Penyakit DM
Penyakit DM
MENGURAIKAN PENYAKIT
SISTEMIK DIABETES MELLITUS (DM)
DOSEN PEMBIMBING:
Sri Wahyuni, SST.,S.Pd., M.Kes.
DISUSUN OLEH:
Allisya Rafaela Cantika
Anisya Silvita Febryanti
Dhea Nur Fadillah
Jesy Agleysia
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah kami
yang berjudul “Menguraikan Penyakit Sistemik Diabetes Mellitus (DM)” dapat terselesaikan
dengan baik. Terima kasih kepada IbuSri Wahyuni, SST., S.Pd.,M.Kes. yang telah memberikan
tugas kepada kami sehingga dapat menyusun dan meyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi
kami untuk lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................5
BAB II 6
BAB III 25
A. Kesimpulan.........................................................................................................................25
B. Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth, 2014). Diabetes
Mellitus (DM) adalah suatu keadaan hiperglikemia yang disebabkan penurunankecepatan
insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans dalam pankreas (Guyton, 2012).
B. RumusanMasalah
1. Bagaimanakah Definisi Dari Penyakit Sistemik Diabetes Mellitus?
4
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Penyakit Sistemik Diabetes Mellitus
3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Dari Penyakit Sistemik Diabetes Mellitus
5
BAB II
PEMBAHASAN
Diabetes tipeI:
a. Faktorgenetik
6
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktorlingkungan
b. Obesitas
c. Riwayatkeluarga
7
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatanlazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang
sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruhbadan
5. PruritusVulvae
6. Infeksi bakterikulit
9. Neuropatiperifer
10. Neuropativiseral
11. Amiotropi
13. Penyakitginjal
15. Penyakitkoroner
8
17. Hipertensi
9
jumlahnya sedikit, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya di
dalam darah tinggi atau meningkat (hiperglikemia). Pada DM tipe 2 jumlah insulin
kurang atau dalam keadaan normal, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel
berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah lubang
kuncinya (reseptor) berkurang, maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang
(resistensi insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Subekti & Suryono, 2009).
Resistensi insulin pada awalnya belum menyebabkan DM secara
klinis, sel β pancreas masih bisa melakukan kompensasi. Insulin disekresikan secara
berlebihan sehingga terjadi hiperinsulenemia dengan tujuan normalisasi kadar glukosa
darah. Mekanisme kompenasi yang terus-menerus menyebabkan kelelahan sel β
pancreas, kondisi ini disebut dekompensasi dimana produk insulin menurun secara
absolute. Resistensi dan penurunan produksi insulin menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah.
10
penderita harus melaksanakan program perawatan DM seperti melakukan
hidup sehat, melakukan pengobatan secara rutin, aturan pengobatan yang
ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil
penyelidikan (Askandar, 2007).
Pola hidup sehat pada penderita DM perlu dijaga dalam hal ini
meliputi:
(b) bagi penderita DM untuk selalu rutin mengontrol gula darah normal
maupun sewaktu dan melakukan pengobatan yaitu pemakaian obat-obat
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin. Tablet atau suntikan
anti DM diberikan dimana diit tidak boleh dilupakan dan pengobatan
penyulit lain yang menyertai atau suntikan insulin,
(c) melakukan aktifitas fisik secara teratur yaitu 3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit yang bersifat continues, rythmical, interval, progresive,
endurance training yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta (Soegondo, 2007).
11
nutrisi/diet, berolah raga secara teratur, menggunakan obat sesuai resep
serta memantau kadar gula darah (Stanley, 2007).
12
J2 : jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya tiga jam.
(BB: kg, TB:cm) Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan
dalam sehari pada penderita DM yang bekerja biasa adalah : Kurus : BB X 40 –
60 kalori sehari. Normal : BB X 30 kalori sehari Gemuk : BB X 20 kalori sehari.
Obesitas : BB X 10 – 15 kalori sehari.
2) Olah Raga Secara Teratur Olah raga pada diabetis dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung
menyebabkan penurunan glukosa darah. Pada pasien DM
membuktikan bahwa aktifitas fisik yang terdiri atas latihan setidaknya
seminggu sekali menurunkan risiko keseluruhan timbulnya DM
dengan 40 % (Darmojo, 2008). Olah raga yang dapat dilakukan penderita DM antara lain
(Maryam, 2008) : pekerjaan rumah dan berkebun, berjalan- jalan, jalan cepat, berenang,
bersepeda dan senam. Manfaat olah raga bagi penderita DM antara lain :
b) Mencegah kegemukan.
13
e) Meningkatkan kualitas hidup diabetisi dengan meningkatnya
kemampuan kerja.
a) Sulfonilurea
14
memberi respons yang memuaskan walaupun sudah ditingkatkan
dosisnya ke dosis maksimal. Keberhasilan menurunkan kadar
glukosa puasa terbatas hanya 20-30% penderita. Demikian pula
dapat terjadi kegagalan sekunder bila dalam periode yang lama
obat ini sudah tidak memberi hasil yang memuaskan walaupun
diberikan dalam dosis maksimal. Kegagalan sekunder dapat terjadi
pada sekitar 10% penderita pertahun. Untuk itu diperlukan obat
OHO tambahan atau insulin untuk memperbaiki kontrol glikemik.
b) Biguanid
15
diperifer dengan meningkatkan sensitifitas
jaringan terhadap insulin, menekan produksi glukosa oleh hati,
menurunkan oksidasi Fatty Acid dan meningkatkan pemakaian
glukosa dalam usus melalui proses non oksidatif. Ekstra laktat
yang terbentuk akan diekstraksi oleh hati dan digunakan sebagai
bahan baku glukoneogenesis. Keadaan ini mencegah terjadinya
efek penurunan kadar glukosa yang berlebihan. Pada pemakaian
tunggal metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai
20%.
c) Inhibitor α glukosidase
16
Ketidakpatuhan terutama pada pengobatan sangatlah besar. Untuk
mengurangi ketidakpatuhan pada pemberian obat dapat diupayakan
hal – hal sebagai berikut : (Darmojo, 2008)
a) Penjelasan pada penderita : selama 15 menit akan mengurangi
kesalahan bahkan pada penderita yang orientasinya sudah
berkurang.
17
Kriteria Pengendalian DM
18
disebabkan oleh obat anti Diabetes yang diminum dengan dosis yang terlalu
tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa jadi karena latihan fisik yang
berlebihan teratur.
19
G. Penatalaksanaan Diabetes Pada Kehamilan
Sama dengan diabetes yang biasa, diabetes gestasional terjadi ketika tubuh
tidak memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam
darah pada masa kehamilan. Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak,
namun dapat ditekan bila ditangani dengan cepat dan tepat.
Etiologi
Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak tinggi
(hiperglikemia). Di antaranya:
20
Penyebab Diabetes Gestasional
Semua ibu hamil berisiko mengalami diabetes gestasional, akan tetapi lebih
berisiko terjadi pada ibu hamil dengan faktor-faktor berikut ini:
Dengan perubahan gaya hidup berupa aktivitas fisik dan kontrol diet, 70-85%
wanita dengan diabetes gestasional dapat mencapai kontrol glukosa yang baik.
Terapi obat dimulai apabila pasien gagal mencapai target glukosa dalam 1-2
minggu pasca perubahan gaya hidup.
21
Pemantauan Kadar Gula Darah
Diet
Komposisi nutrisi tidak berbeda dengan ibu hamil yang tidak mengalami diabetes.
Rekomendasi intake protein adalah sebesar 1-1,5 gram/kg. Jenis karbohidrat
sederhana dan gula sebaiknya dikurangi dan digantikan dengan sumber
karbohidrat yang lebih sehat, seperti sayur-sayuran, buah, dan gandum utuh.
Makanan tinggi lemak dan produk olahan sebaiknya dihindari.
Tatalaksana Farmakologi
Terapi Insulin
Sampai saat ini insulin masih menjadi drug of choice untuk diabetes gestasional.
Insulin tidak melewati plasenta sehingga aman diberikan selama kehamilan.
22
Pada wanita yang hiperglikemia puasa dan postprandial terjadi pada setiap kali
waktu makan, dosis insulin yang direkomendasikan adalah 0,7-1,0 unit/kgBB per
hari. Dosis ini sebaiknya dibagi menjadi beberapa regimen menggunakan insulin
kerja panjang atau menengah yang dikombinasikan dengan insulin kerja cepat.
Namun, apabila hiperglikemia terjadi pada saat tertentu saja, maka regimen
insulin sebaiknya difokuskan pada saat spesifik tersebut. Misalnya, jika seorang
pasien hanya memiliki kadar glukosa darah puasa yang tinggi, maka insulin kerja
menengah sebaiknya diberikan saat malam hari. Atau pada pasien dengan
hiperglikemia postprandial saat sarapan, maka mungkin saja hanya memerlukan
insulin kerja pendek saat sarapan.
Selain terapi insulin, beberapa obat hipoglikemik oral juga dapat dipakai menjadi
pilihan terapi pada diabetes gestasional. Obat pilihan yang dapat diberikan adalah
metformin dan glibenclamide. Meskipun demikian, FDA belum menyatakan
metformin dan glibenclamide dapat menjadi salah satu terapi alternatif obat dalam
penatalaksanaan diabetes gestasional. Kedua obat tersebut berada dalam kategori
B dalam kehamilan. Metformin dan glibenclamide dapat melewati barrier
plasenta, namun belum ada bukti adanya defek lahir atau komplikasi pada
neonatus akibat penggunaan metformin ataupun glibenclamide.
Metformin merupakan obat oral pilihan karena memiliki risiko yang lebih rendah
untuk terjadinya hipoglikemia neonatus dan pertambahan berat badan maternal.
Meskipun demikian, metformin sedikit meningkatkan risiko prematuritas.
Metformin diberikan 500 mg sekali sehari pada awal pengobatan dan dapat
ditingkatkan sampai 2500 mg per hari dibagi dalam beberapa dosis.
Glibenclamide dapat diberikan dengan dosis awal 2,5 mg satu kali sehari 1 jam
sebelum makan dan maksimal sampai 10 mg. Namun 15-40% pasien yang
menggunakan medikasi oral untuk diabetes gestasional tetap membutuhkan
insulin.
Aspirin
Anamnesis
23
Tanda dan keluhan pasien dengan diabetes gestasional tidak spesifik. Pasien bisa
saja tidak mengeluhkan apa pun. Namun, pada saat anamnesis perlu dilakukan
evaluasi mengenai faktor risiko seperti usia, riwayat diabetes dalam keluarga,
riwayat diabetes gestasional sebelumnya, hipertensi, hiperlipidemia, dan riwayat
melahirkan anak dengan berat >4000 gram.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan tanda-tanda vital yang normal dan
tidak ada pemeriksaan fisik yang spesifik pada diabetes gestasional. Pemeriksaan
fisik berupa perhitungan indeks massa tubuh pada awal kehamilan perlu
dilakukan untuk mengetahui faktor risiko obesitas. Pengukuran tekanan darah
juga diperlukan untuk melihat apakah ada faktor risiko hipertensi.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari diabetes gestasional adalah diabetes tipe 1 dan diabetes
tipe 2.
Diabetes Tipe 1
Hampir tidak ada perbedaan pada tanda dan gejala dari diabetes tipe 1 dan
diabetes gestasional, walaupun pada diabetes tipe 1 gangguan glukosa dan
kecenderungan untuk ketosis lebih besar. Pada diabetes tipe 1 biasanya pasien
sudah terdiagnosis sebelum kehamilan dan dapat terjadi beberapa komplikasi
diabetik, seperti neuropati, retinopati, dan albuminuria. Dapat dilakukan
pemeriksaan HbA1c pada saat kehamilan awal untuk membedakan dengan
diabetes gestasional. Pada diabetes tipe 1 kadar HbA1c biasanya lebih tinggi dan
pada diabetes gestasional kadar ini bisa normal.
Diabetes Tipe 2
Hampir tidak ada perbedaan pada tanda dan gejala dari diabetes tipe 2 dan
diabetes gestasional. Pada wanita hamil dengan diabetes tipe 2 biasanya memiliki
riwayat obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, dislipidemia, acanthosis
nigricans, dan ada riwayat sindrom polikistik ovarium. Pada diabetes tipe 2 kadar
HbA1c biasanya lebih tinggi dan pada diabetes gestasional normal pada awal
kehamilan.
Pemeriksaan Penunjang
24
American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) dan Perkumpulan
Kedokteran Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyarankan untuk melakukan
tes skrining gula darah pada semua wanita hamil pada saat pertama kali datang
untuk kunjungan antenatal dan melakukan reevaluasi pada usia kehamilan 24-28
minggu. Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah puasa dan 2 jam
post prandial. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan pengukuran
adalah:
Tiga hari sebelum pemeriksaan, jangan melakukan perubahan pola makan dan
aktivitas fisik
Puasa selama minimal 8 jam sebelum tes, boleh minum air putih
Lakukan pengukuran kadar gula darah puasa terlebih dulu, kemudian minum
glukosa anhidrosa 75 gram pada 250 ml air dalam waktu 5 menit
Setelah itu, kembali berpuasa selama 2 jam, lalu melakukan pemeriksaan
konsentrasi glukosa 2 jam post prandial.
Menurut ACOG, kadar normal gula darah puasa pada kehamilan adalah ≤ 95
mg/dL dan kadar normal gula darah 2 jam post prandial adalah 120 mg/dL.
Ultrasonografi
Edukasi Pasien
25
pada ibu nifas dengan riwayat GDM. Screening TTGO kembali
dilaksanakan pada 6 minggu pasca bersalin untuk mendeteksi
adanya diabetes mellitus, toleransi glukosa terganggu, dan glukosa
puasa terganggu. Apabila hasil pemeriksaan TTGO menunjukkan
nilai normal maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang
pada tahun ketiga setelah persalinan. Pada ibu nifas dengan
pemeriksaan TTGO menunjukkan nilai toleransi glukosa terganggu
dana tau glukosa puasa terganggu dianjurkan untuk melakukan tes
ulangan setiap 1 tahun sekali.
26
e. Evaluasi kardiovaskular.
f. Hindari lifestyle yang bersifat sedenterial seperti malas
bergerak/berolahraga, banyak nonton, berjam-jam didepan
computer dsb.
Sekitar 2 jam setelah kelahiran, glukosa darah bayi Anda akan dihitung, biasanya
sebelum ia menyusui untuk kedua kalinya.
Jika glukosa darahnya tetap rendah, bayi Anda mungkin perlu diberi makan
melalui tube atau infus. Jika kondisi bayi Anda tidak baik atau memerlukan
pengawasan ketat, ia mungkin perlu diawasi dalam unit neonatal.
Diabetes tipe 2 adalah saat di mana tubuh Anda tidak memproduksi insulin yang
cukup atau sel tubuh tidak bereaksi terhadap insulin (resistensi insulin).
Oleh karenanya, ibu harus melakukan beberapa pemeriksaan kadar gula darah
lanjutan setelah melahirkan.
Maka dari itu, sangatlah penting untuk Anda mengawasi glukosa darah setelah
persalinan untuk memeriksa apakah glukosa darah kembali normal atau tidak.
Bayi Anda mungkin memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami
komplikasi diabetes gestasional atau obesitas (memiliki massa indeks tubuh lebih
dari 30) nantinya.
Sangatlah penting untuk berdiskusi dengan dokter jika Anda berencana untuk
hamil lagi. Dokter mungkin akan menyusun pengawasan terhadap glukosa darah
Anda dari tahap awal.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth, 2014). Diabetes
Mellitus (DM) adalah suatu keadaan hiperglikemia yang disebabkan penurunan
kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans dalam pankreas (Guyton, 2012).
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan adalah :
Diharapkan para pembaca makalah ini dapat memberikan saran dan praktik dalam
pembuatan makalah ini. Hendaknya pembaca dapat mengambil hikmah dari isi makalah
ini sebagai salah satu acuan alternatif dalam pembuatan makalah. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu kritik
dan saran para pembaca, akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan
makalah ini dimasa yang akan datang.
28
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
29