Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang
dikandungnya dalam keadaan bahaya (Saifuddin, 2010). Setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi (Wiknjosastro, 2010). Jika ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik, mengalami resiko tinggi atau komplikasi obstetrik yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin, sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2010). Ibu hamil perlu pemeriksaan kehamilan secara rutin, sesuai standar untuk pelayanan antenatal yang berkualitas (Wiknjosastro, 2010). Oleh karena itu, perlu dilakukan deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin. Deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan pada kehamilan merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya (Depkes RI, 2010). Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan juga penting karena apabila tanda-tanda bahaya tersebut diketahui sejak dini, maka penanganan akan lebih cepat. Mendeteksi secara dini tentang tanda bahaya tersebut dengan cara mengetahui apa saja tanda-tanda bahaya dari kehamilan tersebut (Yulanda, 2014). Tingkat pengetahuan mempengaruhi sikap kesehatan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memilih dan meningkatkan kesehatan. Termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit, memilih makanan, sanitasi dan lain sebagainya (Notoatmojo, 2012). Gejala dan tanda bahaya kehamilan menurut Prawirohardjo (2014) sebagai berikut, 1) Perdarahan Perdarahan pada kehamilan usia muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang pada umumnya (60-80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa maupun ovum. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau usia diatas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu sampai sebelum persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak normal bila ada tandatanda seperti keluarnya darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak terus menerus, perdarahan disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai adanya gangguan pembekuan darah (Kusumawati, 2014). a. Plasenta Previa Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi diatas atau mendekati ostium serviks interna. Beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya plasenta previa diantaranya kehamilan ibu sudah usia lanjut (> 22 minggu), multiparitas, serta mempunyai riwayat seksio caesaria sebelumnya. Gejala umum yang terjadi pada kasus plasenta previa seperti terjadi perdarahan tanpa rasa nyeri secara tiba-tiba dan kapan saja, uterus tidak berkontraksi dan bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul b. Solusio plasenta Pada persalinan normal, plasenta akan lepas setelah bayi lahir, namun karena keadaan abnormal plasenta dapat lepas sebelum waktunya atau yang disebut solusio plasenta. Beberapa faktor komplikasi sebagai penyebab solusio plasenta yaitu hipertensi, adanya trauma abdominal, kehamilan gemelli, kehamilan dengan hidramnion, serta defisiensi zat besi. Tanda gejala yang ditimbulkan seperti terjadinya perdarahan dengan nyeri yang menetap, hilangnya denyut jantung janin (gawat janin), uterus terus menegang dan kanin naik, perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. c. Ruptur uteri Ruptur uteri adalah robeknya dinsing uterus pada saat kehamilan/ persalinan, pada saat umur kehamilan lebihdari 28 minggu. Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) yang terjadi karena dinding uterus lemah yang disebabkan oleh adanya bekas sectio caesaria, bekas mioma uteri, bekas kuratase/ plasenta manual. Sepsis post partum, atau terjadi hipoplasia uteri/ uterus abnormal (Dewi, 2015: 111). 2) Preeklamsia Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan preeklampsia 3) Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan preeklampsia. Apabila nyeri tersebut terasa pada trimester kedua atau ketiga maka diagnosanya mengarah pada solusi plasenta yang bisa dilihat baik dari jenis nyeri maupun perdarahan yang terjadi. 4) Muntah yang berlebihan yang berlangsung selama kehamilan. Menurut Ningsih (2012), mual muntah yang timbul terjadi karena adanya perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal kehamilan. Presentase hormon hCG akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin tinggi hormon hCG , semakin cepat pula merangsang muntah (Rahma, 2016:52). 5) Disuria Disuria adalah istilah medis yang berarti nyeri pada saat buang air kecil, terasa tidak nyaman atau terasa panas perih saat buang air kecil. Dalam bahasa masyarakat kita dikenal dengan istilah anyang-anyangan. Keluhan ini bisa terjadi pada anak-anak sampai orang tua, baik laki-laki ataupun perempuan. Disuria bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari penyakit lain, misalnya infeksi saluran kencing. Oleh karena itu, pengobatan yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk meredakan keluhan nyeri saat berkemih saja, melainkan untuk mengatasi penyebabnya (Honestdocs, 2020). 6) Menggigil atau demam Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini menandakan ibu dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan manifestasi tanda gejala infeksi kehamlan. Penangannya dapat dengan memiringkan bada ibu kerag kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan kompres hangat guna menurunkan suhu ibu. komplikasi yag ditimbulkan jika ibu mengalami demam tinggi yaitu sistitis (infeksi kandung kencing) serta infeksi saluran kemih atas. 7) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi sebelum persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran/ peningkatan tekanan uteri yang juga dapat disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks yang dapat dinilai dari cairan ketuban di vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu preterm maupun kehamilan aterm. Pencegahan Tanda Bahaya kehamilan : a. Melakukan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan b. Istirahat yang cukup c. Menkonsumsi makanan yang sehat utamanya makanan yang tinggi protein dan mengurangi konsumsi makanan yang dapat menimbulkan preeklampsia atau eklampsia. d. Meningkatkan balai kesehatan dan mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya. e. Mencari pada tiap pemeriksaan kemungkinan tanda-tanda preeklampsia dan eklampsia serta melakukan pengobatan apabila ditemukan (Suririnah, 2011).