Brown, C,
Bradford, J, et al,2008).
begitu pula kekuatan atau intensitas orgasme yang dialami pasien terutama
Ada penurunan yang signifikan pada posisi superior pria, yang telah
digunakan oleh pasangan sekitar 80% dari waktu sebelum kehamilan. Pada
sebelum kehamilan, juga menjadi lebih populer. Tidak ada hubungan yang
ditemukan antara posisi yang digunakan dan tingkat orgasme atau frekuensi
plasenta previa, dilatasi dini serviks dan ketuban pecah dini, dan kontraindikasi
2015).
26
misalnya, telah disarankan untuk tidak melakukan pemeriksaan serviks, sebuah
dalam Zaksek TS., 2015, mengklaim bahwa beberapa wanita dengan plasenta
previa mungkin melakukan atau tidak melakukan hubungan seksual selama masa
penyakit radang panggunl (PID). Secara teoritis mereka berada pada peningkatan
risiko mendapatkan infeksi, tetapi ketika mereka sakit, mereka berisiko lebih
bahaya bagi wanita hamil atau anak-anak mereka yang belum lahir. Ada beberapa
laporan kasus dan studi yang membuktikan bahwa PID dan kehamilan dapat
hidup berdampingan, dan bahwa perawatannya jauh lebih rumit. Selain itu, ada
juga penelitian yang menemukan hubungan antara vaginosis bakteri dan servisitis,
tentang seksualitas untuk wanita hamil, bahwa aktivitas seksual pada kehamilan
Risiko serius
27
Ketuban pecah dini.
Peningkatan risiko
a. Pengaruh Baik
hamil dan pasangannya. Manfaat yang mungkin didapat antara lain: (Janet, 2019)
Orgasme yang lebih baik. Peningkatan aliran darah ke alat kelamin bisa berarti
Tetap bugar. Seks membakar kalori dan dapat membantu menjaga kedua
Pada saat aterm, stimulasi puting dan genital telah dianjurkan sebagai cara
alami pelepasan oksitosin. Ada literatur terbatas yang tersedia, tetapi secara
keseluruhan tidak ada bukti yang mendukung teori bahwa seks saat aterm
memiliki efek pada Skor Bishop (penilaian serviks yang digunakan untuk
28
b. Pengaruh Buruk
kelahiran prematur.
Pada wanita resiko rendah Chhabra dan Verma mengikuti 140 hamil
wanita pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan ditemukan bahwa wanita
yang berhubungan seks dan gejala dengan Infeksi saluran genital memiliki
yang sering berhubungan (didefinisikan sebagai sekali per minggu atau lebih)
dengan mereka yang tidak. Hubungan seksual yang sering dikaitkan dengan
peningkatan risiko persalinan prematur hanya pada bagian dari wanita dengan
berisiko rendah yang tidak memiliki gejala atau bukti infeksi saluran genital
29
kontraksi ringan yang dialami beberapa wanita menjelang akhir kehamilan
dihindari, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat.
sebelumnya,(Pangkahila, 2014)
Pendarahan Antepartum
penis dengan serviks selama hubungan seksual dapat menyebabkan risiko yang
sama dari perdarahan, dan sebagai hasilnya, pasien dengan plasenta previa
hebat dijelaskan dengan pemeriksaan digital serviks lebih mungkin karena fleksi
langsung dengan plasenta. Meskipun bukti terbatas, mungkin paling aman untuk
menyarankan pasien dengan plasenta previa untuk abstain dari aktivitas seksual
Hal penting yang harus selalu diingat ialah bahwa hubungan seksual
30
2.2.7 Posisi
menjadi 3 posisi, yaitu 1) posisi berbaring, 2) posisi duduk, dan 3) posisi berdiri.
Setiap posisi dasar tersebut mempunyai banyak variasi posisi dengan kelebihan
dan kekurangannya. Setiap pasangan suami istri dapat memilih posisi mana yang
Pada masa hamil, posisi yang dapat dipilih hanyalah posisi berbaring.
Posisi pria di atas hanya dapat dilakukan selama bagian perut belum tampak
menonjol. Ketika bagian perut sudah semakin menonjol, maka posisi berbaring
2014)
dengan hubungan antara pasangan, cara keluarga dan dukungan terstruktur dan
banyak hal lainnya. Kesehatan seksual setelah melahirkan di masa lalu tidak
mendapat perhatian yang cukup dari penyedia layanan kesehatan, tetapi literatur
yang optimal setelah lahir. Connoly dkk dalam Zaksek TS., 2015 berdasarkan hasil
studi prospektif longitudinal mereka, mengklaim bahwa dalam waktu tiga bulan
31
Luire dkk. dalam Zaksek TS., 2015 berbicara tentang tiga mekanisme yang dapat
kesehatan umum ibu secara keseluruhan. Lebih tepatnya von Sydow dalam
Zaksek TS., 2015 membagi faktor berhubungan dengan penurunan minat, aktivitas
Faktor biomedis:
• Bayi laki-laki: ibu dari anak laki-laki dianggap kurang lembut oleh pasangannya
sebagai ibu dari anak perempuan.
• Ibu dengan hubungan yang kaku dan terlalu protektif terhadap bayinya.
• Menyusui.
Tabel 2. Faktor yang berhubungan dengan disfungsi seksual
32
2.3.1 Perubahan Fisik Terkait Kelahiran
lebih lebar. Hal ini biasanya menyebabkan nyeri vagina selama hubungan seksual.
Hal ini disebabkan oleh kadar estrogen yang lebih rendah. Untuk ibu menyusui,
kadar estrogen lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak menyusui. Mengalami
pada kesehatan seksual setelah melahirkan, berbagai faktor seperti jangka waktu
Rathfish dkk. dalam Zaksek TS., 2015 melaporkan bahwa wanita yang menjalani
episiotomi atau robekan derajat dua memiliki tingkat gairah, orgasme dan
dengan wanita dengan perineum utuh. Leeman dkk. dalam Zaksek TS., 2015
perineum derajat dua yang dijahit, tidak dijahit laserasi perineum derajat dua, dan
kelompok mengenai keluhan inkontinensia urin atau dubur, aktivitas seksual, atau
fungsi seksual.
33
Namun, dalam penelitian yang sama Rodgers et al. dalam Zaksek TS.,
2015 dinilai fungsi seksual pada tiga bulan postpartum pada wanita dengan
trauma genital saat lahir. Trauma dikategorikan ke dalam trauma ringan (tidak
ada trauma atau perineum derajat pertama atau trauma lain yang tidak dijahit)
atau trauma besar (laserasi derajat kedua, ketiga, atau keempat atau trauma apa
kemungkinan yang sama untuk aktif secara seksual. Perbedaan yang signifikan
melaporkan skor Skala Hubungan Intim yang lebih rendah daripada wanita yang
Ada banyak literatur yang telah meneliti cara persalinan dan dampaknya
yang kuat antara persalinan pervagina dan gangguan seksualitas setelah lahir .
mungkin termasuk cedera saraf pudendal minimal, trauma yang lebih sedikit ke
dasar panggul dengan proses persalinan dan episiotomi dan mengurangi rasa
sakit pascapersalinan.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan hal ini dan beberapa yang
belum . Gejala utama trauma saraf pudendus adalah nyeri pada satu atau lebih
daerah yang dipersarafi oleh nervus pudendus atau salah satu cabangnya. Daerah-
daerah tersebut meliputi rektum, anus, uretra, perineum, dan area genital. Pada
34
wanita ini termasuk klitoris, mons pubis, vulva, 1/3 bagian bawah vagina, dan
kepala janin. Cedera peregangan saraf pudendal mungkin disebabkan oleh kala
Pemulihan biasanya memakan waktu dua sampai enam bulan . Hicks dkk.dalam
postpartum yang dipilih hasil fungsi seperti yang dipengaruhi oleh operasi
seksual antara wanita dengan persalinan sesar dan mereka dengan persalinan
Safarinejad dkk. dalam Zaksek TS., 2015 mencari hubungan antara insiden
disfungsi seksual dan penurunan kualitas hidup pada wanita dan suaminya.
Sebanyak 912 ibu hamil (usia rata-rata 26 +/- 2, kisaran 21-32 tahun, paritas I)
Subyek dibagi menjadi lima kelompok menurut cara persalinan mereka, termasuk:
64,3%, dan 38,3% melanjutkan hubungan seksual dalam waktu delapan minggu
35
persalinan. Wanita yang mengalami PCS memiliki skor nyeri terendah, dan
wanita yang memiliki OVD memiliki skor nyeri tertinggi pada SI pertama (P =
Connolly etAl. dalam Zaksek TS., 2015 di sisi lain tidak menemukan
perbedaan pada tiga atau enam bulan pascapersalinan dalam waktu pembentukan
kembali hubungan seksual, dispareunia atau mencapai orgasme pada wanita yang
menjalani operasi caesar atau persalinan pervaginam . Selain itu, tidak ada
2.3.3 Dyspareunia
Penentu yang sangat penting dari fungsi seksual postpartum adalah nyeri
Nyeri perineum setelah laserasi adalah yang paling umum menjadi penyebab
dispareunia . Dispareunia dilaporkan oleh 41% -67% pada wanita dua hingga
tiga bulan postpartum dan sangat terkait dengan derajat trauma perineum.
Sebanyak 150 perempuan terdaftar. Kuesioner telah diisi mengenai fungsi seksual
sebelum kehamilan, saat kehamilan , dan pada 2,6 , 12, dan 24 minggu
pascapersalinan. Pada 6, 12, dan 24 minggu pascapersalinan, 57%, 82%, dan 90%
wanita kembali berhubungan. Pada titik waktu postpartum yang sama, sekitar 30
36
sakit . Penelitian dilakukan dengan desain kohort retrospektif pada tiga
kepuasan seksual yang memburuk, dan kemampuan yang kurang untuk mencapai
dispareunia. Wanita dengan perineum derajat dua trauma 80% lebih mungkin
dan mereka dengan trauma perineum derajat ketiga atau keempat adalah 270%
vakum atau forsep secara signifikan terkait dengan dispareunia, dan wanita yang
mereka yang tidak menyusui. Wanita yang bayinya dilahirkan melalui perineum
atau keparahan dispareunia postpartum. Hasil ini baru dikonfirmasi oleh Baksu
et al. dalam Zaksek TS., 2015 yang mengevaluasi pengaruh cara penyampaian
pada fungsi seksual postpartum pada wanita primipara. (Zaksek TS., 2015 )
signifikan lebih tinggi antara enam bulan pascapersalinan daripada wanita dengan
persalinan sesar atau spontan. Tidak hanya rasa sakit, tetapi juga aspek penting
37
lainnya dari fungsi seksual, seperti gairah, lubrikasi, orgasme, dan kepuasan juga
berhubungan dengan cara persalinan dan masalah yang berasal dari itu, dan
Terlepas dari kenyataan bahwa beberapa orang mungkin melihat operasi caesar
mengkonfirmasi hal ini, dan faktanya bahwa ini adalah operasi besar dengan
kemungkinan efek samping yang serius masih tetap ada.(Zaksek TS., 2015 )
38
2.3.4 Menyusui
dipertahankan oleh isapan bayi. Tingkat prolaktin yang tinggi ini menekan
dengan menyusui menyebabkan ASI ejeksi dan tampaknya memiliki efek positif
pada suasana hati. Avery dkk. dalam Zaksek TS., 2015 menemukan bahwa
mereka terhadap kondisi yang sedang menyusui dan seksualitas sedikit positif,
dan tidak khawatir bahwa aktivitas seksual akan membahayakan suplai ASI atau
Menyusui sering menyebabkan gairah pada 16,7% wanita dan jarang pada
23,7% wanita. Hasil yang cukup berbeda datang dari penelitian lain di mana
peningkatan sensitivitas puting, susu bocor dan penurunan gairah . Barret dkk.
dalam Zaksek TS., 2015 mengidentifikasi dalam studi mereka kurangnya minat
aktivitas seksual pada dua bulan setelah lahir yang sangat terkait dengan
menyusui, dan dispareunia dilaporkan bertahan hingga enam bulan pada beberapa
wanita menyusui. Seperti yang terlihat, disana adalah data yang bertentangan
39
Beberapa wanita juga melaporkan kontak fisik dengan bayi mereka sebagai
pemenuhan keinginan untuk kontak yang mungkin jika tidak dipenuhi dengan
2015 )
2.3.5 Kelelahan
mengasuh anak, dan salah satu yang masalah yang dialami wanita
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan wanita.
Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi
dari rahim. Kehamilan memiliki peran penting dalam fungsi seksual dan perilaku wanita.
Seksualitas adalah bagian penting dari kehidupan manusia, yang sangat menentukan
kesejahteraan manusia. Karena kehamilan adalah salah satu periode terpenting dalam
hidup seseorang, itu mungkin menjadi penyebab perubahan dalam aktivitas seksual calon
orang tua. Kehamilan sering dikaitkan dengan pengurangan atau penghentian aktivitas
seksual.
Banyak mitos, faktor sosial budaya yang menyebabkan wanita hamil tidak ingin
melakukan hubungan seksual dimasa kehamilan, yang banyak beredar yaitu bahwa
bahwa hubungan seksual selama kehamilan melebar vagina dan memfasilitasi persalinan;
30,2% percaya bahwa itu menyebabkan aborsi pada awal kehamilan sementara 21,1%
tidak memiliki pengetahuan tentang dampak hubungan seksual pada kehamilan. Selain
itu ada mitos yang mengatakan bahwa hubunga seksual selama kehamilan menyebabkan
pecahnya selaput dara janin perempuan atau kemungkinan kebutaan janin, dan hubungan
(desire), dan kepuasan (satisfaction) hubungan seksual terjadi pada banyak wanita saat
41
kehamilan berlangsung, terutama selama trimester ketiga, dibandingkan dengan sebelum
menyebabkan mual dan nyeri payudara, yang selain kelelahan, kelelahan, dan kecemasan,
pada trimester pertama perempuan yang mengalami keluhan mual dan muntah hebat,
semua aktivitas seksual. Pada trimester kedua dianggap periode kehamilan yang stabil
dan reaksi seksualnya. Trimester akhir kehamilan ditandai dengan perubahan pada tubuh
wanita. Perubahan ini bisa menjadi alasannya untuk penurunan libido dan aktivitas
Namun ada pula keadan-keadaan tertentu yang beresiko pada wanita hamil untuk
melakukan hubungan seksual yaitu perdarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan,
plasenta previa, dilatasi dini serviks dan ketuban pecah dini, dan kontraindikasi relatif
Pengaruh hubungan seksual pada wanita hamil juga dibagi menjadi pengaruh
baik dan buruk. Pengaruh baik yaitu; ikatan baik antar pasangan, peningkatan
kebahagiaan, orongan untuk sistem kekebalan tubuh, dan ada yang mengatakan bahwa
seks saat usia kehamilan aterm dapat menginduksi persalina. Pengaruh buruk yaitu;
42
pasangan. Sebuah study mengatakan bahwa dalam waktu tiga bulan setelah kelahiran,
kesehatan umum ibu secara keseluruhan. Sebuah studi juga mengatakan kemungkinan
83% wanita di dua sampai tiga bulan pascapersalinan . Tidak ada dampak yang
ditemukan dari metoder persalinan (vaginal vs caesar) pada kepuasan dengan hubungan
Sebuah studi mengatakan bahwa menyusui mengurangi hasrat seksual wanita dan
frekuensi hubungan seksual pada postpartum. Tingkat prolaktin yang tinggi ini menekan
43
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, G., Aslan, D., Kizilyar, A., Ispahi, Ç., & Esen, A. (2005). A prospective analysis of
sexual functions during pregnancy. International Journal of Impotence Research,
17(2), 154–157. https://doi.org/10.1038/sj.ijir.3901288
Akbar Novan, Sp.OG.(2019). Hubungan Seksual Selama Kehamilan. KSM Obsgyn RSUP
Dr. Sardjito. https://sardjito.co.id/2019/09/30/hubungan-seks-saat-kehamilan/
Brown, C, Bradford, J, et al, . (2008) . Sex and Sexuality in Pregnancy. The Global
Library of Women’s Medicine’s Welfare of Women Global Health Programme.
(ISSN: 1756-2228) 2008; DOI 10.3843/GLOWM.10111
Fuchs, A., Czech, I., Sikora, J., Fuchs, P., Lorek, M., Skrzypulec-Plinta, V., & Drosdzol-
Cop, A. (2019). Sexual functioning in pregnant women. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 16(21).
https://doi.org/10.3390/ijerph16214216
Janet, B. 2019. What to know about sex during pregnancy. Medical New Today.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/321648
Jones, C., Chan, C., & Farine, D. (2011). Practice Sex in pregnancy. Canadian Medical
Association Journal, 183(7), 815–818.
Allesandera, P. et. all. (2009). Artigo Original Prevalence of sexual dysfunction during
pregnancy. Rev Assoc Med Bras, 55(5), 563–568.
Madonna, F., Taufiq, R., & Enny.(2016). Hubungan Kehamilan terhadap Fungsi Seksual
Wanita Usia 20─35 Tahun di Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu.Departemen
Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.Volume 2, Nomor 2
Pangkahila, Wimpie, 2014 , Seks dan Kualitas Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
44
Pauleta, J. R., Pereira, N. M., & Graça, L. M. (2010). Sexuality during pregnancy. Journal
of Sexual Medicine, 7(1 PART 1), 136–142. https://doi.org/10.1111/j.1743-
6109.2009.01538.x
Zaksek TS. (2015). Sexual Activity during Pregnancy in Childbirth and after Childbirth.
Sexology in MIdwifery.
45