Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMA


NEGERI 6 KOTA JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

FITRI NATALIA BUTAR-BUTAR (A1C319076)

DOSEN PENGAMPU:

DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik
dengan peserta didik dan sumber belajar. Proses pembelajaran merupakan hal yang
kompleks dan sistematis. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
berbagai komponen yang menjadi satu kesatuan, saling berinteraksi dan berkaitan satu
sama lain untuk mencapai suatu hasil secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (Aqib,2017). Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara
komponen. Pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen guru,
siswa, tujuan, materi, metode, sarana atau alat, lingkungan dan evaluasi. Salah satu
pembelajaran yang ada di sekolah menengah atas yaitu pembelajaran fisika.

Fisika adalah salah satu bidang sains yang mempelajari perubahan dalam alam.
Pembelajaran fisika merupakan proses membangun pengetahuan dalam mengkaji
berbagai fenomena fisika, memahami konsep fisika, memecahkan serta menemukan
mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Melalui pembelajaran fisika, peserta didik
belajar untuk mengkaji gejala atau fenomena yang terjadi di alam semesta, terutama yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Contoh fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari
yaitu spion kendaraan terbuat dari cermin cembung, proses pemuaian rel kereta api di
siang hari dan penyusutan pada saat malam hari, hal tersebut dalam dikaji dengan
menggunakan ilmu fisika (Nasution, S. 2006)

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang telah diperkenalkan kepada
siswa dari sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Umumnya banyak siswa
kurang menyukai pembelajaran fisika karena, karena dianggap sulit, sehingga proses
pembelajaran fisika tidak sesuai seperti yang diharapkan. Masalah siswa dalam belajar di
kelas salah satunya adalah kurang memahami konsep materi pelajaran, banyak rumus dan
menghitung. Kesulitan itu kemudian yang menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap
mata pelajaran fisika. Hal ini yang menyebabkan antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran fisika di kelas menjadi rendah yang akan mempengaruhi nilai hasil belajar
siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik lebih cenderung menerima informasi-
informasi pembelajaran yang berasal dari guru sehingga membuat pembelajaran menjadi
berpusat pada guru. Selain itu, peserta didik juga kurang termotivasi untuk bertanya
mengenai materi dan contoh mata pelajaran fisika yang dipelajarinya sehingga guru sulit
membedakan antara peserta didik yang telah mengerti dan yang belum mengerti terhadap
materi tersebut karena respon siswa yang cenderung pasif (Latipun, 2016)

Dalam proses pembelajaran siswa sering menganggap bahwa pelajaran fisika sulit
dan menakutkan sehingga siswa kurang berminat mengikuti pelajaran fisika. Menurut
Arikunto (2013) bahwa rendahnya hasil belajar fisika di sekolah salah satu penyebabnya
yaitu penggunaan model pembelajaran yang kurang cocok dengan pembelajaran,
penggunaan media yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa
menjadi tidak tertarik untuk belajar fisika. Proses belajar mengajar dapat terlaksana
dengan baik apabila terdapat interaksi yang baik antara guru dan siswa. Agar tercipta
interaksi tersebut maka dibutuhkan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa
denga harapan siswa dapat memahami konsep pembelajaran yang diajarkan oleh guru
sehingga nilai hasil belajarnya meningkat atau mencapai tujuan pembelajaran (Rusman.
2010)

Salah satu inovasi pembelajaran yang akan membuat siswa lebih tertarik dalam
kegiatan belajar mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang biasa saja (konvensional) menjadi
salah satu penyebab kurang tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal (Fauziah,
2014). Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa yaitu model pembelajaran think, talk and write (berpikir, berdiskusi dan
menulis). Menurut Ghufron,2014 menyatakan think talk write merupakan model
pembelajaran kooperatif yang kegiatan pembelajarannya yaitu lewat kegiatan berfikir
(think), berbicara/berdiskusi (talk), bertukar pendapat (talk) serta menuliskan hasil diskusi
(write) agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai(Mathe,
N,2016)
Model pembelajaran think, talk and write penerapannya menggunakan kelompok-
kelompok kecil dan menuntut siswa untuk saling bekerjasama, berdiskusi, berbagi ilmu
pengetahuan, saling berkomunikasi, dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran dan membuat catatan kecil, dan kemudian menjelaskan kepada kelompoknya,
sehingga setiap anggota kelompok saling menuangkan ide masing-masing, dan kemudian
menuangkan hasil diskusi melalui tulisan. Model pemembelajaran think, talk and write
akan melatih kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat pada saat diskusi
kelompok sehingga siswa bisa lebih aktif yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa
(Salam,2015)

Pada penelitian ini, peneliti ingin menggunakan model yang tepat sehingga dapat
menciptakan pembelajaran matematika yang lebih berperan aktif dalam meningkatkan
hasil belajar mereka yaitu model Think Talk Write (TTW) yang merupakan bagian dari
pembelajaran kooperatif adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir
melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritis, dan alternatif solusi), hasil bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil
presentasi Hamzah, (2014:217).

Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak
menjadikan siswa sebagai objek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subjek, sehingga
siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran atau pembelajaran berpusat pada
siswa. Pemilihan model pembelajaran think, talk and write (TTW) yaitu untuk melatih
siswa dalam proses belajar mengajar agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga
berpengaruh terhadap nilai akhir siswa menjadi meningkat. Melalui model pembelajaran
think, talk and write antara pendidik dan peserta didik dapat saling bertukar pemikiran,
tidak hanya pendidik yang mengutarakan pelajaran melainkan peserta didik juga harus
lebih aktif dalam belajar dan menimbulkan pembelajaran yang berkesinambunggan. Hal
ini bertujuan agar hasil belajar siswa dapat meningkat (Ihsan, F. 2008)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penting dilakukan penelitian mengenai


“Pengaruh Model Pemebelajaran Think, Talk And Write (TTW) Untuk Meningkatkan
Keaktifan Dan Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Di SMA N 6 Kota
Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh model pembelajaran Think, Talk dnd Write
(TTW) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran fisika di SMA
N 6 Kota Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think, Talk


and Write (TTW) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran fisika
di SMA N 6 Kota Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui pembelajaran yang bermakna
dan berdasarkan proses ilmiah.

2. Menjadi rujukan dalam penerapan model pembelajaran untuk meningkatkan


kualitas pembelajaran dan sebagai alternatif dan bahan pertimbangan dalam
pemilihan model dan metode pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan
belajar fisika siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis yaitu menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang


cara meningkatkan keaktifan belajar melalui model pembelajaran

2. Bagi pendidik yaitu menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran


tentang cara meningkatkan keaktifan belajar khususnya melalui model
pembelajaran.
3. Bagi siswa yaitu sebagai subjek penelitian, diharapkan dapat memperoleh
pengalaman mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif, dan menyenangkan
melalui model pembelajaran.

4. Bagi sekolah yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program


pembelajaran serta menentukan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Pengertian Fisika

Fisika merupakan bagian dari sain (IPA), Fisika pada hakikatnya


merupakan kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan, IPA
sebagai kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, dan model. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk,
sehingga dalam pembelajarannya harus mem-pertimbangkan strategi atau
metode pembelajaran yang efektif dan efisien yaitu salah satunya melalui
kegiatan praktik. Menurut Huda (2014:1) bahwa, “fisika merupakan ilmu
fundamental yang menjadi tulang punggung bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi”. Musfah (2015:1) mengungkapkan bahwa:
“Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam dan
interaksi gejala-gejala alam itu. Didalam fisika, kita mempelajari gejala-gejala
benda- alam, baik yang terjadi pada benda-benda (materi) yang dapat diamati,
maupun benda yang tidak dapat diamati (mikro)”.

Fisika tidak hanya berisi tentang rumus-rumusan atau teori untuk


dihafal, akan tetapi fisika memiliki banyak konsep yang harus dipahami
secara mendalam dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang jarang diminati oleh
siswa karena minimnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan rumus-
rumus yang susah diaplikasikan untuk kejadian-kejadian yang sering dialami
siswa (Eric,2005).

Dalam kehidupan sehari-hari, siswa sering kali menggunakan konsep


Fisika baik secara sadar atapun tidak. Dari hal tersebut sebenarnya konsep
yang dimiliki siswa bisa berasal dari pengalaman sehari-hari ketika
berinteraksi dengan alam sekitarnya atapun dengan manusia itu sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Pietono (2015), Theoretically student
conceptions are built from their interaction with other people or learning
mediums. Sebelum siswa mempelajari Fisika secara formal, mereka sudah
mempunyai pengalaman dengan peristiwa-peristiwa Fisika yang ada di alam
sekitar, misalnya cahaya, gerak, usaha, bunyi, listrik dan lain-lain. Dengan
pengalaman tersebut, pikiran siswa sudah terbentuk suatu konsep mengenai
peristiwa Fisika.

2.2 Pembelajaran Fisika

pembelajaran Fisika sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan


secara umum menurut Bloom yaitu: diharapkan dapat memberikan
pengetahuaan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran.
Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan
konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara
garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan
memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta
keteraturannya (Ali,1996). Dalam proses pembelajaran di sekolah, sering kali
materi diberikan dengan metode ceramah. Dengan metode tersebut, siswa
cenderung merasa bosan. Sehingga siswa akan kurang termotivasi dan sulit
memahami materi. Melalui proses pembelajaran inilah seharusnya siswa
berinteraksi secara formal dengan guru untuk menambah pengetahuannya
(Ismail,2008)

Pada proses pembelajaran yang sering kali kita jumpai, sebagian siswa
cenderung hanya diam ketika tidak mengerti dan menunggu latihan soal dari
guru. Cara siswa yang kurang aktif selama proses pembelajaran akan
berpengaruh terhadap pemahaman yang diperoleh dari materi tersebut, siswa
akan kurang mengerti dengan materi yang disampaikan. Walaupun dalam
fisika kebanyakan konsep telah mempunyai arti yang jelas dan telah
disepakati oleh para tokoh fisika, akan tetapi para siswa cenderung memiliki
konsepsi fisika yang berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa siswa
memiliki konsep fisika yang berbeda dengan konsep fisikawan; konsep
fisikawan biasanya lebih kompleks, lebih rumit, dan lebih banyak melibatkan
keterkaitan antar konsep. Apabila konsep fisika siswa ternyata sama dengan
konsep fisikawan yang telah disederhanakan, maka konsep fisika siswa
tersebut dikatakan benar. Sedangkan bila konsep fisika siswa bertentangan
dengan konsep fisikawan yang telah disederhanakan maka siswa tersebut
dikatakan mengalami kesalahan konsepi fisika atau miskonsepsi fisika (Dwi
Pebriyanti,2015).

Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran


adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan
perilaku individu akibat proses belajar tidaklah tunggal. Setiap proses belajar
mempengaruhi perubahan perilaku pada domain tertentu pada diri siswa,
tergantung pada perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan
pendidikan (Mulyo,2012)

Menurut joyce dan weil sagala (2013) dalam model pembelajaran


adalah suatu pola atau rencana yang sudah yang suda di rencanakan
sedemikian rupa dan suda di gunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur
materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas. Model
pembelajaran adalah suatu rencana yang di susun dan digunakan untuk
menyusun kurikulum yang berfungsi sebagai petunjuk dalam mengajar.
Menurut Rachmawati (2015) model pembelajaran merupakan salah satu
pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara
adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
gaya belajar peserta didik (Learning style) dan gaya mengajar guru (Teaching
style ), yang keduanya di angkat menjadi SOLAT (Style of Learning and
Teaching) Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam rangka
mensiasati perilaku peserta didik serta untuk mengetahui gaya belajar siswa
dan menentukan gaya belajar yang harus disiapkan sebelum pembelajaran.
2.3 Model Pembelajaran Think Talk Write

Model Think Talk Write adalah sebuah pembelajaran yang dimulai


dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritis, dan alternatif
solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan
kemudian membuat laporan hasil presentasi dalam kutipan Hamdayama
(2014). Menurut Huda (2014) Model Think Talk Write terdiri dari beberapa
tahap antara lain:

a. Think (Berpikir) pada tahap ini siswa akan membaca suatu teks
matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa
yang telah dibaca kemudian siswa secara individu memikirkan
kemungkinan jawaban (penyelesaian), membuat catatan apa yang telah
dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah langkah
penyelesaian dalam bahasanya sendiri.

b. Talk (Berbicara) pada tahap ini memungkinkan siswa untuk terampil


dalam komunikasi sekaligus berpikir bagaimana cara mengungkapkan
pikirannya sehingga dialog yang baik antar siswa maupun dengan guru
dapat meningkatkan pemahamannya.

c. Write (Menulis) pada tahap ini siswa menuliskan hasil diskusi pada
lembar aktifitas siswa yang tersedia sehingga pada aktifitas menulis ini
berarti bahwa siswa sedang mengkonstruksikan ide, selain itu menulis
dalam matematika juga membantu merealisasikan salah satu tujuan
pembelajaran, yaitu pemahaman tentang materi yang ia pelajari sehingga
pada aktifitas menulis akan membantu siswa membuat hubungan dan
memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.

Menurut Sugiyono (2016) Model Think Talk Write (TTW) adalah


mengajak siswa untuk dapat menyukai matematika dengan memperhatikan
kepada siswa cara mempelajari matematika, dengan jalan mengeksplorasi
pikiran peserta didik serta mengungkapkan hasil pemikiran, yang secara tidak
langsung memberikan kegiatan positif pada peserta didik. Selain itu, Think
Talk Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan untuk berpikir, mendiskusikannya dengan teman kemudian
menuliskan hasil dari suatu permasalahan yang diberikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa


Model Think Talk Write (TTW) merupakan sebuah model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu
topik tertentu sehingga siswa untuk dapat mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan serta ide yang dimilikinya.

Menurut Sukmadinata (2013) Langkah-langkah pembelajaran dengan


strategi TTW (Think Talk Write) sebagai berikut:

a. Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh
siswa serta petunjuk pelaksanaannya.

b. Siswa menganalisis masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan
kecil secara individu tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam
masalah tersebut. Dalam membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses
berpikir (think).

c. Guru membentuk siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5
orang yang dikelompokkan secara heterogen.

d. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk


membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka
menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan
ide-ide dalam diskusi.

e. Siswa secara individu merumuskan pengetahun berupa jawaban atas soal


dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. pada tulisan itu,
siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
f. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan
kelompok lain diminta memberikan tanggapan. g. Pada kegiatan akhir
pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang
dipelajari.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Talk Write


Menurut Hamdayana (2014, h. 2019) Kelebihan model pembelajaran Think
Talk Write adalah Mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual,
Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi
ajar, Dengan memberikan soal open-ended, dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa, Dengan berinteraksi dan
berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam
belajar, Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru,
dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

Kelemahan model pembelajaran Think Talk Write adalah Ketika siswa


bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan,
karena akan didominasi oleh siswa yang mampu dan guru harus benar-benar
menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan model
pembelajaran TTW tidak mengalami kesulitan.

2.4 Materi listrik statis

Listrik statis merupakan ketidakseimbangan muatan listrik dalam atau


pada permukaan benda. Muatan listrik tetap ada hingga benda kehilangan
muatan tersebut dengan cara sebuah arus listrik melepaskan muatan listrik.
Listrik statis berbeda dengan arus listrik, yang bisa mengalir melalui kabel
atau konduktor lainnya dan mentransmisikan listrik.

Listrik statis adalah ketidakseimbangan muatan listrik pada permukaan


suatu material. Statis berarti tetap atau stasioner, oleh karena itu digunakan
berbeda dengan listrik dinamis (bergerak) yang berbentuk arus listrik.
Biasanya atom adalah netral, yang berarti memiliki jumlah elektron dan
proton yang sama. Namun atom menjadi bermuatan ketika ada
ketidakseimbangan dalam jumlah partikel ini, yang dapat terjadi dengan
cukup mudah untuk bahan tertentu. Kemampuan suatu material untuk
mempertahankan elektronnya menentukan tempatnya dalam “deret
triboelektrik”. Semakin jauh dua materi diperingkat dalam seri ini, semakin
terlihat pemisahan muatan saat mereka bersentuhan. Misalnya ketika kaca
digosok dengan sutera akan kehilangan banyak elektron pada sutera, dan
listrik statis dapat diamati (Fitri,2013)

2.5 Penelitian Relavan

Salah satu penelitian yang relevan dangan topik penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Dwi Wardatul Khusnah (2015) dengan judul
“Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap hasil belajar siswa kelas V
pada tema ekosistem di sekolah dasar Negeri Lidah Wetan II Surabayah”
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan
rancangan penelitian Nonequivalent Control Group desaign. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk mengetahui hasil belajar
pada aspek pengetahuan dan observasi untuk mengetahui hasil keterlaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa nilai rata-rata kelas
experimen lebih baik dengan kelas kontrol karena signifikansi hitung 0,016 <
0,05. Berdasarkan uji-t rata-rata pembelajaran satu dan dua pada nilai aspek
keterampilan diketahui nilai experiment lebih baik dari kelas kontrol karena
signifikansi hitung 0,012 < 0,05 dan 0,020 < 0,05. Berdasarkan uji-t rata- rata
pembelajaran satu dan dua pada nilai aspek sikap diketahui nilai kelas
experimen lebih baik dari kelas kontrol karena signifikansi hitung 0,006 <
0,05 < 0,05. Pembelajaran dengan strategi Think Talk Write terlaksana
dengan baik dengan rata-rata 94,5 %.

Persamaan dalam hal yang diteliti adalah sama-sama melihat hasil


belajar namun terdapat juga perbedaan dalam hal yang diteliti jika peneliti
sebelumnya melakukan penelitian ditingkat Sekolah Dasar sedangkan peneliti
sekarang melakukan penelitian ditingkat Madrasah Tsanawiya Swasta. Materi
yang dilakukan adalah tema Ekosistem sedangkan materi yang digunakan
peneliti penulis adalah pembahsan bangun ruang sisi datar. Model yang
digunakan dalam penelitian diatas adalah Quasi Eksperimen dengan
rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design sedangkan penulis
menggunakan desain True Eksperimental Design dengan rancangan penelitian
Postes Only Control (Achmad,2016)

Penelitian lain juga relevan dengan penelitian ini adlah penelitian yang
dilakukan oleh Himmatul Ulya (2012) dengan judul “ Keefektifan penerapan
model pembelajaran koopratif tipe Think Talk Write dengan penelitian produk
di MTs Nurussalam Gebok Kudus. Model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah experimen dengan rancanga penelitian True Experimental Design.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran
koopratif tipe Think Talk Write dengan produk pada materi keliling dan luas
lingkaran dapat mencapai ketuntasan belajar dan lebih baik dari pembelajaran
Ekspositori. Dalam penelitian experimen ini diproleh hasil penelitian bahwa
rata-rata hasil belajar peserta didik kelas experimen 1 sebesar 79,91 kelas
experimen 2 sebesar 73,21 dan kelas control sebesar 66,10. Dari hasil Uji
ketuntasan belajar diperoleh peserta didik kelas experimen mencapai
ketuntasan belajar.

Persamaan dalam hal yang diteliti terletak pada penggunaan model


pembelajaran Think Talk Write namun terletak juga perbedaan dalam hal
yang diteliti jika penelit sebelumnya melihat dalam hal produk namun dalam
peneliti sekarang melihat hasil belajar siswa. Penelitian tersebut dilakukan di
Sekolah Menengah Pertama sedangkan penulis melakukan penelitian di
tingkat Madrasah Tsanawiyah Swasta (Wahyuni, E. 2007)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Kota Jambi. Adapun waktu


penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan terhitung dari bulan Oktober
2021 sampai bulan November dan waktu penelitian ini dilakukan sesuai dengan
jadwal mata pelajaran fisika di sekolah tersebut, sehingga tidak mengganggu
jadwal mata pelajaran yang lain.

3.2 Desain Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan


ini dilakukan untuk mencari pengaruh model pembelajaran Think Talk Write
terhadap keaktifan belajar fisika siswa di SMA Negeri 6 Kota Jambi. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen . Metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sugiyono (2015)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya, berdasarkan kutipan
Sugiyono, (2015). Populasi juga merupakan keseluruhan subjek penelitian dari
kutipan Arikunto (2010) yang dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Jambi
3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini mewakili dari semua populasi yang ada. Sampel terdiri dari dua
kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel, untuk menentukan


sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling
yang digunakan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan teknik cluster random sampling maka didapatkan kelas XI
MIPA 1 dan kelas XI MIPA 2.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti


meliputi guru,siswa,dan keaktifan belajar siswa yang berupa pengamatan/ lembar
observasi, adapun sebagai berikut:

1. Pengamatan/observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan daya mempunyai ciri yang spesifik


bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesinoner selalu berkomunikasi dengan
orang maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi objek-objek alam
yang lain (Sugiyono,2016)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian biasa disebut dengan instrumen pengumpulan data.


Menurut Yamin (2013) instrumen penelitian adalah “alat bantu yang di pilih dan
di gunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”.
1. Model Pembelajaran Think Talk Write

a. Definisi Konseptual

Menurut Herdian, dalam Ahmad Yasid (2013) Pembelajaran


koopratif dengan strategi TTW mengajak siswa untuk menyukai
matematika dengan memperhatikan kepada siswa cara
mempelajari matematika, dengan jalan mengeksplorasi pikiran
peserta didik serta mengungkapkan hasil pemikiran. Yang secara
tidak langsung memberikan kegiatan positif pada diri peserta
didik. Pelajaran dimulai dengan berfikir melalui bahan bacaan
(menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi) hasil bacaanya
dikomunikasikan dengan presentasi diskusi, dan kemudian
membuat laporan hasil diskusi.

Belajar dalam kelompok kecil dengan strategi TTW,


memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar
dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian
terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menulis
dengan bahasa sendiri hasil belajar yang di prolehnya.

b. Definisi Operasional

Menurut Jumanta Hamdayana, (2014) Aktivitas berfikir (think)


dapat di lihat dari proses membaca dari teks bacaan, suatu materi
pembelajaran kemudian membuat catatan apa yang telah di baca.
Dalam tahap ini siswa secara induvidu memikirkan jawaban
(strategi penyelesaian) membuat catatan apa yang telah di baca,
baik itu berupa apa yang di ketahuinya maupun langkah-lahngkah
penyelesaian dalam bahasanya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2017. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(Inovatif). Bandung: Penerbit Yrama Widya.

Aksara. Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis


dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anni, Catharina Tri & Rifa„i, Achmad. 2016. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Baharudin, & Wahyuni, E. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Daryanto dan Mulyo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Grava


Media

Dwi Pebriyanti,dkk.2015. Efektifitas Model Pembelajaran Perubahan Konseptual


Untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Pada Siswa Kelas X Sman 1 Praya
Barat Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi.
Volume I No 1

Fauziah, T. dan Bernawi, Y. 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe Picture and
Picture pada Materi Peninggalan Sejarah di Sekolah Dasar Negeri Banda
Aceh. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.

Fitri, M. A. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Team-Assisted Individualization dan Konvensional Pada
Mata Pelajaran Ekonomi Siswa MTSN Model Padang. Journal Of
Economic And Economic Education, 2(1), 39- 49
Ghufron, M.N. dan Risnawita, R. 2014. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Hamzah dan Mohamad, N. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: PT


Bumi

Huda, M. 2017. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model


Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ihsan, F. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta

Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Isjoni, Arif, dan Ismail. (2008). Model-Model Pembelajaran

Mutakhir (Perpaduan Indonesia- Malaysia). Yogyakarta: Pustaka pelajar

Knutch, Erick J. (2005). Middle School Students‟ Understanding of Core Algebraic


Concepts: Equivalence & Variable. 37(1).

Latipun, 2016, Psikologi Konseling ,Malang: UMM Press hlm 125 dan 128

Musfah, J. 2015. Redesain Pendidikan Guru Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Mathe, N. (2016). Students‟ Understanding of the Concept of Democracy and


Implications for Teacher Education in Social Studies. Acta Didactica Norge,
10(2), 271-289.

Nasution, S. 2006. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Pietono, Y.D. 2015. Anakku Bisa Brilliant (sukses belajar menuju brilliant). Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Rachmawati, T dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers


Sagala, S. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Salam, dkk,. 2015. Effects Of Using Teams Games Tournaments (TGT) Cooperative
Technique For Learning Mathematics In Secondary Schools Of Bangladesh.
Malaysian Online Journal Of Educational Technology, 3(3), 10-21

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. 2010. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja.

Sunarto, L. 2013. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Strategi Group


Investigation pada Mapel PKn Materi Perundang-undangan Siswa Kelas V
SD Negeri 01 Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2012/2013. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yamin, M. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Referensi (GP


Press Group)

Anda mungkin juga menyukai