Pengertian Hidup
Apa itu Hidup? Hidup adalah? Ini merupakan pertanyaan yang sederhana,
namun jawabannya pastilah bermacam-macam. Hidup (bisa jadi) adalah
perjuangan, atau hidup adalah tantangan, atau hidup adalah perjalanan,
dan lain sebagainya.
Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut
di atas adalah mencerminkan keyakinan anda atas Kehidupan itu sendiri.
Orang yang meyakini bahwa hidup adalah sebuah perjuangan akan melihat
bahwa hidup adalah perjuangan yang harus untuk di perjuangkan. Oleh
karena itu, hari-hari yang ada dalam hidupnya akan dijalani dengan
perjuangan.
hidup [hi·dup]
- Penyebab/Akibat
Saya menendang bola, bola itu bergerak. Saya memberi tahu teman
Saya bahwa rambutnya jelek, teman Saya menampar wajah Saya.
Saya melakukan X, dan dengan kepastian yang dapat
diandalkan, Y akan menghasilkan. Kita semua
membutuhkan Penyebab/Akibat yang berarti untuk bertahan
hidup. Ini membantu kita memprediksi masa depan dan belajar dari
masa lalu. Penyebab/Akibat terutama melibatkan bagian logis dari
otak kita. Ilmu pengetahuan, misalnya adalah pencarian terus-
menerus dari Makna Sebab-Akibat.
Banyak orang tidak pernah berhenti mencari tahu apakah arti hidup itu.
Mereka memandang ke belakang dan tidak mengerti mengapa relasi
mereka berantakan dan mengapa mereka merasa begitu kosong walaupun
mereka telah berhasil mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Salah satu pemain baseball, yang namanya tercatat dalam Baseball Hall of
Fame, ditanya apa yang dia harapkan orang lain bersedia beritahu
kepadanya di masa ketika dia mulai bermain baseball. Dia menjawab, “Saya
berharap orang akan memberitahu saya bahwa ketika kamu sampai di
puncak, di sana tidak ada apa-apa.”
Mengapa bisa ada kehampaan seperti ini? Karena Allah menciptakan kita
untuk sesuatu yang melampaui apa yang bisa kita alami dalam dunia
sekarang ini. Tentang Allah, Salomo berkata, “Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka …”
Dalam hati kita, senantiasa ada kesadaran bahwa dunia saat ini bukan
segalanya.
Dalam kitab Kejadian, kitab pertama dalam Alkitab, kita memahami bahwa
Allah menciptakan manusia menurut gambarNya (Kejadian 1:26). Ini berarti
kita lebih mirip dengan Allah daripada ciptaan-ciptaan lainnya.
Kita juga memahami bahwa sebelum manusia jatuh dalam dosa dan bumi
dikutuk: (1) Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial (Kejadian
2:18-25); (2) Allah memberi manusia pekerjaan (Kejadian 2:15); (3) Allah
memiliki persekutuan dengan manusia (Kejadian 3:8); dan (4) Allah
memberi manusia kuasa atas bumi ini (Kejadian 1:26). Apakah arti semua
ini?
Dalam kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Alkitab, di bagian akhir dari
banyak peristiwa yang terjadi pada zaman akhir, Allah mengungkapkan
bahwa Dia akan menghancurkan langit dan bumi ini dan membawa
kekekalan dengan menciptakan langit dan bumi yang baru. Pada waktu itu,
Dia akan memulihkan persekutuan dengan orang-orang yang sudah
ditebus.
Orang percaya akan mewarisi segala sesuatu, Allah akan berdiam dengan
mereka dan mereka akan menjadi anak-anakNya (Wahyu 21:7). Dengan
demikian kita menggenapi siklus di mana Allah menciptakan kita untuk
bersekutu dengan Dia, manusia jatuh dalam dosa dan memutuskan
persekutuan itu; dalam kekekalan, Allah memulihkan hubungan itu secara
penuh dengan orang-orang yang Dia pandang layak.
Hidup dalam dunia ini mendapatkan segala sesuatu hanya untuk mati dan
terpisah dari Allah untuk selama-lamanya adalah lebih buruk dari kesia-
siaan.
Namun, Allah telah membuat jalan di mana bukan saja kebahagiaan kekal
dimungkinkan (Lukas 23:43), juga sekaligus agar hidup sekarang ini
memuaskan dan berarti.
Hari ini, hubungan dengan Allah itu dimungkinkan hanya melalui AnakNya,
Yesus Kristus (Kisah Rasul 4:12; Yohanes 14:6; 1:12). Hidup kekal diperoleh
ketika seseorang menyesali dosa-dosanya (tidak mau lagi hidup dalam
dosa namun ingin Kristus mengubah mereka dan menjadikan mereka
pribadi-pribadi yang baru) dan mulai bergantung pada Yesus Kristus
sebagai Juruselamat mereka (lihat pertanyaan: “Apa itu rencana
keselamatan?” untuk informasi lebih lanjut tentang topik penting ini).
Jika Anda adalah orang yang belum percaya (atau baru percaya), Anda
mungkin akan mengatakan kepada diri sendiri, “Sepertinya itu tidak terlalu
menggairahkan atau menyenangkan untuk saya.” Tapi tolong baca lebih
lanjut. Yesus membuat pernyataan-pernyataan ini:
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-
Kupun ringan" (Matius 11:28-30).
“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam
segala kelimpahan” (Yohanes 10:10b).
Apa yang dikatakan oleh ayat-ayat ini adalah bahwa kita memiliki pilihan.
Kita bisa terus berusaha hidup menurut arah kita sendiri, yang sebagai
hasilnya membuat kita hidup dalam kehidupan yang kosong. Atau, kita
bisa memilih untuk mengikuti Allah dan rencanaNya bagi hidup kita.
MengikutiNya dengan sepenuh hati, yang membuat hidup kita penuh,
tercapainya cita-cita, dan sekaligus mendapatkan kepuasan karenanya.
Hal-hal yang perlu diusahakan untuk hidup secara sehat: kesadaran akan
tanggung jawab bersama memelihara dan memperjuangkan kehidupan
secara sehat (ini merupakan pandangan dan arahan Gereja). Isi dari
Katekismus Gereja Universal artikel 2288-2289 terkait dengan kesadaran
akan tanggungungjawab bersama memelihara dan memperjuangkan
kehidupan secara sehat (ini merupakan pandangan dan arahan Gereja)
yaitu:
Kesehatan juga dalam hal penguasaan diri. Rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia menggambarkan:
Sasaran dan tujuan pola hidup sehat ialah menghargai dan menghormati
tubuh sebagai kenyataan yang sangat pribadi sebagai tanda dan wahana
untuk membangun hubungan-hubungan dengan sesama, dengan Allah
dan alam semesta, demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Kesehatan
dimengerti sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap manusia hidup produktif dan kreatif seturut dimensi
sosial dan ekonomi. pola tindak tentang cara hidup yang sehat baik
menyangkut kesehatan fisik/badan maupun menyangkut kesehatan rohani.
Melakukan kegiatan olah rohani dan jasmani yang teratur, terus-menerus
dan seimbang, dalam mencapai pemenuhan kebutuhan mendasar hidup
manusia.
Pandangan Hidup dalam Diri Sendiri
Tak sadar kini telah tiba waktu untuk melewati masa remaja yang begitu
indah dan mulai menuju masa dewasa, Saya memilih Universitas Widya
Mandira (UNWIRA) sebagai tem didik untuk menghadapi dunia kerja.
Melalui UNWIRA saya percaya, kelak saya akan menjadi seorananggakan
Tuhan dan Keluarga.
Pengertian Beriman
Oleh karenanya kita wajib beriman agar hidup kita tidak tersesat kejalan
yang salah Sebagaimananya,dan iman juga dalam Surat Ibrani 11:1
menyatakan bahwa iman adalah "dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Bisa jadi tidak
ada komponen lain dalam kehidupan orang orang .
Iman bukanlah sesuatu yang bisa kita sulap supaya menjadi ada. Juga,
bukan sesuatu yang lahir bersama-sama dengan kita. Iman juga bukan
hasil dari ketekunan seseorang dalam belajar atau mengejar kerohanian.
Surat Efesus 2:8-9 menjelaskan bahwa iman adalah karunia dari Allah;
bukan karena kita pantas untuk mendapatkannya, ataupun merupakan
hasil pekerjaan kita. Juga bukan karena kita layak untuk memilikinya. Iman
bukan berasal dari diri kita sendiri; iman berasal dari Allah. Iman tidak
diperoleh dengan kekuatan atau kehendak bebas kita. Iman dianugerahi
kepada kita oleh Allah, bersama dengan kasih-karunia dan belas kasihan-
Nya, sesuai dengan tujuan dan rencana-Nya yang kudus. Karena itu, hanya
Allah yang layak untuk dipermuliakan.
Bagian penting dari surat Ibrani 11:6 menyatakan kalau "Allah memberi
upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." Ayat ini tidak
bermaksud untuk menyatakan kalau orang yang beriman kepada Allah
hanya demi mendapatkan sesuatu dari-Nya. Namun, Allah suka
memberkati orang-orang yang taat dan setia.
Kita melihat contoh yang sempurna dari hal ini dalam Injil Lukas 7:50. Yesus
terlibat dalam sebuah dialog dengan seorang perempuan berdosa ketika
Dia memberikan kepada kita pandangan sekilas mengenai mengapa iman
itu begitu berguna. "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah
dengan selamat!" Perempuan itu percaya kepada Yesus Kristus dengan
iman. Yesus menghargai perempuan tersebut untuk hal itu.]
Iman adalah sesuatu yang akan menopang kita sampai akhir kehidupan;
dengan iman kita tahu kalau akan hidup kekal berada di surga dengan
Allah selama-lamanya. "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun
kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang
tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang
tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu
keselamatan jiwamu" (1 Ptr 1:8-9).
Iman adalah dasar dari Kekristenan. Tanpa menunjukkan iman dan iman-
percaya kepada Allah, kita tidak memiliki tempat untuk bersama dengan-
Nya. Kita mempercayai keberadaan Allah dengan iman. Kebanyakan orang
memiliki gagasan yang samar dan terpotong-potong mengenai siapa
Allah. Mereka tidak memiliki rasa hormat yang pantas bagi posisi-Nya yang
mulia dalam hidup mereka. Orang-orang ini tidak memiliki iman yang
benar supaya bisa memiliki hubungan yang kekal dengan Allah yang
mengasihi mereka.
Iman adalah percaya. Iman adalah Karunia Allah, Yang Dikerjakan Di Dalam
Hati Oleh Roh Kudus, Yang Menghidupkan Dan Memandu Semua
Kemampuan Kita Menuju Satu Tujuan. Kita Harus Berdoa Untuk Memiliki
Iman, Dan Supaya Iman Kita Bertumbuh. Iman Kita Juga Akan Diperkuat
Dengan Selalu Mengingat Janji-Janji Kristus Yang Berulangkali Diucapkan
Bahwa Doa-Doa Kita Kepada Bapa, Dalam Nama-Nya, Pasti Akan Dijawab
Kalau Kita Memintanya Dengan Iman, Dan Percaya Sewaktu Kita
Memintanya. Lihat Matius 7:7; Lukas 11:9; Yohanes 14:13, 15, 16; Yakobus
4:2; I Yohanes 3:22, 5:14; Lukas 11:10. Iman Didefinisikan Sebagai "Dasar
Dari Segala Sesuatu Yang Kita Harapkan Dan Bukti Dari Segala Sesuatu
Yang Tidak Kita Lihat" (Ibr. 11:1); Iman Adalah Pekerjaan Jiwa Yang
Dengannya Kita Merasa Pasti Akan Keberadaan Dan Kebenaran Dari
Sesuatu Yang Tidak Ada Di Depan Kita, Atau Tidak Tampak.Bagi Indera
Manusia.
Setiap Orang Menilai Iman Secara Berbeda, Yang Akan Dirasanya Sukar
Bahkan Tidak Mungkin Untuk Menunjukkannya Dengan Cara-Cara Yang
Tampak. Ini Merupakan Hal Mempraktikan Iman - Latihan Sukarela - Yang
Memampukan Kita Untuk Bertambah Dalam Mempercayai Kebenaran-
Kebenaran Besar Yang Allah Berkenan Nyatakan. Paulus Menyatakan
"Sebab Hidup Kami Ini Adalah Hidup Karena Percaya, Bukan Karena
Melihat" (Ii Kor. 5:7). Yesus Sendiri Berfirman (Yoh. 20:29), "Berbahagialah
Mereka Yang Tidak Melihat, Namun Percaya".
Dan iman juga adalahKita menjadi anggota Gereja Katolik melalui baptis
dan iman kepada Kristus. Iman merupakan karunia dari Tuhan kepada kita.
Iman itumerupakan buah kerja Roh Kudus di dalam hati kita, Roh yang
menghidupkan dan mengarahkan semua kemampuan manusiawi kita
untuk mengakui dan mengalami campur tangan Tuhan di dunia ini serta
mengarahkan kita menuju satu tujuan.
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1). Kita diperintahkan untuk
beriman kepada Allah dan kepada Kristus (Yoh. 14:1; Yoh. 6:29) namun
iman itu sendiri merupakan karunia dan karya Allah di dalam diri kita,
melalui Roh Kudus oleh ayat-ayat Firman Allah dan khotbah dan cara-cara
lainnya (Rm. 12:3; Ef. 2:8; Kis. 11:21; I Kor. 2:5; Ibr. 12:2; I Kor. 12:9; Yoh.
20:31; Yoh. 17:20), yang oleh cara-cara anugerah, ini menghasilkan
pertobatan dan kemudian perubahan (Mrk. 1:15; Kis. 11:21).
Melalui iman kita memperoleh pengampunan dosa, pembenaran,
keselamatan, pengudusan, pengangkatan menjadi anak dan dapat
menghampiri Allah, karunia Roh Kudus, terang dan kehidupan rohani,
pembangunan, pemeliharaan, hidup kekal dan istirahat di surga (Kis. 10:43;
Rm. 3:25; Kis. 13:39; Mrk. 16 :16; Kis. 15 : 9; Yoh. 1:12; Gal. 3 : 26; Rm. 5 : 2;
Ef. 3 :12; Kis. 11 : 15-17; Yoh. 12:36, 46; Yoh. 20:31; Gal. 2:20; Yoh. 3:15-16;
Ibr. 4:3).
Iman sangat penting bagi pemahaman Injil yang bermanfaat; ini akan
menjadikan Injil lebih berpengaruh atas orang-orang yang beriman; iman
itu perlu bagi peperangan Kristen, dan tanpa iman adalah mustahil untuk
berkenan kepada hati Allah (Ibr. 4:2; I Tes. 2:13; I Tim. 1:18, 19; Ibr. 11:6).
Maka kita akan dikenal melalui buah- buah kita, karena tanpa buah, iman
kita itu mati (Yak. 2:21-25; Yak. 2:17, 20, 26), dan karena semua kesukaran
diatasi dengan iman, demikian juga segala hal harus dilakukan dengannya,
tanpa merasa takut sebab kita sepenuhnya dilindungi oleh perisai dan baju
zirah kita (Mat. 17:20, 21:21; Rm. 14:22; Ef. 6:16; I Tes. 5:8).
Karakteristik Iman
Iman adalah pekerjaan jiwa yang dengannya kita merasa pasti akan
keberadaan dan kebenaran dari sesuatu yang tidak ada di depan
kita, atau tidak tampak bagi indera manusia. Paulus menyatakan
"sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena
melihat" (II Kor. 5:7).
Kita menjadi pribadi utuh dan sejati melalui tindakan dan karya cinta
kasih. Cinta, dengan demikian menjadi tanda dari iman yang aktif
dan hidup. Itulah sebabnya mengapa Gereja menjadi persekutuan
dalam ikatan cinta sebagai simbol cinta Tuhan kepada manusia.
“Demikian tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih,
dan yang paling besar diantaranya adalah kasih” (1Kor. 13:13).
1) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.
3) Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh
firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak
dapat kita lihat.
6) Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan
bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia.
7) Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang
belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk
menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia,
dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.
Iman juga adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Dalam iman, akal budi
dan kehendak manusia bekerja sama dengan rahmat Ilahi (KGK, 155). Lebih
jauh St. Thomas mengatakan bahwa “Iman adalah satu kegiatan akal budi
yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan
oleh Allah dengan perantaraan rahmat” (ST, II-II, q.2, a.9).
Jadi iman adalah merupakan operasi intellect atau akal budi, dimana kita
bekerja sama dengan rahmat Allah, sehingga kita dapat menjawab
panggilan-Nya dan percaya akan apa yang difirmankan-Nya. Namun
kepercayaan ini bukan hanya asal percaya, atau percaya berdasarkan
perasaan saja. Iman dapat didefinisikan sebagai suatu persetujuan akal
budi yang kokoh kepada kebenaran, yang bukan berdasarkan perasaan,
namun berdasarkan kesaksian saksi. Artinya kalau seseorang masih ragu-
ragu akan kebenaran tersebut, maka dapat dikatakan ia belum sungguh-
sungguh beriman.
Dan saksi di dalam kebajikan ilahi iman adalah Tuhan sendiri, yang bersaksi
dengan perantaraan para nabi, dan akhirnya Tuhan sendiri menjelma
menjadi manusia, yang selanjutnya karya-Nya diteruskan oleh Gereja
Katolik. Jadi seseorang beriman dengan benar, kalau seseorang telah
melihat imannya berdasarkan motive of credibility, yang keterangannya
dapat di baca di artikel ini di bagian akhir.