Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA

KANKER ENDOMETRIUM

Oleh :

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKCOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN 2023
A. TINJAUAN KASUS
a. Pengertian
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai
tempat tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut
kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot
atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena
sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah
menopause. (Whoellan 2009)

b. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang
bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20
kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2
sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal
menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal.
Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9
kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko
1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia
lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk
menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah
paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39
maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29. 
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah
atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan
bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara).
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih
berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan
penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
e. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen
yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi
kanker endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor
resiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada
penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian
TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%. 
g. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3
populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada
keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada
populasi kontrol. 
h. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian
keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang sedang
berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih
tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin.
Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan
juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium
pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang
negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi
pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu
makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka
kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia
lainnya.

i. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota
keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa,
akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

c. Patofisiologi
Kanker rahim (uterus) merupakan salah satu jenis kanker yang menakutkan bagi
seorang perempuan. Kanker ini dianggap menjadi penyebab kematian terbesar wanita
di dunia. Ada beberapa penyebab kanker ini, antara lain, hubungan intim di bawah
usia 17 tahun.
Kanker rahim merupakan tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker
ini sering menyerang wanita di atas usia 50 tahun, tetapi dalam perkembangannya saat
ini sudah sering menyerang wanita di bawahnya akibat gaya hidup tidak sehat.
Kanker ini bisa menyebar (metastase) secara cepat dan pasti. Menyebarnya sel kanker
ini bisa secara local (daerah rahim saja) maupun menyebar ke bagian tubuh lainnya
seperti kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah sekitar rahim, system getah
bening atau bagian tubuh lain melalui pembuluh darah.
d. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
 Rasa sakit pada saat menstruasi.
 Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini
akan bertambah pada saat berhubungan seks.
 Sakit punggung pada bagian bawah.
 Sulit buang air besar atau diare.
 Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
 Keputihan bercampur darah dan nanah.
 Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
e. Pemeriksaan Penunjang 
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
 Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
 Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
 Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati, faal
ginjal, elektrolit.

f. Penatalaksaan Medis
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch syndrome tipe 2
perlu dilakukan evaluasi endometrium secara seksama dengan hysteroscopy dan
biopsy. Pemeriksaan USG transvaginal merupakan test non invasif awal yang efektif
dengan negative predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan
endometrium kurang dari 5 mm. Pada banyak kasus histeroskopi dengan instrumen
yang fleksibel akan membantu dalam penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-
ooforektomi bilateral, deseksi kelenjar getah bening pelvis dan biopi paraaorta bila
mencurigakan, bilasan peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi
peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi.
Pengangkatan tumor merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke
abdomen.

 Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan
terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah
menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.
A.   Tujuan Kemoterapi

Kemoterapi bertujuan untuk :


1. Membunuh sel-sel kanker.
2. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
3.   Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.

B.     Jenis kemoterapi:


1) Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
2) Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor,
biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
3) Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk
diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
4) Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
5) Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.

C.    Kemoterapi pada Kanker Endometrium


Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2,
Cisplatinum 60 mg/m2 dengan
interval 3 minggu)

Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap


minggu (5-6 minggu)

Xelloda 500-1000mg/hari (oral)

Gemcitabine 300mg/m2

Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap


minggu (5-6 minggu)

Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu (5-


6 minggu)
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
A. Data Subjektif
a) Biodata
1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama
panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi
lebih akrab.
2) Umur
Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun.
Insidensi kanker endometrium pada wanita premenopause 5 kali
lebih rendah daripada wanita yang telah mengalami menopause, Insidensi ini
meningkat sesuai bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70
tahun
3) Suku/bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan
keluarga.
4) Agama
Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual
terhadap pasien dan keluarga.
5) Pendidikan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi ini
membantu klinisi memahami klien sebagai individu dan memberi
gambaran kemampuan baca tulisnya.
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk mengetahui
apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelahiran
prematur dan pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat merusak
janin.
7) Alamat
Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta tahu lingkungan pasien.
b) Alasan Datang

1. Keluhan Utama
 Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
 Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada Wanita pasca
menopause)
 Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
 Siklus menstruasi yang abnormal
2. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu bidan ketahui, yaitu
apakah pasien atau sedang menderita penyakit, seperti penyakit jantung,
diabetes melitus, ginjal, hipertensi atau hepatitis. (Sulistyowati: 114)
Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 kali lebih besar
berisiko terkena kanker endometrium jika disertai diabetes. Tingginya kadar
estrone dan lemak dalam plasma wanita dengan diabetes menjadi
penyebabnya. Hipertensi menjadi faktor risiko pada wanita pasca menopause
dengan obesitas.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga dengan
riwayat kanker endometrium dalam keluarga.
4. Riwayat Perkawinan
Riwayat Perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai
hamil.
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat Menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid, HPHT
6. Riwayat KB
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi
oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin. Sebaliknya
pengguna kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin dengan kadar
progesterone tinggi mempunyai efek protektif dan menurunkan risiko kanker
endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.

7. Pola Fungsional Gordon


a) Pola Nutrisi
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran
nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi
sereal,kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein,
menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui fitoestrogen.
b) Pola Eliminasi
Polaeliminasi yang dialamiolehibu. Apakah ibu mengalami obstipasi,
retensi urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker
c) Pola Istirahat
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat
terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.
d) Pola Aktivitas
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas
dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat
bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4=tergantung
total). Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan
sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari terapi
yang dijalaninya, selain itu pasien juga akan merasa sangat lemah terutama
pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya
dengan baik akibat dari progresivitas kanker endometrium sehingga
harus beristirahat total.
e) Pola Seksual
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan
terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan
hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah
berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari
vagina. Kaji riwayat penggunaan kontrasepsi, menggali jenis dan lama
kontrasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan lebih dari 6
tahun, KB IUD).

f) Pola Kognitif dan Perceptual


Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena klien masih
dapat berkomunikasi.
g) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Sikap penerimaan klien terhadap tubuhnya, persepsi klien tentang tubuhnya
dan penyakitnya.
h) Pola Peran dan Hubungan
Peran klien sebagai ibu dan istri biasanya akan terganggu karena penyakit
yang dideritanya, begitu juga hubungannya dengan orang lain disekitarnya.
i) Seksual Reproduksi
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi :
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan skes, kontinuitas hubungan seksual.
j) Pola Nilai dan Kepercayaan
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya. Ini
sering kali berpengaruh terhadap intervensi yang akan diberikan.
k) Data PsikososialdanSpiritual
Dampak psikologis yang dialami oleh tiap orang berbeda – beda tergantung
pada tingkat keparahan (stadium), jenis pengobatan yang dijalani dan
karakteristik masing – masing penderita. Sekitar 30,0% penderitakan
kermengalami permasalahan penyesuaian diri dan 20,0% didiagnosis
mengalami depresi. Dampak psikologis yang sering dirasakan oleh pasienya
itu berupa ketidak
l) berdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri menurun, stress dan amarah.
(Rayburn, F. William.2001)

B. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:
 Baik.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.

 Lemah.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.
2. Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat
melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
3. Tekanan Darah
4. Nadi: 60-90 x/menit
5. Pernapasan: 16-24 x/menitf.
6. Suhu: 36,5-37,5
7. Berat Badan
Obesitas meningkatkan risiko terkenakanker endometrium. Kelebihan 13-22
kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 kali lipat. Sedangkan kelebihan
di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10 kali lipat.

b) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : bersih atau kotor, warna, mudah rontoh atau tidak
2. Muka : pucat atau tidak
3. Mata : sklera putih atau tidak, konjungtiva merah atau pucat, ada gangguan
penglihatan atau tidak
4. Telinga : ada sekret atau tidak , ada gangguan pendengaran atau tidak
5. Hidung : ada sekret atau tidak , ada polip atau tidak.
6. Mulut : warna, integritas jaringan (lembab , kering atau pecah – pecah ),
kebersihan, caries.
7. Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar , apakah kelenjar limfa membengkak.
8. Abdomen: warna, bentuk, adanya massa atau tidak, adanya nyeri tekan atau
tidak.
9. Genitalia : warna, keputihan, oedem atau tidak, ada bekas episiotomi atau tidak.
10. Ekstremitas : pergerakan bebas atau tidak, oedem atau tidak, ada kelainan atau
tidak, ada varises atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyaralat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual ataupun potensial. Diagnose keperawatan merupakan
dasardalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan. Adapun diagnosa yang
diangkat dari masalah setelah dilakukan tindakan adalah :

1. SDKI 2016 : D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. SDKI 2016 : D.0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. SDKI 2016 : D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ( mis.
Abses,amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan )

SDKI 2016 : D.0142 Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive

3. INTERVENSI

Dx Tujuan dan Intervensi


Kriteria hasil
SDKI 2016 : Setelah dilakukan Observasi
D.0077 Nyeri akut asuhan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
berhubungan keperawatan 3x24 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan agen jam diharapkan - Identifikasi skala nyeri
pencedera nyeri berkurang Terapeutik
fisiologis (mis. dengan kriteria - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Inflamasi, iskemia, hasil : mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
neoplasma) a) Kemampuan hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
menuntaskan terapi pijat, aromaterapi, teknik
aktivitas imajinasi, terbimbing, kompres hangat/dingin,
meningkat terapi bermain)
b) Keluhan nyeri Edukasi
menurun - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
c) Meringis nyeri
menurun - Jelaskan strategi meredakan nyeri
d) Gelisah - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
e) Kesulitan tidur Kolaborasi
menurun - Kolaborasi pemberian analgetik,
f) Menarik diri
menurun
g) Berfokus pada
diri sendiri
menurun
h) Diaphoresis
menurun
i) Perasaan
depresi menurun
j) Perasaan takut
mmengalami
cedera berulang
menurun
k) Anoreksia
menurun
l) Perineum terasa
tertekan menurun
m) Uterus teraba
membulat
menurun
n) Ketegangan
otot menurun
o) Pupil dilatasi
menurun
p) Muntah
menurun
q) Mual menurun
r) Frekuensi nadi
membaik
s) Pola napas
membaik
t) Proses berpikir
membaik
u) Focus
membaik
v) Fungsi
berkemih
membaik
w) Perilaku
membaik
x) Nafsu makan
membaik
y) Pola tidur
membaik (Tim
Prokja SLKI DPP,
2019)
SDKI 2016 : D.0080 Setelah dilakukan Observasi
Ansietas asuhan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
berhubungan dengan keperawatan (mis. Kondisi, waktu, stresor)
krisis situasional selama 3x24 jam Terapeutik
diharapkan Ciptakan suasana terapeutik untuk
ansietas menumbuhkan kepercayaan
berkurang. - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
Dibuktikan jika memungkinkan
dengan kriteria - Dengarkan dengan penuh perhatian
hasil : Edukasi
1. Verbalisasi - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
kebingungan mungkin dialami
menurun - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
2. Verbalisasi persepsi
khawatir akibat Kolaborasi
kondisi yang - Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
dihadapi menurun perlu
3. Perilaku
gelisah menurun
4. Perilaku tegang
menurun
5. Frekuensi nadi
menurun
6. Tekanan darah
menurun
7. Pucat menurun
8. Konsentrasi
membaik
9. Perasaan
keberdayaan
membaik
DKI 2016 : D.0077 Setelah dilakukan Observasi
Nyeri akut asuhan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
berhubungan dengan keperawatan 3x24 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
agen pencedera fisik jam diharapkan - Identifikasi skala nyeri
( mis. nyeri akut Terapeutik
Abses,amputasi, berkurang dengan - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
terbakar, terpotong, kriteria hasil : mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
mengangkat berat, 1) Tidak hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
prosedur mengeluh nyeri terapi pijat, aromaterapi, teknik
operasi, trauma, 2) Tidak meringis imajinasi, terbimbing, kompres hangat/dingin,
latihan fisik 3) Tidak bersikap terapi bermain)
berlebihan ) protektif Edukasi
4) Tidak gelisah - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5) Tidak nyeri
mengalami - Jelaskan strategi meredakan nyeri
kesulitan tidur - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
6) Frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
membaik Kolaborasi
7) Tekanan darah - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
membaik
8) Melaporkan
nyeri
terkontrol
9) Kemampuan
mengenali onset
nyeri
meningkat
10) Kemampuan
mengenali
penyebab
nyeri meningkat
11) Kemampuan
menggunakan
teknik
non-farmakologis
SDKI 2016 : setelah dilakukan Observasi
D.0142 Risiko tindakan - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
infeksi berhubungan keperawatan sisternik
dengan efek selama 3x24 jam Terapeutik
prosedur diharapkan pasien - Berikan perawatan kulit pada area edema
invasif mampu kontrol - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
risiko dengan dengan pasien dan lingkungan pasien
kriteria hasil : Edukasi
a) Tidak pernah - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menunjukan tanda - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
dan gejala infeksi Kolaborasi
(rubor, - Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi
calor, dolor,
tumor, dan
fungsiolaesa)
b) Kemampuan
modifikasi gaya
hidup
c) Kemampuan
mengenali
perubahan status
kesehatan

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain


dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali pasien,
modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak
tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga
fase implementasi keperawatan

 Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,


pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan pasien
dan lingkungan.
 Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengn
tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi independen, dependen
atau interdependen
 Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah
implementasi dilakukan (Potter and pery, 2015)

5. EVALUASI

Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan


keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan kualitas data,
teratasi atau tidaknya masalah pasien, pencapaian tujuan serta ketepatan
intervensi keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan
balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan
terebih dahulu
C, WOC

Hormone estrogen meningkat

Vaskularisasi meningkat

Pertumbuhan berlebih
selaput lendir rahim

Hyperplasia endometrium

Estrogen terus menerus


tinggi

Berkembang menjadi ganas

Ca endometrium

Saat E dan PG turun

Vaskularisasi menurun

Jaringan endometrial
menjadi nekrosis

Iritasi peritonium Usus tertekan kemoterapi

Nyeri saat haid Mual dan muntah

Gangguan citra
Nyeri akut Ketidakseimbangan tubuh
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai