Sop Imunisasi
Sop Imunisasi
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Sebagaimana pada umumnya penyusunan sebuah SOP, Standar Operasional Prosedur program
imunisasi juga disusun berdasarkan beberapa sub pokok bahasan, seperti Tujuan, Ruang
Lingkup, Prosedur, dan pokok bahasan lainnya.
Tujuan penyusunan SOP Imunisasi, sebagai acuan dalam pelayanan imunisasi bagi bayi, balita
dan anak sekolah di Posyandu, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit, maupun di Sekolah.
Sedangkan ruang lingkup SOP ini meliputi pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak
sekolah, serta Wanita Usia Subur (WUS)
Pelayanan imunisasi dimulai dengan adanya petugas yang menuju lokasi pelayanan imunisasi,
baik di Posyandu, sekolah yang ditentukan, dengan terlebih dahulu mengambil peralatan
imunisasi dan vaksin di Puskesmas. Setelah proses penyuntikan vaksin selesai, kemudian
dilakukan pencatatan di buku KIA, kohort bayi, dan register. Setelah pelaksanaan selesai
pelayanan imunisasi vaksin yang masih utuh belum dibuka dikembalikan ke Puskesmas,
sedangkan sisa atau wadah dibuang kedalam incinerator.
Syarat keterampilan petugas imunisasi dapat berlatar belakang pendidikan Dokter, Bidan, serta
Perawat. Sedangkan jenis pelayanan imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi rutin, tambahan,
dan khusus. Imunisasi wajib terdiri atas Imunisasi rutin; Imunisasi tambahan; dan Imunisasi
khusus.
Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin merupakan kegiatan
imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, yaitu:
Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun
(Batita); anak usia sekolah dasar; dan wanita usia subur.
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan yaitu:
Pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
Pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu
Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
Imunisasi khusus
Prosedur Kerja
Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik yang dimaksud
antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen
pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi
tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan
untuk pelayanan imuniasi secara lengkap antara lain:
1. Termos/Vaksin carrier
2. Cool Pack / Kotak dingin cair
3. Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)
4. Alat suntik
5. Safety box (kotak pengaman)
6. Pemotong/kikir ampul pelarut
7. Formulir
8. Kapas dan wadah
9. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)
10. Alat tulis (kertas, pensil dan pena)
11. Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT)
12. Buku register bayi dan WUS
13. Tempat sampah
14. Sabun untuk cuci tangan
1. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan
untuk pelayanan.
2. Catat suhu di dalam lemari es.
3. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk VVM dan
tanggal kedaluarsa (EEFO, FIFO).
Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman untuk diberikan,
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau pelarut
tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan D
jangan dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal kadaluarsa
telah lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan adanya
pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP,
DT, TT, HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok.
Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan keluar dari
pelayanan dengan lebih cepat dan mudah;
2. Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas tidak terkena sinar
matahari;
3. Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
4. Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap yang
memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi);
5. Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain dibatasi sehingga tidak
penuh sesak;
6. Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja
imunisasi anda.
Dibawah ini beberapa contoh SOP Imunisasi yang diambil dari beberapa sumber :
5. SOP IMUNISASI TT
Refference, antara lain Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Vaksin Pentavalen
Penyebab Kerusakan Vaksin
Prinsip Dasar Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B
Standar Penyimpanan Vaksin
Penyebab Terjadinya KIPI
STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI PADA
BAYI ATAU ANAK
A. Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau vaksin (sustu obat
yang digunakan untuk membantu mencegah suatu penyakit) pada bayi atau anak sehingga terhindar
dari penyakit. Pemberian imunisasi biasanya dilakuakn dengan cara injeksi intra muskuler (pada area
vastus lateralis paha luar) dan intra kutan
B. Tujuan
Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia
C. Indikasi
Pada bayi atau anak sehat usia di bawah 5 tahun untuk imunisasi dasar atau sesuai pemberian imunisasi
1. Pada bayi atau anak sedang dalam keadaan sakit (demam)
2. Pada bayi atau anak sedang dalam pengobatan jangka panjang (konsultasi dan sesuai dengan petunjuk
dokter)
a. Melakukan verifikasi data tentang program pemberian yang akan dilakukan
c. Menyiapkan obat imunisasi dengan mengecek jenis dan tanggal kadaluarsa obat imunisasi
c. Menjelaskan tujuan dan perosedur tindakan pada keluarga atau pasien
d. Menentukan tempat penyuntikan dengan benar sesuai dengan jenis dan imunisasinya (lihat tabel diatas)
f. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol, melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang
kebengkok
a. Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari selutuh panjang jarum untuk imunisasi pada
area vastus lateralis untuk imunisasi Hepatitis B, DPT dan IPV
b. Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area deltoid (sub cutan) yaitu imunisasi Campak
c. Sudut 15° dari permukaan kulit untuk imunisasi daerah deltoid yaitu BCG (intra kutan)
j. Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)
c. Mengakhiri kegiatan dengan mengembalikan bayi atau anak kepada orang tuanya
5. Dokumentasi
3. Pemberian ke
Label: sop
Reaksi:
Daftar Isi
anak (3)
Anatomi Fisiologi (1)
artikel (1)
Bekam/Cantok/Kop (2)
Cerita Kehidupan (8)
Fraktur (1)
Health Man's (4)
hukum (6)
islam (8)
jiwa (10)
jurnal (2)
KDM (2)
KMB (53)
komunitas (6)
KTI (10)
KUK (7)
kumpulan askep (10)
kumpulan makalah (14)
LP (18)
Makalah Herbal (4)
maternitas (11)
Motivasi (5)
pengkajian (1)
Pesikologi (1)
riset (1)
sop (20)
sp (1)
Teknologi (1)
tinjauan kasus (2)
umum (21)
Video (1)
www.babastudio.com (3)
326324
Translate
Select Language ▼
Google Analytics
Statistik web
Google+ Badge
Pengikut
Mengenai Saya
Saya Ahmad Irfankhan Hamim Sutopo Asal dari Simpang Tiga Abadi, OKI, Sumatera Selatan.
Anak terakhir dari 5 bersaudara. Alumni MITA Pasir sakti, Alumni MTs Miftahul Ulum Sungai
Lumpur dan Alumni MA Miftahul Huda Tuggu Aggung Kec. Lempuing OKI Alumnus
Akademi Keperawatan Yogyakarta"YKY" Tahun 2012, pendiri Organisasi HIMADIKA INDONESIA
saat ini menjadi Dewan Penasehat.Aktif dibeberapa organisasi SNCC (sumatra nursing
concultatio club)? kemasyarakatan dll.
Lihat profil lengkapku
Lencana Facebook
Ahmad Irfankhan Hamim Sutopo
klik
didukung
oleh
Web
Gambar
Sortir menurut:
Relevansi
Relevansi
Tanggal
Web
Gamba
r
alexa
Follow by Email
Submit
Askep45health en_US
el.suetopoe. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blog
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Sebagaimana pada umumnya penyusunan sebuah SOP, Standar Operasional Prosedur program
imunisasi juga disusun berdasarkan beberapa sub pokok bahasan, seperti Tujuan, Ruang
Lingkup, Prosedur, dan pokok bahasan lainnya.
Tujuan penyusunan SOP Imunisasi, sebagai acuan dalam pelayanan imunisasi bagi bayi, balita
dan anak sekolah di Posyandu, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit, maupun di Sekolah.
Sedangkan ruang lingkup SOP ini meliputi pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak
sekolah, serta Wanita Usia Subur (WUS)
Pelayanan imunisasi dimulai dengan adanya petugas yang menuju lokasi pelayanan imunisasi,
baik di Posyandu, sekolah yang ditentukan, dengan terlebih dahulu mengambil peralatan
imunisasi dan vaksin di Puskesmas. Setelah proses penyuntikan vaksin selesai, kemudian
dilakukan pencatatan di buku KIA, kohort bayi, dan register. Setelah pelaksanaan selesai
pelayanan imunisasi vaksin yang masih utuh belum dibuka dikembalikan ke Puskesmas,
sedangkan sisa atau wadah dibuang kedalam incinerator.
Syarat keterampilan petugas imunisasi dapat berlatar belakang pendidikan Dokter, Bidan, serta
Perawat. Sedangkan jenis pelayanan imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi rutin, tambahan,
dan khusus. Imunisasi wajib terdiri atas Imunisasi rutin; Imunisasi tambahan; dan Imunisasi
khusus.
Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin merupakan kegiatan
imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, yaitu:
Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun
(Batita); anak usia sekolah dasar; dan wanita usia subur.
Pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B
(DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-
Hib) dan Campak.
Pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu
Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan
kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningitis
Meningokokus, demam kuning, dan Anti Rabies (VAR).
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
2. Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
4. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik yang dimaksud
antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen
pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi
tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan
untuk pelayanan muniasi secara lengkap antara lain:
a. Termos/Vaksin carrier
b. Cool Pack / Kotak dingin cair
c. Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)
d. Alat suntik
e. Safety box (kotak pengaman)
f. Pemotong/kikir ampul pelarut
g. Formulir
h. Kapas dan wadah
i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)
j. Alat tulis (kertas, pensil dan pena)
k. Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT)
l. Buku register bayi dan WUS
m. Tempat sampah
n. Sabun untuk cuci tangan
Prosedur
pemeriksaan keamanan vaksin
Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman untuk diberikan,
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau pelarut tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan D jangan
dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal kadaluarsa telah
lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan adanya
pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP, DT, TT,
HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok.
Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus diperhatikan pemeliharaan
cold chain, dengan beberapa poin penting berikut:
a. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier
dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature 20-80 C dan vaksin
yang sensitive terhadap pembekuan tidak beku.
b. Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari langsung.
c. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier yang
tertutup rapat.
d. Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada sasaran datang.
e. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
f. b. Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama habis.
g. Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari cahaya
matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa yang terdapat diatas
vaksin carrier (lihat gambar di bawah).
h. Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.
i. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan bila telah ada
anak yang hendak diimunisasi.
Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut:
Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan keluar dari
pelayanan dengan lebih cepat dan mudah;
Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas tidak terkena sinar matahari;
Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap yang memberikan
pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi);
Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain dibatasi sehingga tidak penuh
sesak;
Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja imunisasi
anda.
Refference, antara lain Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Vaksin Pentavalen
Penyebab Kerusakan Vaksin
Prinsip Dasar Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B
Standar Penyimpanan Vaksin
Surveilans dan Pelaporan KIPI
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
Comment
1b7dd7d758
1439269195102
Delivered by FeedBurner
B. Tujuan
Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di
dunia
C. Indikasi
Pada bayi atau anak sehat usia di bawah 5 tahun untuk imunisasi dasar atau sesuai pemberian
imunisasi
5. Dokumentasi
1. Nama pasien
2. Jenis imunisasi
3. Pemberian ke
4. Respon pasien
5. Hari tanggal jam dan pemasanga
6. Paraf perawat
S
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC. BCG berasal dari strain bovinum Micobakcterium Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang
mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/ dosis.
Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M. tuberculosis yang hidup, karenanya bisa
berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus antibodi seumur hidup. Selain itu,
pemberian 2 atau 3 kali tidak berpengaruh sehingga vaksinasi BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup
(Depkes RI, 2005: 3).
Tujuan dari pemberian imunisasi BCG terhadap anak balita 0-1 tahun adalah untuk mencegah penyakit
TBC. Telah diketahui bahwa penyakit TBC mudah sekali menular, sedangkan pada masa bayi telah
diketahui pula peka terhadap serangan penyakit, apalagi terhadap penyakit menular. Tentunya
memberikan peluang yang sangat besar untuk terkena penyakit menular atau TBC kalau anak tersebut
tidak diimunisasi BCG. Oleh karena itu, imunisasi BCG sangat baik diberikan pada saat bayi umur 0-7
hari.
Keefektifan vaksin pada saat umur bayi 0-7 hari bisa mencapai 99% jika dibarengi cara penyuntikaannya
juga tepat. Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan kesehatan dan kesejahteraan di waktu
dewasa nantinya, misalnya TBC dapat menjadi TBC otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan
cacat di waktu kecil yang pastinya pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu di masa dewasa
nantinya.
Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-paru, tulang, kelenjar
getah bening, sendi, ginjal dan hati. Untuk itu pemberian imunisasi BCG secara dini sangatlah
diperlukan. Sedangkan jadwal pemberian imunisasi imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada waktu bayi
baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi yang paling baik sebaiknya dilakukan pada bayi sebelum usia 2
bulan.
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan. Untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun diberikan sebanyak
0,05 ml dan untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Depkes RI, 2005:
18).
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
2. Dosis pemberian 0,05 sebanyak 1 kali.
3. Disuntikkan secara intra kutan di daerah lengan kanan atas dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Kulit tempat vaksinasi harus dibersihkan dengan eter atau aseton, tetapi tidak dengan antiseptic. Vaksin
disuntikkan kedalam kulit tepat dibawah insersi deltoideus dengan lereng pendek 250, menimbulkan
wheal sekitar 8 mm.
Kontra Indikasi bisa mengakibatkan adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti eksim,
furunkulosis, mereka yang sedang menderita TBC dan sebagainya.
Reaksi yang timbul sesudah sekitar satu minggu mula-mula timbul suatu papula merah pada tempat
suntikan dan ukurannya meningkat selama 2-3 minggu sekitar berdiameter 1 cm atau ke ulkus jinak yang
sembuh dalam 6-12 minggu yang meninggal parut.
Reaksi yang mungkin terjadi pada pemberian imunisasi BCG yaitu reaksi lokal 1 sampai 2 minggu setelah
penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
Reaksi regional yaitu pembesaran kelenjar getah bening pada leher tanpa disertai nyeri tekan maupun
demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan (Depkes RI, 2005: 19).
Daftar Pustaka
1. Depkes RI. 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi. Direktorat Jendral PP dan PL dan Pusdiklat
SDM Kesehatan, Jakarta.
2. _________. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. _________. 2006. Modul Materi Dasar I Kebijakan Program Imunisasi. Direktorat Jendral PP dan
PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta.