Anda di halaman 1dari 5

Yogyakarta, 18 Juli 2020

Yth. Presiden Direktur

PT. BMW GROUP INDONESIA

Jalan M.H. Thamrin Kav 28 - 30, Jakarta Pusat

LEGAL OPINION

No. surat 001/SHI-IV/2020

Kasus posisi

PT. Astra BMW-MINI membeli 8 unit mobil dengan berbagai series di PT. BMW Group
Indonesia. Pada Senin, 12 Maret 2020, William selaku Pihak dari PT. BMW Group Indonesia
bersama Jansen selaku Pihak dari PT. Astra BMW-MINI melakukan perjanjian jual beli
kendaraan roda empat Merk BMW di Kantor BMW Group Indonesia, Jakarta Pusat.

Dikarenakan lokasi dealer PT. Astra BMW-MINI di Yogyakarta dan keseluruhan mobil tersebut
dibeli dari Jakarta, maka nantinya mobil tersebut akan dikirimkan dari Jakarta menuju
Yogyakarta, lokasi dealer PT. Astra BMW-Mini. Dalam ketentuan kontrak tersebut, pihak
pertama dan pihak kedua membuat suatu ketentuan yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama
jual beli.

Pada saat menjelang pengiriman seluruh unit mobil tersebut, PT. BMW Group Indonesia
menjelaskan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) mereka apabila akan mengirimkan unit
mobilnya ke luar kota harus menggunakan jalur tol. Namun, ternyata ada beberapa ruas jalan tol
di sepanjang jalan Jakarta sampai Yogjakarta yang mengalami kerusakan sehingga sedang masa
perbaikan dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Sehingga, PT BMW Group Indonesia diawal
menyarankan agar pengiriman mobilnya ditunda terlebih dahulu hingga 1-2 bulan kedepan.
Namun, dari Pihak PT.Astra BMW MINI tidak menyetujui untuk ditunda dengan alasan
beberapa konsumen dari PT.Astra BMW MINI yang terlanjur booking mobil tersebut.

Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 2020, PT. Astra BMW MINI menghubungi melalui via
Whatapps kepada PT.BMW Group Indonesia bahwa untuk pengiriman mobil pesanannya tidak
apa-apa melalui jalur non-tol saja.
Rabu, 1 April 2020 seluruh unit mobil BMW yang telah disepakati dikirim dari Jakarta menuju
Yogyakarta. Dalam perjalanan dari Jakarta ke kota tujuan Yogyakarta. Pada tanggal 2 April 2020
pukul 09.00 WIB, truck towing pertama dan kedua tiba di daerah Desa Ngombol, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah untuk melakukan pengisian BBM di SPBU
Ngombol. Kemudian setelah selesai pengisian BBM, kedua truk towing tersebut melanjutkan
perjalanan kearah Kota Yogyakarta. Namun naas, Truck towing pertama dari pihak PT.BMW
Group Indonesia yang membawa mobil BMW tersebut mengalami kecelakaan tunggal tepatnya
di Jalan Daendles Kabupaten Purworejo, Jawa tengah.

Kecelakaan tersebut terjadi saat truck towing yang dikendarai Beni dan Danang melaju dengan
kecepatan tinggi, kemudian truck towing tersebut tiba-tiba oleng belok kearah kiri dan pada saat
itu pengereman truck towing yang tidak prima sehingga menyebabkan rem truck tidak berfungsi
dengan baik (rem blong) kemudian si sopir tidak bisa mengendalikan trucknya sehingga
menyebabkan truck towing terbalik di bahu jalan, sehingga menyebabkan kerusakan parah
terhadap 4 unit mobil BMW yang dibawa truk towing. Untuk Sopir dan kernet truck dengan
nomer polisi B 9751 PQS mengalami luka ringan dan tidak ada korban jiwa. Sedangkan 4 mobil
BMW yang berada pada truck towing kedua masih aman dari kerusakan karena tidak terjadi
kecelakaan.

Duduk Perkara

Akibatnya, setelah mengetahui bahwa truck towing yang membawa pesanan mobil BMW
dari PEMBELI mengalami kecelakaan dan menyebabkan kerusakan pada mobil BMW tersebut,
Jansen selaku Direktur Utama PEMBELI meminta kepada William selaku Presiden Direktur
PENJUAL untuk melakukan ganti rugi atas mobil pesanan PEMBELI yang mengalami
kerusakan tersebut sebesar 70% sebagaimana yang telah diperjanjikan sebelumnya. Namun, dari
pihak PENJUAL enggan untuk membayar biaya kerusakan sebesar 70%, melainkan hanya
membayarkan sebesar 35% mengingat PENJUAL memiliki ketentuan standar pengiriman unit
mobil, yakni salah satunya menggunakan jalan tol sebagai akses utama pendistribusian. Oleh
karenanya, PENJUAL berdalih bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh jalur tempuh yang
dilalui merupakan non-tol, dimana itu atas permintaan dari PEMBELI.
Dikarenakan hal tersebut, maka dari pihak PEMBELI pun merasa keberatan dengan
tidak dibayarnya ganti kerugian tersebut sebesar 70%. Hingga 5 April 2021 Pihak PENJUAL
tidak juga melaksanakan pelunasan pembayaran ganti rugi 70% kepada PEMBELI, kemudian
PEMBELI memberikan kuasa kepada Kuasa Hukumnya.

Dasar Hukum

Terkait dengan duduk perkara diatas, saya mencatat sejumlah peraturan di Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yaitu pasal 1239 dan 1243. sehingga adanya unsur wanprestasi adalah 1)
adanya perjanjian oleh para pihak;2) adanya pihak melanggar atau tidak melaksanakan isi
perjanjian yang sudah disepakati;3) sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau
melaksanakan isi perjanjian.

Pendapat Hukum

Tindakan PT.BMW Group Indonesia yang enggan untuk membayar biaya kerusakan sebesar
70%, melainkan hanya membayarkan sebesar 35%. Maka dari itu PT.BMW Group Indonesia
dianggap melanggar atau tidak melaksanakan pada isi perjanjian yang sudah di sepakati. Dalam
Pasal 1243 KUHPer berbunyi “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya
suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai
untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya
dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.”

Dari pasal diatas sangat jelas bahwa pergantian biaya kerugian harus memenuhi dari perjanjian
yang telah disepakati dan dianggap lalai dimata hukum.

Sebagaimana dimaksud dalam perjanjian yang telah di sepakati kedua belah pihak, PT. BWM
Group Indonesia melanggar ketentuan pada pasal 4 ayat 3 berbunyi “ Apabila terdapat
kerusakan yang disebabkan oleh proses pengiriman, maka PENJUAL akan bertanggungjawab
sebesar 70% dari total kerusakannya. Sedangkan sisanya ditanggung oleh PEMBELI.

Bahwa ketentuan asas lex posteriori derogat legi priori hanya dapat berlaku pada suatu rumusan
peraturan perundang-undangan yang diubah rumusannya dengan perubahan ketentuan yang sama
dan sejenis dari sebelumnya; (Vide Bukti P-17)
Berdasarkan Perjanjian Pengiriman Unit Mobil No. 01/PJPM/Had-Sul/010412 sebagai dalil
TERGUGAT yang menyatakan bahwa “Pihak PT ASTRA BMW MINI akan menerima segala
konsekuensi apabila suatu saat terjadi hal yang merugikan berkaitan dengan proses pengiriman
unit mobil No. PO/BMW/I17/20/003 dari Jakarta-Yogyakarta yang disebabkan oleh faktor jalan
yang melalui jalur non-tol”

Adalah jelas melimitasi ketentuan pertanggungjawaban kerusakan mobil yang hanya disebabkan
oleh faktor jalan; (Vide Bukti P-17)

Selain pasal 1243, saya mengindentifikasi pasal 1239 Kitab Undang-Undang Perdata juga telah
dilanggar oleh PT.BMW Group Indonesia. Pasal ini menyatakan bahwa “tiap perikatan untuk
berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan
penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya.”

“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak dapat
membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam
melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat
dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya.” (BW 1244)
mengemukakan bahwa selain walaupun umumnya terjadi kesengajaan (itikad buruk) dalam
wanprestasi, terdapat juga wanprestasi yang tidak disengaja atau tanpa itikad buruk yang
diakibatkan pelaksanaan perikatan yang tidak dilaksanakan karena hal tidak terduga, hal ini
menunjukkan bahwa wanprestasi dapat terjadi juga dikarenakan melakukan namun hasilnya
tidak sebgaimana yang diperjanjikan, baik berupa keluaran yang diharapkan maupun
ketidaktepatan waktu (terlambat).

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka wanprestasi terjadi bila salah satu pihak yang melakukan
perikatan tidak menyanggupi untuk melakukan apa yang disanggupi dalam perikatan, telah
melakukan apa yang disanggupi dalam perikatan namun keluarannya/hasilnya tidak sebagaimana
diperjanjikan, telah melakukan apa yang disanggupi dalam perikatan namun ketepatan waktunya
tidak sebagaimana diperjanjikan (terlambat), melakukan kebalikan dari perikatan yaitu
melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan walaupun hasilnya sesuai / tepat waktu dengan
yang tidak diperjanjikan.
Saya menyimpulkan bahwa terdapat cukup alasan dan dasar hukum untuk melaporkan
wanprestasi yang dilakukan oleh PT. BMW GROUP Indonesia sehubungan dengan ganti rugi
yang tidak sesuai.

Namun, saya menyarankan agar PT. BMW GROUP Indonesia dapat melakukan tindakan
persuasif dengan meminta ganti rugi sesuai yang diperjanjikan, sebelum menemuh jalur hukum
melaporkan kasus ini ke pengadilan sebagai tindakan wanprestasi.

Terima Kasih. Ahli Hukum,

Prof. Dr. Hanif Al-Ridho, S.H., M.H.

NIP. 197310142005011006

Anda mungkin juga menyukai