PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik
dengan peserta didik dan sumber belajar. Proses pembelajaran merupakan hal yang
kompleks dan sistematis. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
berbagai komponen yang menjadi satu kesatuan, saling berinteraksi dan berkaitan satu
sama lain untuk mencapai suatu hasil secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (Aqib,2017). Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara
komponen. Pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen guru,
siswa, tujuan, materi, metode, sarana atau alat, lingkungan dan evaluasi. Salah satu
pembelajaran yang ada di sekolah menengah atas yaitu pembelajaran fisika.
Fisika adalah salah satu bidang sains yang mempelajari perubahan dalam alam.
Pembelajaran fisika merupakan proses membangun pengetahuan dalam mengkaji
berbagai fenomena fisika, memahami konsep fisika, memecahkan serta menemukan
mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Melalui pembelajaran fisika, peserta didik
belajar untuk mengkaji gejala atau fenomena yang terjadi di alam semesta, terutama yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Contoh fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari
yaitu spion kendaraan terbuat dari cermin cembung, proses pemuaian rel kereta api di
siang hari dan penyusutan pada saat malam hari, hal tersebut dalam dikaji dengan
menggunakan ilmu fisika (Nasution, S. 2006)
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang telah diperkenalkan kepada
siswa dari sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Umumnya banyak siswa
kurang menyukai pembelajaran fisika karena, karena dianggap sulit, sehingga proses
pembelajaran fisika tidak sesuai seperti yang diharapkan. Masalah siswa dalam belajar di
kelas salah satunya adalah kurang memahami konsep materi pelajaran, banyak rumus dan
menghitung. Kesulitan itu kemudian yang menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap
mata pelajaran fisika. Hal ini yang menyebabkan antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran fisika di kelas menjadi rendah yang akan mempengaruhi nilai hasil belajar
siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik lebih cenderung menerima informasi-
informasi pembelajaran yang berasal dari guru sehingga membuat pembelajaran menjadi
berpusat pada guru. Selain itu, peserta didik juga kurang termotivasi untuk bertanya
mengenai materi dan contoh mata pelajaran fisika yang dipelajarinya sehingga guru sulit
membedakan antara peserta didik yang telah mengerti dan yang belum mengerti terhadap
materi tersebut karena respon siswa yang cenderung pasif (Latipun, 2016)
Dalam proses pembelajaran siswa sering menganggap bahwa pelajaran fisika sulit
dan menakutkan sehingga siswa kurang berminat mengikuti pelajaran fisika. Menurut
Arikunto (2013) bahwa rendahnya hasil belajar fisika di sekolah salah satu penyebabnya
yaitu penggunaan model pembelajaran yang kurang cocok dengan pembelajaran,
penggunaan media yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa
menjadi tidak tertarik untuk belajar fisika. Proses belajar mengajar dapat terlaksana
dengan baik apabila terdapat interaksi yang baik antara guru dan siswa. Agar tercipta
interaksi tersebut maka dibutuhkan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa
denga harapan siswa dapat memahami konsep pembelajaran yang diajarkan oleh guru
sehingga nilai hasil belajarnya meningkat atau mencapai tujuan pembelajaran (Rusman.
2010)
Salah satu inovasi pembelajaran yang akan membuat siswa lebih tertarik dalam
kegiatan belajar mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang biasa saja (konvensional) menjadi
salah satu penyebab kurang tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal (Fauziah,
2014). Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa yaitu model pembelajaran think, talk and write (berpikir, berdiskusi dan
menulis). Menurut Ghufron,2014 menyatakan think talk write merupakan model
pembelajaran kooperatif yang kegiatan pembelajarannya yaitu lewat kegiatan berfikir
(think), berbicara/berdiskusi (talk), bertukar pendapat (talk) serta menuliskan hasil diskusi
(write) agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai(Mathe,
N,2016)
Model pembelajaran think, talk and write penerapannya menggunakan kelompok-
kelompok kecil dan menuntut siswa untuk saling bekerjasama, berdiskusi, berbagi ilmu
pengetahuan, saling berkomunikasi, dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran dan membuat catatan kecil, dan kemudian menjelaskan kepada kelompoknya,
sehingga setiap anggota kelompok saling menuangkan ide masing-masing, dan kemudian
menuangkan hasil diskusi melalui tulisan. Model pemembelajaran think, talk and write
akan melatih kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat pada saat diskusi
kelompok sehingga siswa bisa lebih aktif yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa
(Salam,2015)
Pada penelitian ini, peneliti ingin menggunakan model yang tepat sehingga dapat
menciptakan pembelajaran matematika yang lebih berperan aktif dalam meningkatkan
hasil belajar mereka yaitu model Think Talk Write (TTW) yang merupakan bagian dari
pembelajaran kooperatif adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir
melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritis, dan alternatif solusi), hasil bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil
presentasi Hamzah, (2014:217).
Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak
menjadikan siswa sebagai objek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subjek, sehingga
siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran atau pembelajaran berpusat pada
siswa. Pemilihan model pembelajaran think, talk and write (TTW) yaitu untuk melatih
siswa dalam proses belajar mengajar agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga
berpengaruh terhadap nilai akhir siswa menjadi meningkat. Melalui model pembelajaran
think, talk and write antara pendidik dan peserta didik dapat saling bertukar pemikiran,
tidak hanya pendidik yang mengutarakan pelajaran melainkan peserta didik juga harus
lebih aktif dalam belajar dan menimbulkan pembelajaran yang berkesinambunggan. Hal
ini bertujuan agar hasil belajar siswa dapat meningkat (Ihsan, F. 2008)
KAJIAN TEORETIK
Pada proses pembelajaran yang sering kali kita jumpai, sebagian siswa
cenderung hanya diam ketika tidak mengerti dan menunggu latihan soal dari
guru. Cara siswa yang kurang aktif selama proses pembelajaran akan
berpengaruh terhadap pemahaman yang diperoleh dari materi tersebut, siswa
akan kurang mengerti dengan materi yang disampaikan. Walaupun dalam
fisika kebanyakan konsep telah mempunyai arti yang jelas dan telah
disepakati oleh para tokoh fisika, akan tetapi para siswa cenderung memiliki
konsepsi fisika yang berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa siswa
memiliki konsep fisika yang berbeda dengan konsep fisikawan; konsep
fisikawan biasanya lebih kompleks, lebih rumit, dan lebih banyak melibatkan
keterkaitan antar konsep. Apabila konsep fisika siswa ternyata sama dengan
konsep fisikawan yang telah disederhanakan, maka konsep fisika siswa
tersebut dikatakan benar. Sedangkan bila konsep fisika siswa bertentangan
dengan konsep fisikawan yang telah disederhanakan maka siswa tersebut
dikatakan mengalami kesalahan konsepi fisika atau miskonsepsi fisika (Dwi
Pebriyanti,2015).
a. Think (Berpikir) pada tahap ini siswa akan membaca suatu teks
matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa
yang telah dibaca kemudian siswa secara individu memikirkan
kemungkinan jawaban (penyelesaian), membuat catatan apa yang telah
dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah langkah
penyelesaian dalam bahasanya sendiri.
c. Write (Menulis) pada tahap ini siswa menuliskan hasil diskusi pada
lembar aktifitas siswa yang tersedia sehingga pada aktifitas menulis ini
berarti bahwa siswa sedang mengkonstruksikan ide, selain itu menulis
dalam matematika juga membantu merealisasikan salah satu tujuan
pembelajaran, yaitu pemahaman tentang materi yang ia pelajari sehingga
pada aktifitas menulis akan membantu siswa membuat hubungan dan
memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
a. Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh
siswa serta petunjuk pelaksanaannya.
b. Siswa menganalisis masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan
kecil secara individu tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam
masalah tersebut. Dalam membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses
berpikir (think).
c. Guru membentuk siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5
orang yang dikelompokkan secara heterogen.
Salah satu penelitian yang relevan dangan topik penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Dwi Wardatul Khusnah (2015) dengan judul
“Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap hasil belajar siswa kelas V
pada tema ekosistem di sekolah dasar Negeri Lidah Wetan II Surabayah”
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan
rancangan penelitian Nonequivalent Control Group desaign. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk mengetahui hasil belajar
pada aspek pengetahuan dan observasi untuk mengetahui hasil keterlaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa nilai rata-rata kelas
experimen lebih baik dengan kelas kontrol karena signifikansi hitung 0,016 <
0,05. Berdasarkan uji-t rata-rata pembelajaran satu dan dua pada nilai aspek
keterampilan diketahui nilai experiment lebih baik dari kelas kontrol karena
signifikansi hitung 0,012 < 0,05 dan 0,020 < 0,05. Berdasarkan uji-t rata- rata
pembelajaran satu dan dua pada nilai aspek sikap diketahui nilai kelas
experimen lebih baik dari kelas kontrol karena signifikansi hitung 0,006 <
0,05 < 0,05. Pembelajaran dengan strategi Think Talk Write terlaksana
dengan baik dengan rata-rata 94,5 %.
Penelitian lain juga relevan dengan penelitian ini adlah penelitian yang
dilakukan oleh Himmatul Ulya (2012) dengan judul “ Keefektifan penerapan
model pembelajaran koopratif tipe Think Talk Write dengan penelitian produk
di MTs Nurussalam Gebok Kudus. Model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah experimen dengan rancanga penelitian True Experimental Design.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran
koopratif tipe Think Talk Write dengan produk pada materi keliling dan luas
lingkaran dapat mencapai ketuntasan belajar dan lebih baik dari pembelajaran
Ekspositori. Dalam penelitian experimen ini diproleh hasil penelitian bahwa
rata-rata hasil belajar peserta didik kelas experimen 1 sebesar 79,91 kelas
experimen 2 sebesar 73,21 dan kelas control sebesar 66,10. Dari hasil Uji
ketuntasan belajar diperoleh peserta didik kelas experimen mencapai
ketuntasan belajar.
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini mewakili dari semua populasi yang ada. Sampel terdiri dari dua
kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Pengamatan/observasi
a. Definisi Konseptual
b. Definisi Operasional
Anni, Catharina Tri & Rifa„i, Achmad. 2016. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Baharudin, & Wahyuni, E. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Fauziah, T. dan Bernawi, Y. 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe Picture and
Picture pada Materi Peninggalan Sejarah di Sekolah Dasar Negeri Banda
Aceh. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
Latipun, 2016, Psikologi Konseling ,Malang: UMM Press hlm 125 dan 128
Musfah, J. 2015. Redesain Pendidikan Guru Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Pietono, Y.D. 2015. Anakku Bisa Brilliant (sukses belajar menuju brilliant). Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Rachmawati, T dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.
Salam, dkk,. 2015. Effects Of Using Teams Games Tournaments (TGT) Cooperative
Technique For Learning Mathematics In Secondary Schools Of Bangladesh.
Malaysian Online Journal Of Educational Technology, 3(3), 10-21