Anda di halaman 1dari 4

Dasar Hukum Wakaf

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Dasar Hukum Wakaf dalam Hukum Islam Para ahli Hukum Islam menyebutkan beberapa dasar hukum
wakaf dalam hukum islam yang meliputi ayat Al-Qur’an, hadist, ijma dan ijtihad.

1) Firman Allah

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya ALLAH SWT
mengetahuinya (Q.S. Ali Imran [3]:92). Dalam ayat ini terdapat anjuran untuk melakukan infak secara
umum terhadap sebagian dari apa yang dimiliki seseorang, dan termasuk kedalam pengertian umum
infak menurut jumhur ulama adalah melalui sarana wakaf.

2) Ijma

Para ulama sepakat (ijma) menerima wakaf sebagai suatu amal jariyah yang disyari’atkan dalam
islam. Tidak ada orang yang dapat menafikan dan menolak amalan wakaf dalam islam karena telah
menjadi amalan yang senantiasa dijalankan dan diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum muslimin
sejak masa awal islam hingga sekarang ini.

3) Ijtihad

Ketentuan-ketentuan detail mengenai perwakafan didasarkan kepada ijtihad para ahli hukum islam
seperti pendapat Imam Al-Zuhri (w.124H.) bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara
menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan pada mauquf
‘alaih, serta fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang wakaf uang Tahun 2002.

2. Dasar Hukum Wakaf dalam Hukum Positif

Berdasarkan pasal 2 aturan peralihan UUD 1945 peraturan wakaf hindia belanda dinyatakan tetap
berlaku dengan dikeluarkannya petunjuk dari Departemen Agama melalui Surat Edaran Nomor
5/D/1956 tentang prosedur perwakafan tanah, tanggal 8 Oktober 1956.

Diundangkannya UUPA Nomor 5 tahun 1960 pada bagian XI tertera bahwa untuk keperluan suci dan
sosial (pasal 49 ayat 3) ditentukan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

3. Dasar Hukum Wakaf dalam Hukum Adat

Menurut Ter Haar sebagaimana dikutip oleh abdurrahman bahwa wakaf merupakan Lembaga Hukum
Islam yang telah diterima atau di gerecipieerd sebagai Hukum Adat. Dari Hukum Adat inilah yang
nantinya akan menjadi sumber Hukum Nasional.

Sebelum Islam datang, dalam menggali dana spritural, masyarakat Indonesia membentuk suatu lembaga
data yang disebut Simad dan dharma (dermah dalam bahasa Jawa). Setelah islam masuk ke Indonesia
semua itu diganti dengan wakaf.
Perlu diperhatikan, harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif
secara sah.[4]

Harta benda wakaf terdiri dari:[5]

benda tidak bergerak, meliputi:[6]

hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah
maupun yang belum terdaftar;

bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas;

tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;

benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

benda bergerak, meliputi:[7]

uang;

logam atau batu mulia;[8]

surat berharga, berupa:[9]

saham;

surat utang negara;

obligasi pada umumnya; dan/atau

surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

Kendaraan, berupa:[10]

kapal;

pesawat terbang;

kendaraan bermotor;

mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan;

hak atas kekayaan intelektual, berupa:[11]

hak cipta;

hak merek;

hak paten;
hak desain industri;

hak rahasia dagang;

hak sirkuit terpadu;

hak perlindungan varietas tanaman; dan/atau

hak lainnya.

hak sewa; dan

benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
seperti:[12]

hak sewa, hak pakai dan hak pakai hasil atas benda bergerak; atau

perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda bergerak.

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi:
[13]

sarana dan kegiatan ibadah;

sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;

bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa;

kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau

kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan
perundang-undangan.

Dengan demikian, menjawab pertanyaan Anda, memang benar bahwasanya harta benda wakaf tak
hanya terbatas pada tanah milik saja, tetapi juga meliputi benda tidak bergerak dan bergerak lainnya
sebagaimana telah kami sebutkan di atas.

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan semata – mata untuk tujuan
pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya). Untuk mendapatkan
nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra Justika.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai