Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN BUNUH DIRI


Untuk memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa Profesi Ners
Dosen Pengampu : Winda Ratna Wulan.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J

Disusun oleh:

Ruang Kenari

Eka Hardianti Budiana J2114901054


Yuli Nurliyanti J2114901048
Mukhsin Abdulah J2114901055
Salma Ayu Lestari J2114901041
Komala Sari J2114901043
Candra Maulana Yusuf J2114901058

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
JL.Tamansari KM 2,5 Kota Tasikmalaya Telp./Fax: (0265) 2350982 020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN BUNUH DIRI

A. Pokok pembahasan
Pencegahan Bunuh Diri
B. Area pesan pokok
Risiko Bunuh Diri
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan adanya penyuluhan ini diaharapkan peserta dapat mengerti dan
memahami tentang konsep pencegahan bunuh diri
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian resiko bunuh diri?
b. Mengetahui dan memahami penyebab resiko bunuh diri?
c. Mengetahui dan memahami gejala klinis resiko bunuh diri?
d. Mengetahui dan memahami pencegahan resiko bunuh diri?
D. Sasaran
Keluarga pasien RS Jiwa Provinsi Jabar
E. Hari/Tanggal
Senin, 24 Januari 2022
F. JAM
08.30 WIB
G. Waktu
30 menit
H. Tempat
Di Ruang Rawat jalan
I. Pelaksana
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
J. Isi Materi
1. Menjelaskan pengertian pengertian resiko bunuh diri
2. Menjelaskan penyebab resiko bunuh diri
3. Menjelaskan gejala klinis resiko bunuh diri
4. Menjelaskan pencegahan resiko bunuh diri
K. Metode
Ceramah dan tanya jawab
L. Media yang digunakan
Leatflet
M. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi strukur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada Keluarga pasien RS Jiwa
Provinsi Jabar
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Keluarga pasien tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
c. Keluarga pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga pasien mengetahui dan mampu menyebutkan kembali tentang
bagaiamana cara melaksanakan metode kangguru pada bayi
N. Rencana kegiatan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 3 menit Pembukaan:
a) Memberi salam Menjawab salam
b) Perkenalan
c) Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
d) Menyebutkan materi / pokok memperhatiakn materi yang
bahasan yang akan disampaikan disampaikan
2 15 menit Pelaksanaan / penyampaian materi:
a) Pengertian resiko bunuh diri
b) Penyebab resiko bunuh diri
c) Gejala klinis resiko bunuh diri Menyimak dan memperhatikan
d) Pencegahan resiko bunh diri

3 10 menit Evaluasi
a) Memberi kesempatan untuk
bertanya
b) Melakukan tanya jawab untuk Peserta bertanya mengenai
mengetahui pemahaman masalah yang belum dipahami
c) Menanyakan kembali materi Mendengarkan dan
yang telah disampaikan memperhatikan
d) Membacakan kesimpulan hasil
penyuluhan
4 2 menit Penutup
Mengakhiri pertemuan dengan
Peserta menjawab salam
mengucapkan terimakasih dan
salam
Lampiran

MATERI

A. Pengertian Resiko Bunuh Diri


Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan
untuk mengakhiri hidup, individu secara sadar dan berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati.
Bunuh diri disebut juga dengan suicidality, dimana istilah tersebut digunakan untuk
menyebut semua prilaku daan pikiran terkait bunuh diri pada spektrum risiko bunuh
diri, yang bergerak mulai dari pikiran-pikiran pasif tentang kematian disalah satu
ekstrim samapi tindakan bunuh diri di esktrim yang laim. Oleh karena, tindakan bunuh
diri yang dimaksud tidka hanya terbatas pada tindakan bunuh diir saja, nmaun
termasuk didalamnya niat dan pikiran bunuh diri serta perbuatan menganiaya diri
sendiri (Ardimen, 2016)
B. Penyebab Resiko Bunuh Diri
1. Dilanda keputusasaan dan depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
3. Gangguan kejiwaan/ tidak waras
4. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta/iman/ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
C. Klasifikasi
1. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia
tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga
mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi
wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks
peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang
tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan
untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar
ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya
D. Gejala Klinis Resiko Bunuh Diri
1. Mempunyai ide bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
5. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
6. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian)
7. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasingkan diri)
9. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat depresi, psikosis, dan
menyalahgunakan alkohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
11. Pengangguran
12. Kehilangan pekerjaan atau kegagalan karir
13. Status perkawinan
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
E. Pencegahan Resiko Bunuh Diri
Bila menemukan orang dengan ciri risiko tinggi bunuh diri :
1. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh individu
a. Coba menjalin kontak dan mengenali pelaku tindakan bunuh diri beserta latar
belakangnya.
b. Dengarkan dengan penuh perhatian dan biarkan pelaku tindakan bunuh diri
berbicara mengenai perasaannya.
c. Coba mengenali masalah dan memahami perasaannya.
d. Hargai pemikirannya dan jangan menyalahkan keputusan mereka untuk bunuh
diri.
e. Telusuri situasi yang dialami sekarang dan pengalaman serta keyakinannya
pada masa lalu.
f. Telusuri pilihan alternatif yang positif yang mungkin dan dapat dilakukan sesuai
dengan diri, nilai dan hal yang disenangi oleh orang tersebut.
g. Identifikasi cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong mereka dalam
situasi krisis.
h. Beri mereka harapan dan optimisme.
i. Bantu mereka mengurangi beban pikirannya.
j. Libatkan mereka dalam kegiatan sosial dan rekreasi seperti bertemu orang,
berbicara kepada teman, mendengarkan radio, menonton televisi (bukan yang
menayangkan tentang bunuh diri), menghadiri pertemuan sosial dan lain-lain.
k. Rujuk mereka kepada konselor atau tenaga kesehatan jiwa (psikiater, psikolog)
l. Ikuti saran dari dokter atau konselor, khususnya kepatuhan terhadap terapi.
m. Dampingi dan bantu mereka dengan segala cara yang mungkin dilakukan.
n. Teruskan berinteraksi, mendengarkan dan menawarkan dukungan.

Bila situasi krisis sudah berlalu, penting untuk tetap memberikan dukungan
agar mereka mampu mengatasi tantangan hidup dengan cara yang positif. Jika
pikiran bunuh diri tetap ada, diperlukan dukungan konselor dan profesional lain,
jadi mereka perlu dirujuk ke tenaga yang tepat. Semua anggota masyarakat
sebenarnya dapat bertindak sebagai konselor yang terbatas yaitu dengan cara
berkomunikasi, berempati, memberi dukungan dan menunjukkan arahan yang
positif bagi orang tersebut.

2. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga


Keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan dalam kehidupan individu.
Konflik interpersonal, hubungan yang terganggu dan kehidupan yang tidak
harmonis merupakan faktor pencetus yang penting dalam tindakan bunuh diri.
Keluarga perlu memberi dukungan dan melakukan upaya untuk mencegah bunuh
diri. Anggota keluarga dapat melakukan upaya yang efektif dengan berbagai cara,
antara lain:
a. Membina hubungan yang erat dengan pelaku, penuh perhatian, mendengarkan,
menghargai perasaan serta memahami emosinya.
b. Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolongnya.
c. Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku pada
kelemahannya.
d. Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga yang mempunyai
keinginan bunuh diri.
e. Menjauhkan pelaku dari benda yang membahayakan dirinya seperti: obat-
obatan, racun, benda tajam, tali dan lain-lain.
f. Secara bertahap bangkitkan kembali keinginan untuk hidup (untuk beberapa
situasi dapat terjadi dengan cepat).
g. Ajari dan praktekkan metode penyelesaian masalah dan timbulkan rasa optimis.
h. Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan latihan
pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang lain.
i. Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan profesional,
rumah sakit atau LSM (lihat lampiran) yang tepat. Mereka yang mempunyai
masalah kesehatan jiwa tidak mau dilabel dengan ”gangguan jiwa”. Oleh karena
itu persuasi merupakan faktor kunci untuk membawanya ke dokter. Konsultasi
dengan dokter tidak cukup hanya satu kali. Untuk mendapatkan perubahan yang
bermakna diperlukan konsultasi yang teratur dan perlu mengikuti saran yang
diberikan oleh dokter.
j. Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan berbagai
cara yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan.
k. Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan perilakunya.
l. Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal, gangguan jiwa
(depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain) dan penderita cacat.
m. Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu kasus
spesifik (misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga sosial, institusi
kesehatan, tokoh agama dan sesepuh atau tokoh masyarakat).
n. Dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang, pengertian dan
dukungan (selain dari memberi pengobatan yang diperlukan secara teratur),
dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri.

REFERENSI

Ardimen. 2016. Pengembagan intervensi konseling untuk pencegahan aksi bunuh diri berbasis
psikologi dan budaya lokal; pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan sosio-kultural
dalam pencegahan aksi bunuh diri di Kabupaten Tanah Datar. ICON UCE.

Rachmah,A. 2016. SAP pencegahan tersier resiko bunuh diri. Academi.

https://www.academia.edu/371798812/SAP_PENCEGAHAN_TERSIER_RESIKO_BUNUH_DIRI

Ulfianti,K. 2020. Satuan acara penyuluhan resiko bunuh diri. Sekolah Tinggi Kesehatan
Mataram.
https://pdfcoffe.com/qdownload/kartini-ulfianti-sap-rbd-pdf-io-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai