Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Rizha Fatkhurohman

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042017317

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4333/ Manajemen keuangan dan bisnis

Kode/Nama UPBJJ : 71/ UT.Surabaya

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban No 1 :
1. Kebijakan Manajemen
Piutang tambahan penjulan kredit = 10% x (Rp. 50.000 x 20.000) = Rp. 100.000.000
Marginal profitabilitas atas tambahan penjualan
52% x Rp. 100.000.000 = Rp. 52.000.000
Penurunan piutang

1.000.000.000 x 30 – 1.100.000.000 x 20
365 365

= 82.191.780,8 – 60.273.972,026
= Rp. 21.917.808,7
Penghematan atas penurunan piutang
Rp. 21.917.808,7 x 10% = Rp. 2.191.780,8
Potongan tunai = Rp. 1.100.000.000 x 50% x 0,03 = Rp. 16.500.000
Tambahan keuntungan bersih penjualan kredit
Marginal return – Marginal cost = Rp. 52.000.000 – Rp.2.191.780,8
= Rp. 49.808.219,2
Tambahan keuntungan bersih penjualan tunai
Marginal return – Marginal cost = Rp. 52.000.000 – Rp. 16.500.000
= Rp. 35.500.000
Jadi , dari perhitungan diatas keuntungan atas penjualan kredit lebih besar dibandingkan penjualan
tunai, jadi kebijakan perubahan penjualan sebaiknya dilakukan.

Jawaban No 2 :
a. Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang
dikehendakinya.Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari terjadinya
kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang berlebihan (excess
Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
Istilah “Just In Time” Jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia adalah Tepat Waktu,
Jadi Sistem Produksi Just In Time atau JIT ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem
Produksi Tepat Waktu. Tepat Waktu disini berarti semua persedian bahan baku yang akan diolah
menjadi barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan jumlah yang tepat juga. Semua barang jadi
juga harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh pelanggan pada waktu yang
tepat pula. Dengan demikian Stock Level atau tingkat persedian bahan baku, bahan pendukung,
komponen, bahan semi jadi (WIP atau Work In Progress) dan juga barang jadi akan dijaga pada
tingkat atau jumlah yang paling minimum. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam
mengoptimalkan Cash Flow dan menghindari biaya-biaya yang akan terjadi akibat kelebihan bahan
baku dan barang jadi.

b. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT:


1. Organisasi Pabrik: Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan
produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu
lokasi.

2. Pelatihan/Tim/keterampilan: JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila


dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana
menghadapi perubahanyang dilakukan dari system tradisional dan bagaimana cara kerja JIT yaitu:
• Membentuk Aliran/Penyederhanaan: Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat
di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran
tersebut, dan memecahkan masalah awal.
• Kanbal Pull System: Kanbal merupakan system manajemen suatu
pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu
diperhatikan.
• Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.
• Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan.
• Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.
• Meratakan beban produksi.
• Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.
• Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

3. Visibiltas/ pengendalian visual: Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan
system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit dilakukan karena para
karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute produksi
yang saling bersilangan.

4. Eliminasi Kemacetan: Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa
produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri
dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya
yang relevan.

5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup: Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang
terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai bila nesin- mesin
digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan
proses berikutnya dalam tahap produksi.

c. Reorder point adalah sebuah titik di mana sebuah barang yang ada di gudang harus ditambah
persediaannya sebelum kehabisan. Yang sering jadi pertanyaan adalah; kapankan waktu yang tepat
untuk memesan barang tersebut.
Jawaban No 3 :

Kebijakan Persediaan

Kebutuhan bahan baku (D) = 5000 unit

Harga per unit (I) = Rp 10.000

Biaya pemesanan + biaya penurunan (S) = Rp 200.000 + Rp 50.000 Biaya

penyimpanan © = 15%

Safety Stock = 10%


Lead Time = 1 minggu (1 tahun 360 hari)
2xD
EOQ=
IxC

√ 2 x 5.000 x 250.000
I xC

√ 2.500 .000 .000


1.500

√1.666,6
= 1.290

Frekuensi Pemesanan = 5000/1.290 = 3,8 kali Penggunaan selama 1 bulan = 5000/12 = 416,7
Penggunaan selama 1 minggu = 416,7/4 = 104

Re Order Point = Safety stock + Penggunaan selama lead time


= (10%x 5000) + 104
= 500 + 104 = 604 unit
Jadi perusahaan melakukan pemesanan kembali bahan baku ketika persediaan yang tersisa di
gudang sebesar 604 unit.

Anda mungkin juga menyukai