Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Dosen Pembimbing: Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes

OLEH : NI KADEK SINTIA AYU ASTUTI

NIM 2014201041

Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan/A

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

Alamat : Jln.Tukad Balian no.180 Renon,Denpasar,Bali


A. Konsep Teori kebutuhan
1. Definisi
Oksigen (O2) memegang peran penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional.Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tutbuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,kardiovaskuler
dan keadaan hematologis.Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.Oleh karena itu,kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang sangat utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan
oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan secara fungsional. Bila ada gangguan
pada salah satu organ sistem respirasi,maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan
dengan kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen.
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke
lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,
2012).

2. Anatomi fisiologi terkait KDM


1. Saluran pernafasan Bagian Atas
a) Hidung, terdiri atas saluran dalam lubang hidungyang mengandung kelenjar
sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung
pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh
rambut yang ada di dalam vestibulum, kemudian udara tersebut akan
dihangatkan dan dilembabkan
b) Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai
dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga
yaitu nasofaring (belakang hidung), orofaring (belakang mulut), dan
laringofaring (belakang laring).
c) Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran
dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah
d) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring
saat proses menelan
2. Saluran pernafasan Bagian Bawah
a) Trakhea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebratorakalis kelima. Trakhea memiliki
panjang kurang lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak
lengkap yang berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir dan
terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda
asing
b) Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek danlebar dari
pada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas,
lobus tengah dan lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari
bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
c) Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronkus
3. Paru – Paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru
terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi
cairan surfaktan
Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru-
paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut
apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
a) Ventilasi Paru
ParuVentilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan: inspirasi
(inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat
udara mengalir keluar dari paru. Keadekuatan ventilasi tergantung pada
beberapa faktor:
- Kebersihan jalan napas.
- Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.
- Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan
berkontraksi.
- Keadekuatan komplias dan rekoil paru

b) Volume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonar. Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru. Variasi seperti kehamilan, latihan fisik,
obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif dan restriktif.Jumlah
surfaktan,tingkat komplinasi, dan kekuatan otot pernafasan mempengaruhi
tekanan dan volume di dalam paru-paru
c) Alveoli
Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke dan dari darah
melalui membran alveolar. Kantung udara yang kecil ini mengembang
selama inspirasi,secara besar meningkatkan area permukaan di atas
sehingga terjadi pertukaran gas

3. Faktor predisposisi (pendukung) dan Presipitasi (pencetus)


Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. Gangguan jantung,meliputi: ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan
konduksi,kerusakan fungsi valvular,hipoksis miokard,kondisi-kondisi kardiomiopati
dan hipoksia jaringan perifer
2. Kapasitas darah membawa oksigen
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane
hialin karena belum teratur dalam menghasilkan surfaktan.Bayi dan toddler berisiko
mengalami infeksi saluran pernafasan akut.Pada deawasa,mudah terpapar faktor
risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi
pada usia tua/lansia.

4. Gangguan terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi


a. Etiologi
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit.
Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon
demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen
pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah
mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan
kerja jantung dankebutuhan oksigen.Pengaruh lingkungan terhadap oksigen
juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka
makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada
tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.Selain itu, kadar
oksigen di udara juga dipengaruhi olehpolusi udara. Udara yang dihirup pada
lingkungan yang mengalami polusi udara memiliki konsentrasi oksigen
rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara
diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan Fsisk
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan
pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah
koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh
6. Usia
Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi sistem
pernapasan lansia menjadi sangat penting jika sistem mengalami
gangguan akibat perubahan seperti infeksi, stres fisik atau emosional,
pembedahan, anestesi, atau prosedur lain. Perubahan-perubahan tersebut
adalah:
a. Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis.
b. .Jumlah pertukaran udara menurun.
c. Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
d. Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
e. Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
f. Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun.
g. Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.
h. Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi pada lansia dan
meningkatkan risiko aspirasi. Aspirasi isi lambung ke dalam paru
sering kali menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan
respon inflamasi
7. Stress
Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon psikologis maupun
fisiologis dapat memengaruhi oksigenasi. Beberapa orang dapat
mengalami hiperventilasi sebagai respon terhadap stres.Apabila ini terjadi,
PO2 arteri meningkat dan PCO2menurun. Akibatnya, orang dapat mengalami
berkunang-kunang dan bebas serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki,
dan di sekitar mulut
b. Proses terjadi
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya,
semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah compliencedan Recoil. Compliencemerupakan kemampuan
paru untuk mengembang. Sedangkan recoiladalah kemampuan CO2atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata
dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b) Adanya kondisi jalan napas yang baik
c) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler
paru dan CO2di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi
atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan).
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2(hal ini sebagai mana O2dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari tekanan O2dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi)
3. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu curah jantung (Cardiac Output), kondisi pembuluh darah,
latihan, perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hemoglobin
- PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas
- PATHWAY

Faktor lingkungan
(udara,bakteri,virus,jamur)Masuk
melalaui saluran nafas dalam

Terjadi insfeksi dan proses
peradangan

Gangguan penerimaan o2 dan Obstruksi jalan Kontraksi otot polos


pengeluaran co2 nafas saluran pernafasan

Penyempitan saluran
Ketidakseimbangan Batuk yang tidak efektif
pernafasan
ventilasi dan perfusi
Penurunanan bunyi nafas

Sputan dlm jumlah yg Kelelahan otot


Dipnea berlebih pernafasan

Fase ekspirasi Perubahan pola nafas

Memanjang Suara nafas Dispnea


tambahan(ronchi,wheezing,c
Ortopnea Gas darah arteri
rackles)
Penurunan kapasitas paru Abnormal
-
Hiperkapnia
Pola nafas abnormal
Hippksemia
Takipnea
Hipoksia
Hiperventilasi KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS Konfusi
Pernafasan sukar
Nafas Cuping Hidung

Pola Pernafasan

GANGGUAN PERTUKARAN
GAS
KETIDAKEFEKTIFAN POLA
NAFAS
c. Manifestasi Klinis
1) Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)
2) Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3) Batuk tidak ada atau tidak efektif
4) Sianosis
5) Kesulitan untuk bersuara
6) Penurunan bunyi nafas
7) Ortopnea8.Sputum

d. Komplikasi
1) Hypoxia
Merupakan kondisi ketidak cukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan.Penyebab terjadinya
a) Gangguan pernafasan
b) Gangguan peredaran darah
c) Gangguan sistem metabolisme
d) Gangguan permeabilitas jaringan unuk mengikat oksigen
2) Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh),sehingga CO2,dipertahankan dalam aliran darah.Hypoventilasi
dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli,obstruksi jalan nafas atau
efek samping dari beberapa obat.Tanda dan gejala berupa napas
pendek,nyeri dada,sakit kepala ringan,pusing dan pengelihatan kabur.
3) Asidosis respiratorik (Guyton & Hall 2000)
4) Penurunan dorongan hipoksik untuk bernapas (Smith, 2004)
5) Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosiliar (Bourke, 2003)
6) Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum (Pilkington,
7) 2004)
8) Atelektasis (Kolaps paru) : karena konsentrasi oksigen inspirasi yang
tinggi dapat menurunkan produksi surfaktan (suatu substansi yang
menstabilkan membran alveolar dan menurunkan tegangan
permukaan) (Jevon & Ewens 2001).
9) Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi,dari perafasan yang
sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal
jantung kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam
fisiologis maupun pathologis.
1) Fisiologis
a) orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b) pada anak-anak yang sedang tidur
c) pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilas
2) Pathologis
a) Gagal jantung
b) pada pasien uraemi (kadar ureum dalam darah lebih
dari 40mg)
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait KDM
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
Yaitu:
1. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan spirometer. Klien
bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer.
Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV),
kapasitas residual fungsional (FRC),kapasitas vital (VC), kapasitas paru total
(TLC).
2. Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR)
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan
titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
3. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+), tekanan
parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi
oksihemoglobin (SaO2), pH,HCO3-.
4. Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu
persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
5. Hitung Darah Lengkap Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap
meliputi hemoglobin, hematokrit,leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel darah
merah dan sel darah putih.
6. Pemeriksaan sinar X dada Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk
mendeteksi adanya cairan (pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula
dan costae), proses abnormal (TBC).
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel
sputum dan untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang menghambat
jalan napas.
8. CT Scann
CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi,
tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
9. Kultur Tenggorok
Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan
sensitivitas terhadap antibiotik.
10. Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang
berkembang dalam sputum, resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
11. Skin Tes
Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru viral,
dan tuberkulosis.
12. Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan
jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik
atau untuk mengangkat spesimen untuk biopsi.
b. Hasil Temuan (yang tidak normal)
Menurunnya kemampuan mengikat O2 pada tubuh pasien sehingga mengalami gangguan
oksigenasi
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi
jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung.
Pemberian oksigen / terapi oksigen dapat dilakukan melalui metode
berikut ini yaitu :
1) Sistem Aliran Rendah
Pemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditujukan pada
pasien yang membutuhkan oksigen, tetapi masih mampu bernapas
normal karena tekhnik sistem ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi
atau tidak konstan dan sangat dipengaruhi oleh aliran, reservoir, dan pola
napas pasien.contohpemberian oksigen dengan aliran rendah
Yaitu:
a) Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6
liter/menit dengan konsentrasi oksigen 24-4 4%.
Keunggulan utama nasal kanula adalah pasien tidak merasa
tidak nyaman seperti dengan masker dan ia dapat bicara
dan makan dan ada akses ke wajah.
b) Sungkup muka sederhana (simple mask), diberikan kontinu
atau selang seling 5-10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40-60%
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini
memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat
inspirasi dan saat ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antar sungkup
dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong
2) Sistem Aliran Tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan sehingga dapat
menambah konsetrasi oksigen yang lebih cepat dan teratur.Contoh dari
sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka
dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15 liter per menit.

b. Penatalaksanaan Operatif
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisafan lender
d. Jalan nafas buatan
2). Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi

3) Gangguan Pertukaran Gas


a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender

A. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar


a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap status oksigenasi terdiri atas pengkajian
riwayat, pemeriksaan fisik, tinjauan data diagnostik yang relevan (Kozier dan
Erb).
1. Riwayat Keperawatan
Sebuah riwayat keperawatan komprehensif yang relevan dengan status
oksigenasi harus mencakup data tentang masalah pernapasan saat ini dan
masa lalu, gaya hidup, apakah ada batuk, sputum (material yang
dibatukkan, nyeri, pengobatan untuk pernapasan, dan apakah ada faktor
resiko gangguan status oksigenasi (Wahit dan Nurul).
a. Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
1) Nyeri
2) Paparan lingkungan atau geografi
3) Batuk
4) Bunyi nafas mengi
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernafasan
7) Masalah penyakit dahulu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler
f. Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
a. Riwayat hipertensi, penyakit jantung
b. Merokok
c. Usia paruh baya atau lanjut
d. Obesitas
e. Diet tinggi-lemak
f. Peningkatan kolesterol
g. Riwayat penggunaan medikasi
h. Stresor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
j. Pola batuk dan Produksi Sputum: Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara
menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara
mendesing,berat, dan berubah-ubah. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien
mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat
dimana pasin sedang makan, merokok, atau saat malam hari.

b. Pengkajian Fisik

A. Inspeksi
Pengkajian ini meliputi :
a) Penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah nafas spontan
melalui hidung, mulut, oral, nasal atau menggunakan selang
endotrakeal atau trakeostomi, kemudian menentukan status kondisi
seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak,
atau obstruksi mekanik
b) Penghitungan frekuensi pernafasan dalam waktu 1 menit
(umumnya, wanita bernafas sedikit lebih cepat)
c) Pemeriksaan sifat pernafasan, yaitu torakal, abdominal atau
kombinasi keduanya
d) Pengkajian irama pernafasan, yaitu dengan menelaah inspirasi
dengan ekspirasi (pada orang dewasa yang sehat, irama
pernafasannya teratur dan menjadi cepat jika terjadi pengeluaran
tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi. Kemudian yang
perlu diperhatikan pada irama pernafasan adalah perbandingan
antara inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi
lebih lama daripada inspirasi,
e) Pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernafasan (pada
pernafasan yang dangkal, dinding toraks tampak hampir tidak
bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat empisema atau jika
pergerakan dinding toraks menimbulkan rasa sakit dan juga jika
pada rongga toraks terjadi proses desak ruang, seperti penimbunan
cairan dalam rongga pleura dan perikardium serta konsolidasi
yang dangkal dan lambat)
B. Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan,metastasis, tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi ini
dilakukan untuk menentukan besar,konsistensi, suhu, apakah dapat atau
tidak digerakkan dari dasarnya.
C. Perkusi
Pengkajian ini bertujuan menilai normal atau tidaknya suara
perkusi paru. Suara perkusi normal paru adalah suara perkusi sonor, yang
bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara perkusi lain yang dianggap tidak
normal adalah redup, seperti pada infiltrat, komsolidasi, dan efusi pleura.
D. Auskultasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara nafas,
diantara nya suara nafas dasar dan suara nafas tambahan.
Suara nafas dasar meliputi:
a. Suara vesikuler, ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih
tinggi nadanya.
b. Suara bronkial, yaitu suara yang bisa kita dengar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya bisa sama atau
lebih panjang, antara inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak
pause (jeda) yang jelas. Suara bronkial terdengar di daerah
trakea dekat bronkus.
c. Suara bronkovaskuler, yaitu suara yang terdengar antara
vesikuler dan bronkial, ketika ekspirasi menjadi lebih
panjang

a. Data Subjektif:
1. Perasaan lemah
2. Sesak nafas
3. Nyeri dada
4. Batuk tidak efektif
5. Demam
6. Riwayat merokok
7. Ansietas
8. Berat badan menurun

b. Data Objektif :
1. Gelisah
2. Trauma
3. Dispnea
4. Suara nafas tidak normal
5. Perubahan frekuensi dan kedalaman nafas
6. Infeksi paru
7. Edema
8. Atelektasi

c. Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul


1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
a) Definisi: Menurut NANDA 2013, diagnosa keperawatan umum untuk
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidak mampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas
Faktor-faktor yang berhubungan:
1. Lingkungan:
2. Perokok pasif
3. Menghisap asap Merokok
4. Obstruksi jalan nafas:
5. Spasme jalan nafas
6. Mokus dalam jumlah berlebihan
7. Eksudat dalam jalan alveoli
8. Materi asing dalam jalan nafas

b) Penyebab:
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab dari bersihan
jalan napas tidak efektif,antara lain:
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuscular
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi dan respon alergi
9. Efek agen farmakologis

c) Tanda dan Gejala


 Data Mayor
 Bentuk tidak efektif atau tida ada batuk
 Ketidakmampuan untuk mengeluarkan
 Data Minor
 Bunyi napas abnormal
 Frekuensi,irama,kedalaman pernapasan abnormal

2) Gangguan Pertukaran Gas


a) Definisi : Keadaan ketika seseorang individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbon dioksida ) yang actual
atau dapat mengalami pontensial antara alveoli paru-paru dan
system vascular.
b) Penyebab: Penyebab terjadinya gangguan pertukaran gas antara
lain (SDKI DPP PPNI, 2016) :
1) Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2) Perubahan membran alveolus kapiler
c) Batasan Karakteristik
 Data Mayor
Data Subjektif Data Objektif

- Dyspnea saat melakukan - PCO2 meningkat/menurun,PO2


aktivitas menurun

- Ph arteri meningkat/menurun

- Bunyi napas tambahan

- Takardia

 Data Minor

Data Subjektif Data Objektif

- Pusing - Sianosis

- Pengelihatan Kabur - Gelisah

- Pola Napas Abnormal

- Warna kulit abnormal

- Kesadaran Menurun

d. Perencanaan
Rencana Asuhan Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan
1) Rencana Tujuan :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas

2) Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang


bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)

3) Rencana Tindakan

a) Rencana tindakan 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas


Rasional: Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
b) Rencana tindakan 2 : Gangguan pertukaran Gas
Rasional: Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu ,kemudian Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dan Identifikais pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

e. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.

f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam :
1) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan adanya
kemampuan untuk bernapas,jalan napas bersih,tidak ada sumbatan
frekuensi,irama dan kedalaman napas normal,serta tidak di temukan adanya
hipoksia
2) Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukan dengan adanya
kemampuan bernapas,frekuensi,irama,dan kedalaman napasnormal,tidak
ditemukannya adanya tanda hipoksia,serta kemampuan paru berkembang
dengan baik
3) Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan unutk bernapas,tidak ditemukannya dispnea pada usaha
napas,inspirasi dan ekspirasi dalam batas normal serta saturasi oksigen dan
PCO2 dalam keadaan normal
4) Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukan dengan adanya kemampuan
pngisian kapiler,frekuensi,irama kekuatan nadi dalam batas normal dari status
hidrasi normal.
Daftar Pustaka

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc
Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC.
Jakarta.

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC Jakarta.

Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, EGC, Jakarta.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

Tn.D dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi dengan


Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada Kasus Tuberkolusis Paru di Ruang Dahlia
RSUD Tabanan pada tanggal 18 Januari 2022

Nama : Ni Kadek Sintia Ayu Astuti


NIM : 2014201041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2022
A. TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 18 Januari 2022 pukul 13:00 di
Ruang Dahlia RSUD Tabanan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan
fisik dan dokumentasi (rekam medis).

1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(Anak Pasien)
Nama : Tn.D Tn.X
Umur : 54 th 34 th
Jenis Kelamin : Laki-laki Laki-laki
Status Perkawinan: Sudah menikah Sudah Menikah
Suku /Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Petani Wiraswasta
Alamat : Desa Bantiran Desa Bantiran
Alamat Terdekat : Jln Siulan, No 13 Jln. Siulan No 13
Nomor Telepon : 0813532101xx 08135321614xx
Nomor Register : 3436242
Tanggal MRS : 17 Januari 2022

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pada Tanggal 17 Januari 2022, Pukul 08:00 Pasien datang ke Ruang UGD RSUD
Tabanan datang dengan keluhan sesak nafas.

2) Keluhan utama saat pengkajian


Keluarga pasien mengatakan ayah pasien sesak nafas dan batuk berdahakSaat
dilakukan pengkajian ditemukan keluhan pasien seperti sesak nafas.
.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian ditemukan keluhan pasien seperti sesak nafas, batuk
berdahak, secret berwarna putih kekuningan

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Keluarga Pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah
sakit, tidak ada riwayat alergi
5) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah
yang pernah menderita penyakit TB Paru
6) Genogram

Tn.D

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-Laki

: Pasien

------- : Satu Rumah

X : Meninggal
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: Sebelum sakit pasien tidak ada sesak maupun susah
bernafas
Saat Pengkajian : Pasien mengeluh sesak saat menarik nafas, sesak saat
mengeluarkan nafas, nyeri waktu bernafas, batuk

2) Makan dan minum


Sebelum Pengkajian: Sebelum sakit pasien makan 3x sehari nasi, lauk 1 porsi
habis,minum 10 gelas sehari, tidak ada keluhan.
Saat Pengkajian : Saat sakit pasien makan 3 x sehari dengan bubur yang
Di sediakan oleh rumah sakit porsi satu piring habis, minum
air 8 gelas sehari.

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian:
BAB:
Sebelum sakit Pasien BAB 1x Sehari, Bentuk lunak, Teratur, Bau Khas feses,
warna kuning kecoklatan.
BAK:
Sebelum sakit pasien BAK 5-7 x sehari, bau khas urine, warna kuning, bau khas
urine
Saat Pengkajian :
BAB : frekuensi 1 x/hari, teratur, Warna kuning kecoklatan, Bau khas feses
BAK : frekuensi 7x/hari, warna kuning, Bau khas urine, jumlah/volume 150
cc/kencing,

4) Gerak dan aktivitas


Sebelum Pengkajian: pasien biasa melakukan aktivitas sebagai petani, bercocok
tanam
Saat Pengkajian : pasien hanya berbaringdi tempat tidur

5) Istirahat dan tidur


Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan pola istirahatnya dan tidurnya 1 hari
selama 9 jam
Saat Pengkajian : pasien jumlah jam tidur 9 jam/hari),

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan mandi di kamar mandi 2 x/hari dengan
sabun, mencuci rambut 3 kali/minggy dengan shampoo, sikat
gigi 3 x/hari sesuah makan dengan pasta gigi, mengganti
pakaian 2 kali sehari.
Saat Pengkajian : Pasien Mandi, frekuensi 2 x/hari), tempat kamar mandi,
dengan memakai sabun,
Cuci rambut, frekuensi 1x/hari, memakai shampoo,
Pemeliharaan mulut dan gigi, frekuensi sikat gigi (3x/hari,
sesudah makan, memakai pasta gigi.
Berpakaian, frekuensi ganti baju (2 x/hari)
Kebersihan kuku: bersih, keadaan kuku: pendek,
Kemampuan membersihkan diri mandiri

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan berkeringat saat melakukan aktifitas

Saat Pengkajian : □ perasaan panas, □ berkeringat, □ kemerahan


: Data lain Pasien mengatakan tidak merasa panas
8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan badannya normal saat sebelum sakit
tidak ada keluhan nyeri
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri

9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan tidak pernah cemas
Saat Pengkajian : pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya

10) Data sosial


Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan menjadi kapala keluarga keluarga
harmonis hubungan dangan keluarga harmonis
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan tidak menjalankan tanggung jawab
sebagai keluarga karena sedang sakit

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan baiasanya bekerja sebagai petani untuk
kebutuhan rumah tangga
Saat Pengkajian : pasien mengatakan sejak sakit tidak dapat bekerja

12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan hobi memancing
Saat Pengkajian : pasien mengatakan hobi amemancing namun setelah sakit
tidak dapat melakukan hobi memancingnya

13) Belajar
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit belum
mengerti tentang penyakitnya
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang
dialaminya

14) Ibadah
Sebelum Pengkajian: pasien biasa sembyang di merajan pura
Saat Pengkajian : Agama /kepercayaan yg dianut Hindu
Kebiasaan beribadah berdoa di tempat tidur

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : √ composmentis/sadar penuh, □ somnolen, □ koma
Data lainnya…………………………………………
b) Bangun Tubuh : □ kurus, √sedang, □ gemuk
Data lainnya…………………………………………
c) Postur Tubuh : √tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ skoliosis,
Data lainnya…………………………………………
d) Cara Berjalan : √lancar terkoordinir, □ terganggu,
Data lainnya……………….…………………………
e) Gerak Motorik : √normal, □ tergangu,
Data lainnya…………………………………………
f) Keadaan Kulit
Warna : √normal, □ ikterus, □ sianosis, □ pucat/anemis
Turgor : √ elastis, □ kurang elastis, □ jelek
Kebersihan: √ bersih, □ kurang bersih, □ kotor
Luka : √ tidak ada,
□ ada : □ terbuka, □ tertutup
Lokasi…………………………………………………
Luas luka………………………………………………
Warna…………………………………………………
Pus………………………………………………………
Hiperemi ………………………………………………
Jaringan…………………………………………………
Gambar :
Depan Belakang
g) Gejala Kardinal : TD : 120/80mmhg
N :80x/mnt
S :36.oC
RR :28x/mnt
h) Ukuran lain : BB : 60kg
TB :165cm
LL :2.35cm
2) Kepala
a) Kulit kepala √ bersih, □ kotor : □ ketombe, □ kutu
b) Rambut : √ rontok, □ jagung, □ merah
c) Nyeri tekan, lokasi………………………………………………………
d) Luka : Lokasi……………………………………………………………
Luas luka…………………………………………………………
Warna……………………………………………………………..
Gambar

Data lainnya…………………………………………………………………

3) Mata
a) Konjungtiva : √ merah muda, □ anemis/pucat, □ ikterus/kuning
b) Sklera : √putih, □ ikterus
c) Kelopak mata : □ oedema, □ benjolan, □ lingkaran hitam
d) Pupil : √reflek pupil baik, □ pupil isokor, □ pupil midriasis
□ Bola mata menonjol
Data lainnya………………………………………………………………

4) Hidung
a) Keadaan : √Bersih, □ Secret, □ Darah, □ Polip
b) Penciuman : √Baik, □ Terganggu
c) Nyeri : □ nyeri tekan, □ Sinusitis, Lokasi………………………………...
d) Luka, √Tidak ada,
□ Ada : Lokasi………………………………………………………
Luas luka……………………………………………………
Warna……………………………………………………….
Data lainnya : Terpasang Nasal Kanul 3l/menit

5) Telinga
a) Keadaan : √Bersih, □ Secret, □ Darah
b) Nyeri : √tidak nyeri, □ nyeri tekan
c) Pendengaran, √ baik/normal, □ terganggu…………………………………
d) Pemeriksaan □ test rinne……………………………………………………
□ test webber………………………………………………….
□ test swabach…………………………………………………
Data lainnya Normal

6) Mulut
a) Mukosa bibir : √ mukosa lembab, □ bibir sianosis, □ pucat, □ kering
b) Gusi : √ tidak berdarah, □ berdarah
c) Gigi : √gigi lengkap, □ gigi bersih, □ caries/karang gigi, □ berlubang
d) Lidah : √ bersih, □ kotor
e) Tonsil : √ normal, □ hyperemia pada tonsil, □tonsil membesar, □faring
radang
Data lainnya : Normal
7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : √ baik/normal, □ Pembengkakan kelenjar tiroid, □ distensi vena
jugularis, □ kaku kuduk
b) Palpasi : □ kelenjar limfe membesar, □kelenjar parotis membesar,
□Pembengkakan kelenjar tiroid, □deviasi trakea, □teraba massa/tumor……
Data lainnya : Normal

8) Thorax
a) Inspeksi
 Bentuk : √ simetris, □ asimetris
 Gerakan dada: □ bebas, □ terbatas, √ retraksi dada, □ palpitasi
 Payudara : √ simetris, □ asimetris
□ Nyeri…………………………………………………………
□ Bengkak………………………………………………………
□ Luka, Lokasi…………………………………………………
Luas……………………………………………………
Warna………………………………………………….
Pus ……………………………………………………
Lain-lain………………………………………………
b) Palpasi
 Pengembangan dada : √ simetris, □ asimetris
 Vibrasi tactile premitus : □ simetris, □ asimetris
 Nyeri tekan: ………………………………………………………….
c) Perkusi
 Suara paru : □ Sonor/resonan, □ dullnes, √ hypersonor
d) Auskultasi
 Suara paru : □ vesikuler/normal, √ ronchi, □ wheezing □ rales
 Suara jantung: √ Regular, □S1-S2 tunggal, □ Murmur, □ Gallop

Data lainnya………………………………………………………………

9) Abdomen
a) Inspeksi
 Pemeriksaan : □ distensi abdomen, □ ascites
 Luka, √ tidak ada, □ ada, Lokasi…………………………….………
Luas……………………………………………………
Warna………………………………………………….
Pus …………………………………………………….
Lain-lain……………………………………………….
b) Auskultasi
 Peristaltic usus:12x/mnt
c) Palpasi : □ hepatomegali, □ apendiksitis, □ distensi abdomen, □ ascites,
□massa, □ nyeri tekan, lokasi……………………………………………….
d) Perkusi : √ tympani, □ dullnes, □ hipertympani
Data lainnya……………………………………………………………….

10) Genetalia
a) Keadaan : √ Bersih, □ Keputihan, □ Darah
b) Letak Uretra : √ Normal, □ Epispadia, □ Hipospadia
c) Prosedur invasife : □√Tidak
□ Ya, Terpasang dower catheter,……………………….
Data lainnya………………………………………………………………….

11) Anus
Keadaan : √ Bersih, □ Hemoroid
Data lainnya………………………………………………………………….

12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
√pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada ujung kuku,
□Clubbing finger, □ CRT ……..detik

□ Luka, Lokasi………………………………………………………….
Luas luka………………………………………………..........
Warna………………………………………………………....
Pus…………………………………………………………….
Hiperemi ………………………………………………..........
Jaringan……………………………………………………….
√ Terpasang infuse tangan kiri, Nacl 0.9% 20tpm
Data lainnya…………………………………………………………….
b) Ektremitas Bawah
√pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada ujung kuku,
□Clubbing finger, □ CRT ……..detik

□ Luka, Lokasi………………………………………………………….
Luas luka………………………………………………..........
Warna………………………………………………………....
Pus…………………………………………………………….
Hiperemi ………………………………………………..........
Jaringan……………………………………………………….
□ Terpasang infuse,………………………………………………….....
Data lainnya…………………………………………………………….

d) Kekuatan Otot
4444 4444
4444 4444

Data lainnya………………………………………………………….............

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
No. Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lab Pemeriksaan

1 Senin, 17 Januari Hematologi


2022, Pkl, 10:00 WBC 13.000 4000-10.000 uL
PLT 530.000 150.000-440.000uL
2) Pemeriksaan Radiologi

No Hari/Tanggal/Ja Jenis Hasil Kesan


m Pemeriksaan Pemeriksaan

1 17 Januari 2022 Photo Thorax BTA Positif thorax kusam TB


paru duplex Aktif

f. Analisa data

Analisa Data Pasien Tn. D dengan Tuberkolusis Paru di Ruang Dahlia


RSUD Tabanan pada tanggal 18 Januari 2022

Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan


DS : DO: Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan - RR: 28x/Menit bersihan jalan nafas
sesak nafas - Terpasang Nasal
- Pasien mengatakan Kanul 3 L/menit
batuk berdahak - Terdapat sputum
berwarna putih
kekuningan
- Terdengar ronchi
- Retraksi dada

g. Rumusan Masalah Keperawatan


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

h. Analisa Masalah
P : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
E : Obstruksi jalan nafas
S : Sesak nafas, batuk berdahak, suara ronchi, RR 28x/menit
Proses Terjadinya :
Akibat jika tidak ditanggulangi :
2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Obstruksi jalan
nafas ditandai dengan sesak nafas, batuk berdahak, suara ronchi, RR
28x/menit

3. Perencanaan
a. Prioritas masalah
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Obstruksi jalan
nafas ditandai dengan sesak nafas, batuk berdahak, suara ronchi, RR 28x/menit

b. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan Pada Pasien Tn. D dengan Tuberkolusis Paru di


Ruang Dahlia RSUD Tabanan pada tanggal 18 Januari 2022 - 22 Januari
2022
No Hari/Tgl/Ja Diagnosa Rencana Rencana Tindakan Rasional
m Keperawatan Tujuan
1 Selasa,18 Ketidakefektifa Setelah − monitoring ttv pasien − memantau
Januari 2022 n bersihan jalan dilakukan − monitor bunyi nafas keadaan
nafas intervensi tambahan pasien
berhubungan keperawata − memposisikan semi − mengetahui
n
dengan fowler respirasi rate
selama
Obstruksi jalan 3x24jam
− memonitor sputum pasien
nafas ditandai maka − mendemonstrasikan − posisi
dengan sesak bersihan batuk efektif membantu
nafas, batuk jalan napas − anjurkan minum air memaksimal
berdahak, suara meningkat hangat kan ekspansi
ronchi, RR dengan − kolaborasi pemberian O2 paru dan
28x/menit kriteria hasil menurunkan
: upaya
DS: pernafasan
- Tidak − pasien
sesak
mengetahui
- batuk
berdahak
cara batuk
berkurang efektif
DO: sehingga
- Produksi dahak dapat
sputum dikeluarkan
menurun dengan
- Frekuensi maksimal
napas − memantau
membaik sputum
(16- berkurang
20x/mnt)
− air hangat
-Tidak
terdapat
mempermuda
suara nafas h
tambahan pengeluaran
sekret
− Meningkatka
n ventilasi
maksimal dan
oksigenasi

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien Tn D dengan Tuberkolusis Paru


di Ruang Dahlia RSUD Tabanan pada tanggal 18 Januari 2022 - 22
Januari 2022
No Hari/Tgl/Jam No. Diagnosa Tindakan Evaluasi Respon Paraf
Keperawatan
Keperawatan

1 Selasa, 18 1 - Memposisikan -Pasien tidur


Januari 2022 semifowler posisi
- Monitoring ttv semifowler
09:00 WITA - Mengajarkan -TTV
batuk efektif Td:
- Memberikan 120/80mmHg
oksigen Nadi : 80x/menit
- memonitor Suhu : 36o C
sputum RR: 28x/menit
- Pasien mengerti
cara batuk
efektif
- Pasien terpasang
nasal kanul 3
L/menit
- Warna sputum
putih
kekuningan
jumlah±5ml

2 Selasa, 18 1 - Memonitor - Terdengar suara


Januari 2022 bunyi nafas nafas tambahan
- Memberi kie ronchi
12:30 WITA untuk minum - Pasien minum air
air hangat hangat
3 Rabu, 19 Januari 1 - Monitor ttv -TTV
2022 - Memposisikan Td:
semifowler 120/80mmHg
08:00 WITA Nadi : 80x/menit
Suhu : 36o C
RR: 24x/menit
- Pasien posisi
semifowler

4 Kamis, 20 1 - Menganjurkan -Pasien minum air


Januari 2022 minum air hangat
hangat -Sputum
12:00 Wita - Memonitor berwarna putih
sputum kekuningan
- Memonitor jumlah ±3 ml
bunyi nafas -Terdengar suara
nafas tambahan
ronchi

5 Jumat, 21 1 - Memonitor ttv -TTV


Januari 2022 - Memposisikan Td:
semifowler 120/80mmHg
08:00 WITA - Memonitor Nadi : 80x/menit
sputum Suhu : 36o C
- Memonitor RR: 24x/menit
bunyi nafas -Pasien posisi
semifowler
-Sputum
berkurang
jumlah±1ml
-Masih terdengar
suara tambahan
ronchi

6 Sabtu, 22 1 - Memonitor ttv -TTV


Januari 2020 - Memposisikan Td:
semifowler 120/80mmHg
08:00 WITA - Memonitor Nadi : 80x/menit
sputum Suhu : 36o C
- Memonitor RR: 20x/menit
bunyi nafas -Pasien posisi
semifowler
-Sputum
berkurang
jumlah±0.5ml
-Tidak terdengar
suara nafas
tambahan

5. Evaluasi

Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Tn D dengan Tuberkolusis Paru di


Ruang Dahlia RSUD Tabanan pada tanggal 18 Januari 2022 - 22 Januari
2022

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
1 Sabtu, 22 Ketidakefektifan S:-Pasien
Januari 2022 bersihan jalan nafas mengatakan tidak
12:00 Wita berhubungan dengan sesak
Obstruksi jalan nafas - Pasien
ditandai dengan mengatakan
sesak nafas, batuk batuk berdahak
berdahak, suara berkurang
ronchi, RR
28x/menit O: - RR : 20x/menit
- Sputum
berkurang
- Tidak terdengar
suara nafas
tambahan
A: Masalah
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
teratasi

P:lanjutkan
intervensi
- Monitor TTV
- Pertahankan
kondisi pasien

Denpasar, 22 Januari 2022

Pembimbing Mahasiswa

( Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes) (Ni Kadek Sintia Ayu Astuti)
NIP NIM 2014201041
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN
DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN NUTRISI

Dosen Pembimbing: Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes


OLEH : NI KADEK SINTIA AYU ASTUTI
NIM 2014201041

Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan/A


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI
Alamat : Jln.Tukad Balian no.180 Renon,Denpasar,Bali

Anda mungkin juga menyukai