Anda di halaman 1dari 20

Untuk apa anda Hidup dan Beriman

 Pengertian Hidup

Apa itu Hidup? Hidup adalah? Ini merupakan pertanyaan yang sederhana,
namun jawabannya pastilah bermacam-macam. Hidup (bisa jadi) adalah
perjuangan, atau hidup adalah tantangan, atau hidup adalah perjalanan,
dan lain sebagainya.

Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut
di atas adalah mencerminkan keyakinan anda atas Kehidupan itu sendiri.
Orang yang meyakini bahwa hidup adalah sebuah perjuangan akan melihat
bahwa hidup adalah perjuangan yang harus untuk di perjuangkan. Oleh
karena itu, hari-hari yang ada dalam hidupnya akan dijalani dengan
perjuangan.

Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah sebuah tantangan,


akan melihat hidup yang dijalaninya sebagai tantangan yang harus di
pecahkan. Dia akan menjalani kehidupannya dengan “memecahkan
tantangan”. Begitu pun juga yang lainnya. Sebenarnya cara kita meyakini
kehidupan dan apa itu hidup berimbas pada pola pikir kita. Pola pikir ini
akan mempengaruhi tindakan dan tindakan akan menghasilkan apa itu
yang disebut nasib.

 Pengertian Hidup dalam KBBI

hidup [hi·dup]

Kata Verbia (kata kerja)

1. Masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (tentang


manusia, binatang, tumbuhan, dan sebagainya)
2. Bertempat tinggal (diam)
3. Mengalami kehidupan dalam keadaan atau dengan cara tertentu
4. Beroleh (mendapat) rezeki dengan jalan sesuatu
5. Berlangsung (ada) karena sesuatu
6. Tetap ada (tidak hilang)
7. Masih berjalan (tentang perusahaan, perkumpulan, dan sebagainya)
8. Tetap menyala (tentang lampu, radio, api)

9. Masih tetap dipakai (tentang bahasa, adat, sumur, dan sebagainya)


10.Ramai (tidak sepi dan sebagainya)
11.Seakan-akan bernyawa atau benar-benar tampak seperti keadaan
sesungguhnya (tentang lukisan, gambar)
12.Seperti sungguh-sungguh terjadi atau dialami (tentang cerita)
13.Seruan yang menyatakan harapan mudah-mudahan tetap selamat

 Jenis jenis arti dalam hidup

- Penyebab/Akibat

Saya menendang bola, bola itu bergerak. Saya memberi tahu teman
Saya bahwa rambutnya jelek, teman Saya menampar wajah Saya.
Saya melakukan X, dan dengan kepastian yang dapat
diandalkan, Y akan menghasilkan. Kita semua
membutuhkan Penyebab/Akibat yang berarti untuk bertahan
hidup. Ini membantu kita memprediksi masa depan dan belajar dari
masa lalu. Penyebab/Akibat terutama melibatkan bagian logis dari
otak kita. Ilmu pengetahuan, misalnya adalah pencarian terus-
menerus dari Makna Sebab-Akibat.

- Lebih baik/ lebih buruk

Makan lebih baik baik daripada kelaparan. Menghasilkan uang lebih


baik daripada diam. Berbagi lebih baik daripada meminta. Makna
lebih baik/ lebih buruk berkaitan dengan sifat nilai-nilai kita, apa
yang kita anggap paling penting dan berguna dalam hidup kita.
Makna yang lebih baik/lebih buruk sebagian besar bergantung pada
bagian emosional otak kita. Secara umum apa yang membuat kita
merasa lebih baik adalah apa yang kita anggap “Baik” atau “Lebih
Baik”.

Situasi yang memerlukan kondisi dimana harus menentukan baik


atau buruk terkadang sangat sulit dilalui karena emosi yang kita
hadapi saat melakukan itu akan mempengaruhi pilihan yang akan
kita lakukan kedepannya. Maka diperlukan kedewasaan emosi dalam
menentukan suatu pilihan agar pilihan yang kita pilih dapat
menghasilkan akibat yang bersifat positif untuk pribadi kita dan juga
orang-orang disekitar kita.

 Pandangan Hidup dalam Alkitab

Apakah arti hidup? Bagaimana saya dapat menemukan tujuan, pemenuhan


dan kepuasan dalam hidup ini? Apakah saya memiliki potensi untuk
mencapai sesuatu yang bermakna abadi?

Banyak orang tidak pernah berhenti mencari tahu apakah arti hidup itu.
Mereka memandang ke belakang dan tidak mengerti mengapa relasi
mereka berantakan dan mengapa mereka merasa begitu kosong walaupun
mereka telah berhasil mencapai apa yang mereka cita-citakan.

Salah satu pemain baseball, yang namanya tercatat dalam Baseball Hall of
Fame, ditanya apa yang dia harapkan orang lain bersedia beritahu
kepadanya di masa ketika dia mulai bermain baseball. Dia menjawab, “Saya
berharap orang akan memberitahu saya bahwa ketika kamu sampai di
puncak, di sana tidak ada apa-apa.”

Banyak sasaran hidup ternyata kosong ,setelah dikejar dengan sia-sia


bertahun-tahun lamanya.
Dalam masyarakan humanistik kita, orang mengejar banyak cita-cita,
menganggap bahwa di dalamnya mereka akan mendapatkan makna.
Beberapa cita-cita ini termasuk: kesuksesan bisnis, kekayaan, relasi yang
baik, seks, hiburan, berbuat baik kepada orang lain, dan sebagainya.

Namun, orang-orang ini justru menceritakan, bahwa saat mereka mencapai


impian mereka dalam mengumpulkan kekayaan, relasi dan kesenangan, di
dalam diri mereka ada kekosongan yang dalam, perasaan kosong yang
tidak dapat dipenuhi oleh apa pun.

Penulis kitab Pengkhotbah, Salomo, menjelaskan perasaan ini ketika dia


mengatakan, “Kesia-siaan belaka, kesia-siaan belaka, … segala sesuatu
adalah sia-sia.”

Salomo memiliki kekayaan yang tak terkira, hikmat kebijaksanaan yang


melampaui orang-orang pada zamannya maupun zaman sekarang. Dia
memiliki ratusan istri, istana dan taman yang menjadikan kerajaan-kerajaan
lain cemburu. Makanan dan anggur terbaik, dan segala bentuk hiburan
juga sudah ia miliki. Satu saat dia berkata, segala yang diinginkan hatinya
telah dikejarnya. Namun kemudian dia menyimpulkan, “hidup di bawah
matahari” (hidup dengan sikap sepertinya hidup itu hanyalah apa yang kita
lihat dan rasakan) adalah kesia-siaan belaka.

Mengapa bisa ada kehampaan seperti ini? Karena Allah menciptakan kita
untuk sesuatu yang melampaui apa yang bisa kita alami dalam dunia
sekarang ini. Tentang Allah, Salomo berkata, “Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka …”

Dalam hati kita, senantiasa ada kesadaran bahwa dunia saat ini bukan
segalanya.

Dalam kitab Kejadian, kitab pertama dalam Alkitab, kita memahami bahwa
Allah menciptakan manusia menurut gambarNya (Kejadian 1:26). Ini berarti
kita lebih mirip dengan Allah daripada ciptaan-ciptaan lainnya.

Kita juga memahami bahwa sebelum manusia jatuh dalam dosa dan bumi
dikutuk: (1) Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial (Kejadian
2:18-25); (2) Allah memberi manusia pekerjaan (Kejadian 2:15); (3) Allah
memiliki persekutuan dengan manusia (Kejadian 3:8); dan (4) Allah
memberi manusia kuasa atas bumi ini (Kejadian 1:26). Apakah arti semua
ini?

Saya percaya bahwa Allah menginginkan semua ini menambah kepuasan


dalam hidup kita, namun semua ini, khususnya persekutuan manusia
dengan Allah, telah dirusak oleh kejatuhan manusia ke dalam dosa, dan
juga oleh kutukan atas bumi ini (Kejadian 3).

Dalam kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Alkitab, di bagian akhir dari
banyak peristiwa yang terjadi pada zaman akhir, Allah mengungkapkan
bahwa Dia akan menghancurkan langit dan bumi ini dan membawa
kekekalan dengan menciptakan langit dan bumi yang baru. Pada waktu itu,
Dia akan memulihkan persekutuan dengan orang-orang yang sudah
ditebus.

Sebagian besar umat manusia akan dihukum dan dilemparkan ke dalam


Lautan Api (Wahyu 20:11-15). Pada waktu ini kutukan atas bumi ini akan
disingkirkan, dan tidak akan ada lagi dosa, kesusahan, penyakit, kematian,
kesakitan, dll (Wahyu 21:4).

Orang percaya akan mewarisi segala sesuatu, Allah akan berdiam dengan
mereka dan mereka akan menjadi anak-anakNya (Wahyu 21:7). Dengan
demikian kita menggenapi siklus di mana Allah menciptakan kita untuk
bersekutu dengan Dia, manusia jatuh dalam dosa dan memutuskan
persekutuan itu; dalam kekekalan, Allah memulihkan hubungan itu secara
penuh dengan orang-orang yang Dia pandang layak.

Hidup dalam dunia ini mendapatkan segala sesuatu hanya untuk mati dan
terpisah dari Allah untuk selama-lamanya adalah lebih buruk dari kesia-
siaan.
Namun, Allah telah membuat jalan di mana bukan saja kebahagiaan kekal
dimungkinkan (Lukas 23:43), juga sekaligus agar hidup sekarang ini
memuaskan dan berarti.

Sekarang, bagaimana kebahagiaan kekal dan “surga di bumi” ini bisa


diperoleh?

Sebagaimana telah diindikasikan di atas: makna hidup, baik sekarang


maupun dalam kekekalan, ditemukan dalam hubungan yang dipulihkan
dengan Allah; hubungan yang telah lenyap ketika Adam dan Hawa jatuh
dalam dosa.

Hari ini, hubungan dengan Allah itu dimungkinkan hanya melalui AnakNya,
Yesus Kristus (Kisah Rasul 4:12; Yohanes 14:6; 1:12). Hidup kekal diperoleh
ketika seseorang menyesali dosa-dosanya (tidak mau lagi hidup dalam
dosa namun ingin Kristus mengubah mereka dan menjadikan mereka
pribadi-pribadi yang baru) dan mulai bergantung pada Yesus Kristus
sebagai Juruselamat mereka (lihat pertanyaan: “Apa itu rencana
keselamatan?” untuk informasi lebih lanjut tentang topik penting ini).

Arti hidup yang sebenarnya tidak ditemukan hanya dengan mengenal


Yesus sebagai Juruselamat, seindah apapun hal itu. Ia ditemukan ketika
orang mulai berjalan mengikuti Kristus sebagai muridNya, belajar dari Dia,
menggunakan waktu bersama denganNya melalui Alkitab, bersekutu
denganNya dalam doa, dan berjalan denganNya dalam ketaatan kepada
perintah-perintahNya.

Jika Anda adalah orang yang belum percaya (atau baru percaya), Anda
mungkin akan mengatakan kepada diri sendiri, “Sepertinya itu tidak terlalu
menggairahkan atau menyenangkan untuk saya.” Tapi tolong baca lebih
lanjut. Yesus membuat pernyataan-pernyataan ini:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-
Kupun ringan" (Matius 11:28-30).
“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam
segala kelimpahan” (Yohanes 10:10b).

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,


memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”
(Matius 16:24-25).

“Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu


apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4).

Apa yang dikatakan oleh ayat-ayat ini adalah bahwa kita memiliki pilihan.
Kita bisa terus berusaha hidup menurut arah kita sendiri, yang sebagai
hasilnya membuat kita hidup dalam kehidupan yang kosong. Atau, kita
bisa memilih untuk mengikuti Allah dan rencanaNya bagi hidup kita.
MengikutiNya dengan sepenuh hati, yang membuat hidup kita penuh,
tercapainya cita-cita, dan sekaligus mendapatkan kepuasan karenanya.

Hal ini memungkinkan karena Pencipta mengasihi kita dan menghendaki


yang terbaik bagi kita. Walau tidak selalu mudah, tapi yang justru paling
memuaskan pada akhirnya.

Sebagai penutup, saya ingin membagikan sebuah perumpamaan yang saya


pinjam dari seorang pendeta. Jika Anda penggemar olahraga dan
memutuskan untuk pergi ke pertandingan profesional, Anda dapat
membayar beberapa dollar, dan duduk di barisan paling atas di stadion,
atau Anda membayar beberapa ratus dollar dan duduk dekat dengan
lapangan pertandingan.

Demikian pula dengan hidup kekristenan. Menyaksikan Allah bekerja


SECARA LANGSUNG bukanlah bagian dari “orang Kristen hari Minggu.”
Menyaksikan Allah bekerja SECARA LANGSUNG diperuntukkan bagi murid-
murid Kristus yang sepenuh hati, yang telah berhenti mengejar keinginan
mereka sendiri dalam hidup ini, supaya mereka bisa terlibat dalam rencana
Allah.
MEREKA telah membayar harga, ditandai dengan penyerahan penuh
kepada Kristus dan kehendakNya, mereka menikmati hidup secara penuh;
dan mereka bisa memandang diri sendiri, teman-teman mereka, dan
Pencipta mereka tanpa ada penyesalan sedikit pun.

 Pandangan hidup dalam Gereja/Ecclesia

Menurut Gereja Katolik, yang mengambil pengajaran dari St. Thomas 


Aquinas, manusia terdiri tubuh dan jiwa. Namun jiwanya di sini
adalah jiwa spiritual (rohani); yang menyebabkan manusia
sebagai mahluk rational/berakal budi. Sedangkan binatang mempunyai
juga tubuh dan jiwa, namun jiwanya bukan rohani, sehingga disebut
sebagai mahluk irrational/ tidak berakal budi. Jiwa binatang ini tidak abadi,
jadi jiwanya mati jika tubuhnya mati. jiwa di dalam tubuh manusia
merupakan “prinsip utama yang memberikan kehidupan” (Summa
Theologica I), sehingga jika jiwa ini tidak ada lagi di dalam tubuh maka
tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh manusia. Ini yang terjadi saat kita
meninggal.

Hal-hal yang perlu diusahakan untuk hidup secara sehat: kesadaran akan
tanggung jawab bersama memelihara dan memperjuangkan kehidupan
secara sehat (ini merupakan pandangan dan arahan Gereja). Isi dari
Katekismus Gereja Universal artikel 2288-2289 terkait dengan kesadaran
akan tanggungungjawab bersama memelihara dan memperjuangkan
kehidupan secara sehat (ini merupakan pandangan dan arahan Gereja)
yaitu:

- Bahwa kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai,


yang dipercayakan Tuhan pada kita. Maka kita harus merawatnya
dengan cara yang bijaksana dan bersama itu memperhatikan
kebutuhan orang lain dan kesehjateraan umum

- Hidup sehat diusahakan dengan cara menciptakan situasi hidup


yang kondusif sehingga manusia dapat mengembangkan diri dan
menjadi matang dengan papan, pangan dan sandang, perumahan,
pelayanan kesehatan pendidikan, lapangan kerja dan bantuan sosial
yang memadai. Menurut iman kristiani, kesehatan bukan hanya
jasmani melainkan juga dalam hal batiniah.

Setiap orang beriman, menurut Santo Paulus, seharusnya berani


memperjuangkan kehidupan yang mengandalkan peranan Roh dan bukan
sebaliknya hidup menurut daging. Dengan hidup menurut Roh maka akan
terjadi: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Kesehatan juga dalam hal penguasaan diri. Rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia menggambarkan:

1. Cara hidup yang lebih mengutamakan fisik/badan sebagai cara hidup


yang mengikuti daging.
2. Orang yang hidup menurut daging akan mengikuti hawa nafsunya
(Gal. 5:19). Dengan mengikuti keinginan daging, maka yang akan terjadi
adalah percabulan, kecemaran, sihir , perseteruan, perselisihan, iri hati,
amarah dan kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian, kemabukan, pesta pora, dsb (Gal. 5:20).
3. Sedangkan cara hidup yang tidak mengabaikan dan lebih
mengutamakan hidup rohani disebut sebagai hidup menurut Roh.

Sasaran dan tujuan pola hidup sehat ialah menghargai dan menghormati
tubuh sebagai kenyataan yang sangat pribadi sebagai tanda dan wahana
untuk membangun hubungan-hubungan dengan sesama, dengan Allah
dan alam semesta, demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Kesehatan
dimengerti sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap manusia hidup produktif dan kreatif seturut dimensi
sosial dan ekonomi. pola tindak tentang cara hidup yang sehat baik
menyangkut kesehatan fisik/badan maupun menyangkut kesehatan rohani.
Melakukan kegiatan olah rohani dan jasmani yang teratur, terus-menerus
dan seimbang, dalam mencapai pemenuhan kebutuhan mendasar hidup
manusia. 
 Pandangan Hidup dalam Diri Sendiri

pat dimana saya akanNama saya Kementino Adrian Toko Gharowasek.


Saya kerap disapa Tino terkadang sempat juga di sapa Klementino atau
Adrian. Lahir di Kota Kupang pada 2 November 2004, Memiliki kedua
orang tua yang lengkap dan juga memiliki satu saudara laki-laki dan satu
saudara perempuan. Di tahun 2022 ini saya akan menginjak usia 18 tahun,
yang artinya akan memasuki masa dewasa atau biasa disebut masa
peralihan dari masa remaja, sekolah menengah menjadi
dewasa,mahasiswa. Saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar di salah
satu sekolah di Kota Kupang yaitu SDK St. Yoseph 3 Kupang. Di masa SD
saya diajarkan banyak hal baik itu hal hal mengenai karakter yang baik
sebagai seorang manusia, ilmu eksakta MIPA serta Ilmu Sosial. Setelah 6
tahun pembentukan diri saya di SD yang kerap dibilang menjadi salah satu
sekolah swasta ter-Favorit pada masa itu.

Melanjutkan studi ke jenjang Sekolah Menengah Pertama atau SMP di


salah satu lembaga pendidikan hebat yaitu SMPK Sta. Theresia
“Disamakan” Kupang. Di masa SMP merupakan masa terbaik dimana saya
menemukan banyak pelajaran baru dan juga pelajaran hidup untuk
menjadi manusia yang bermutu dan juga menjadi insan luhur.

3 Tahun berlalu, saatnya menginjak jenjang pedidikan terakhir dalam hidup


saya yaitu Sekolah Menengah Atas atau SMA. Saya memilih SMAN 1
Kupang sebagai media belajar saya yang terakhir sebagai seorang siswa.
Dalam masa SMA saya banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup dan
juga mengambil jurusan IPA yang dimana dipandang orang orang sebagai
jurusan yang menjamin masa depan. Banyak pengalaman sukacita dan
dukacita yang terjadi selama saya berada di masa SMA.

Tak sadar kini telah tiba waktu untuk melewati masa remaja yang begitu
indah dan mulai menuju masa dewasa, Saya memilih Universitas Widya
Mandira (UNWIRA) sebagai tem didik untuk menghadapi dunia kerja.
Melalui UNWIRA saya percaya, kelak saya akan menjadi seorananggakan
Tuhan dan Keluarga.
 Pengertian Beriman

Menurut pandangan Saya tentang kehidupan berimanialah Iman


merupakan kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan dan
kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini
dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati
adanya alam semesta dan segala isinya pedoman hidup umat manusia.

Oleh karenanya kita wajib beriman agar hidup kita tidak tersesat kejalan
yang salah Sebagaimananya,dan iman juga dalam Surat Ibrani 11:1
menyatakan bahwa iman adalah "dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Bisa jadi tidak
ada komponen lain dalam kehidupan orang orang .

 Apa itu Iman?

Apa peran iman dalam kehidupan orang?

Kamus mendefinisikan iman sebagai "kepercayaan, pengabdian, atau iman-


percaya pada seseorang atau sesuatu, khususnya untuk sesuatu yang tidak
disertai bukti yang logis." Ada juga yang mendefinisikan iman sebagai
"kepercayaan dan pengabdian kepada Allah." Alkitab berbicara banyak
tentang iman dan menyatakan betapa pentingnya hal itu. Bahkan, hal
tersebut sangat penting sehingga tanpa iman kita tidak mungkin memiliki
tempat bersamasama dengan Allah. Mustahil bagi kita untuk
menyenangkan-Nya (Ibr 11:6). Iman adalah keyakinan seseorang kepada
satu-satunya Allah yang benar dan sejati, tanpa benar-benar pernah
melihat-Nya secara langsung.

 Dari mana asalnya iman?

Iman bukanlah sesuatu yang bisa kita sulap supaya menjadi ada. Juga,
bukan sesuatu yang lahir bersama-sama dengan kita. Iman juga bukan
hasil dari ketekunan seseorang dalam belajar atau mengejar kerohanian.
Surat Efesus 2:8-9 menjelaskan bahwa iman adalah karunia dari Allah;
bukan karena kita pantas untuk mendapatkannya, ataupun merupakan
hasil pekerjaan kita. Juga bukan karena kita layak untuk memilikinya. Iman
bukan berasal dari diri kita sendiri; iman berasal dari Allah. Iman tidak
diperoleh dengan kekuatan atau kehendak bebas kita. Iman dianugerahi
kepada kita oleh Allah, bersama dengan kasih-karunia dan belas kasihan-
Nya, sesuai dengan tujuan dan rencana-Nya yang kudus. Karena itu, hanya
Allah yang layak untuk dipermuliakan.

 Mengapa kita memiliki iman?

Allah merancang sebuah cara untuk membedakan mereka yang menjadi


milik-Nya dengan yang bukan. Itulah yang disebut sebagai iman.
Sederhananya, kita perlu iman untuk menyenangkan Allah. Allah
mengatakan kepada kita bahwa ketika kita percaya kepada-Nya, meskipun
kita tidak bisa melihat-Nya, hal ini menyenangkan hati-Nya.

Bagian penting dari surat Ibrani 11:6 menyatakan kalau "Allah memberi
upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." Ayat ini tidak
bermaksud untuk menyatakan kalau orang yang beriman kepada Allah
hanya demi mendapatkan sesuatu dari-Nya. Namun, Allah suka
memberkati orang-orang yang taat dan setia.

Kita melihat contoh yang sempurna dari hal ini dalam Injil Lukas 7:50. Yesus
terlibat dalam sebuah dialog dengan seorang perempuan berdosa ketika
Dia memberikan kepada kita pandangan sekilas mengenai mengapa iman
itu begitu berguna. "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah
dengan selamat!" Perempuan itu percaya kepada Yesus Kristus dengan
iman. Yesus menghargai perempuan tersebut untuk hal itu.]

Iman adalah sesuatu yang akan menopang kita sampai akhir kehidupan;
dengan iman kita tahu kalau akan hidup kekal berada di surga dengan
Allah selama-lamanya. "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun
kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang
tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang
tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu
keselamatan jiwamu" (1 Ptr 1:8-9).

Contoh iman, Ibrani pasal 11 dikenal sebagai "pasal iman" karena di


dalamnya dijelaskan berbagai perbuatan besar yang lahir dari iman. Karena
iman, maka Habel mempersembahkan korban yang menyenangkan bagi
Allah (ay.4). Karena iman, maka Nuh mempersiapkan bahtera meskipun
tidak mengetahui kapan hujan yang menimbulkan air bah akan turun
(ay.7). Karena iman, maka Abraham meninggalkan rumahnya dan menaati
perintah Allah untuk pergi ke tempat yang tidak ia ketahui, yang kemudian
rela mempersembahkan anak satusatunya (ay.8-10, 17). Karena iman, maka
Musa memimpin orang Israel keluar dari Mesir (ay.23-29). Karena iman,
maka Rahab menerima mata-mata Israel dan menyelamatkan hidupnya
(ay.31).

Banyak pahlawan iman lainnya disebutkan "yang karena iman telah


menaklukkan kerajaankerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa
yang dijanjikan, menutup mulut singasinga, memadamkan api yang
dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan
dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah
memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing" (ay.33-34). Jelas,
keberadaan iman dalam diri seseorang selalu ditunjukkan melalui tindakan.

Iman adalah dasar dari Kekristenan. Tanpa menunjukkan iman dan iman-
percaya kepada Allah, kita tidak memiliki tempat untuk bersama dengan-
Nya. Kita mempercayai keberadaan Allah dengan iman. Kebanyakan orang
memiliki gagasan yang samar dan terpotong-potong mengenai siapa
Allah. Mereka tidak memiliki rasa hormat yang pantas bagi posisi-Nya yang
mulia dalam hidup mereka. Orang-orang ini tidak memiliki iman yang
benar supaya bisa memiliki hubungan yang kekal dengan Allah yang
mengasihi mereka.

Iman terkadang seolah-olah meninggalkan kita. Karena itu merupakan


karunia Allah, yang dianugerahkan kepada anak-anak-Nya, Dia
memberikan masa-masa pencobaan dan ujian untuk membuktikan bahwa
iman kita adalah nyata. Allah sendiri yang mengasah dan memperkuat
iman itu.

Inilah sebabnya mengapa Yakobus mengatakan kepada kita untuk


menganggap hal tersebut sebagai "kebahagiaan," karena ujian terhadap
iman kita menghasilkan ketekunan dan mendewasakan kita, memberikan
bukti bahwa iman kita itu benar-benar nyata (Yak 1:2-4).

Iman adalah percaya. Iman adalah Karunia Allah, Yang Dikerjakan Di Dalam
Hati Oleh Roh Kudus, Yang Menghidupkan Dan Memandu Semua
Kemampuan Kita Menuju Satu Tujuan. Kita Harus Berdoa Untuk Memiliki
Iman, Dan Supaya Iman Kita Bertumbuh. Iman Kita Juga Akan Diperkuat
Dengan Selalu Mengingat Janji-Janji Kristus Yang Berulangkali Diucapkan
Bahwa Doa-Doa Kita Kepada Bapa, Dalam Nama-Nya, Pasti Akan Dijawab
Kalau Kita Memintanya Dengan Iman, Dan Percaya Sewaktu Kita
Memintanya. Lihat Matius 7:7; Lukas 11:9; Yohanes 14:13, 15, 16; Yakobus
4:2; I Yohanes 3:22, 5:14; Lukas 11:10. Iman Didefinisikan Sebagai "Dasar
Dari Segala Sesuatu Yang Kita Harapkan Dan Bukti Dari Segala Sesuatu
Yang Tidak Kita Lihat" (Ibr. 11:1); Iman Adalah Pekerjaan Jiwa Yang
Dengannya Kita Merasa Pasti Akan Keberadaan Dan Kebenaran Dari
Sesuatu Yang Tidak Ada Di Depan Kita, Atau Tidak Tampak.Bagi Indera
Manusia.

Setiap Orang Menilai Iman Secara Berbeda, Yang Akan Dirasanya Sukar
Bahkan Tidak Mungkin Untuk Menunjukkannya Dengan Cara-Cara Yang
Tampak. Ini Merupakan Hal Mempraktikan Iman - Latihan Sukarela - Yang
Memampukan Kita Untuk Bertambah Dalam Mempercayai Kebenaran-
Kebenaran Besar Yang Allah Berkenan Nyatakan. Paulus Menyatakan
"Sebab Hidup Kami Ini Adalah Hidup Karena Percaya, Bukan Karena
Melihat" (Ii Kor. 5:7). Yesus Sendiri Berfirman (Yoh. 20:29), "Berbahagialah
Mereka Yang Tidak Melihat, Namun Percaya".

Dengan Demikian, Sementara Mempercayai Apa Yang Kita Lihat Dan


Pahami Akan Mendatangkan Manfaat, Percaya Pada Apa Yang Tidak
Terlihat Dan Hanya Dipahami Secara Samar-Samar Mendatangkan Manfaat
Yang Lebih Besar. Ada Banyak Hal Di Alam Semesta Ini Yang Kita Percayai,
Tanpa Harus Kita Pahami Sepenuhnya; Kita Percaya Karena Kita
Mendapatkan Buktinya Dari Orang Lain, Meskipun Bukan Dari Panca Indera
Kita Sendiri. Iman Yang Begitu Saja Percaya Pada Apa Yang Bisa Ia Lihat,
Pahami, Jelaskan Dan Tunjukkan Sama Sekali Bukan Iman. "Tidak Seorang
Pun Melihat Allah", Akan Tetapi Semua Orang Percaya Kepada Allah. Hal-
Hal Dalam Dunia Rohani Tidak Dapat Ditunjukkan Melalui Perantara-
Perantara Materiil, Melainkan Hanya Bisa Melalui Perantara-Perantara
Rohani. Menggunakan Iman Akan Meningkatkan Kerohanian Kita,
Memampukan Kita Memahami Berbagai Hal Yang Tanpa Latihan Semacam
Ini Tidak Akan Terpahami. Paulus Mengatakan Bagi Orang Yunani
Terpelajar Yang Skeptis Injil Adalah "Kebodohan". Kebanggaan Akan
Kepandaian Adalah Salah Satu Penghalang Terbesar Terhadap
Pertumbuhan Rohani.

Dan iman juga adalahKita menjadi anggota Gereja Katolik melalui baptis
dan iman kepada Kristus. Iman merupakan karunia dari Tuhan kepada kita.
Iman itumerupakan buah kerja Roh Kudus di dalam hati kita, Roh yang
menghidupkan dan mengarahkan semua kemampuan manusiawi kita
untuk mengakui dan mengalami campur tangan Tuhan di dunia ini serta
mengarahkan kita menuju satu tujuan.

 Apa manfaat Iman bagi kita?

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1). Kita diperintahkan untuk
beriman kepada Allah dan kepada Kristus (Yoh. 14:1; Yoh. 6:29) namun
iman itu sendiri merupakan karunia dan karya Allah di dalam diri kita,
melalui Roh Kudus oleh ayat-ayat Firman Allah dan khotbah dan cara-cara
lainnya (Rm. 12:3; Ef. 2:8; Kis. 11:21; I Kor. 2:5; Ibr. 12:2; I Kor. 12:9; Yoh.
20:31; Yoh. 17:20), yang oleh cara-cara anugerah, ini menghasilkan
pertobatan dan kemudian perubahan (Mrk. 1:15; Kis. 11:21).
Melalui iman kita memperoleh pengampunan dosa, pembenaran,
keselamatan, pengudusan, pengangkatan menjadi anak dan dapat
menghampiri Allah, karunia Roh Kudus, terang dan kehidupan rohani,
pembangunan, pemeliharaan, hidup kekal dan istirahat di surga (Kis. 10:43;
Rm. 3:25; Kis. 13:39; Mrk. 16 :16; Kis. 15 : 9; Yoh. 1:12; Gal. 3 : 26; Rm. 5 : 2;
Ef. 3 :12; Kis. 11 : 15-17; Yoh. 12:36, 46; Yoh. 20:31; Gal. 2:20; Yoh. 3:15-16;
Ibr. 4:3).

Iman sangat penting bagi pemahaman Injil yang bermanfaat; ini akan
menjadikan Injil lebih berpengaruh atas orang-orang yang beriman; iman
itu perlu bagi peperangan Kristen, dan tanpa iman adalah mustahil untuk
berkenan kepada hati Allah (Ibr. 4:2; I Tes. 2:13; I Tim. 1:18, 19; Ibr. 11:6).

Pengaruh iman di dalam kita adalah menimbulkan harapan, damai


sejahtera, kepercayaan diri, keberanian dalam memberitakan kabar baik
dan bersaksi dan, sebagaimana Kristus bernilai bagi orang-orang yang
beriman dan tinggal di hatinya, mereka hidup, berdiri, berjalan,
mendapatkan "kesaksian yang baik", bekerja dengan kasih, menaklukkan
dunia, menolak Iblis (Rm. 5:2; Kis. 16:34; Rm. 15:13; Yes. 28:16; I Ptr. 2:6; I
Ptr. 2:7; Ef. 3:17; Gal. 2:20; Rm. 4:12; Ibr. 11:2, 1 Yoh. 5:4, 5; I Ptr. 5:9; Mzm.
27:13; I Tim. 4:10).

Oleh karena itu kita harus bersungguh-sungguh, teguh dan setia;


berpegang pada iman kita dengan hati nurani yang baik dan tidak sebatas
berdoa untuk peningkatan, melainkan dengan keyakinan yang teguh (I
Tim. 1:5; II Kor. 8:7; Kis. 14:22; Rm. 4:20-24; I Kor. 16:13; Kol. 1:23; I Tim. 1:19;
Luk. 17:5; II Tim. 1:12).

Maka kita akan dikenal melalui buah- buah kita, karena tanpa buah, iman
kita itu mati (Yak. 2:21-25; Yak. 2:17, 20, 26), dan karena semua kesukaran
diatasi dengan iman, demikian juga segala hal harus dilakukan dengannya,
tanpa merasa takut sebab kita sepenuhnya dilindungi oleh perisai dan baju
zirah kita (Mat. 17:20, 21:21; Rm. 14:22; Ef. 6:16; I Tes. 5:8).
 Karakteristik Iman

1. Iman perlu untuk keselamatan.

Persekutuan sempurna bersama Tuhan dalam kebahagiaan kekal di


surga itulah keselamatan yang menjadi tujuan hidup kita. Maka kita
membutuhkan iman yang membimbing kita menjalani hidup ini.
Pokok iman yang sejati itu adalah Tuhan yang dinyatakan dalam
Yesus Kristus, sebagai jalan, kebenaran dan hidup kita (Yoh.14:6).
Iman merupakan anugerah penglihatan yang memungkinkan kita
melihat cahaya itu serta menghantar kita kepada tujuan akhir yakni,
keselamatan abadi. Iman didefinisikan sebagai "dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat" (Ibr. 11:1).

2. Iman merupakan anugerah, pemberian cuma-cuma.

Tuhan menghendakiada jawaban atas panggilan-Nya. Tuhan tidak


memaksakan manusia untuk melakukan aneka kewajiban, sebaliknya
mendorong kita dengan kasih karunia-Nya dan memungkinkan kita
mengenal kehendak-Nya dalam diri dan hidup kita serta
menghidupinya dalam sepak terjang dan karya kita kepada diri
sendiri maupun kepada orang banyak di dunia. “Bukan kamu yang
memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan meghasilkan buah….”
(Yoh. 15:16-17).

3. Iman merupakan suatu aktivitas manusiawi.

Kehidupan beriman, memampukan kita untuk melakukan hal yang


baik dan benar dalam hidup kita. Iman mengajak kita untuk
bersyukur di kala berhasil, memperoleh hidup sehat; sekaligus iman
yang sama membuat kita tetap bertahan dalam kesulitan, tidak cepat
jatuh dalam godaan. “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, janganlah
lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu” (Tawarikh
15:7).

4. Iman merupakan sebuah kepastian.

Iman adalah pekerjaan jiwa yang dengannya kita merasa pasti akan
keberadaan dan kebenaran dari sesuatu yang tidak ada di depan
kita, atau tidak tampak bagi indera manusia. Paulus menyatakan
"sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena
melihat" (II Kor. 5:7).

5. Iman bekerja melalui cinta kasih.

Kita menjadi pribadi utuh dan sejati melalui tindakan dan karya cinta
kasih. Cinta, dengan demikian menjadi tanda dari iman yang aktif
dan hidup. Itulah sebabnya mengapa Gereja menjadi persekutuan
dalam ikatan cinta sebagai simbol cinta Tuhan kepada manusia.
“Demikian tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih,
dan yang paling besar diantaranya adalah kasih” (1Kor. 13:13).

6. Iman memungkinkan pertumbuhan terus-menerus.

Hakekat cinta Tuhan adalah Roh-Nya yang membantu kita


bertumbuh dan menghasilkan buah-buah kehidupan yang bisa
dinikmati banyak orang. ”Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal. 5:22).

7. Iman Merupakan penghinaan kehidupan surgawi.

Kita menghayati kehidupan surgawi melalui kehidupan konkrit


duniawi. “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi
ngengat dan karat merusakannya dan pencuri membongkar serta
mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga
ngengat dan karat tidak merusakannya dan pencuri tidak
membongkar serta mencurinya.” (Mat. 6:19-20).
8. Iman, perjalanan menerjang kegelapan.

Bagi kita, Kristus adalah Juruselamat, Penebus dan Pembebas kita


dari jurang kegelapan menuju terang surgawi. Kristus hadir
menunjukkan jalan dan makna hidup yang sejati. Kristus merupakan
‘Garam dan Terang Dunia’ (bdk.Mat. 5:13-16). (Sumber: Katekismus
Gereja Katolik, 153-165, 179-180, 183-184).

 Iman dalam Ibrani 11 : 1-7

1) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.

2) Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang


kita.

3) Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh
firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak
dapat kita lihat.

4) Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang


lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh
kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan
persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.

5) Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian,


dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum
ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.

6) Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan
bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia.
7) Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang
belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk
menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia,
dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.

 Iman dalam Doa Gereja

Iman juga adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Dalam iman, akal budi
dan kehendak manusia bekerja sama dengan rahmat Ilahi (KGK, 155). Lebih
jauh St. Thomas mengatakan bahwa “Iman adalah satu kegiatan akal budi
yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan
oleh Allah dengan perantaraan rahmat” (ST, II-II, q.2, a.9).

Jadi iman adalah merupakan operasi intellect atau akal budi, dimana kita
bekerja sama dengan rahmat Allah, sehingga kita dapat menjawab
panggilan-Nya dan percaya akan apa yang difirmankan-Nya. Namun
kepercayaan ini bukan hanya asal percaya, atau percaya berdasarkan
perasaan saja. Iman dapat didefinisikan sebagai suatu persetujuan akal
budi yang kokoh kepada kebenaran, yang bukan berdasarkan perasaan,
namun berdasarkan kesaksian saksi. Artinya kalau seseorang masih ragu-
ragu akan kebenaran tersebut, maka dapat dikatakan ia belum sungguh-
sungguh beriman.

Dan saksi di dalam kebajikan ilahi iman adalah Tuhan sendiri, yang bersaksi
dengan perantaraan para nabi, dan akhirnya Tuhan sendiri menjelma
menjadi manusia, yang selanjutnya karya-Nya diteruskan oleh Gereja
Katolik. Jadi seseorang beriman dengan benar, kalau seseorang telah
melihat imannya berdasarkan motive of credibility, yang keterangannya
dapat di baca di artikel ini di bagian akhir.

Anda mungkin juga menyukai