Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PEMBAHASAN

A. Definisi Manusia
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-
macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan
tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa
manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-
konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu
sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori
evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar
manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan
martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.1
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang
terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan
perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan
kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan
semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah
SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di
bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian
matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi
kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan

1Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Suatu Rangka


pikirPembinaan Filsafat Pendidikan Islam; Terjemahan Haidar Bagir, cet. Ke-4
(Bandung:Mizan,l992). Hlm. 43
1
bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S.
Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan
kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari
apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat
memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang
mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu
kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-
makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat
mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia
tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh
dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia
terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat
khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan
berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan
dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia
memiliki rasa kasih sayang dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai anak,
sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai
kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih
dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal
itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan
pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari
adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia
senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya,hal ini
juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia
berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk
memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk
memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya
berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia

2
melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan
kepadanya.2

B. Ciri dan Kekhasan Manusia


Allah menyatakan, bahwa tiap sesuatu diciptakan-Nya dengan ukuran
dan aturan tertentu: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan tiap sesuatu dengan
ukuran.” (Q.S. Al Qomar 49). “Dan ia telah menciptakan tiap sesuatu, lalu Ia
tentukan baginya aturan-aturan yang pasti.” (Q.S. Al Furqan:2).
Apabila tiap sesuatu mempunyai ukuran dan aturan tertentu maka berarti
tiap sesuatu itu mempunyai ciri khas tersendiri. Manusia adalah salahs atu dari
tiap sesuatu tersebut, karena itu manusia pasti mempunyai ciri khas tertentu,
tersendiri pula. Dr. Paryana Suryadipura dalam bukunya “Manusia dengan
Atomnya Dalam Keadaan Sehat dan Sakit” mengatakan: Lain daripada itu pada
manusia terdapat instink, yang tidak terdapat pada hewan dan oleh karena itu
merupakan satu-satunya sifa manusia, yang dapat membedakan manusia dan
hewan, yakni instink keagamaan (religius instinct).3
Dari keterangan di atas tersebut dapat kita pahami bahwa apabila manusia
mempunyai 100 instink, maka 99 di antaranya sama dengan instink yang ada pada
hewan. Dengan demikian, berarti kalau manusia tidak beragama samalah dengan
hewan.
Kenyataannya memang demikian. Manusia makan, hewan juga makan,
manusia kawin, hewan juga kawin,manusia ingin senang, hewan juga ingin
senang, manusia ingin selamat, hewan juga ingin selamat, manusia pintar, hewan
juga pintar dan seterusnya. Bahkan dalam hal ini, ada juga yang berpendapat
bahwa makhluk yang paling rasional itu bukan manusia melainkan hewan.
Kemudian Sayid Sabiq dalam bukunya : “Al Aqoidul Islamiah”
mengatakan: Gharizah keagamaan adalah satu-satunya hal yang merupakan batas
pemisah antara makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut hewan,

2 Zainal Abidin Ahmad, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan Islam di


Indonesia, cet.ke-1 (Jakarta:PT.Bulan Bintang, 1970 ). Hlm. 95
3 Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan (cet.ke-11;Yogyakarta: Penerbit FIP-
IKIP,1980). Hlm. 59
3
sebab hewan pasti tidak memilikinya. Gharizah keagamaan ini adakalanya
tertutup atau hilang, sebagian atau seluruhnya, karena sebab-sebab tertentu yang
datang kemudian. Dari keterangan Sayid Sabiq ini dapat kita pahami, bahwa
apabila Gharizah keagamaan pada manusia tertutup atau hilang, maka hilang
pulalah batas pemisah antara manusia dengan hewan. Pada waktu itu manusia
akan sama dengan hewan.

C. Definisi Pendidikan
Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita
telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran
utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2)
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah ini akan dipaparkan
secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.
(Pengertian pertama) Pendidikan merupakan upaya nyata untuk
memfasilitasi individu lain, dalam mencapai kemandirian serta kematangan
mentalnya sehingga dapat survive di dalam kompetisi kehidupannya.
(pengertian kedua)Pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang
dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan, kemandirian serta
kematangan mentalnya.
(Pengertian ketiga)Pendidikan merupakan aktivitas untuk melayani orang
lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga terjadi proses

4
perkembangan kemanusiaannya agar mampu berkompetisi di dalam lingkup
kehidupannya (Insan Cerdas dan Kompetitif).4
Adapun menurut pakar-pakar pendidikan yakni :
1. John Dewey.
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia
2. M.J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya
membantu anaka agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
3. Thompson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku,
pikiran dan sifatnya.
4. Frederick J. Mc Donald
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk
merubah tabiat (behavior) manusia.
5. H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang
berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
6. J.J. Russeau
Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-
anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
7. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran,
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

4 Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan (Surabaya-Indonesia:Usaha Nasional, tt.).


hlm. 53
5
D. Hubungan Manusia, Pendidikan dan Filsafat
1) Manusia dan Filsafat
Di dalam diri manusia terdapat akal pikiran yang senantiasa bergolak dan
berpikir, karena akal pikiran tersebut dan dikarenakan oleh situasi dan kondisi
alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa
penting bahkan terjadi dengan dahsyat, yang kadang-kadang tidak kuasa untuk
menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung,
memikirkan segala hal yang terjadi disekitar dirinya. Hal-hal yang menakjubkan
yang terjadi di dalam alam semesta inilah yang membuat manusia termenung,
berfikir dan berfikir. Bahkan manusia pun memikirkan alam gaib, alam di balik
dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan manusia pun telah membangun
pemikiran filsafat.
Kaitan antara filsafat dan manusia memang benar-benar erat,dimana
manusia itu sendirilah yang akan melahirkan sebuah filsafat. Memang pada
dasarnya manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bis melakukan apa-apa tanpa
bantuan orang lain. Hal ini biasnya digambarkan bahwa manusia yang baru lahir
seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan dalam masa
tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-goresan. Dalam hal
ini yaitu menggambarkan akan fungsi herditas yang dibawa manusia itu sendiri
dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi dengan manusia yang
lainnya.
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophi. Yang
berarti cinta akan kebijaksnaan.jadi dengan filsafat kita akan terdorong menjadi 8
orang yang bijaksana.Secara harfiah atau konseptual filsafat dapat juga diartikan
sebagai segala aktifitas manusia untuk merenungkan tentang segala ssuatu yang
ada, sehingga mempunyai makna yang mendalam. Dan biasanya filsafat juga
merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang
ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi setiap manusia
cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup. Dilihat dari
definisi diatas telah terlihat dengan jelas kaitan antara filsafat dan manusia.
Filsafat bukan semata-mata permainan alam pikiran yang hanya untuk memenuhi
6
hasrat keingintahuan manusia, tetapi filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan
manusia. Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan filsafat, yaitu bahwa :
1. filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan
dalam kehidupannya.
2. filsafat sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dan konflik
dalam hidup.
3. untuk dasar menghadapi banyak kesimpangsiuran banyak hal dalam dunia
yang selalu berubah.
2) Filsafat dan Pendidikan
Di dalam proses pendidikan pasti akan melahirkan masalah-masalah
kependidikan. Semua masalah pasti dapat dicari jalan keluarnya. Tetapi tidak
semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode
ilmiah semata-mata. Karena banyak di antara masalah-masalah kependidikan
tersebut yang merupakan pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan
filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah
kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat
menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah
kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori
pendidikan.
Dilihat dari deskripsi di atas sudah dapat dilihat salah satu kaitan antara
filsafat dan pendidikan. Dengan uraian diatas juga akan menghasilkan dan akan
memperkaya tori-teori pendidikan dalam dunia pendidikan. Dengan demikian
terdapat hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan. Filsafat dalam
arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan
oleh para pakar pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan
menyusun tori-teori pendidikannya selain menggunakan metode-metode ilmiah
lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu
objek,misalnya filsafat idealisme,realisme,materialisme dan sebagainya, akan
mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori pendidikan yang
dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan

7
bentuk serta corak tertentu terhadap tori-teori pendidikan yang dikembangkan atas
dasar aliran filsafat tersebut.
Filsafat juga berfungsi mengarahkan agar teori-teori dan pandangan
filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam
praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga
berkembang dalam masyarakat. Merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat
hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Dan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan
hidupnya.
Filsafat sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan
memusatkan kegiatannya untuk merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan
pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-
segi pendidikan serta isi moral pendidikannya. Filsafat juga merumuskan sistem
atau teori pendidikan ( science of education) yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinen pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan
pengajaran termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam
pembangunan masyarakat dan negara.

3) Hubungan Antara Filsafat, Manusia, dan Pendidikan


a. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium)
yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa
yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek
studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan
menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu
menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat
diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang
nampak. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral,
asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya
usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan
8
melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu pitu sama sekali
tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif
mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia. Bisa disimpulkan
bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, antara lain :
1. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem 11
2. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari
ilmu pengetahuan itu.
3. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari
semua ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan
dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah
ditentukan oleh filsafat.
5. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu
pengetahuan.

b. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia


Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam
kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian
filsafat. Filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah
orang yang mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu
sendiri untuk menjadi orang yang bijaksana. Dalam arti lain, filsafat
didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang radikal dalam arti mulai dari
akarnya masalah samapai mencapai kebenaran melalui tahapan pemikiran.
Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara
sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama adalah
terhadap dirinya sendiri. Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu
memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan
tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan dasar-dasar hasil
kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia,

9
pedoman itu mengenai sesuatu yang berada disekitar manusia sendiri seperti
kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui
bahwa alat-alat kewajiban manusia seperti akal, rasa dan kehendak. Dengan
akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh
pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman
tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat
erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan
tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasanya digambarkan bahwa manusia yang
baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan.
Dan dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-
goresan.
Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi herditas yang dibawa
manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi
dengan manusia yang lainnya. Dalam proses kehidupan, manusia akan
dihadapkan dengan berbagai masalah. Untuk dapat memilih dan melaksanakan
cara hidup yang baik. Dan hal itu harus melalui pendidikan. Jadi bagi manusia
pendidikan merupakan suatu keharusan (Animal educandum). Karena potensi
dasar yang dibawa sejak lahir, masih harus dikembangkan lagi dalam
lingkungannya melalui pendidikan.(Animal educable). Kedewasaan
merupakan tujuan perkembangan manusia dan kata kunci dalam pendidikan.
Karena pendidikan juga bisa disebut sebagai suatu upaya mendewasakan anak
manusia, yaitu membimbing anak agar menjadi manusia yang bertanggung
jawab (menunjukkan adanya kesadaran normatif pada diri manusia) Peran
filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang
yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan..sesuai dengan
pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan mengajarkan dan melatih
manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan
berfikir filsafat, sseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan
atau pedoman hidup yang baik. Oleh karena itu erat sekali hubungan antara

10
keberadaan manusia, filsafat dan pendidikan dalam proses kehidupan manusia
di dunia ini. 5

E. Problematik Pendidikan Dewasa Ini


Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem”
artinya, soal, masalah atau teka-teki. Juga berarti problematic , yaitu ketidak
tentuan. Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara
umum ada yang mendefinisikan bahwa ; pendidikan adalah suatu hasil peradaban
sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu
sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan
penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang. Definisi
pendidikan secara lebih khusus sebagaimana di kemukakan oleh Ali Saifullah, 
bahwa pendidikan ialah suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang
individu di bantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya,
kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di simpulkan disini bahwa
pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya
kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya
pengetahuan), affektif (aspek sikap) maupun psikomotorik ( aspek ketrampilan)
yang dimiliki oleh  seorang individu.
Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah,
persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia
pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad
secara garis besar meliputi hal sebagai berikut : Adanya ketidak jelasan tujuan
pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan
cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap
landasan tingkat-tingkat pendidikan.

 Ketidak Jelasan Tujuan Pendidikan


            Dalam undang-undang nomor 4 tahun l950, telah di sebutkan secara jelas
tentang tujuan pendidikan dan pengajaran yang pada intinya, ialah untuk
5 Arifin,H.M. Prof. M.Ed.,1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm.
132.
11
membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air berdasarkan
pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia dan seterusnya.
Namun dalam kenyataan yang terjadi terhadap tujuan pendidikan yang
begitu ideal tersebut belum mampu menghasilakn  manusia-manusia sebagaimana
yang dimaksud dalam tumpukan kata-kata dalam rumusan tujuan pendidikan 
yang ada, bahkan terjadi sebaliknya , yakni terjadi kemerosotan moral, kehidupan
yang kurang demokratis, terjadi kekacauan akibat konflik di masyarakat dan lain
lain, hal ini merupakan suatu indikasi bahwa tujuan pendidikan selama ini belum
dikatakan berhasil, mungkin disebabkan adanya ketidak jelasan atau kekaburan
dalam memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya.

 Ketidak Serasian Kurikulum


Kebanyakan kurikulum yang dipergunakan di sekolah-sekolah masih
berisi tentang mata pelajaran-mata pelajaran yang beraneka ragam , sejumlah jam-
jam pelajaran dan nama-nama buku pegangan untuk setiap mata pelajaran.
Sehingga pengajaran yang berlangsung kebanyakan menanamkan teori-
teori pengetahuan melulu, akibatnya para lulusan yang di hasilkan kurang siap
pakai bahkan miskin ketrampilan  dan tidak mempunyai kemampuan untuk
berproduktifitas di tengah-tengah masyarakatnya, karena muatan kurikulum yang
di terima di sekolah-sekolah memang tidak di persiapkan untuk menjadikan
lulusan dari peserta didik untuk dapat mandiri dimasyarakatnya.

 Ketiadaan Tenaga Pendidik Yang Tepat dan Cakap


Masih banyak di jumpainya suatu slogan yang berbunyi “tak ada rotan
akarpun jadi”, menunjukkan suatu gambaran betapa rendahnya kualitas tenaga
kependidikan yang ada, karena harus di pegang oleh tenaga-tenaga pendidikan
yang bukan dari ahlinya. Pada hal menugaskan dan mendudukkan seseorang
sebagai pendidik yang tidak di bina atau dibekalinya ilmu kependidikan dan yang
bukan dalam bidangnya, sangatlah menimbulkan kerugian yang sangat besar,
diantaranya terjadinya pemborosan biaya, terjadinya pemerosotan mutu hasil

12
pendidikan, lebih jauh lagi akan mempersiapkan warga masyarakat di masa
mendatang dengan pribadi-pribadi yang  memiliki kualitas rendah sehingga tak
mampu bersaing dalam kehidupan yang serba problematis.

 Adanya Pengukuran Yang Salah Ukur


Dalam masalah pengukuran terhadap hasil belajar yang sering di sebut
dengan istilah ujian atau evaluasi, ternyata dalam prakteknya terjadi ketidak
serasian antara angka-angka yang di berikan kepada anak didik sering tidak
obyektif , di mana pencantuman angka-angka nilai yang begitu tinggi sama sekali
tidak sepadan dengan mutu riil pemegang angka-angka nilai itu. Ketika mereka di
terjunkan ke masyarakat, tidak mampu berbuat apa-apa yang setaraf dengan
tingkat pendidikannya. Jelasnya tanpa adanya pengukuran yang obyektif dapat di
pastikan tidak akan pernah terwujud tujuan pendidikan yang sebenarnya.

 Adanya Kekaburan Landasan Tingkat-Tingkat Pendidikan


Selama bertahun-tahun nampaknya tidak ada yang meninjau kembali
tentang penjenjangan tingkat pendidikan , mulai dari tingkat dasar hingga ke
tingkat perguruan tinggi.Apakah hasil penjenjangan selama ini di dasarkan atas
tingkat perkembangan pisik dan psikis anak didik ataukah sekedar terjemahan saja
dari tingkat-tingkat pendidikan yang dipakai umum di seluruh dunia, kalau itu
masalahnya , kondisi anak didik kita jelas jauh berbeda dengan kondisi negara –
negara lain didunia , sehingga mustahil apabila harus diadakan persamaan.
Ataukah di dasarkan atas hasil penelitian empiris, apakah benar bahwa untuk
menjadi seorang yang bercorak diri bernilai tinggi itu cukup memerlukan
pembinaan selama masa waktu 17 / 24 tahun. Inilah permasalahan-permasalahan
di sekitar pendidikan kita yang selama ini belum diketemukan jawabannya.6

6 Indar, Djumberansjah,H.M., Drs., M.Ed.,1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya


Abditama. Hlm. 145
13
BAB II
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan


bahwa : Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Di dalam diri manusia terdapat akal pikiran yang senantiasa bergolak dan
berpikir, karena akal pikiran tersebut dan dikarenakan oleh situasi dan kondisi
alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa
penting bahkan terjadi dengan dahsyat, yang kadang-kadang tidak kuasa untuk
menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung,
memikirkan segala hal yang terjadi disekitar dirinya. Hal-hal yang menakjubkan
yang terjadi di dalam alam semesta inilah yang membuat manusia termenung,
berfikir dan berfikir. Bahkan manusia pun memikirkan alam gaib, alam di balik
dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan manusia pun telah membangun
pemikiran filsafat.
Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah,
persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia
pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad
secara garis besar meliputi hal sebagai berikut : Adanya ketidak jelasan tujuan
pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan
cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap
landasan tingkat-tingkat pendidikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Suatu Rangka


pikirPembinaan Filsafat Pendidikan Islam; Terjemahan Haidar Bagir, cet.
Ke-4 ( Bandung:Mizan,l992).
Zainal Abidin Ahmad, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan Islam
di Indonesia, cet.ke-1 (Jakarta:PT.Bulan Bintang, 1970 ).
Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan (cet.ke-11;Yogyakarta: Penerbit FIP-
IKIP,1980).
Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan (Surabaya-Indonesia:Usaha
Nasional, tt.).
Arifin,H.M. Prof. M.Ed.,1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Indar, Djumberansjah,H.M., Drs., M.Ed.,1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya:
Karya Abditama.

15

Anda mungkin juga menyukai