Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PEMBAHASAN

A. Kiri dan Kanan

Tubuh makhluk hidup itu simetris, yang kanan sama dengan yang kiri.

Mata jumlahnya ada dua, termasuk organ yang lain seperti kuping, kaki, alis,

paru-paru, jantung walaupun satu tetapi bilik dan serambi jantung itu sendiri

masing-masing dua, hidung walaupun satu tetapi lubangnya ada dua. Bibir

walaupun satu tetapi bentuknya simetris, maksudnya ada dibagi dua sama

besar. Jadi simetris itu antara bagian yang kanan dan yang kiri sama lain tidak

bertolak belakang bentuknya, apabila kesimetrisan ini tidak dipenuhi maka

disebut cacat.

Pada tumbuh-tumbuhan, keseimbangan tubuh ini lebih kentara pada

jenis tumbuh-tumbuhan berbiji belah dua, tetapi walaupun demikian ada

tumbuh-tumbuhan yang berbiji tunggal namun daunnya tetap sama kiri dan

kanan.

Keseimbangan ini memperlihatkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa,

yang sengaja Maha mengatur dan Maha Menciptakan sehinggga tidak

mungkin terjadi sendiri. Yang tidak simetris adalah benda-benda mati, seperti

batu, gunung, bukit, laut, lembah, pantai, pulau secara keseluruhan dan lain-

lain. Untu, mencontoh keteraturan makhluk hidup, maka benda-benda tertentu

disimetriskan oleh manusia pembuatnya. Ketidak seimbangan benda mati

1
adalah karena Allah memberikan benda-benda lain atau makhluk hidup agar

menata benda-benda mati tersebut menjadi lebih baik dalam mengisi

kehidupan ini. Dengan demikian manusia mempunyai wilayah upaya berpikir

untuk mewujudkan karya nyatanya mengubah alam. Lihatlah batu kali yang

runcing dengan bentuk tidak karuan dapat diolah sedemikian rupa untuk dapat

dimanfaatkan manusia. Emas yang masih berbentuk bongkahan benjol dengan

mengenakannya dapat memperlihatkan kecantikan pada suaminya. Bahkan

pulau yang besar sekalipun dapat diubah untuk fungsi dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, seperti menjadi tempat

peluncuran satelit dan penyelidikan serta penelitian ilmiah.

B. Positif dan Negatif

Di seluruh dunia, walaupun kita tidak memiliki kesamaan dlam bahasa,

huruf dan angka, tetapi secara universal kita menerima kesamaan dalam

bilangan. Mulai dari bilangan satu sampai dengan jumlah tidak terhingga.

Untuk menentukan jumlah luas suatu lokasi, walaupun dapat ditentukan

dengan meter kubik, hektar atau kapling menentukan jumlah banyak suatu

benda walaupun dapat ditentukan dengan buah, biji, koli, kotak, tumpuk dan

lain-lain, namun tetap memakai bilangan.

Kita sepakati bahwa 2 + 3 adalah 5, tidak dapat diubah lagi. Bila

hendak mengganti bahwa 2 + 3 = 4, maka urutannya harus dibuat sebagai

berikut:

2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 dan seterusnya

Lebih jelas Lous Katsoff megatakan bahwa, pengikut realisme

subsistensial mengatakan bahwa bahwasannya 7 + 5 = 12 dapat diterangkan

oleh hakikat 7 + 5 serta 12 dan bahwa makna yang dikandung bilangan-

bilangan tersebut hakikatnya tetap sama baik ada orang yang mengetahui

bahwa 7 + 5 = 12 maupun tidak.

Artinya 7 + 5 = 12 merupakan hal yang benar tanpa mengingat hakikat

hubungannya dengan bilangan-bilangan tersebut.

Sesuatu yang diterapi 7 + 5 = 12 mungkin tergantung pada apa saja

yang ingin dibicarakan. Sehingga ada yang mengatakan bahwa 7 + 5 = 12

hanyalah suatu nama bagi suatu proses, atau suatu perangkat tanda pengenal

yang dilekatkan pada hal-hal, dan sama sekali tidak ada yang diacunya secara

nyata.

Di lain pihak ada yang berpendirian bahwa bilangan dari pernyataan-

pernyataan seperti 7 + 5 = 12, merupakan sifat-sifat khas kelompok barang

sesuatu, sama seperti halnya warna, yaitu kuning, biru, merah atau warna lain

merupakan ciri barang sesuatu yang tunggal.

Bila kita berada pada keadaan tertentu, katakanlah (X), maka untuk

berhubungan dengan Allah Pencipta Alam Raya ini, hanya dibagi dengan

tidak terhingga (), karena seluruh keadaan (peristiwa) dan diri kita sendiri

(materi) berkenalan dengan zat yang memiliki kemampuan tidak terhingga.

Secara sistematis keterangan tersebut di muka dapat digambarkan sebagai

berikut:

3
x
=0

Keterangan (o) adalah keadaan lebur diri

Jadi bila Allah menghendaki keseimbangan antara bilangan positif

dengan bilangan negatif, maka letak keseimbangan adalah ada titik nol, yaitu

keadaan lebur diri sebagaimana penulis sampaikan di atas.

Tetapi keadaan ini sulit dibicarakan. Sebagai contoh waktu Wali Sufi

Mansyur al Halajj menemukan kebesaran kebenaran Allah dalam dirinya,

sedangkan keberadaan dirinya sendiri tidak ada arti, lalu mengatakan : Ana al

Haq. Orang-orang salah menafsirkan terhadap kata-kata ini.

C. Kenyang dan Lapar

Rasul Allah Nabi Muhammad SAW panutan umat yang sebenarnya dan

pantas di seluruh dunia ini, bersabda sebagai berikut:

“Kata ini golongan umat yang makan karena sudah lapar, dan apabila kita

makan tidak sampai terlalu kenyang”. (HR. Abu Daud)

Hadits ini sangat baik untuk teori keseimbangan, yang kita bahas dalam

bab ini, terutama keseimbangan antara makan dan minum agar tidak terlalu

kenyang dan tidak pula terlalu lapar. Dengan perkataan lain tidak terlalu

banyak dan tidak pula terlalu sedikit.

Perhatikan ayat al-Qur’an berikut ini yang melarang manusia berlebih-

lebihan dalam makan dan minum.

“....makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. 7 : 31)

4
Apabila kita terbiasa pada makanan yang berkolestrol tinggi dengan

intensitas makan yang tinggi pula, disertai juga dengan stres sepanjang hari

bisa mengakibatkan kadar kolestrol dalam darah menggelembung tinggi. Hal

ini akan memperberat proses aterosklerosis yang sudah ada pada pembuluh

darah koroner, sehingga mempersempit atau menyumbat lubang pembuluh

darah. Sudah barang tentu keadaan ini akan lebih risikan pada penderita

serangan jantung.

Akan tetapi bila kadar kolesterol dari trigliserida dalam darah meninggi

karena faktor keturunan, mutlak diperlukan pengobatan dengan obat-obatan

penurun lemak dalam darah, karena hal tersebut tidak dapat ditanggulangi

dengan diet dan olahraga biasa.

D. Khusuk dan Sadar

Apabila kita lihat seseorang yang shalat fardhu cepat, bola hitam pada

biji matanya bergerak ke kanan dan kiri, dapat kita duga bahwa hatinya juga

demikian, pikirannya tidak bersama dengan tubuhnya. Ia bisa saja sedang

memikirkan pekerjaan yang belum selesai, atau memikirkan apa yang akan

dikerjakannya setelah shalat. Ia memang sadar pada lingkungan tetapi

kesadarannya berlebihan, sehingga apa yang sedang dikerjakannya tidak

serius, termasuk shalat yang seharusnya adalah merupakan bagian yang

terpenting dalam hidupnya.

Seseorang yang lain bertolak belakang dengan orang yang kita

bicarakan tersebut diatas. Ia shalat sangat khusuk bahkan terlalu

berkonsentrasi. Untuk itu sebelum shalat ia memicingkan matanya, ia

5
menghipnotis dirinya sendiri, sehingga getaran jiwanya terlihat pada gerakan

tubuhnya. Sewaktu shalatnya berlangsung ia tidak tahu apa yang terjadi di

sekelilingnya, ia biarkan orang yang datang menjadi makmum bersama

dirinya dalam keadaan tanpa sajadah, maksudnya ia tidak memberikan tempat

pada orang yang baru datang tersebut. Ia tetap tenang mendengar anak kecil

menangis tidak henti-hentinya karena ia memang menutup pintu

pendengarannya. Bahkan kita dapat menduga andaikata ada orang yang

berlarian minta tolong karena ada orang gila mengamuk membawa pisau

tajam, ia akan tetap diam shalat tanpa membuka pintu.

Antara kedua kutub perimbangan tersebut diatas, penulis berkepastian

bahwa kita harus menyeimbangkan di antara keduanya. Sebagai acuan marilah

kita perhatikan bagaimana nabi Muhammad SAW shalat.

Nabi Muhammad SAW pernah mempercepat shalatnya ketika beliau

mendengar ada anak kecil yang menangis, karena beliau khawatir ibu si anak

akan gelisah dengan tangis anaknya tersebut. Sebaliknya beliau juga pernah

memperlambat shalat beliau ketika ada orang yang terlambat dan baru tiba di

tempat shalat (masjid). Lebih jauh lagi beliau juga memperbolehkan

membukakan pintu bagi seseorang yang mendadak sangat perlu. Bahkan

beliau mengizinkan umat Islam membunuh binatang kala dalam shalat. Umat

Islam juga dapat melakukan shalat sambil berjaga-jaga dari musuh yang

sekiranya datang menyerbu umat Islam dalam suasana peperangan. ini

membuktikan bahwa kita harus sadar pada lingkungan sekeliling kita selama

shalat sekalipun.

6
Sedangkan persoalan khusuk, Nabi Muhammad SAW adalah contoh

hamba Allah yang senantiasa menenangkan hati dalam setiap shalat beliau,

bahkan menganggap suatu musibah bila ada orang yang lalai dalam

mengerjakan shalat. Baik lalai dalam arti keutamaan awal waktu, maupun lalai

dalam artian menghadirkan hati serta berkonsentrasi dalam shalat.

E. Desentralisasi dan Sentralisasi

Pembicaraan tentang desentralisasi dan sentralisasi adalah juga

membicarakan demokrasi dan kekuasaan.

Demokrasi sebagai etimologi berasal dari kata demos yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein yang berarti kekuasaan atau

kedaulatan. Jadi demos cratein atau demokrasi adalah keadaan negara di mana

dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat.

Pendemokrasian berada pada berbagai negara, tergantung bagaimana

negara tersebut memberikan keluasan hak dan kewajiban kepada rakyatnya

dalam hal pemerintahan. Misalnya kepentingan masyarakat tersalurkan lewat

senat, partai dan parlemen. Dari keadaan inilah terbentuk dan timbul

perbedaan pendemokrasian tersebut pada masing-masing negara. Sebagian

negara memberikan begitu banyak kebebasan kepada warganya sebagai

perwujudan menghormati hak-hak individual seperti Amertika Serikat. Tetapi

akibatnya bukankah negara paling modern di dunia ini, angka kejahatannya

paling tinggi pula, terutama dalam hal perzinahan, perkosaan, homoseksual,

pembunuhan dan perampokkan (terutama disebabkan karena bebasnya

perdagangan senjata api dan minuman keras).

7
Dari seluruh perbincangan masalah pendemorasian ini dapat pula kita

membahas aspek hubungan pusat daerah. Walau bagaimanapun kecilnya suatu

negara akan tetap terbagi dalam beberapa daerah-daerah besar dan kecil untuk

memudahkan urusan pemerintahan, terutama dalam pelayanan masyarakat.

Ada tujuh faktor yang mendorong apakah suatu negara akan memakai

sistem desentralisasi atau sentralisasi, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor sifat dan bentuk negara

Negara federal cenderung untuk melaksanakan asas desentralisasi,

sedangkan negara kesatuan lebih baik melaksanakan sentralisasi dalam

menjaga persatuan dan kesatuannya.

b. Faktor rezim yang berkuasa

Kalau rezim yang berkuasa dalam suatu negara adalah rezim yang otoriter,

maka dia cenderung melaksanakan sentralisasi. Sebaliknya bila rezim yang

berkuasa adalah yang memakai konsep demokrasi maka cenderung

menerapkan sistem desentralisasi.

c. Faktor geografis

Negara kepulauan karena terpisah-pisah maka untuk efisiensi kerja

pemerintahan biasanya melaksanakan sistem desentralisasi. Sebaliknya

negara kontinental akan lebih efisien dan mudah mengatur dengan sistem

disentralisasi.

d. Faktor warga negara

8
Negara yang homogen penduduknya lebih cenderung melaksanakan

sistem sentralisasi, sedangkan yang heterogen cenderung memilih sistem

desentralisasi.

e. Faktor sejarah

Negara yang sering mengalami pemberontakan akan lebih baik bila

diimbangi dengan adanya sistem sentralisasi, begitu juga negara yang

sering terlibat peperangan. tetapi negara yang masa silamnya terkenal

banyak diwarnai aksi protes lebih baik melaksanakan sistem desentralisasi.

f. Faktor efisiensi dan efektivitas

Untuk memperoleh efisiensi dalam melaksanakan sistem desentralisasi

tralisasi, hendaknya dibarengi oleh pemberian otonomi yang luas yang

akan lebih mengefisiensikan waktu dan tenaga.

g. Faktor politik

Bila kehendak menciptakan wadah bagi masyarakat maka dilaksanakan

desentralisasi, tetapi bila kebijaksanaan pemerintah di bidang politik atau

dengan alasan ekonomi bertujuan untuk melajukan pembangunan atau

membentuk kekuatan fisik maka dilaksanakan sistem sentralisasi.

Berikut ini akan penulis himpun beberapa hal positif atas sistem

desentralisasi dan sentralisasi:

1. Sistem desentralisasi

a) Meringankan beban

b) Generalisasi berkembang

c) Gairah kerja timbul

9
d) Siap pakai

e) Efisiensi

f) Manfaat yang diperoleh besar

g) Resiko terbagi

h) Tepat untuk penduduk yang beranekaragam

i) Menghilangkan kerja yang menumpuk

j) Unsur individu menonjol pengaruhnya

k) Masyarakat berpartisipasi pada daerahnya

l) Keinginan bersaing dengan daerah lain

m) Pembangunan akan relatif cepat tercapai

n) Kepengurusan yang berbelit-belit terhindarkan

o) Timbul jiwa korzak kedaerahan

2. Sistem Sentralisasi

a) Persatuan dan kesatuan

b) Keseragaman

c) Kekuasaan melengkapi pusat

d) Terpadu

e) Penggunaan tenaga para ahli sepenuhnya

f) Terkumpulnya ahli-ahli yang berkualitas

g) Fungsi rangkap dapat ditekan

h) Paham separatisme dapat ditekan

i) Kontrol dapat diteliti

j) Terkoordinasi

10
k) Pengawasan mudah

Sedangkan sisi negatif sentralisasi ada pada kebaikan (sisi positif)

apabila melaksanakan desentralisasi. Sebaliknya sisi negatif desentralisasi ada

pada kebaikan melaksanakan sentralisasi. Karena pada dasarnya kedua asas ini

berlawanan prinsip.

Dengan menempatkan diri berada di tengah-tengah antara dua sistem

sentralisasi dan desentralisasi, yaitu tidak melaksanakan salah satunya secara

berlebihan. Kita mengambil model keadaan sekarang ini adalah apa yang

berlaku di berbagai negara dan berbagai peristiwa, atau lebih lazim disebut

dengan diberbagai dimensi ruang dan waktu.

F. Kikir dan Boros

Sifat kikir itu muncul karena pengaruh lingkungan dan bakat

seseorang. Kikir karena pengaruh lingkungan, misalnya kebiasaan hidup pada

suasana perkotaan yang acuh tak acuh, dikenal sebagai patembayan. Sifat kikir

yang melekat karena bakat keturunan, ialah mereka yang memiliki sifat pelit

bermula dan terpupuk dari keinginan yang antusias seseorang untuk

mengumpulkan harta yang berlebihan.

Untuk menghindari sifat demikian, kita harus menyadari bahwa semua

kekayaan adalah milik Allah. Pada hakikatnya kita sekadar dititipi oleh Allah

untuk memeliharanya. Dengan demikian sangat rasional apabila kita harus

mengeluarkan sebagian untuk zakat.

Sifat boros bermula dari keinginan untuk dipuji, dengan memberikan

sesuatu kepada orang lain agar tampak sebagai orang yang kaya dan baik hati.

11
Harga diri itu memang diperoleh dengan mahal, akan tetapi tidak dengan

menghambur-hamburkan uang tanpa manfaat yang dibenarkan. Apalagi

disertai ingin diketahui oleh orang banyak sebagai orang yang banyak

berderma. Harus diketahui bahwa ada anjuran dalam ajaran Islam apabila

memberi dengan tangan kanan, maka tangan kiri tidak boleh mengetahuinya.

G. Mulut dan Kuping

Orang yang tidak menyeimbangkan dua fungsi antara kuping dan mulut

akan mengalami berbagai hambatan. Orang yang banyak berbicara tanpa mau

mendengarkan pendapat orang lain, tidak akan bertambah cakrawalanya. Ia

menjadi sempit orientasinya, subjektivitas pemikirannya dan dapat

dikategorikan katak dalam tempurung.

Sebaliknya orang yang tidak menyeimbangkan pendengaran dan

pengucapan, dalam arti hanya menerima saja tanpa mau berpendapat, tidak

pula dibenarkan. Bila ia menemukan ketidak-benaran, maka ia akan tetap

mengikuti pendapat orang lain dengan mengabaikan salah atau benar, tanpa

analisa dan proses sedikitpun serta bersifat percaya buta (taqlid).

H. Sufi dan Jihad

Kedua golongan tersebut dapat diberi kategori yaitu benar untuk jihad,

karena jihad adalah berjuang di jalan Allah. Sedangkan kategori baik untuk

sufi, karena sufi adalah cinta akan kebijaksanaan Allah. Sufi dapat diartikan

kebijaksaan atau dapat pula diartikan sebagai penandaan perendahan itu.

12
Tetapi kedua konsep tersebut diatas harus pula diseimbangkan, karena sering

kita temui orang mengartikan jihad sebagai perang melulu. Sehingga dalam

benak mereka muncul fundamentalisme ke-Islaman, gambang mengkafirkan

sesama muslim, padahal seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya saja

sudah termasuk jihad dalam Islam.

13
BAB II

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa keseimbangan

ini memperlihatkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa, yang sengaja Maha

mengatur dan Maha Menciptakan sehinggga tidak mungkin terjadi sendiri. Yang

tidak simetris adalah benda-benda mati, seperti batu, gunung, bukit, laut, lembah,

pantai, pulau secara keseluruhan dan lain-lain. Untu, mencontoh keteraturan

makhluk hidup, maka benda-benda tertentu disimetriskan oleh manusia

pembuatnya. Ketidak seimbangan benda mati adalah karena Allah memberikan

benda-benda lain atau makhluk hidup agar menata benda-benda mati tersebut

menjadi lebih baik dalam mengisi kehidupan ini.

Orang yang tidak menyeimbangkan dua fungsi antara kuping dan mulut

akan mengalami berbagai hambatan. Orang yang banyak berbicara tanpa mau

mendengarkan pendapat orang lain, tidak akan bertambah cakrawalanya. Ia

menjadi sempit orientasinya, subjektivitas pemikirannya dan dapat dikategorikan

katak dalam tempurung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aep Gunarsa, Pengantar Filsafat, PT. Refika Aditama, Bandung, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai