Anda di halaman 1dari 30

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian  Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Sebagaimana pada umumnya penyusunan sebuah SOP, Standar Operasional Prosedur program
imunisasi juga disusun berdasarkan beberapa sub pokok bahasan, seperti Tujuan, Ruang
Lingkup, Prosedur, dan pokok bahasan lainnya.

Tujuan penyusunan SOP Imunisasi, sebagai acuan dalam pelayanan imunisasi bagi bayi, balita
dan anak sekolah di Posyandu, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit, maupun di Sekolah.
Sedangkan ruang lingkup SOP ini meliputi pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak
sekolah, serta Wanita Usia Subur (WUS)

Pelayanan imunisasi dimulai dengan adanya petugas yang menuju lokasi pelayanan imunisasi,
baik di Posyandu, sekolah yang ditentukan, dengan terlebih dahulu mengambil peralatan
imunisasi dan vaksin di Puskesmas. Setelah proses penyuntikan vaksin selesai, kemudian
dilakukan pencatatan di buku KIA, kohort bayi, dan register. Setelah pelaksanaan selesai
pelayanan imunisasi vaksin yang masih utuh belum dibuka dikembalikan ke Puskesmas,
sedangkan sisa atau wadah dibuang kedalam incinerator.

Syarat keterampilan petugas imunisasi dapat berlatar belakang pendidikan Dokter, Bidan, serta
Perawat. Sedangkan jenis pelayanan imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi rutin, tambahan,
dan khusus. Imunisasi wajib terdiri atas Imunisasi rutin; Imunisasi tambahan; dan Imunisasi
khusus.

Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin merupakan kegiatan
imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, yaitu:

1. Bacillus Calmette Guerin (BCG);


2. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib);
3. Hepatitis B pada bayi baru lahir;
4. Polio; dan
5. Campak.

Imunisasi lanjutan 

Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun
(Batita); anak usia sekolah dasar; dan wanita usia subur.
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan yaitu:

 Pada anak usia bawah tiga tahun  (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
 Pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu
Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
 Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).

Imunisasi Tambahan 

Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin. 

Imunisasi khusus 

Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi


masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan
kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningitis
Meningokokus,  demam kuning, dan Anti Rabies (VAR). 

Prosedur Kerja 

Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


1.    Penyiapan Pelayanan Imunisasi
2.    Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
3.    Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
4.    Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik yang dimaksud
antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen
pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi
tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan
untuk pelayanan imuniasi secara lengkap antara lain:
1.   Termos/Vaksin carrier
2.   Cool Pack / Kotak dingin cair
3.   Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)
4.   Alat suntik
5.   Safety box (kotak pengaman)
6.   Pemotong/kikir ampul pelarut
7.   Formulir
8.   Kapas dan wadah
9.   Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)
10.   Alat tulis (kertas, pensil dan pena)
11.   Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT)
12.   Buku register bayi dan WUS
13.   Tempat sampah
14.   Sabun untuk cuci tangan

Prosedur Pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es

1. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan
untuk pelayanan.
2. Catat suhu di dalam lemari es.
3. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk VVM dan
tanggal kedaluarsa (EEFO, FIFO).

Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin 

Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman  untuk diberikan,
dengan prosedur sebagai berikut:

1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau pelarut
tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan D
jangan dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal kadaluarsa
telah lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan adanya
pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP,
DT, TT,  HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok.

Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus diperhatikan


pemeliharaan cold chain, dengan beberapa poin penting berikut:
1. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier
dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature 20-80 C dan
vaksin yang sensitive terhadap pembekuan tidak beku.
2. Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari langsung.
3. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier yang
tertutup rapat.
4. Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada sasaran datang.
5. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
6. Petugas imunisasi tidak  diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama habis.
7. Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari cahaya
matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa yang terdapat
diatas vaksin carrier (lihat gambar di bawah).
8. Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.
9. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan bila telah
ada anak yang hendak diimunisasi.

Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi 

Beberapa persyaratan ruangan pelayanan imunisasi yang menetap (fasilitas pelayanan


kesehatan), antara lain:
•    Mudah diakses
•    Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu;
•    Cukup tenang
Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach)
•    Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup ventilasi.
•    Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca yang panas, tempat itu harus teduh.

Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan keluar dari
pelayanan dengan lebih cepat dan mudah;
2. Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas tidak terkena sinar
matahari;
3. Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
4. Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap yang
memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi);
5. Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain dibatasi sehingga tidak
penuh sesak;
6. Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja
imunisasi anda.

Dibawah ini beberapa contoh SOP Imunisasi yang diambil dari beberapa sumber :

1. SOP IMUNISASI DPT


1       Nama Kegiatan
Pemberian Imunisasi DPT-Hb Combo
 2       Tujuan
DPT agar anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit Dipteri, Pertusis, Tetanus
dan Hepatitis B
 3       Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi DPT di Posyandu pada anak berumur
2-11 bln
 4       Keterampilan Petugas
a.     Dokter
b.     Bidan
c.      Perawat
 5       Alat dan Bahan
a.      Vaksin DPT
b.      Spuit disposible
c.      Kapas alkohol
6       Langkah Kerja :

 Petugas mencuci tangan


 Pastikan vaksin yang akan di gunakan
 Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-11 bulan) jumlah suntikan 3x
untuk imunisasi DPT.
 Ambil 0,5 cc vaksin DPT
 Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas steril (air panas)
 Suntikan secara intra muskuler (im)
 Terangkan kepada ibu anak tersebut, tentang panas akibat DPT, berikan obat
penurun panas / antipiretik kepada ibu anak tersebut.
 Anjurkan kompres hangan di lokasi penyuntikan.
 Rapikan alat-alat
 Petugas mencuci tangan
 Mencatat dalam buku

 7   Indikator Kinerja


Mendapatkan hasil yang tepat dan benar

2. SOP IMUNISASI POLIO

1.    Nama pekerjaan


Pemberian Immunisai Polio
2.    Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi polio agar anak mempunyai daya tahan
terhadap penyakit polio.  
3.    Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi polio di unit pelayanan Posyandu pada
anak berumur 0 - 11 bln
4.    Ketrampilan Petugas
a.  Dokter
b.  Bidan
c.   Perawat
5.    Uraian Umum
Imunisasi polio diberikan pada bayi mulai umur 0 – 11 bulan dalam ruang lingkup
Posyandu dan 0 – 59 bulan untuk kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Imunisasi polio di Puskesmas diberikan sampai 4 kali dengan selang waktu 1 bulan
6.     Alat dan bahan
·      Pinset
·      Vaksin polio dan pipet
7.     Langkah kerja
a.         Petugas mencuci tangan
b.         Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan nomor , kadaluarsa dan vvm )
c.         Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset / gunting kecil
d.         Pasang pipet diatas botol vaksin
e.         Letakkan anak pada posisi yang senyaman mungkin
f.          Buka mulut anak dan teteskan vaksin volio sebanyak 2 tetes
g.         Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang diimunisasi
h.        Jika di muntahkan atau di keluarkan oleh anak, ulangi lagi penetesan
i.          Saat meneteskan vaksin ke mulut, pastikan agar vaksin tetap dalam kondisi steril
j.           Rapikan Alat
k.         Petugas mencui tangan

8.   Indikator kiner


         Mendapatkan hasil yang baik dan efektif  

3. SOP IMUNISASI BCG

1.      Nama Pekerjaan


Pemberian  Imunisasi BCG
2.      Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG ) agar anak
mempunyai daya tahan terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC)
3.      Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan di imunisasi BCG di unit pelayanan statis pada anak berumur
kurang dari 2 bulan.
4.      Ketrampilan Petugas
a.    Dokter
b.    Bidan
c.    Perawat
5.      Uraian Umum
·           Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosa.
·           Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam
6.      Alat dan Bahan
a.    Vaksin BCG
b.    Pelarut vaksin
c.    Spuit disposible 0,05 cc
d.    Disposibel 5 cc untuk melarutkan
e.     Kapas steril (air panas)
f.     Kartu imunisasi
7.      Langkah  Kerja

 Petugas mencuci tangan


 Pastikan vaksin dan spuit yang akan di gunakan
 Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG 1 ampul ( 4 cc )
 Pastikan anak belum pernah di BCG dengan menanyakan pada orang tua anak
tersebut
 Ambil 0.05 cc vaksin BCG yang telah kita larutkan tadi
 Bersihkan lengan dengan kapas yang telah dibasahi air bersih, jangan
menggunakan alkohol / desinfektan sebab akan merusak vaksin tersebut
 Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya pada
insertio musculus deltoideus) secara intrakutan (ic) / dibawah kulit
 Rapikan alat-alat
 Petugas mencuci tangan
 Mencatat dalam buku

8.    Indikator Kinerja


Mendapatkan hasil yang baik , tepat  dan akurat
 

4. SOP IMUNISASI CAMPAK

1.      Nama Pekerjaan


Imunisasi Campak
2.      Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunmsasi campak agar anak mempunyai daya tahan
terhad penyakit campak.
3.       Ruang Lingkup
Unit pelayanan posyandu padi anak berumur 9 bulan
4.       Ketrampilan Petugas
a    Dokter
b    Bidan
c    Perawat
5.      Uraian Umum
Tidak ada
6.      Alat dan Bahan
a     Pinset
b    Disposible spuit
c    Vaksin Pelarut
7.       Langkah kerja
a      Petugas mencuci tangan
b      Pastikan vaksin dalam keadaan baik
c      Buka tutup vaksin denggunakan Pinset
d      Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc)
e      Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9 bulan)
f        Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi
g       Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas steril (air panas).
h      Suntikan secara sub (sc)
i       Rapikan alat
j       Cuci tangan petugas
8.       Catatan Mutu
a      Buku Status bayi
b      Kartu Imunisasi

5. SOP IMUNISASI TT

1.      Nama Pekerjaan


          Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
2.      Tujuan
Sebagai acuan untuk melaksanakan suntikan TT  untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap  tetanus.
3.      Ruang lingkup 
Petunjuk kerja ini mencakup unit pelayanan di ruang  tindakan, unit pelayanan KIA yang
diberikan pada ibu hamil dan calon penganten.
4.      Ketrampilan petugas
a      Bidan terlatih.
b      Dokter
c      Perawat terlatih
5.      Uraian Umum
a       Imunisasi Tetanus Toxoid terbukti sebagai satu upaya pencegahan penyakit Tetanus.
b      Diberikan  pada usia kehamilan trimester pertama, dengan interval waktu 4 minggu.
c      Disuntikan pada lengan atas secara intra muscular (im) sebanyak 0,5 ml, Intra Muskular
atau subcutan
d      Sebelumnya lengan dibersihkan dengan kapas steril (air panas).
e      Kontra indikasi : gejala –gejala berat karena dosis pertama TT
f       Referensi : pedoman teknis Imunisasi tingkat Puskesmas.
6.     Alat dan Bahan
a      Vinset
b      Kapas steril (air panas).
c      Spuit 0,5 cc
d      Vaksin TT
7.     Instruksi Kerja
a      Lakukan identifikasi dan anamnesa dengan menanyakan pada pasien :
·      Nama, Umur dan alamat
·      Apakah ada alergi terhadap obat-obatan
b      Pastikan kondisi pasien dalam keadaan sehat
c      Siapkan bahan dan alat suntik
d      Ambil vaksin dengan jarum dan semprit disposible sebanyak 0,5 ml
e      Persilahkan pasien duduk
f       Oleskan kapas alkohol pada lengan kiri bagian atas
g      Suntik pada lengan kiri bagian atas secara intra musculer
h      Buang jarum bekas suntikan ke dalam kotak
i       Persilahkan pasien menunggu 15 menit di luar, dan jika tidak terjadi efek samping
pasien boleh pulang
j       Catat pada buku status dan KMS ibu hamil

8.      Indikator Kinerja


Tidak dak terjadi tetanus toxoid pada saat melahirkan

Refference, antara lain Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

Artikel Terkait SOP Imunisasi

 Vaksin Pentavalen
 Penyebab Kerusakan Vaksin
 Prinsip Dasar Imunisasi
 Imunisasi Hepatitis B
 Standar Penyimpanan Vaksin
 Penyebab Terjadinya KIPI
STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI PADA
BAYI ATAU ANAK

STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR

PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI ATAU ANAK

A.    Pengertian

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau vaksin (sustu obat
yang digunakan untuk membantu mencegah suatu penyakit) pada bayi atau anak sehingga terhindar
dari penyakit. Pemberian imunisasi biasanya dilakuakn dengan cara injeksi intra muskuler (pada area
vastus lateralis paha luar) dan intra kutan

B.     Tujuan

Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia

C.     Indikasi

Pada bayi atau anak sehat usia di bawah 5 tahun untuk imunisasi dasar atau sesuai pemberian imunisasi

D.    Kontra indikasi

1.      Pada bayi atau anak  sedang dalam keadaan sakit (demam)

2.      Pada bayi atau anak sedang dalam pengobatan jangka panjang (konsultasi dan sesuai dengan petunjuk
dokter)

E.     Persiapan alat

1.      Sarung tangan satu pasang


2.      Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran sesuai kebutuhan

3.      Bak instrumen

4.      Kapas alkohol dalam kom

5.      Perlak dan pengalas

6.      Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan

7.      Bengkok buku injeksi atau daftar obat

F.      Perosedur kerja

1.      Tahap prainteraksi

a.       Melakukan verifikasi data tentang program pemberian yang akan dilakukan

b.      Mencuci tangan

c.       Menyiapkan obat imunisasi dengan mengecek jenis dan tanggal kadaluarsa obat imunisasi

d.      Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

e.       Menjaga perivacy pasien

f.       Atur pencahayaan yang baik

2.      Tahap orientasi

a.       Memberikan salam kepada pasien dan keluarga

b.      Mengklarifikasi nama pasien yang akan diimunisasi

c.       Menjelaskan tujuan dan perosedur tindakan pada keluarga atau pasien

d.      Menamyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan

e.       Melibatkan keluarga dalam pembrian imunisasi

3.      Tahap kerja

a.       Menggunakan sarung tangan bersih


b.      Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan yaitu :

Umur Jadwal imunisasi dan tempat


0 hari Imunisasi Hepatitis B
(vastus lateralis kanan)
0 bulan Imunisasi BCG
(area deltoit kanan)
2 bulan Imunisasi Polio (IVP) 1            dan        DPT-Hepatitis B 1
(Imunisasi Lateralis Kanan)                   (vastus lateralis kiri)
3 bulan Imunisasi Polio (IVP) 2            dan        DPT-Hepatitis B 2
(vastus lateralis kanan)                         (vastus lateralis kiri)
4 bulan Imunisasi Polio (IVP) 3            dan        DPT-Hepatitis B 3
(Vastus laateralis kanan)                       (vastus lateralis kiri)
9 bulan Imunisasi Polio (IVP) 4            dan        Campak
(vastus lateralis kanan)                         (area deltoit kiri)

c.       Memasang perlak dan pengalasnya

d.      Menentukan tempat penyuntikan dengan benar sesuai dengan jenis dan imunisasinya (lihat tabel diatas)

e.       Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari pakaian

f.       Membersihkan kulit dengan kapas alkohol, melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang
kebengkok

g.      Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit

h.      Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk metenggangkan kulit

i.        Memasukan spuit berisi obat imunisasi :

a.       Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari selutuh panjang jarum untuk imunisasi pada
area vastus lateralis untuk imunisasi Hepatitis B, DPT dan IPV

b.      Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area deltoid (sub cutan) yaitu imunisasi Campak

c.       Sudut 15° dari permukaan kulit untuk imunisasi daerah deltoid yaitu BCG (intra kutan)

j.        Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)

k.      Memasukkan obat imunisasi secara perlahan

l.        Mencabut jarum dari tempat penusukan


m.    Menekan daerah penusukan dengan kapas desinfektan untuk imunisasi kecuali imunisasi BCG cukup
diisap secara perlahan

n.      Membuang spuit kedalam bengkok

4.      Tahap terminasi

a.       Melakukan evaluasi tindakan

b.      Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c.       Mengakhiri kegiatan dengan mengembalikan bayi atau anak kepada orang tuanya

d.      Membereskan alat

e.       Mencuci tanga

5.      Dokumentasi

1.      Nama pasien

2.      Jenis imunisasi

3.      Pemberian ke

4.      Respon pasien

5.      Hari tanggal jam dan pemasanga

6.      Paraf perawat

Diposkan oleh Muhammad Hasan Irfan di 6/09/2011 03.08.00 PM

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: sop

Reaksi: 

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Daftar Isi

 anak (3)
 Anatomi Fisiologi (1)
 artikel (1)
 Bekam/Cantok/Kop (2)
 Cerita Kehidupan (8)
 Fraktur (1)
 Health Man's (4)
 hukum (6)
 islam (8)
 jiwa (10)
 jurnal (2)
 KDM (2)
 KMB (53)
 komunitas (6)
 KTI (10)
 KUK (7)
 kumpulan askep (10)
 kumpulan makalah (14)
 LP (18)
 Makalah Herbal (4)
 maternitas (11)
 Motivasi (5)
 pengkajian (1)
 Pesikologi (1)
 riset (1)
 sop (20)
 sp (1)
 Teknologi (1)
 tinjauan kasus (2)
 umum (21)
 Video (1)
 www.babastudio.com (3)

Total Tayangan Laman

326324
Translate
Select Language ▼

Google Analytics

Statistik web

Your website value?

Feedjit Live Blog Stats

Google+ Badge

Pengikut

Mengenai Saya

Muhammad Hasan Irfan

Saya Ahmad Irfankhan Hamim Sutopo Asal dari Simpang Tiga Abadi, OKI, Sumatera Selatan.
Anak terakhir dari 5 bersaudara. Alumni MITA Pasir sakti, Alumni MTs Miftahul Ulum Sungai
Lumpur dan Alumni MA Miftahul Huda Tuggu Aggung Kec. Lempuing OKI Alumnus
Akademi Keperawatan Yogyakarta"YKY" Tahun 2012, pendiri Organisasi HIMADIKA INDONESIA
saat ini menjadi Dewan Penasehat.Aktif dibeberapa organisasi SNCC (sumatra nursing
concultatio club)? kemasyarakatan dll.
Lihat profil lengkapku

Lencana Facebook
Ahmad Irfankhan Hamim Sutopo

Buat Lencana Anda

Ada kesalahan di dalam gadget ini

klik

 
didukung
oleh

Web

Gambar

Sortir menurut:

Relevansi

Relevansi

Tanggal

Web

Gamba
r

alexa

Follow by Email
Submit

Askep45health en_US
el.suetopoe. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blog

Standar Operasional Prosedur Persiapan Pelayanan Imunisasi

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian  Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Sebagaimana pada umumnya penyusunan sebuah SOP, Standar Operasional Prosedur program
imunisasi juga disusun berdasarkan beberapa sub pokok bahasan, seperti Tujuan, Ruang
Lingkup, Prosedur, dan pokok bahasan lainnya.

Tujuan penyusunan SOP Imunisasi, sebagai acuan dalam pelayanan imunisasi bagi bayi, balita
dan anak sekolah di Posyandu, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit, maupun di Sekolah.
Sedangkan ruang lingkup SOP ini meliputi pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak
sekolah, serta Wanita Usia Subur (WUS)

Pelayanan imunisasi dimulai dengan adanya petugas yang menuju lokasi pelayanan imunisasi,
baik di Posyandu, sekolah yang ditentukan, dengan terlebih dahulu mengambil peralatan
imunisasi dan vaksin di Puskesmas. Setelah proses penyuntikan vaksin selesai, kemudian
dilakukan pencatatan di buku KIA, kohort bayi, dan register. Setelah pelaksanaan selesai
pelayanan imunisasi vaksin yang masih utuh belum dibuka dikembalikan ke Puskesmas,
sedangkan sisa atau wadah dibuang kedalam incinerator.

Syarat keterampilan petugas imunisasi dapat berlatar belakang pendidikan Dokter, Bidan, serta
Perawat. Sedangkan jenis pelayanan imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi rutin, tambahan,
dan khusus. Imunisasi wajib terdiri atas Imunisasi rutin; Imunisasi tambahan; dan Imunisasi
khusus.

Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin merupakan kegiatan
imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, yaitu:

1. Bacillus Calmette Guerin (BCG);


2. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-
Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib);
3. Hepatitis B pada bayi baru lahir;
4. Polio; dan
5. Campak.

Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun
(Batita); anak usia sekolah dasar; dan wanita usia subur.

Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan yaitu:

 Pada anak usia bawah tiga tahun  (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B
(DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-
Hib) dan Campak.
 Pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu
Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
 Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).

Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.

Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan
kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningitis
Meningokokus,  demam kuning, dan Anti Rabies (VAR).

Prosedur Kerja
Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.    Penyiapan Pelayanan Imunisasi
2.    Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
3.    Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
4.    Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik yang dimaksud
antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen
pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi
tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan
untuk pelayanan muniasi secara lengkap antara lain:
a.    Termos/Vaksin carrier
b.    Cool Pack / Kotak dingin cair
c.    Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)
d.    Alat suntik
e.    Safety box (kotak pengaman)
f.    Pemotong/kikir ampul pelarut
g.    Formulir
h.    Kapas dan wadah
i.    Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)
j.    Alat tulis (kertas, pensil dan pena)
k.    Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT)
l.    Buku register bayi dan WUS
m.    Tempat sampah
n.    Sabun untuk cuci tangan

Prosedur Pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es


a.    Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan untuk
pelayanan.
b.    Catat suhu di dalam lemari es.
c.    Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk VVM dan tanggal
kedaluarsa (EEFO, FIFO).

 
Prosedur
pemeriksaan keamanan vaksin

Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman  untuk diberikan,
dengan prosedur sebagai berikut:

1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau pelarut tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan D jangan
dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal kadaluarsa telah
lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan adanya
pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP, DT, TT, 
HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok.

Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus diperhatikan pemeliharaan
cold chain, dengan beberapa poin penting berikut:

a.    Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier
dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature 20-80 C dan vaksin
yang sensitive terhadap pembekuan tidak beku.

b.    Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari langsung.
c.    Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier yang
tertutup rapat.
d.    Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada sasaran datang.
e.    Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
f.    b.    Petugas imunisasi tidak  diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama habis.
g.    Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari cahaya
matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa yang terdapat diatas
vaksin carrier (lihat gambar di bawah).
h.    Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.
i.    Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan bila telah ada
anak yang hendak diimunisasi.

Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi


Beberapa persyaratan ruangan pelayanan imunisasi yang menetap (fasilitas pelayanan
kesehatan), antara lain:
•    Mudah diakses
•    Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu;
•    Cukup tenang

Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach)


•    Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup ventilasi.
•    Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca yang panas, tempat itu harus teduh.

Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut:

 Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan keluar dari
pelayanan dengan lebih cepat dan mudah;
 Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas tidak terkena sinar matahari;
 Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
 Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap yang memberikan
pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi);
 Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain dibatasi sehingga tidak penuh
sesak;
 Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja imunisasi
anda.

Refference, antara lain Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

Artikel Terkait SOP Imunisasi

 Vaksin Pentavalen
 Penyebab Kerusakan Vaksin
 Prinsip Dasar Imunisasi
 Imunisasi Hepatitis B
 Standar Penyimpanan Vaksin
 Surveilans dan Pelaporan KIPI

← Next post Previous post →


kesmas tagged this post with: Pelayanan Imunisasi Tambahan, pemeliharaan cold chain, Penyiapan
Tempat Pelayanan Imunisasi, Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin, Prosedur Pengeluaran vaksin
Read 393 articles by kesmas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

Comment

Post Comment 2665 0

1b7dd7d758

1439269195102

Daily Update Article

 Faktor Risiko Difteri


 Standar Kebutuhan Fe Bumil
 Pengertian dan Dampak GAKY
 Survey Kepadatan Nyamuk
 Kebutuhan Zat Besi Tubuh
 Kesehatan Lingkungan Rumah Makan dan Restoran
 Penyebab dan Dampak Stunted
 Pengertian BOD, COD, TSS, pada Air Limbah
 Surveilans Epidemiologi Gizi Buruk
 Masalah Gizi Masyarakat

Free Update Kesmas Disini


Enter your email address:

IndonesianPublicH en_US Subscribe

Delivered by FeedBurner

New Mobile Info


Public Health YouTube

STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI PADA


BAYI ATAU ANAK

STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR


PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI ATAU ANAK
A.    Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau vaksin
(sustu obat yang digunakan untuk membantu mencegah suatu penyakit) pada bayi atau anak
sehingga terhindar dari penyakit. Pemberian imunisasi biasanya dilakuakn dengan cara injeksi
intra muskuler (pada area vastus lateralis paha luar) dan intra kutan

B.     Tujuan
Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di
dunia

C.     Indikasi
Pada bayi atau anak sehat usia di bawah 5 tahun untuk imunisasi dasar atau sesuai pemberian
imunisasi

D.    Kontra indikasi


1.      Pada bayi atau anak  sedang dalam keadaan sakit (demam)
2.      Pada bayi atau anak sedang dalam pengobatan jangka panjang (konsultasi dan sesuai dengan
petunjuk dokter)

E.     Persiapan alat


1.      Sarung tangan satu pasang
2.      Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran sesuai kebutuhan
3.      Bak instrumen
4.      Kapas alkohol dalam kom
5.      Perlak dan pengalas
6.      Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan
7.      Bengkok buku injeksi atau daftar obat

F.      Perosedur kerja


1.      Tahap prainteraksi
a.       Melakukan verifikasi data tentang program pemberian yang akan dilakukan
b.      Mencuci tangan
c.       Menyiapkan obat imunisasi dengan mengecek jenis dan tanggal kadaluarsa obat imunisasi
d.      Menempatkan alat didekat pasien dengan benar
e.       Menjaga perivacy pasien
f.       Atur pencahayaan yang baik

2.      Tahap orientasi


a.       Memberikan salam kepada pasien dan keluarga
b.      Mengklarifikasi nama pasien yang akan diimunisasi
c.       Menjelaskan tujuan dan perosedur tindakan pada keluarga atau pasien
d.      Menamyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
e.       Melibatkan keluarga dalam pembrian imunisasi

3.      Tahap kerja


a.       Menggunakan sarung tangan bersih
b.      Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan yaitu :

Umur Jadwal imunisasi dan tempat


0 hari Imunisasi Hepatitis B
(vastus lateralis kanan)
0 bulan Imunisasi BCG
(area deltoit kanan)
2 bulan Imunisasi Polio (IVP) 1            dan        DPT-Hepatitis B 1
(Imunisasi Lateralis Kanan)                   (vastus lateralis kiri)
3 bulan Imunisasi Polio (IVP) 2            dan        DPT-Hepatitis B 2
(vastus lateralis kanan)                         (vastus lateralis kiri)
4 bulan Imunisasi Polio (IVP) 3            dan        DPT-Hepatitis B 3
(Vastus laateralis kanan)                       (vastus lateralis kiri)
9 bulan Imunisasi Polio (IVP) 4            dan        Campak
(vastus lateralis kanan)                         (area deltoit kiri)

c.       Memasang perlak dan pengalasnya


d.      Menentukan tempat penyuntikan dengan benar sesuai dengan jenis dan imunisasinya (lihat tabel
diatas)
e.       Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari pakaian
f.       Membersihkan kulit dengan kapas alkohol, melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol
dibuang kebengkok
g.      Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit
h.      Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk metenggangkan kulit
i.        Memasukan spuit berisi obat imunisasi :
a.       Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari selutuh panjang jarum untuk
imunisasi pada area vastus lateralis untuk imunisasi Hepatitis B, DPT dan IPV
b.      Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area deltoid (sub cutan) yaitu imunisasi Campak
c.       Sudut 15° dari permukaan kulit untuk imunisasi daerah deltoid yaitu BCG (intra kutan)
j.        Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)
k.      Memasukkan obat imunisasi secara perlahan
l.        Mencabut jarum dari tempat penusukan
m.    Menekan daerah penusukan dengan kapas desinfektan untuk imunisasi kecuali imunisasi BCG
cukup diisap secara perlahan
n.      Membuang spuit kedalam bengkok

4.      Tahap terminasi


a.       Melakukan evaluasi tindakan
b.      Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c.       Mengakhiri kegiatan dengan mengembalikan bayi atau anak kepada orang tuanya
d.      Membereskan alat
e.       Mencuci tanga

5.      Dokumentasi
1.      Nama pasien
2.      Jenis imunisasi
3.      Pemberian ke
4.      Respon pasien
5.      Hari tanggal jam dan pemasanga
6.      Paraf perawat
S

Pengertian Imunisasi BCG

Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC. BCG berasal dari strain bovinum Micobakcterium Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang
mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/ dosis.

Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M. tuberculosis yang hidup, karenanya bisa
berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus antibodi seumur hidup. Selain itu,
pemberian 2 atau 3 kali tidak berpengaruh sehingga vaksinasi BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup
(Depkes RI, 2005: 3).

Manfaat dan Jadwal Pemberian Imunisasi BCG

Tujuan dari pemberian imunisasi BCG terhadap anak balita 0-1 tahun adalah untuk mencegah penyakit
TBC. Telah diketahui bahwa penyakit TBC mudah sekali menular, sedangkan pada masa bayi telah
diketahui pula peka terhadap serangan penyakit, apalagi terhadap penyakit menular. Tentunya
memberikan peluang yang sangat besar untuk terkena penyakit menular atau TBC kalau anak tersebut
tidak diimunisasi BCG. Oleh karena itu, imunisasi BCG sangat baik diberikan pada saat bayi umur 0-7
hari.

Keefektifan vaksin pada saat umur bayi 0-7 hari bisa mencapai 99% jika dibarengi cara penyuntikaannya
juga tepat. Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan kesehatan dan kesejahteraan di waktu
dewasa nantinya, misalnya TBC dapat menjadi TBC otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan
cacat di waktu kecil yang pastinya pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu di masa dewasa
nantinya.

Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-paru, tulang, kelenjar
getah bening, sendi, ginjal dan hati. Untuk itu pemberian imunisasi BCG secara dini sangatlah
diperlukan. Sedangkan jadwal pemberian imunisasi imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada waktu bayi
baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi yang paling baik sebaiknya dilakukan pada bayi sebelum usia 2
bulan.

Cara pemberian dan dosis Imunisasi BCG 

Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan. Untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun diberikan sebanyak
0,05 ml dan untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Depkes RI, 2005:
18).

Berikut langkah-langkah pemberian Imunisasi BCG:

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
2. Dosis pemberian 0,05 sebanyak 1 kali.
3. Disuntikkan secara intra kutan di daerah lengan kanan atas dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

Kulit tempat vaksinasi harus dibersihkan dengan eter atau aseton, tetapi tidak dengan antiseptic. Vaksin
disuntikkan kedalam kulit tepat dibawah insersi deltoideus dengan lereng pendek 250, menimbulkan
wheal sekitar 8 mm.

Kontra Indikasi bisa mengakibatkan adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti eksim,
furunkulosis, mereka yang sedang menderita TBC dan sebagainya.

Reaksi Pemberian Vaksin BCG

Reaksi yang timbul sesudah sekitar satu minggu mula-mula timbul suatu papula merah pada tempat
suntikan dan ukurannya meningkat selama 2-3 minggu sekitar berdiameter 1 cm atau ke ulkus jinak yang
sembuh dalam 6-12 minggu yang meninggal parut.

Reaksi yang mungkin terjadi pada pemberian imunisasi BCG yaitu reaksi lokal 1 sampai 2 minggu setelah
penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
Reaksi regional yaitu pembesaran kelenjar getah bening pada leher tanpa disertai nyeri tekan maupun
demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan (Depkes RI, 2005: 19).

Komplikasi Pemberian Imunisasi BCG


Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat
penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses
dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika penyuntikan
terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 bulan.

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi. Direktorat Jendral PP dan PL dan Pusdiklat
SDM Kesehatan, Jakarta.
2. _________. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. _________. 2006. Modul Materi Dasar I Kebijakan Program Imunisasi. Direktorat Jendral PP dan
PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta.

Posted by Muchlisin Riadi

Anda mungkin juga menyukai